12
Gambar 12 Grafik rata-rata hasil uji geser pada sambungan brazing
Dari analisa grafik tegangan dan egangan geser peneliti mempeoleh hasil pengujian geser sambungan brazing pada plat aluminium tebal 2 mm dengan plat
besi tebal 1,6 mm di dapat ata-rata tegangan geser tertinggi 41,74 Nmm
2
dan regangan rata-rata yang dihasilkan 8,5 .
Dari seluruh spesimen yang dilakukan pengujian geser semua spesimen mengalami putus. Spesimen yang putus memiliki kegagalan button pull- out
failure mode. Mode kegagalan sambungan las tersebut dapat dilihat pada gambar 13. button pull-out failue mode adalah salah satu jeniskegagalan hasil sambungan
las yang menunjukkan terdapat nilai daya beban dukung tarik geser tinggi dalam sambungan las tersebut Haikal, 2014.
T e
g a
n g
a n
N mm
2
Regangan
13
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
aluminium besi
filler base metal
daerah haz
Gambar 13 Mode patahan sambungan las jenis button pull-out failure mode
3.7 Hasil pengujian kekerasan vickers microhardness
Gambar 14 Hasil uji kekerasan pada sambungan brazing plat aluminium tebal 2 mm dengan besi tebal 1,6 mm
Hasil perlakuan panas yang dilakukan pada logam aluminium memiliki nilai kekerasan senialai 71,Hv pada base metal aluminium, sedangkan pada
daerah haz aluminium memiliki nilai kekerasan sebesar 51,5 Hv. Daerah haz aluminium memiliki kekerasan lebih rendah dari base metal dikarenakan adanya
perlakuan panas dan mengalami pendinginan yang lambat didalam suhu ruangan pada daerah haz. Semakin lambat pendinginan makan ukuran butir akan semakin
M ic
ro h
a rd
n e
ss HV
.2
14
besar Nuraini, 1996. Perubahan struktur mikro dapat dilihat pada gambar 5 dimana logam butiran pada daerah haz mengalami perubahan lebih besar dari
base metal. Fenomena pembesaran dan pengecilan butir ini akan mempengaruhi kekuatan mekanik pada material tersebut. Semakin besar ukuran butir maka akan
menurunkan kekerasan dan kekuatan tariknya Rajakumar dan Balasubramanian, 2012.
Gambar 14 menunjukkan hasil uji kekerasan pada sambungan brazing plat aluminium dengan besi menggunakan filler autosol. Gambar 14 menunjukkan
logam base metal besi memiliki nilai kekerasan 163,5 Hv, sedangkan pada daerah haz besi memiliki nilai kekerasan 171,8 Hv. Daerah haz besi mengalami
perubahan kekerasan dikarenakan pada daerah besi mengalami perlakuan panas yang dapat merubah mikrostruktur pada logam besi. Perubahan mikrostruktur
yang terjadi pada daerah haz logam besi dapat dilihat pada gambar 8 yang menunjukan bahwa daerah haz logam besi mengalami perubahan ukuran butiran
perlit dan ferrit menjadi lebih kecil. Ferrit dan perlit yang bentuk butirannya lebih besar nilai kekerasannya rendah Subeki, 2011. Maka dari itu nilai kekerasan
pada daerah haz besi mengalami kenaikan kekerasannya dikarenakan butiran perlit dan ferrit pada daerah haz mengecil.
Nilai kekerasan yang didapatkan pada filler alusol sebelum diperlakukan panas sebesar 40,2 Hv sedangkan filler alusol setelah dipanaskan hingga mencair
dan kembali mengeras memiliki nilai kekerasan sebesar 113,15 Hv. Kekerasan filler alusol terdapat perubahan yang sangat signifikan karena filler alusol setelah
dipanaskan terdapat perubahan butir yang terjadi pada gambar 9. Logam filler setelah dipanaskan butir aluminium mengalami perubahan menjadi sangat halus
sehingga nilai kekerasan menjadi meningkat.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: