Hubungan Beban Kerja Mental dengan Substandart Action Tindakan Tidak Memenuhi Standar

Sikap bukan merupakan suatu tindakan, namun merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Dalam kaitannya dengan bahaya di tempat kerja, maka pada tahap sikap ini seseorang akan memutuskan untuk menerima atau menolak bahaya dan risiko yang akan ditanggungnya setelah memahami tahap pembelajaran pada tahap pengetahuan. Sikap terhadap bahaya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan Azwar, 2007. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, salah satunya yaitu fasilitas. Selain itu, diperlukan juga faktor dukungan dari pihak lain. Serta, media informasi yang komunikatif.

4.4 Hubungan Beban Kerja Mental dengan Substandart Action Tindakan Tidak Memenuhi Standar

Hasil analisis bivariat yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja mental dengan substandar action tindakan tidak memenuhi standar pada 28 responden dapat dilihat dari tabel 4.14. Tabel 4.14 Hubungan antara Beban kerja mental dengan substandart action Beban Kerja Mental Substandart Action Jumlah sig Melakukan Tidak melakukan N n n Rendah - - - - - - 0,274 Sedang 7 53,8 6 46,2 13 100 Agak tinggi 5 33,3 10 66,7 15 100 Tinggi - - - - - - Sangat tinggi - - - - - - Jumlah 12 42,9 16 57,1 28 100 Sumber : Data Primer Terolah 2015 Berdasarkan tabel 4.14, didapat hasil bahwa sebagian besar responden mengalami beban kerja mental dengan kategori sedang yaitu berjumlah 15 responden dengan persentase 53,6. Dari tabel 4.14 juga dapat diketahui bahwa tidak terdapat responden yang mengalami beban kerja mental dengan kategori rendah dan sangat tinggi. Hasil dari tabulasi silang menunjukkan bahwa 7 dari 12 responden yang melakukan substandart action mengalami beban kerja mental dengan kategori sedang. Sedangkan 10 dari 16 responden yang tidak melakukan substandart action mengalami beban kerja mental dengan kategori agak tinggi. Hasil uji Contingency Coefficient menunjukkan bahwa p value 0,274 α, sehingga H diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara beban kerja mental dengan tindakan tidak memenuhi standar substandart action di bagian pemeliharaan mesin 1 dan 2 PT. PJB UBJ OM PLTU Paiton 9. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi 2010 menyatakan tidak ada hubungan antara beban kerja mental dengan tindakan tidak memenuhi standar substandart action. Namun, menurut teori tingginya tuntutan kerja dapat menimbulkan stres. Jex dan Beehr dalam Pratiwi 2010 mengelompokkan reaksi seseorang terhadap stres dibagi menjadi 3 yaitu, reaksi psikologis, reaksi fisik dan reaksi perilaku. Reaksi perilaku merupakan respon terhadap stres kerja seperti pindah kerja, merokok, menggunakan obat- obatan terlarang, melakukan tindakan diluar prosedur, sampai terjadinya kecelakaan. Menurut penelitian beberapa ahli psikologi, kecelakaan terjadi karena kegagalan dan kesalahan personal yang disebabkan oleh adanya keterlibatan faktor stres yang dialami oleh pekerja. Sistem kerja bagian pemeliharaan mesin berdasarkan Work Order WO yang diterbitkan oleh bagian Perencanaan Kehandalan Pemeliharaan RendalHar. Penerbitan Work Order oleh bagian RendalHar berdasarkan adanya Service Request SR yang dikeluarkan oleh operator bagian produksi apabila terdapat kelainan atau kerusakan pada mesin yang di gunakan untuk proses produksi di area kerja. Adanya sistem kerja berdasarkan Work Order WO secara tidak langsung dapat menyebabkan adanya beban kerja mental karena teknisi dituntut untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target yang tertera pada Work Order. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil pengukuran beban kerja mental dimana 13 dari 28 teknisi yang menjadi responden dalam penelitian ini mengalami beban kerja mental dengan kategori agak tinggi dan tinggi. Ternyata walaupun beban kerja mental teknisi tergolong sedang dan agak tinggi namun tidak serta merta menyebabkan atau mendorong seseorang melakukan substandart action. Meskipun tidak terdapat responden yang mengalami beban kerja mental dengan kategori sangat tinggi namun beban kerja mental yang tidak dikendalikan dapat mempengaruhi kinerja dari teknisi dibagian pemeliharaan. Beban mental memiliki korelasi yang cukup tinggi terhadap kesalahan yang dilakukan. Semakin tinggi beban mental yang dibebankan semakin tinggi pula kesalahan yang diakibatkan atau semakin rendah performa yang diberikan, jika beban kerja mental tersebut melebihi kapasitas yang dimiliki Manuaba, 2000.

4.5 Hubungan Faktor Organisasi dengan Substandart Action