Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Selain dari hasil tes di atas dapat diperkuat lagi dari hasil nilai ujian semester ganjil tahun ajaran 2014 2015 di kelas X-1 yaitu nilai terendah 45, nilai
tertinggi 95 dan nilai rata-rata 60,2 sehingga yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal KKM hanya 45,6 dari keseluruhan siswa.
Selain berpikir kritis, ada hal lain yang juga penting dimiliki peserta didik dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut berkaitan dengan sikap peserta
didik terhadap pembelajaran matematika yaitu Self-Efficacy. Menurut Bandura Tansil, 2009:184 Self-Efficacy adalah keyakinan yang dimiliki oleh seseorang
akan kemampuan dirinya sendiri dalam melakukan suatu perilaku apakah mampu atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Rachmawati 2012: 3 Self-Efficacy adalah faktor penting dalam menentukan kontrol diri dan perubahan perilaku dalam individu. Lebih lanjut
dijelaskan oleh Marlina 2014: 38 Self-Efficacy merupakan suatu keyakinan yang harus dimiliki siswa agar berhasil dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai
dengan tujuan pembelajaran matematika yang tercatat didalam KTSP, yaitu memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam mengemukakan kemampuan komunikasi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Self-Efficacy sangat penting bagi peserta didik karena seseorang yang memiliki Self-Efficacy
yang tinggi akan lebih giat dalam melakukan perubahan dan meningkatkan kemampuan untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Akan tetapi pentingnya Self-Efficacy bagi peserta didik masih menjadi
permasalahan dalam pembelajaran matematika dan mengakibatkan Self-Efficacy peserta didik rendah. Rendahnya Self-Efficacy siswa berakibat pada kurangnya
keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam menyampaikan gagasan atau ide-ide yang ia miliki. Informasi rendahnya Self-Efficacy siswa diperoleh
berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada salah satu guru matematika di
sekolah tersebut. Selain itu juga dapat dilihat dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti dikelas X-1 dengan memberikan angket Self-Efficacy berupa
skala angket tertutup yang berisikan 5 butir pernyataan dengan pilihan jawaban sangat setuju SS, setuju S, tidak setuju TS, dan sangat tidak setuju STS
kepada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Bandar Pulau yang berjumlah 36 siswa. Pada Tabel 1.1 berikut ini akan disajikan hasil jawaban angket Self-Efficacy siswa
Tabel. 1.1. Hasil Observasi Angket Self-Efficacy Siswa
No Pernyataan
Banyak siswa yang menjawab
SS S
TS STS
1 Saya
yakin dapat
memahami pelajaran
matematika, meskipun matematika dianggap pelajaran sulit
6 4
11 15
2 Saya tidak mencoba menyelesaikan tugas yang
tampak sulit 11
11 8
6 3
Saya kurang percaya diri ketika guru menyuruh saya ke depan kelas untuk mengerjakan soal
10 14
6 6
4 Saya merasa jengkel
ketika tidak bisa
memecahkan masalah matematika 5
7 15
9 5
Saya selalu
cemas terhadap
pelajaran matematika
9 12
9 6
Pada pernyataan nomor 1, yang menjawab tidak setuju 11 siswa dan sangat tidak setuju 15 siswa, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mereka
tidak memiliki rasa kepercayaan diri unttuk mampu memahami pelajaran
matematika, meskipun
matematika dianggap
pelajaran yang
sulit. Ketidakpercayaan diri tersebut akan menyebabkan siswa benar-benar sulit
memahami pelajaran matematika. Selanjutnya pada pernyataan nomor 2 terlihat bahwa 22 siswa tidak mencoba menyelesaiakan tugas matematika yang tampak
sulit. Pada pernyataan nomor 3 terlihat bahwa sebanyak 24 siswa kurang percaya diri ketika guru menyuruh ke depan kelas untuk mengerjakan soal. Untuk
pernyataan nomor 4 sebanyak 24 siswa tidak merasa jengkel ketika tidak bisa memecahkan masalah matematika. Sedangkan untuk pernyataan nomor 5
sebanayak 21 orang siswa merasa cemas terhadap pelajaran matematika. Hal ini menunjukkan bahwa Self-Efficacy siswa masih rendah.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis dan Self-Efficacy siswa disebabkan oleh banyak faktor, salah satu faktor yang menjadi penyebab rendahnya
kemampuan berpikir kritis dan Self-Efficacy
siswa adalah guru hanya
menggunakan buku yang disediakan sekolah sebagai satu-satunya bahan ajar. Materi yang disajikan dalam buku tersebut bersifat abstrak sehingga siswa enggan
untuk membacanya. Salah satu dari materi pada buku yang disediakan sekolah dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut.
Gambar 1.2 Buku Siswa Pada Materi Trigonometri
Berdasarkan Gambar 1.2 terlihat bahwa dalam menemukan definisi 1 tidak melibatkan siswa akan tetapi dengan pemberitahuan secara langsung. Sehingga
materi pada buku ini menjadi hal yang abstrak bagi siswa. Selain itu, soal-soal yang terdapat dalam buku cetak tersebut merupakan soal yang bersifat rutin dan
memaksa siswa untuk menjawab sesuai dengan ketentuan dalam buku tersebut. Hal ini diduga sebagai salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Karena
tidak ada bahan ajar lain yang digunakan dalam pembelajaran dan guru juga kurang mampu mengembangkan bahan ajar karena mengalami kesulitan dalam
mengembangkan bahan ajar.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan memberikan alasan-alasan yang rasional
dalam menyelesaikan masalah dan meningkatkan Self-Efficacy siswa terhadap kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan masalah. Maka diperlukan suatu
pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan Self-Efficacy siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan adalah pendekatan Scientific. Pada pendekatan Scientific proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk
konsep melalui tahapan pembelajaran. Pendekatan Scientific memiliki lima tahapan yaitu 1 mengamati Observing, 2 menanya Questioning, 3
mengumpulkan informasi Experimenting, 4 mengolah informasi Associating, dan 5 Mengomunikasikan konsep yang ditemukan. Pendekatan Scientific
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan
saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta dan diarahkan untuk mendorong peserta
didik dalam mencari tahu dari berbagai observasi, bukan hanya diberitahu. Selain dari pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran
matematika maka guru perlu mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan guruinstruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dikelas. Menurut Santyasa Somayasa, 2013: 4 keuntungan yang diperoleh dari pembeljaran dengan penerapan bahan ajar adalah:
1 meningkatkan motivasi peserta didik, karena setiap kali mengerjakan tugas
pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan; 2 setelah dilakukan evaluasi, pendidik dan peserta didik mengetahui benar pada bahan ajar
yang mana peserta didik telah berhasil dan pada bagian mana mereka belum berhasil; 3 peserta didik mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya; 4 bahan
pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester dan 5 pendidikan lebih berdaya guma, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.
Bahan ajar yang akan dikembangkan pada penelitian ini berorientasi dengan pendekatan Scientific dan dapat disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Karena
bahan ajar dirancang dalam bentuk kontekstual sehingga meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik dan proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Pengembangan bahan ajar dapat membantu peserta didik tertarik dalam belajar dengan tujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan Self-Efficacy siswa.
Pengembangan bahan ajar
ini mengacu pada model penelitian pengembangan yang disarankan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel Trianto,
2013: 93 adalah model 4D yang terdiri dari 4 tahap yaitu: Define, Design, Develop, dan Desseminate.
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti tertarik melakukan penelitian berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis dan Self-Efficacy siswa serta
kaitannya dengan keberadaan bahan ajar matematika. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “Pengembangan Bahan Ajar dengan Pendekatan Scientific Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self-Efficacy Siswa SMA Negeri 1 Bandar Pulau”.