Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Asing Diperkuat

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id

Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Asing Diperkuat
Tanggal: 2011-03-10
Prof. Dr. David Reeve, saat menjadi pembicara dalam lokakarya BIPA UMM

Mengantisipasi semakin banyaknya mahasiswa asing yang belajar di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Biro
Kerjasama Luar Negeri (BKLN) UMM mengadakan lokakarya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA), Senin (28/02). Lokakarya membahas revitalisasi kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif dan
menarik.

Lokakarya mendatangkan senior advisor ACICIS International, Prof. Dr. David Reeve sebagai pembicara. Didampingi
kepala BKLN, Dr. Masduki, M.Pd, kepala American Corner, Dr. A. Habib, MA dan kepala BIPA UMM, Dra. Daroe
Iswatiningsih, M.Si, David mengulas beberapa metode pengajaran yang sudah lama dan harus ditinggalkan.
Berdasarkan pengalaman 40 tahun mengajar, David menemukan lima perbedaan metodologi. Diantaranya, pengajaran
lebih difokuskan pada tata bahasa dan terjemahan. Skill yang ditonjolkan dari cara ini adalah pada membaca dan
menerjemahkan saja. Metode ini tidak cocok lagi diterapkan karena menimbulkan kelemahan pada kemampuan
speaking dan listening.
“Misal, saya di Australia bisa belajar bahasa Perancis sampai memahami karya sastra klasiknya, tapi saya tetap tidak

bisa berbicara bahasa Perancis karena metode yang digunakakan grammar translation, “ungkapnya menyontohkan.
Selanjutnya terdapat metode audio lingual dan functional notion. “Yang keempat adalah communicative dengan
membentuk small group,” terang David yang mengaku selalu kangen dengan kota Malang setelah 15 tahun menggeluti
kota ini. Dengan metode ini mahasiswa diharuskan melakukan dialog antara satu dengan yang lainnya. Sehingga, guru
tidak harus selalu berdiri di depan kelas.
David berharap diciptakan metode pembelajaran baru yang mencerminkan nilai dan ciri-ciri dari bahasa Indonesia itu
sendiri. Kesalahan utama dalam pengajaran, mahasiwa yang diam dianggap mendengarkan padahal mereka sedang
memikirkan hal yang lain. “Mahasiswa di Australia 10% berpikir tentang lunch, kemudian 75% untuk memikirkan sex dan
hanya 15% saja mereka berpikir tentang education,”terangnya lagi.
Terakhir, kata David, faktor budaya, dimana pembelajaran bahasa Indonesia bisa dipelajari dari lingkungan sekitar.
Pengajaran bahasa Indonesia tidak hanya melalui buku teks saja, tetapi dari sesuatu yang hidup. Misalnya dengan
membaca plang-plang yang terdapat dipinggir jalan. “Di Indonesia ini orang lebih mudah minta maaf dari pada minta
izin. Banyak larangan yang di pasang di pinggir jalan,” ungkapnya sambil memberi contoh gambar-gambar.
Selain itu, slogan-slogan yang banyak dipakai untuk mengiklankan sebuah instansi juga menarik untuk dibuat bahan
atau materi pembelajaran. “Misalnya, belanja puas harga pas atau memakai lagu yang liriknya lucu seperti keong
racun,” ujarnya sambil menyanyikan lagu.
Sementara itu, Daroe mengatakan, kegiatan ini dikhususkan untuk mempersiapkan menerima mahasiswa asing yang
memperoleh beasiswa Darmasiswa dari Pemerintah RI. Peserta acara ini, selain dari UMM, antara lain berasal dari
Politeknik Negeri Malang (Polinema), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Islam Malang (Unisma) dan IKIP
Budi Utomo.

“Pembelajaran bahasa Indonesia juga merupakan salah satu upaya pencintraan Indonesia di mata dunia, sehingga
pelayanan yang baik kepada mereka akan menimbulkan respon yang bagus di tahun-tahun selanjutnya,” pungkas
Daroe yang juga dosen Bahasa Indonesia FKIP UMM itu. (rwp/nas)

page 1 / 1