UMSU Berkembang Karena Keikhlasan

DI ANTARA KITA

Drs H Chairuman Pasaribu:

UMSU Berkembang
Karena Keikhlasan

pd

fsp

litm
erg
er.
co
m)

Melihat perkembangan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara
yang sekarang, dapat dikatakan
perkembangan ini melebihi yang

dapat dibayangkan saat itu.
Saat Universitas ini sedang dirintis.

S

De
mo
(

Vi
sit

htt
p:/
/w
w

w.

etidaknya begitulah sepenggal sejarah

perjuangan merintis sebuah amal usaha yang
didapat redaksi Suara Muhammadiyah ketika
menyambangi Ketua Badan Pengurus Harian (BPH)
UMSU Drs H Chairuman Pasaribu di ruang kerjanya
yang sederhana di Lantai II Kampus UMSU Jalan KH
Ahmad Basri Medan. Saat itu, beliau ditemani oleh
Anwar Bakti,Humas UMSU dan Amirullah
Hidayat,salah seorang fungsionaris DPP IMM.
Namun, usia setua itu, justru tidak mengendurkan
semangat pengabdiaannya bagi perkembangan UMSU
ke depan. Kakek 10 cucu yang pernah menjabat
sebagai Rektor UMSU dalam kurun waktu 4 tahun ini
kelihatan masih enerjik ketika memaparkan bagaimana
perjalanan karirnya di universitas yang kini sangat
diperhitungkan di negeri ini. Dengan perlahan-lahan
lelaki yang akrab dipanggil “Buya” itu, bangkit dari
duduknya dan berjalan menuju jendela nako ruang
kerjanya. Ternyata dari jendela itu, ia sering menatap
lepas ke arah lapangan dan berjejer rapi ratusan
sepedamotor yang diparkirkan.

“Dengan menatap sepedamotor yang diparkirkan
tersebut, saya senantiasa mengucapkan rasa syukur
Alhamdulillah karena perkembangan UMSU sangat
menggembirakan. Kalau dulu mahasiswa masih ada
yang naik sepeda, sekarang sudah naik sepedamotor,
mobil dan yang lebih menggembirakan, jumlah
mahasiswanya terus meningkat,”
Menurutnya saat melihat cikal bakal UMSU yakni

48

22 RAMADLAN - 6 SYAWAL 1431 H

pd

fsp

penawaran dari Kepala Kantor Wilayah Departemen
Agama Sumatera Utara, Adnan Harahap yang
kebetulan temannya.

Penawaran kedua untuk menjadi Kepala Kantor
Departemen Agama kembali diterimanya ketika pejabat
Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Sumatera
Utara adalah abang iparnya. Namun, tawaran itu
kembali ditolaknya.
Penolakan tersebut, karena Buya memang sudah
menetapkan pendirian untuk mengabdikan hidupnya
pada UMSU. Dengan tegas, Buya mengisahkan,
bahwa hatinya tidak dapat berpindah ke tempat lain.
“Saya ini guru, dan saya mau mengabdi langsung di
dunia pendidikan,” Buya yang mengaku bahwa
pengabdian tersebut merupakan panggilan sebagai
kader Muhammadiyah.
Sebagai Ketua BPH, Buya sedang mengemas
pengharapan UMSU akan memiliki kebun dan usahausaha lain yang dapat menopang operasional dan
perkembangan universitas tersebut. Buya juga sedang
memikirkan untuk melihat lahan yang dapat dijadikan
pengembangan kampus UMSU yang lebih besar.
“Dalam hati saya, semoga program UMSU ini
dapat dilaksanakan dengan baik, seperti apa yang

pernah kami laksanakan, yakni tidak ada yang
menyimpang soal uang. Artinya, tidak ada uang yang
masuk ke dalam kantong yang tidak bernomor,”
katanya.
Semangat keikhlasan untuk mengabdi tanpa
menuruti kepentingan pribadi inilah yang menjadi
kunci perkembangan UMSU sehingga kelihatan
seperti sekarang ini.l Den

De
mo
(

Vi
sit

htt
p:/
/w
w


w.

Fakultas Falsafah Hukum Islam Muhammadiyah,
mayoritas orang pasti tidak akan berselera melihatnya.
Prospeknya kelihatan suram dan kelihatan sangat sulit
untuk bisa dikembangkan. Hal yang sama juga terjadi
pada diri Chairuman Pasaribu. Saat itu tidak banyak
orang potensial yang mau bergabung untuk berjuang di
UMSU. Namun, setelah menyelesaikan pendidikan di
Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Jalan Sisingamangaraja, Chairuman Pasaribu tergerak untuk
ikut mengabdi dan berjuang di UMSU yang berwujud
Fakultas Falsafah Hukum Islam Muhammadiyah.
Karirnya dimulai sebagai pegawai biasa di bagian tata
usaha, kemudian menjadi dosen. Ketika Rektor UMSU
dijabat almarhum Dalmy Iskandar, ia pun diberi
kepercayaan menduduki jabatan Sekretaris UMSU tahun
1982-1984. Jabatan Rektor UMSU periode 1999-2003
kemudian juga diamanatkan kepadanya. Setelah amanat
sebagai rektor ditunaikan, pengabdiannya untuk UMSU

ternyata belum berakhir. Jabatan Ketua BPH UMSU
periode 2010-2014, justru diserahkan kepada
Chairuman Pasaribu.
“Saya tidak pernah mengharapkan jabatan apa pun.
Jabatan yang diberikan sampai saat ini adalah amanah.
Saya jalani dengan pengabdian yang tulus dan tidak
mengharapkan lebih dalam bentuk apa pun,” katanya.
Sikap sederhana itu, memang tidak dibuat-buat.
Ketika Buya diangkat sebagai rektor, kepadanya
ditawarkan sebuah mobil seharga Rp 300 juta sebagai
kendaraan dinas. Mobil dinas itu ditolak karena Buya
memang sudah memiliki kendaraan pribadi.
Tidak hanya mobil, jabatan sebagai Kepala Kantor
Departemen Agama pun ditolaknya ketika ada

litm
erg
er.
co
m)


DI ANTARA KITA

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 95 | 1 - 15 SEPTEMBER 2010

49