PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING.
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
CREATIVE PROBLEM SOLVING
(Studi Kuasi Eksperimen di Salah Satu SekolahMenengahAtas Negeri Kota Jakarta)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika
Oleh
Tista Imam Riyadi
1303363
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
(2)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
2015
LEMBAR PENGESAHAN Lembar Pengesahan
Tesis dengan judul:
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE
PROBLEM SOLVING Oleh:
Tista Imam Riyadi, S.Pd NIM.1303363
DisetujuidanDisahkanOleh :
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Matematika
Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed NIP. 196008301986031003
Pembimbing
Siti Fatimah, M.Si. Ph.D NIP. 196808231994032002
(3)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Tista Imam R, S.Pd. Peningkatan kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self-Efficacy dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-Efficacy dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Creative Problem Solving, pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive random sampling, yaitu dengan memilih siswa kelas X di salahsatuSMANegerikota Jakarta sebanyak dua kelas sebagai sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok pendekatan pembelajaran, yaitu pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving (CPS) dan pembelajaran konvensional (PK). kelas pertama mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan CPS dan kelas kedua mendapatkan pembelajaran konvensional. Setiap kelompok terdiri dari 36 siswa yang terbagi kedalam dua kemampuan awal yang berbeda, yaitu tiap kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. Data penelitian dikumpulkan melalui tes, angket, observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas CPS lebih tinggi daripada kelas PK; (2) peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas CPS lebih tinggi daripada kelas PK; (3) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis kelas CPS antara seluruh siswa KAM sedang dengan rendah, KAM tinggi dengan rendah, namun tidak terdapat perbedaan pada KAM tinggi dengan sedang; (4) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas PCPS dan PK berdasarkan kemampuan awal matematika siswa seluruhnya; (5) Peningkatan Self-Efficacy matematis siswa yang memperoleh pembelajaran CPS lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran Konvensional; (6) terdapat perbedaan peningkatan self-efficacy matematis siswa kelas PCPS ditinjau berdasarkan KAM (tinggi, sedang, dan rendah).
Kata kunci: pembelajaran pendekatan Creative Problem Solving, Berpikir kritis matematis dan Self-Efficacy matematis.
(4)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Tista Imam R, S.Pd. (2015). The Improvement of Critical Thinking Ability And Self-Efficacy Mathematically Using Creative Problem Solving Learning Approach.
The aims of this study was to determine the differences of Critical Thinking mathematically attainment and enhancement between students who get Creative Problem
Solving (PCPS)learning approachto those who get conventional learning in terms of the
whole students and based The Ability of Early Mathematical (AEM). Type of this research is a quasi-experimental. The sample research is obtained by using purposive random sampling
technique, it is applied two classes of the first grade of SMAN 1 Jakarta. The first class gets
approach Creative Problem Solving (CPS) and the second class gets conventional (PK) learning model. All class are given a Pre-test and post-test of critical thinking mathematically. Each group consists of 36 students devided in to two different early ability, that is, student with high, middle, and low ability for each group. Furthermore, data of the research is collected by conducting relating test, observation, and interview.
The results showed that (1) the students of CPS have greater ability of mathematically critical thinking rather than those of PK, (2) the the students of CPS class have greater ability of mathematically critical thinking enhancement rather than of PK ; (3) different points of mathematically critical thinking enhancement appear in CPS class (level of students of AEM); it occurs between medium and low level, high and low level, but the difference is not found in the high and medium level, (4) difference of mathematically critical thinking enhancement occurs in PCPS and PK class based their Ability of Early Mathematical (AEM), (5) mathematical Self-Efficacy enhancement of the CPS students seems better than the conventional ones; (6) mathematical Self-Efficacy enhancement differs in PCPS class based on AEM (high, medium, and low).
Keywords: Approach of Learning Creative Problem Solving, Mathematical Critical Thinking and Self-Efficacy.
(5)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
PERNYATAAN... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
MOTTO ... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR DIAGRAM ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
RIWAYAT HIDUP ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar BelakangMasalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 9
1.3Tujuan Penelitian ... 10
1.4Manfaat Penelitian ... 11
1.5Definisi Operasional ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving ... 14
2.2PembelajaranKonvensional ... 19
2.3Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 20
2.4Self-Efficacy ... 25
2.5KerangkaBerpikir ... 28
2.6Teori Belajar yang Mendukung ... 29
2.6.1 Teori Belajar Piaget ... 29
2.6.2 TeoriKonstruktivisme ... 31
2.6.3 Teori Jerome Bruner ... 33
(6)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
2.7KemampuanAwalMatematis ... 36
2.8 Hipotesis Penelitian ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode dan Desain Penelitian ... 39
3.2PopulasidanSampel ... 40
3.3Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ... 41
3.4VariabelPenelitian ... 42
3.5Instrumen Penelitian ... 43
3.5.1 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir kritis ... 43
3.5.2 Instrumen Skala Self-Efficacy Matematis ... 46
3.5.3LembarObservasi ... 46
3.6 Tahap Pelaksanaan ... 47
3.6.1 Tahap Persiapan ... 47
3.6.2 Tahap Pelaksanaan ... 47
3.7 WaktudanTahapPenelitian ... 51
3.8 Tahap Analisis ... 51
3.9 Teknik Analisis Instrumen ... 51
3.9.1 Instrumen Kemampuan Berpikir kritis ... 52
3.9.2 Instrumen Self-Efficacy ... 57
3.10Data Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 60
3.11Prosedur Pengolahan Data ... 61
3.12Teknik Analisis Data ... 62
3.12.1 Data Hasil Tes Berpikir kritis Matematis ... 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 67
4.1.1 Deskriptif Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 67
4.1.2 Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis 74 4.1.3 Analisis Self-fficacy ... 99
4.2 Hasil Observasi... 102
(7)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
4.2.2 Aktifitas Siswa ... 103 4.3 Temuan dan Pembahasan ... 105 4.3.1 Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving 105 4.3.2 Kemampuan Berpikir kritis Matematis ... 107 4.3.3 Self-Efficacy ... 122 4.4 Keterbatasan ... 125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 126 5.2 Saran ... 127 DAFTAR PUSTAKA ... 128 LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C LAMPIRAN D
(8)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah tentunya diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Tidak bisa dipungkiri bahwa matematika merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan seseorang, hal ini terbukti dengan adanya berbagai aktivitas yang berkaitan langsung misalnya jual beli, perbankan, teknologi informasi dan lain sebagainya. Kemudian menurut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009), alasan lain matematika penting dalam kehidupan adalah sebagai sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, penyampaian informasi dengan berbagai cara, meningkatkan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, serta memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Widdiharto, 2004). Selain itu, pembelajaran matematika juga bertujuan pada ranah pembentukan sikap, salah satunya adalah rasa percaya diri dalam menyelesaikan berbagai masalah matematis siswa. Jadi, pembelajaran matematika tidak hanya fokus terhadap kemampuan intelektual anak tetapi juga sikap anak dalam pembelajaran matematika itu sendiri, hal ini sejalan dengan
(9)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pernyataan bahwa matematika merupakan aspek penting dalam membentuk sikap (Ruseffendi, 1991).
Selain mengacu pada tujuan dan hakekat di atas pembelajaran matematika di setiap jenjang pendididikan juga mengikuti apa yang telah ditetapkan yakni pada tahun 1996 UNESCO (United Nations for Educational, Scientific and
Cultural Organization)telah menetapkan empat pilar utama pendidikan (Jihad,
2008) adalah learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
together. Kemudian pada tahun 1997 telah dilengkapi butir keempatnya oleh
APNIEVE (Asia-Pacific Network for International Education and Values
Education) menjadi learning to live together in peace and harmony.
Menurut Sumarmo (2000), melalui proses learning to know,siswa memahami/mengetahui secara bermakna: fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, model dan ide matematika, hubungan antar ide dan alasan yang mendasarinya,serta menggunakan ide untuk menjelaskan dan memprediksi proses matematika. Melalui proses learning to do, siswa didorong melaksanakan proses matematika (doing math) secara aktif untuk memacu peningkatan perkembangan intelektualnya. Melalui proses learning to be, siswa menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan akan produk dan proses matematika yang ditunjukkan dengan sikap senang, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, dan rasa percaya diri. Melalui proses learning to live together in peace and harmony, siswa bersosialisasi dan berkomunikasi dalam matematika. Hal ini dilakukan melalui bekerja dan belajar bersama dalam kelompok kecil (cooperative learning), menghargai pendapat orang lain, menerima pendapat yang berbeda, belajar mengemukakan pendapat dan bersedia sharing ide dengan orang lain dalam kegiatan matematika.
Kesulitan siswa dalam belajar matematika menjadi hal yang biasa dan banyak juga dijumpai di kota besar hal ini dapat dilihat terutama dari hasil belajarnya. Rendahnya prestasi dan kurangnya minat dalam belajar matematika merupakan hal yang biasa dan ini merupakan masalah dalam proses belajar. Masalah belajar yang dialami oleh siswa akan menghambat kelancaran dalam proses belajarnya. Hal ini berdampak pada performa nilai ujian nasional siswa
(10)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
7,76 8,42 8,11
6
5,08
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014
Nilai rata-rata Ujian Nasional Matematika
SMA Negeri Z kota Jakarta
yang cenderung menurun di sejumlah sekolah, berikut data prestasi salah satu sekolah SMA negeri di kota Jakarta.
Data ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan menurun nilai rata-rata matematika dalam empat kurun waktu terakhir dimana nilai terendah terjadi pada tahun ajaran 2013/2014, hal ini mengindikasikan bahwa terdapat penurunan nilai kognitif yangberarti adanya penurunan salah satu kemampuan berpikir matematis, namun data tersebut merupakan fakta umum yang terjadi dan diakui terdapat permasalahan mengapa bisa terjadi penurunan dalam periode tersebut, dapat diketahui bersama pada kenyataannyatidak semua siswa lantas mengalami penurunan nilai,tentu saja terdapat siswa yang nilainya naik, hal ini disebabkansalah satunya adalah kemampuan siswa yang berbeda-beda, disamping itu terdapat faktor lain yang tidak diketahui pasti penyebab naik turunnya nilai siswa.
Permasalahan utama bagi siswa pada dasarnya terjadi didalam kelas atau dengan kata lain saat proses pembelajaran, hal senada juga disampaikan (Suyuti, A.2009) secara umum pembelajaran matematika disekolah masih menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif mengembangkan pengetahuannya, sehingga pembelajaran matematika menjadi membosankan dan kurang bermakna bagi siswa. Dikarenakan
(11)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pembelajaran yang kurang bermakna tersebut,sangat mungkin berdampak pada kemampuan matematis siswa yang cenderung mengalami penurunan.
Dalam proses pembelajaran, komponen utamanya adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran matematika berhasil, guru diharapkan dapat menjadi fasilitator yang mampu menerapkan pendekatan secara tepat dan sesuai dengan pembelajaran matematika. Sementara siswa juga diharapkan dapat berperan aktif memaksimalkan kemampuan matematisnya. Namun, fenomena yang terjadi adalah tidak semua siswa dapat dikondisikan seperti apa yang diharapkan, ditambah lagi dengan kenyataan yang ada yaitutingkat kemampuan siswa yang berbeda,sehingga membuat proses pembelajaran membutuhkan penangananyang berbeda.
Kemampuan awal siswa menjadi faktor yang turut memengaruhi proses pembelajaran, seperti apa yang dikemukakan oleh Beti Wiliyati (2012), “Kemampuan siswa merupakan dasar dalam belajar mengembangkan daya matematis siswa hanya saja pada kenyataannya kemampuan siswa di kelas berbeda-beda, terdapat siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah/lambat”. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa merupakan fenomena yang pasti muncul dalam proses pembelajaran, kemampuan awal siswa pada kenyataannya berbeda-beda sesuai dengan tingkat penguasaan masing-masing siswa itu sendiri.
Kemampuan awal siswa yangberbeda itulah yang menjadi tantangan bagi seorang guru untuk dapat memfasilitasi kesemua perbedaan tersebut. Mengingat akan hal tersebut, sangat diperlukan suatu pembelajaran yang dapat memfasilitasi keberadaan siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda tersebut. Seorang guru diharapkan dapat memfasilitasi kemampuan siswa yang berbeda tersebut dengan berbagai cara yang tentunya sesuai dengan karakter siswa tersebut, hal yang dapat memfasilitasi dalam kapasitasnya sebagai guru adalah dengan menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yang didalamnya membuat siswa belajar aktif.
(12)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu adanya pengembangan kemampuan matematika bagi siswa yakni yang dapat memunculkan ketertarikan, kebermaknaan, dan keterlibatan siswa secara aktif. Salah satu kemampuan yang dapat dikembangkan dalam hal ini ialah kemampuan berpikir kritis.
Dengan kemampuan berpikir kritis, siswa dirangsang untuk mengembangkan daya pikir, menghadapi tantangan, dan mencari kebenaran tidak hanya di dalam kelas tetapi juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pengalaman siswa menjadi tolak ukurnya, seperti yang dikatakan Fisher (dalam Ismaimuza, 2010) berpikir kritis adalah menjelaskan apa yang dipikirkan, belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya, apa pertanyaannya, bagaimana nalarnya, kapan menggunakan, serta mampu atau tidak siswa tersebut menguji pengalamannya, mengevaluasi pengetahuan, ide-ide, dan mempertimbangkan argumen sebelum mendapatkan kesimpulan kebenaran.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis sejalan dengan visi pendidikan matematika yang mempunyai dua arah pengembangan, yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan akan datang (Sumarno, 2012). Visi pertama adalah untuk kebutuhan masa kini, pembelajaran matematika mengarah pada pemahaman konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lain, sementara visi kedua adalahuntuk kebutuhan masa yang akan datang atau mengarah ke masa depan, mempunyai arti lebih luas yaitu pembelajaran matematika memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis, dan cermat serta berpikir objektif dan terbuka, yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari serta untuk menghadapi masa depan yang selalu berubah. Adapun menurut NCTM(2000), bahwa pembelajaran matematika melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kreatif, sehingga siswa akan mampu dengan cepat menarik kesimpulan dari berbagai fakta atau data yang mereka dapatkan atau ketahui.
Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikir matematis yang perlu dimiliki oleh setiap siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan. Menurut Anderson (2003), bila berpikir kritis dikembangkan, seseorang akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir divergen (terbuka
(13)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
dan toleran terhadap ide-ide baru), dapat menganalisis dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan dapat berpikir secara mandiri. Sementara siswa yang berpikir kritis akan menjadikan berpikir kritis sebagai landasan berpikir, berani mengambil keputusan dan konsisten dengan keputusan tersebut (Spliter dalam Lestari, 2013).
Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dimiliki siswa selain kemampuan matematis lainnya seperti kreatif, pemahaman, komunikasi, dan representasi. Mengingat akan pentingnya kemampuan berpikir kritis matematis bagi siswa maka upaya pengembangan berpikir kritis merupakan suatu persoalan yang penting untuk dilakukan.
Menurut Munandar(2004), upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis berhubungan erat dengan cara guru dalam menyampaikan materi ajar serta membuat penataan kelas menjadi lebih kondusif. Penataan kelas dengan membuat siswa berkelompok dan berdiskusi menjadi hal yang penting bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Hal senada disampaikan Sumarno(1987), bahwa pembelajaran matematika yang dapat mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi bisa dilakukan melalui belajar dengan tipe kooperatif dengan membuat kelompok-kelompok kecil, menyajikan tugas non-rutin atau soal non-prosedural. Dalam setiap pertemuan dibagi kedalam kelompok kecil yang didalamnya beranggotakan 4-5 orang, dengan struktur kelompok yang heterogen, pembelajaran berorientasi pada upaya menciptakan iklim yang kondusif dalam membangun hubungan kerjasama, berbagi informasi, pengetahuan, dan pengalaman antara sesama siswa maupun guru dengan siswa.
Seperti yang disampaikan diatas bahwa selain peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam proses menuju learning to know dan learning to do, dalam proses pembelajaran siswa juga diharapkan mampu memaknailearning to be, yaitusiswa menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan akan produk dan proses matematika yang ditunjukkan dengan sikap senang, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, dan rasa percaya diri.
(14)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Hal ini berkaitan dengan sisi afektif danterdapat aspek psikologis yang turut memberikan kontribusi terhadap keberhasilan seseorang dalam memahami matematika dengan baik. Aspek psikologis tersebut adalah Self-Efficacy.
Self-Efficacy pada prakteknya bermakna “keyakinan diri” adalah suatu
istilah yang non-deskriptif yang merujuk pada kekuatan keyakinan, misalnya seseorang dapat sangat percaya diri, tetapi akhirnya gagal
(Bandura,1997),Self-Efficacy didefinisikan sebagai pertimbangan seseorang tentang kemampuan
dirinya untuk mencapai tingkatan kinerja (performansi) yang diinginkan atau ditentukan, yang akan mempengaruhi tindakan selanjutnya (Bandura, 1997).
Dalam bukunya “Self-Efficacy: The Exercise of Control”, (Bandura, 1997)
dijelaskan bahwa Self-Efficacy seseorang akan mempengaruhi tindakan, upaya, ketekunan, fleksibilitas dalam perbedaan, dan realisasi dari tujuan individu, sehingga Self-Efficacyseseorang dalam banyak hal akan menentukan outcome sebelum tindakan dilakukan. Ditambah lagi, Menurut Bandura, Self-Efficacy merupakan konstruksi sentral dalam teori kognitif sosial, yang dapat dimiliki seseorang untuk :
1. Mempengaruhi pengambilan keputusannya dan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukannya. Seseorang cenderung akan menjalankan sesuatu apabila ia merasa kompeten dan akan menghindarinya apabila tidak. 2. Membantu seberapa jauh upaya seseorang dalam bertindak, berapa lama ia
bertahan apabila mendapat masalah, dan seberapa fleksibel dalam suatu situasi yang kurang menguntungkan baginya. Makin besar Self-Efficacy seseorang, makin besar upaya, ketekunan, dan fleksibilitasnya begitupun sebaliknya.
3. Mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosionalnya. Seseorang dengan
Self-Efficacy yang rendah cenderung mudah menyerah dalam menghadapi
masalah, cenderung menjadi stress, depresi, dan mempunyai visi yang sempit tentang apa yang terbaik untuk menyelesaikan masalah itu. Sedangkan Self-Efficacy yang tinggi akan membantu seseorang menciptakan perasaan tenang dalam menghadapi masalah atau aktivitas yang sukar dan dapat mencari solusi akan permasalahan tersebut.
(15)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Self-efficacy memilikipengaruhdalampemilihanperilaku, besar usaha dan
ketekunan, serta polaberpikirdanreaksiemosional. Penilaian Self-Efficacy
mendorong individu menghindari situasi yang diyakini melampaui kemampuannya atau melakukankegiatan yang diperkirakan dapat diatasinya (realistis).
Dalam memecahkan masalah yang sulit, individu yang mempunyai keraguan dengankemampuannya akan mengurangi usahanya bahkan cenderung
akan menyerah. Individu yang
mempunyaiSelf-efficacytinggimenganggapkegagalan sebagai kurangnya usaha, sedangkan individu
yang memiliki Self-efficacy rendahmenganggap kegagalan berasal dari kurangnya kemampuan. Perlu diperhatikan bahwa keyakinan diri yang dipersepsikan seseorang memainkan peranan kunci dalam kehidupan manusia, karena hal tersebut memberi pengaruh pada perilaku manusia secara keseluruhan seperti kepercayaan, emosi, pemikiran dan tindakan (Bandura, 2006 : 309).
Berdasarkan pemikiran diatas maka salah satu keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti pelajaran disekolah diperlukan Self-Efficacy yang positif terhadap pelajaran agar siswa dapat mencapai tujuan pelajarannya tersebut dan mencapai prestasi belajar maksimal. Dalam hal ini Self-Efficacy yang dimaksud adalah Self-Efficacy matematis
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
Self-Efficacy, dibutuhkan perubahanparadigma pembelajaran yang dapat melibatkan
seluruh aktivitas mental, sikap, dan keterampilan siswa. Adapun dalam proses pembelajaran dikelas, pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuaiserta mampu mengakomodir tingkat kemampuan siswa yang berbedamenjadi hal yang penting untuk dilakukan,seperti yang dikatakan Wahyudin(2008), salah satu aspek penting dari perencanaan pembelajaran sangat bertumpu pada kemampuan guru untuk mengantisipasi kebutuhan dan materi-materi atau model-model yang dapat membantu para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat diharapkan akan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan Self-Efficacy siswa.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah pendekatan Creative Problem Solving. Creative Problem
(16)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Solving merupakan pembelajaran yang berpusat pada pembelajaran dan
keterampilan kreatif pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan (Pepkin, 2000:1). Creative Problem Solving terdiri dari Problem
Solving yang merupakan bagian dari pemikiran analitis dan kreativitas siswa.
Untuk dapat meningkatkan keterampilan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran, guru hendaknya merangsang siswa agar aktif dalam memecahkan persoalan dalam matematika.
Pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solvingsangat memperhatikan konten mata pelajaran yang dapat disesuaikan dengan situasi dunia nyata dan dapat memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya yang diperkuat dengan peningkatan kreativitas. Ketika dihadapkan dengan situasi masalah, siswa dapat melakukan keterampilan pemecahan masalah untuk memilih dan mengembangkan nalarnya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, pendekatan pembelajaran Creative Problem
Solving, siswa dirangsang atau diarahkan untuk menguasai keterampilan
memecahkan masalah. Untuk mewujudkan pembelajaran yang memiliki karakteristik seperti: making meaningful, connection, constructivism, inquiry,
critical and creative thinking, matematis community, and using authentic assesmentdapat diterapkan pada pendekatan Creative Problem Solving.
Pembelajaran Creative Problem Solving yakni pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam konteks sebenarnya, yaitu kehidupannya sehari-hari (daily life). Pendekatan pembelajaran Creative Problem Solving terdiri dari beberapa langkah pembelajaran, yaitu menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi, menemukan penerimaan. Langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat melatih siswa untuk mengkomunikasikan ide matematisnya, berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, berpikir sistematis dan logis sesuai data/fakta yang tersedia, serta dapat melatih siswa untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran tersebut diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi siswa dalam
(17)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang semaksimal mungkin baik dari proses maupun hasil belajarnya.
Berdasarkan latar belakang masalah dan pendapat-pendapat yang telah diungkapkan di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self-Efficacy Siswa
dengan Menggunakan Pendekatan Creative Problem Solving” dengan harapan dapat berguna sebagai usaha perbaikan pembelajaran matematika di sekolah pada umumnya.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalampenelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran Creative Problem Solving lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran Konvensional ?
2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran Creative Problem Solving lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran Konvensional ?
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative Problem Solving berdasarkan kemampuan awal matematika (KAM) siswa tinggi, sedang, dan rendah ?
4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan pembelajaran Creative Problem Solving dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada masing-masing kemampuan awal matematika (KAM) siswa tinggi, sedang, dan rendah ?
5. Apakah peningkatan Self-Efficacy matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative Problem Solving lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran Konvensional?
(18)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
6. Apakah terdapat perbedaan Self-Efficacy matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative Problem
Solving berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM) siswa tinggi,
sedang, dan rendah? 1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative Problem
Solving dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
2. Untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar menggunakan pendekatan Creative Problem Solving dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
3. Untuk menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative Problem Solving berdasarkan kemampuan awal matematika (KAM) siswa tinggi, sedang, dan rendah
4. Untuk menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan pembelajaran Creative Problem Solving dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada masing-masing kemampuan awal matematika (KAM) siswa tinggi, sedang, dan rendah
5. Untuk mengetahui peningkatan Self-Efficacy tentang matematika siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative
Problem Solving dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
6. Untuk menelaah perbedaan Self-Efficacy matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative Problem
Solving berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM) siswa tinggi,
(19)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan pada umumnya dan sebagai masukan bagi pengembangan ragam bentuk penelitian di bidang matematika lebih lanjut, khususnya dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan Self-Efficacy siswa. 2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
a) Untuk pihak sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam upaya meningkatkan Self-Efficacy siswa tentang matematika dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui pembelajaran menggunakan pendekatan Creative
Problem Solving.
b) Penelitian ini berguna sebagai input bagi siswa tentang
Self-Efficacy dan kemampuan berpikir kritis matematis, sehingga
dapat dimanfaatkan dalam pengembangan diri siswa terutama dalam meningkatkan Self-Efficacy serta peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
c) Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan pendekatan pembelajaran Creative Problem
Solving dalam proses belajar mengajar matematika.
1.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan di uji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar dengan pendekatan
Creative Problem Solving lebih baik dari siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar dengan pendekatan Creative Problem Solving lebih baik dari siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
(20)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang belajar dengan pendekatan Creative Problem Solving ditinjau dari level kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, dan rendah).
4. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan pembelajaran Creative
Problem Solving dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada masing-masing kemampuan awal matematika (KAM) siswa tinggi, sedang, dan rendah
5. Self-Efficacy siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative Problem Solving lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
6. Terdapat perbedaan Self-Efficacy matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative Problem Solving
berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM) siswa tinggi, sedang, dan rendah?
1.6. Definisi Operasional
1.6.1. Pendekatan Creative Problem Solving
Pendekatan Creative Problem Solving merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang melakukan pemusatan pada penemuan berbagai alternatif ide dan gagasan serta pencarian berbagai macam kemungkinan tindakan pada setiap langkah dari proses pemecahan masalah yang digunakan.
1.6.2. Pembelajaran Konvensional
Pendekatan konvensional adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan proses pengajarannya berpusat pada guru, sementara siswa pasif.
(21)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Kemampuan berpikir kritis adalah proses berpikir yang melibatkan pengetahuan matematika dengan menguasai keterampilan dalam menjustifikasi konsep, membuktikan, menganalisis algoritma, menggeneralisasi, dan memecahkan masalah.
1.6.4. Self-Efficacy
Self-Efficacy didefinisikan sebagai pertimbangan seseorang tentang
kemampuan dirinya untuk mencapai tingkatan kinerja (performansi) yang diinginkan atau ditentukan, yang akan mempengaruhi tindakan selanjutnya.
(22)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Terdapat dua kelompok sampel pada penelitian ini yaitu kelompok eksperimen melakukan pembelajaran matematika melalui model Creative Problem Solving dan kelompok kontrol melakukan pembelajaran konvensional. Kedua kelompok diberikan pre-test dan post-test, dengan menggunakan instrumen tes yang sama. (Sudjana, 2004) menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.
Dikarenakan penelitian ini dilakukan di sekolah, maka peneliti tidak mungkin membentuk dua kelas secara acak, sehingga pada penelitian ini peneliti menggunakan kelas yang telah terbentuk sebelumnya dan keadaan subjek diterima sebagaimana adanya, maka desain yang digunakan pada
penelitian ini adalah “quasi experiment”.
Penelitian ini menggunakan desain “Non-equivalent Control-Group Design”, dimana kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak diambil melalui prosedur acak. Untuk kemampuan pemecahan masalah, desain yang disajikan adalah sebagai berikut:
Kelas Eksperimen : O X O
Kelas Kontrol : O O
Sedangkan untuk Self-Efficacy, karena tidak dilakukan pre-response untuk kedua kelas, maka desain penelitiannya adalah sebagai berikut:
Kelas Eksperimen : X O
(23)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Keterangan:
O : Pengukuran kemampuan berpikir kritis dan
Self-Efficacy siswa pada waktu sebelum dan sesudah
pembelajaran.
X : Pembelajaran Creative Problem Solving : : Subjek tidak dikelompokkan secara acak 3.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2011: 215).
Penelitian ini dilakukan pada siswa dari salah satu sekolah yang berada pada level sedang, tidak dipilihnya sekolah dengan klasifikasi baik dikarenakan sampel penelitian siswa dari sekolah ini cenderung hasil belajarnya akan baik dan baiknya itu bisa terjadi bukan akibat baiknya pembelajaran yang dilakukan. Demikian pula sampel dalam penelitian ini tidak dipilih dari sekolah dengan klasifikasi rendah dikarenakan siswa yang berasal dari sekolah ini hasil belajarnya akan cenderung rendah dan rendahnya itu terjadi bukan akibat dari rendahnya proses pembelajaran yang dilakukan (Darhim, 2004:64). Kriteria sekolah yang baik, sedang, maupun rendah didasarkan pada rangking sekolah yang dibuat dinas pendidikan setempat.
Populasi dari penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Jakarta, Kelas yang terdapat di sekolah tersebut sejumlah 24 Kelas dengan rincian kelas X terdiri dari 8 kelas, kelas XI terdiri dari 8 kelas dan kelas XII terdiri dari 8 kelas. Pendistribusian siswa pada kelas X dilakukan secara merata pada seluruh kelas dengan jumlah siswa berkisar antara 34-36 orang siswa. Kemampuan akademik siswa tidak menjadi pertimbangan pada pendistribusian siswa, sehingga kemampuan akademik dari 8 kelas relatif homogen. Selanjutnya sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X adalah
(24)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
dua kelompok siswa di kelas X-2 dan X-3, dengan perlakuan kelas X-3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol.
3.3. Keterkaitan antar Variabel
Untuk mempermudah melihat bagaimana keterkaitan antar-variabel, berikut ini disajikan tabel keterkaitan antar-variabel untuk masing-masing rumusan masalah :
Tabel 3.1
Keterkaitan antar Variabel Bebas, Terikat dan Kontrol
Kemampuan Siswa
Hasil Belajar Kemampuan Berpikir
Kritis
Self-Efficacy
Matematis Pendekatan Pembelajaran
CPS PK CPS PK
Keseluruhan BKC BKPK SEC SEPK
Tinggi BKTC BKTPK SECT SETPK
Sedang BKSC BKSPK SECS SESPK
Rendah BKRC BKRPK SECR SERPK
Keterangan :
CPS : Pembelajaran dengan Pendekatan Creative Problem Solving PK : Pembelajaran dengan Pendekatan Konvensional
BKTC adalah kemampuan berpikir kritis siswa dengan kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CPS. BKC adalah kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya
dengan pendekatan CPS.
BKPK adalah kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan konvensional
SECT adalah Self-Efficacy siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CPS dengan kemampuan awal tinggi.
SECS adalah Self-Efficacy siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CPS dengan kemampuan awal sedang.
SECR adalah Self-Efficacy siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CPS dengan kemampuan awal rendah.
SEC adalah Self-Efficacy siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CPS.
SEPK adalah Self-Efficacy siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional
(25)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
SETPK adalah Self-Efficacy siswa dengan kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional
SESPK adalah Self-Efficacy siswa dengan kemampuan awal sedang yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional
SERPK adalah Self-Efficacy siswa dengan kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional
3.4. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang akan menjadi titik perhatian suatu penelitian. Pada penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari variabel bebas (X), variabel terikat (Y), dan variabel prediktor (Z). Variabel adalah objek penelitian atau apa yang akan menjadi titik perhatian suatu penelitian. Pada penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari variabel bebas (X), variabel terikat (Y), dan variabel prediktor (Z).
3.4.1. Variabel Bebas (X)
Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas ini dapat disebut sebagai variabel sebab. Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi variabel bebas (X) pada penelitian ini yaitu: (a) pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem
Solving (CPS) yang diberikan pada kelas eksperimen, (b)
pembelajaran kovensional yang diberikan kepada kelas kontrol. 3.4.2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat ini juga disebut variabel akibat. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematis dan
Self-Efficacy siswa. 3.4.3. Variabel Prediktor (Z)
(26)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Variabel prediktor sering digunakan peneliti apabila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Variabel prediktor (Z) pada penelitian ini adalah kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah).
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini meliputi: tes matematika yaitu tes kemampuan berpikir kritis matematis; lembar observasi yang memuat item-item aktivitas siswa serta guru dalam pembelajaran; angket skala
Self-Efficacy siswa. Berikut akan dijelaskan satu per satu :
3.5.1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir kritis matematis dibuat dalam bentuk uraian. Tes tertulis ini terdiri dari tes awal (pre-test) dan tes akhir
(post-test). Tes diberikan pada semua siswa kelas eksperimen dan siswa kelas
kontrol. Soal-soal pre-test dan post-test dibuat ekuivalen/relatif sama. Pemberian pre-test dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran dengan model yang diterapkan, sedangkan
post-test dilakukan untuk mengetahui perolehan hasil belajar setelah
pembelajaran dilakukan dan apakah terdapat perbedaan signifikan setelah mendapat pembelajaran dengan pendekatan yang diterapkan.
Instrumen tes matematika pada penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari lima butir soal yang berbentuk uraian. Dalam penyusunan soal tes, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta alternatif jawaban dari masing-masing butir soal. Kemudian dilakukan uji coba tes kemampuan berpikir kritis pada kelas lain dengan sekolah yang sederajat. Untuk memberikan penilaian yang objektif, kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut.
(27)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Pedoman Penskoran Respon Siswa Pada Kemampan Berpikir Kritis Matematis
No Aspek yang diukur Respon siswa terhadap soal Skor
1
Mengidentifikasi dan menjustifikasi
konsep
Tidak menjawab atau memberikan jawaban salah yang tidak memberikan harapan 0 Hanya menjelaskan konsep-konsep yang
digunakan tetapi benar 1 Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap tetapi benar dan memberikan
alasan yang salah
2 Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap tetapi benar dan memberikan
alasan kurang lengkap
3 Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap tetapi benar dan memberikan
alasan yang benar
4 Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dengan lengkap dan benar serta memberikan
alasan yang benar
5
2 Menggeneralisasi
Tidak menjawab atau memberikan jawaban salah yang tidak memberikan harapan 0 Hanya melengkapi data pendukung dengan
lengkap dan benar 1
Melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar tetapi salah dalam menentukan
aturan umum.
2 Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan lengkap dan benar tetapi
tidak disertai penjelasan cara memperolehnya atau penjelasannya salah.
3 Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan lengkap dan benar tetapi
penjelasan cara memperolehnya kurang lengkap
4 Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan lengkap dan benar serta memberikan penjelasan cara memperolehnya
dengan lengkap dan benar.
5
3 Menganalisis Algoritma
Tidak menjawab atau memberikan jawaban
yang salah 0
Hanya memeriksa algoritma pemecahan
masalah saja tetapi benar 1 Memeriksa algoritma pemecahan masalah
dengan benar tetapi memberikan penjelasan yang tidak dapat dipahami dan tidak
(28)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
memperbaiki kekeliruan
Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar dan memperbaiki kekeliruan,
tetapi memberikan penjelasan yang tidak dapat dipahami
3 Memeriksa algoritma pemecahan masalah
dengan benar dan memberikan penjelasan yang benar tetapi tidak memperbaiki
kekeliruan
4 Memeriksa, memperbaiki, dan memberikan
penjelasan setiap langkah algoritma pemecahan masalah dengan lengkap dan
benar.
5
4 Memecahkan
masalah
Tidak menjawab, atau memberikan jawaban
yang salah 0
Hanya mengidentifikasi soal (diketahui,
ditanyakan, kecukupan unsur) tetapi benar. 1 Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan,
kecukupan unsur) dengan benar tetapi model matematika dan penyelasaiannya salah
2 Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan,
kecukupan unsur) dengan benar tetapi terdapat kesalahan dalam model matematika
sehingga penyelesaian dan hasilnya salah
3 Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan,
kecukupan unsur) dan model matematika dengan benar, tetapi penyelesaiannya terdapat kesalahan dalam proses perhitungan sehingga
hasilnya menjadi salah.
4 Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan,
kecukupan unsur) dan membuat model matematika dengan benar, kemudian
penyelesaiannya benar.
5 Sebelum soal tes kemampuan berpikir kritis matematis diuji coba secara empiris, pada soal tes dilakukan validitas logis yaitu validitas isi dan muka yang bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dan materi analisis validitas
3.5.2. Instrumen Skala Self-Efficacy Matematis
Skala Self-Efficacy siswa ini digunakan untuk mengetahui
Self-Efficacy matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas
(29)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
terdiri dari 25 butir pertanyaan, diantaranya: 16 pertanyaan positif dan 9 pertanyaan dengan negatif dengan indikator sebagaimana yang terdapat pada definisi operasional.
Skala Self-Efficacy matematis ini dibuat dengan berpedoman pada bentuk skala Likert, yang terdiri atas empat kategori respon, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan tidak ada pilihan netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari sikap ragu-ragu siswa untuk tidak memihak pada pertanyaan yang diajukan.
Sebelum diujicobakan, dibuat kisi-kisi skala Self-Efficacy terlebih dahulu kemudian disusun pernyataan dengan revisi dan saran pembimbing serta pakar psikologi di UPI.
3.5.3. Lembar Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati dan menelaah setiap kegiatan selama proses pembelajaran. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Observasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa sebelum pembelajaran dan jalannya proses belajar mengajar di dalam kelas.
3.6. Tahap Pelaksanaan
Penelitian pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem
Solving (CPS) dilaksanakan dengan beberapa tahapan, yaitu: 3.6.1. Persiapan
Pada tahap ini diadakan persiapan-persiapan yang dipandang perlu antara lain: melakukan studi kepustakaan tentang kemampuan berpikir kritis matematis, Self-Efficacy, serta pembelajaran Creative Problem Solving dan merancang perangkat pembelajaran serta instrumen pengumpulan data. Kemudian
(30)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
memohon izin melakukan penelitian kepada rektor UPI dan kepala SMA Negeri tempat penelitian akan dilaksanakan, melakukan uji coba instrumen penelitian dan menganalisis hasil uji coba tersebut, mengobservasi pembelajaran di sekolah dan berkonsultasi dengan guru matematika untuk menentukan waktu dan teknis pelaksanaan penelitian, serta meminjam data nilai rapot siswa untuk membuat pengelompokkan, kemudian memilih sampel secara purposif dan memberikan pre-test kepada siswa sampel penelitian.
3.6.2. Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan penerapan pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving(CPS) pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mendapat perlakuan yang sama dalam hal jumlah jam pelajaran. Sebelum pelaksanaan post-test masing-masing kelas eksperimen dan kontrol diberikan soal pre-test. Selama pembelajaran kelas eksperimen mendapatkan lembar kerja siswa, sedangkan kelas kontrol mendapatkan soal-soal latihan dari buku paket yang dimiliki siswa. Jumlah pertemuan pada kelas eksperimen dan kontrol masing-masing tujuh kali pertemuan dan diakhiri dengan melaksanakan post-test untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis dan sekaligus pemberian angket Self-Efficacy.
Secara garis besar langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran CPS pada penelititan ini adalah sebagai berikut: 1. Pendahuluan
1. Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Guru mempersiapkan siswa dengan cara berdoa, mengecek kehadiran siswa dan menanyakan kabar. 3. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran, cakupan
(31)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
yang akan dilakukan selama pembelajaran yaitu dengan menggunakan pendekatan Creative Problem Solving
(CPS).
4. Guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini.
2. Kegiatan Inti
1. Guru mengelompokan siswa kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang.
2. Guru membagikan LKS yang terdiri dari beberapa permasalahan terkait materi Trigonometri dengan topik trigonometri.
Fase 1 : Klarifikasi Masalah
3. Guru menginformasikan tata cara pengerjaan LKS. 4. Masing-masing siswa dalam kelompok diminta
memahami, mempelajari, dan mengerjakan kegiatan yang ada di LKS.
5. Guru membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengklarifikasi masalah dengan mengajukan pertanyaan arahan/rangsangan.
6. Guru memantau aktivitas siswa dan memastikan siswa/kelompok dalam kondisi diskusi.
Fase 2 : Brainstorming dan Evaluasi
7. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan sub-sub masalah yang telah dibuat.
8. Guru memastikan siswa melakukan brainstorming, dimana siswa mengumpulkan ide-ide yang keluar dan saling mendiskusikan dengan kelompoknya, memberikan kesempatan siswa atau kelompok bertanya.
(32)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Tahap ini guru sebaiknya memastikan bahwa ada kelompok yang telah berhasil menemukan solusi dari permasalahan yang terdapat pada LKS.
Fase 3: Implementasi
9. Guru meminta beberapa perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas.
10.Guru membimbing dan mengarahkan diskusi kelas. 11.Guru meminta siswa mengerjakan latihan soal yang
terdapat dalam LKS serta memantau kegiatan siswa. 12.Guru mengajak siswa membahas latihan soal. 13.Guru memantau aktivitas siswa
14.Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. 15.Guru dan siswa lainnya mengajukan pertanyaan kepada
kelompok penyaji. 3. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran secara menyeluruh dan meluruskan beberapa konsep yang belum tepat dengan meminta perwakilan kelompok untuk menuliskannya kembali.
2. Guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan dirumah. 3. Guru meminta siswa untuk membaca dan memahami
materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya Sedangkan langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pembelajaran Konvensional adalah sebagai berikut:
(33)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
1. Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Guru mempersiapkan siswa dengan cara berdoa, mengecek kehadiran siswa dan menanyakan kabar.
3. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran, cakupan materi yang akan dipelajari.
4. Guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini.
2. Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan kepada siswa tentang materi pelajaran 2. Guru memberi contoh-contoh soal dan menyelesaikannya
di papan tulis.
3. Guru bertanya kepada siswa apakah siswa sudah mengerti atau belum, jika belum, guru akan kembali menjelaskan pada bagian yang siswa belum begitu memahaminya. 4. Guru memberikan latihan-latihan soal, siswa diminta
mengerjakannya secara individu.
5. Guru meminta beberapa orang siswa untuk mengerjakan soal yang telah diberikan guru.
3. Penutup
1. Guru menyimpulkan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan
2. Guru memberikan pekerjaan rumah.
Setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai, sebelum dilakukan tes akhir (post-test) pada kelompok eksperiman dan kelompok kontrol, kedua kelompok siswa diberikan kuesioner Self-Efficacy. Kemudian kedua kelompok ini diberikan soal tes akhir yang sama dengan soal tes awal
(pre-tes), hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya peningkatan
(34)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
matematis selama 90 menit baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol.
3.7. Waktu dan Tahap Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan April-Juni tahun ajaran 2014/2015. Penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan. Adapun untuk rencana jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu 1. Pembuatan Proposal
2. Seminar Proposal 3. Menyusun Instrumen
Penelitian 4. Pelaksanaan
Penelitian
5. Pengumpulan Data 6. Pengolahan Data 7. Penulisan Tesis
8. Sidang Tahap I dan II
3.8. Tahap Analisis
Setelah implementasi pembelajaran selesai, data yang telah terkumpul dianalisis dan diolah secara statistik untuk data kuantitatif dan secara deskriptif untuk data kualitatif.
3.9. Teknis Analisis Instrumen
3.9.1. Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis 1. Analisis Validitas dan reliabilitas Instrumen Tes
Sebelum soal instrumen dipergunakan dalam penelitian, soal instrumen tersebut diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa yang telah memperoleh materi yang berkenaan dengan penelitian ini. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi syarat instrumen yang dapat dipakai atau belum, oleh
(35)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
karena itu kita perlu menganalisis validitasnya dan reliabilitas terlebih dahulu
a. Validitas
Menurut Arikunto (2003: 168), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Validitas instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengamatan. dari hasil tersebut akan diperoleh validitas teoritik dan validitas empirik.
Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan teori dan aturan yang ada. Validitas teoritik atau dapat disebut validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan (Suherman, 2003). Validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Apakah soal pada instrumen penelitian sesuai atau tidak dengan indikator.
Validitas muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal itu yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya dan tidak salah tafsir. Jadi suatu instrumen dikatakan memiliki validitas muka yang baik apabila instrumen tersebut mudah dipahami maksudnya sehingga testi tidak mengalami kesulitan ketika menjawab soal. Penilaian validitas isi dan validitas muka dilakukan oleh beberapa dosen UPI, rekan mahasiswa Pendidikan Matematika Pascasarjana UPI dan guru matematika SMA Negeri di Jakarta yang hasilnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Validitas isi dan validitas muka yang dinilai adalah kesesuaian antara butir tes dengan kisi-kisi soal, penggunaan bahasa atau gambar dalam soal, dan kebenaran materi atau konsep.
Validitas empirik adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu. Kriteria ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan
(36)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
korelasi produk momen dengan menggunakan angka kasar (Arikunto, 2003) yaitu:
rxy=
N XY−( X) ( Y) {N X2– X)2 {N Y2− ( Y)2}
Keterangan :
rxy = Koefisian validitas
X = Skor tiap butir soal Y = Skor total
N = Jumlah subyek
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas Koefisien Korelasi Interpretasi
00 , 1 80
,
0 rXY Sangat tinggi 80
, 0 60
,
0 rXY Tinggi
60 , 0 40
,
0 rXY Cukup
40 , 0 20
,
0 rXY Rendah
20 , 0 00
,
0 rXY Sangat rendah
Dengan mengambil taraf signifikan 0,05, didapat kemungkinan interpretasi:
jika r hit≤ r kritis , maka soal tidak valid jika r hit > r kritis , maka soal valid
Berdasarkan hasil uji coba pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Jakarta, diperoleh korelasi validitas antar butir tes kemampuan berpikir kritis matematis dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5 Validitas Instrumen Kemampuan Berpikir kritis Matematis
Nomor Soal Besarnya � Interpretasi
1 0,72 Validitas tinggi
2 0,62 Validitas tinggi
3 0,57 Validitas cukup
4 0,72 Validitas tinggi
(37)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu b. Reliabilitas
Suherman (2003) suatu alat evaluasi (tes dan nontes) disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap yang digunakan pada objek yang sama. Relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tidak signifikan dan bisa diabaikan. Adapun bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe subjektif atau uraian, karena itu menurut Suherman (2003: 154) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) menggunakan rumus:
22
11 1
1 Xtot
i S S n n r Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas alat evaluasi n = banyaknya butir soal
Si2 = jumlah varians skor setiap soal Sx tot2 = varians skor total
Adapun kriteria dari koefisien reliabilitas diinterpretasikan dalam Tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas
KoefisienReliabilitas (r11) Interprestasi
20 , 0 11 r reliabilitassangatrendah 40 , 0 20 ,
0 r11 reliabilitasrendah
70 , 0 40
,
0 r11 reliabilitassedang
90 , 0 70
,
0 r11 reliabilitastinggi
00 , 1 90
,
(38)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel pada taraf signifikan 0,05. Jika r hitung> r tabel maka soal reliabel, sedangkan jika r hitung ≤ r tabel maka soal tidak reliabel. Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh nilai r11= 0,81. sehingga
dapat diinterpretasikan bahwa soal tes berpikir kritis matematis memiliki reliabilitas yang tinggi.
2. Uji Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal itu mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang menjawab salah (Suherman, 2003). Galton (Suherman, 2003) berasumsi suatu perangkat alat tes yang baik bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata dan bodoh. Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus (Suherman, 2003) :
SA BB BA J J J
DP
Keterangan:
DP = daya pembeda
JBA= banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas JBB= banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah JSA= jumlah siswa kelompok atas.
Adapun kriteria dari daya pembeda diinterpretasikan dalam Tabel 3.7 Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda
KoefisienDayaPembeda (DP) Kriteria 00 , 0 DP Sangatjelek 20 , 0 00 ,
0 DP Jelek
40 , 0 20
,
0 DP Cukup
70 , 0 40
,
0 DP Baik
00 , 1 70
,
(39)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Hasil perhitungan daya pembeda untuk tes kemampuan berpikir kritis matematis disajikan dalam Tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3.8 Daya Pembeda Tes Berpikir kritis Matematis Nomor Soal Besarnya DP Interpretasi
1 0,31 Cukup
2 0,40 Cukup
3 0,43 Baik
4 0,36 Baik
5 0,09 Jelek
3. Uji Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran adalah bilangan real yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal dengan interval 0,00 sampai dengan 1,00 (Suherman, 2003). Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar/sulit, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Menurut Suherman (2003) untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus:
SB SA
BB BA
J J
J J IK
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
JBA= banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas JBB= banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah JSA= jumlah siswa kelompok atas
JSB= jumlah siswa kelompok bawah
Adapun kriteria dari indeks kesukaran diinterpretasikan dalam Tabel 3.9 Tabel 3.9 Kriteria Indeks Kesukaran
KoefisienDayaPembeda (DP) Kriteria IK ≤ 0,00 Soalterlalusukar 0,00 <IK0,30 Soalsukar 0,30 <IK0,70 Soalsedang 0,70 <IK< 1,00 Soalmudah
(40)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Dari hasil perhitungan. diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal tes kemampuan berpikir kritis matematis yang terangkum dalam Tabel 3.10 berikut ini:
Tabel 3.10 Indeks Kesukaran Tes Berpikir kritis Matematis Nomor Soal Besarnya IK Interpretasi
1 0,70 Sedang
2 0,65 Sedang
3 0,96 Mudah
4 0,46 Sedang
5 0,3 Sukar
Rekapitulasi dari semua perhitungan analisis hasil uji coba tes kemampuan berpikir kritis matematis disajikan secara lengkap dalam Tabel 3.11 berikut ini:
Tabel 3.11 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Nomor Soal
Interpretasi Validitas
Interpretasi Tingkat Kesukaran
Interpretasi Daya Pembeda
Interpretasi Reliabilitas
1 Tinggi Mudah Cukup
Tinggi
2 Tinggi Mudah Cukup
3 Cukup Sedang Baik
4 Tinggi Sedang Baik
5 Cukup Sukar Jelek
Berdasarkan tabel 3.10 di atas, instrumen kemampuan berpikir kritis matematis yang diujikan memiliki reliabilitas tinggi, namun ada satu butir soal yang memiliki validitas cukup (nomor soal 3 dan 5), oleh karena itu soal tersebut tetap akan digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa hanya saja direvisi di bebarapa bagian.
3.9.2. Instrumen Self-Efficacy Matematis
Untuk menguji validitas skala Self-Efficacy digunakan uji validitas isi (content validity). Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
(41)
Tista Imam Riyadi, 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2006). Instrumen dinyatakan valid apabila isinya sesuai dengan apa yang hendak diukur. Pada penelitian ini, pengujian validitas skala Self-Efficacy dilakukan oleh dosen pembimbing dan pakar
Self-Efficacy di UPI. Hasilnya adalah merevisi pernyataan-pernyataan
tertentu yang dianggap kurang tepat dari segi kebahasaan sehingga tidak mengandung makna ganda atau multi tafsir kepada responden dalam memilihnya.
Setelah instrumen Self-Efficacy dinyatakan valid oleh ahli, dilakukan uji keterbacaan instrumen terhadap 10 orang siswa. Uji keterbacaan dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam angket dapat dimengerti susunan redaksi dan maknanya, telah sesuai dan/atau menggambarkan tentang apa yang dirasakan, dialami, dan dihadapi siswa. Hasil menunjukkan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami pernyataan-pernyataan yang terdapat pada lembar skala Self-Efficacy.
Kemudian dilakukan uji coba instrumen self-efficacy siswa terhadap 35 orang siswa. Hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17.
untuk menguji derajat validitas dan reliabilitas instrumen. 1. Validitas Instrumen
Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total. Hasil uji validitas skala Self-Efficacy dengan menggunakan program SPSS 17 (Uji nonparametrik Spearman) disajikan secara lengkap pada Lampiran. Hasil uji validitas pernyataan Self-Efficacy terangkum dalam Tabel 3.12 berikut ini.
Tabel 3.12 Validitas Self-efficacy Nomor
Pernyataan
Koefisien
Korelasi Signifikansi Interpretasi
1 0,470 0,004 Valid
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative Problem Solving (CPS) lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran Konvensional.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative Problem Solving (CPS) lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran Konvensional.
3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan Creative Problem Solving (CPS) berdasarkan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah). Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis terletak pada siswa dengan kemampuan awal matematika (KAM) tinggi dengan rendah, dan siswa KAM sedang dengan rendah sementara tidak terdapat perbedaan peningkatan untuk KAM tinggi dengan sedang. 4. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada masing-masing kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah).
5. Peningkatan Self-Efficacy matematis siswa yang memperoleh pembelajaran CPS lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran Konvensional.
(2)
6. Terdapat perbedaan Self-Efficacy matematis siswa yang memperoleh pembelajaran CPS berdasarkan KAM (tinggi, sedang, rendah)
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi peneliti yang ingin menerapkan pendekatan Creative Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran, hendaknya memberikan prioritas waktu lebih banyak pada awal diskusi, karena pada tahap tersebut terjadi proses pengenalan pembelajaran yang akan di lakukan.
2. Berdasarkan temuan yang diperoleh peneliti terkait dengan pendekatan Creative Problem Solving (CPS), didapati siswa yang masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan langkah awal Creative Problem Solving (CPS) yaitu mengidentifikasi konsep untuk menjawab permasalahan sehingga guru harus memfasilitasi dan memberikan rangsangan berupa pertanyaan-pernyataan awal. Oleh karena itu bagi peneliti yang ingin menerapkan pendekatan Creative Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran, hendaknya memberikan perhatian lebih pada proses tersebut. 3. Berdasarkan temuan yang diperoleh peneliti terkait dengan aspek
Self-Efficacy (keyakinan diri) matematis siswa diperoleh kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan Creative Problem Solving (CPS) dan dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis yang tinggi memiliki Self-Efficacy (keyakinan diri) yang baik. Oleh karena itu bagi peneliti yang akan mengembangkan aspek Self-Efficacy(keyakinan diri) matematis siswa, diharapkan menerapkan pembelajaran yang dapat membuat matematika menjadi mudah untuk dipelajari oleh siswa serta memberikan soal-soal matematika yang sesuai dengan kemampuan tahapan berpikir siswa.
(3)
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, 2009. Pendidikan bagi anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Anderson, P. 2012. Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya. Disertasi SPS UPI Bandung. Bandung: tidak diterbitkan.
Arends, R.1. 2001. Exploring Teaching: An Introduction toEducation. New York: Mc Graw-Hill Companies
Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Bandura, A. 1997. Self-Efficacy. San Diego : Academic Press
Darhim. 2004. Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap Hasil belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar. Disertasi UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Depdiknas. 2002. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Ennis, R. 1993. Critical Thinking Assessment. Theory Into Practice.Teaching for Higher Order Thingking. 32(3), 179-186.
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Isrok’atun. 2012. (Prosiding: CreativeProblemSolving(CPS)Matematis) Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY
Karen, 2004. Model Creative Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika. [ONLINE] tersedia :
https://ryanlikegreen.wordpress.com/2010/12/16/model-creative-problem-solving-dalam-pembelajaran-matematika/ (2015, Agustus)
Lestari, E. 2013. Efektifitas Media pembelajaran Berbasis ICT terhadap Prestasi Belajar dalam Kompetensi Dasar Melaksanakan Prosedur Kesehatan.Tesis UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Moore, B. dkk. 2012. Critical Thinking and Formative Assessments.NewYork : Eye on Education.
(5)
Munandar, U. 2004. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rhineka Cipta
National Council of Teacher of Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.
Noortsani, I. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA di Kabupaten Cianjur Melalui PendekatanCreative Problem Solving. Tesis SPS UPI Bandung. Bandung: tidak diterbitkan.
Novitasari, D. 2014. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Disposisi Matematis Siswa. Tesis SPS UPI Bandung. Bandung: tidak diterbitkan.
Piaw, C. 2004. Creative and Critical Thinking Styles. Selangor : University Putra Malaysia Press
Pinar, S. 2004. CPS Creative Problem Solving in Swedish Organizations. Swedish : Lulea University of Technology
Ruseffendi, HET. 1998. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan da Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press.
Salomor, R. 2011. Pembelajaran Group Invenstigation dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self Concept Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis SPS UPI Bandung. Bandung: tidak diterbitkan. Schafersman, D. 1991. An Introduction to Critical thinking. [ONLINE] tersedia :
facultycenter.ischool.syr.edu (2015, Juli)
Somakim. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-Efficacy Matematik Siswa SMP Dengan Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi SPS UPI Bandung. Bandung: tidak diterbitkan.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta
Suherman, dkk. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA FPMIPA UPI.
Sumarmo, U. (1987).
(6)
KemampuanPenalaranLogikSiswadanBeberapaUnsur Proses BelajarMengajar.Disertasi UPI Bandung: Tidakditerbitkan.
Uyanto, S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta : Graha Ilmu Wahyudin. 2009. Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan
Siswa dalam Pelajaran Matematika. Laporan penelitian IKIP Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.
Widdiharto. (2004). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Gema Pena.
Wiliyati, B. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self-Efficacy Matematis Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Investgasi. Tesis SPS UPI Bandung. Bandung: tidak diterbitkan.