Dampak Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Variabel Ekonomi Lain Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Luas Lahan Sawah di Koridor Ekonomi Jawa

DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
JALAN DAN VARIABEL EKONOMI LAIN TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN LUAS LAHAN SAWAH
DI KORIDOR EKONOMI JAWA

PUSPITA MEGA LESTARI EFFENDI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Pembangunan
Infrastruktur Jalan dan Variabel Ekonomi Lain Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
dan Luas Lahan Sawah di Koridor Ekonomi Jawa adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013

Puspita Mega Lestari Effendi
NIM H14090119

ii

ABSTRAK
PUSPITA MEGA LESTARI EFFENDI. Dampak Pembangunan
Infrastruktur Jalan dan Variabel Ekonomi Lain Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
dan Luas Lahan Sawah di Koridor Ekonomi Jawa. Dibimbing oleh ALLA
ASMARA
Peran infrastruktur jalan sangat penting untuk kegiatan ekonomi di Koridor
Ekonomi Jawa. Infrastruktur memang dibutuhkan, namun di sisi lain justru
mendorong penyempitan lahan sawah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel ekonomi lain
terhadap pertumbuhan ekonomi dan luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa.
Penelitian ini menggunakan model data panel 6 provinsi di Koridor Ekonomi

Jawa tahun 2001-2011. Hasil menunjukkan bahwa panjang jalan (PJ), kepadatan
penduduk (KP), pengeluaran pemerintah (PP), dan net ekspor (NX) berpengaruh
positif, inflasi berpengaruh negatif, sedangkan investasi asing (PMA) dan
investasi dalam negeri (PMDN) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di Koridor Ekonomi Jawa. Panjang jalan (PJ), kepadatan penduduk
(KP), dan jumlah industri besar dan sedang (IND) berpengaruh negatif terhadap
luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa.
Kata Kunci: Data Panel, Infrastruktur, Lahan Sawah, Pertumbuhan Ekonomi

ABSTRACT
PUSPITA MEGA LESTARI EFFENDI. The Impact of Road Infrastructure
Development and Other Economic Variables on Economic Growth and
Agricultural Land in Java Economic Corridor. Supervised by ALLA ASMARA
The role of road infrastructure is important for economic activity in Java
Economic Corridor. Infrastructure is needed for developing economic activity, but
on the other side it decreases the size of agricultural land. This research is
analyzing the impact of road infrastructure development and other economic
variables on economic growth and the size of agricultural land in Java Economic
Corridor. This research uses panel data model in 6 provinces in Java Economic
Corridor 2001-2011. The finding of the research shows that the length of the road

(PJ), population density (KP), government consumption (PP), and net exports
(NX) has a positive effect, inflation has a negative impact and foreign direct
investment (PMA) and domestic investment (PMDN) have no effect on economic
growth in Java Economic Corridor. Variable length of road (PJ), population
density (KP), and a number of large and medium industries (IND) negatively
affected the size of agricultural land in Java Economic Corridor.
Keywords: Agricultural Land, Economic Growth, Infrastructure, Panel Data

iii

DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
JALAN DAN VARIABEL EKONOMI LAIN TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN LUAS LAHAN SAWAH
DI KORIDOR EKONOMI JAWA

PUSPITA MEGA LESTARI EFFENDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iv

v

Judul Skripsi : Dampak Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Variabel
Ekonomi Lain Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Luas Lahan
Sawah di Koridor Ekonomi Jawa
Nama
: Puspita Mega Lestari Effendi
NIM
: H14090119


Disetujui oleh

Dr. Alla Asmara, S.Pt M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr.Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi
ini adalah “Dampak Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Variabel Ekonomi Lain
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Luas Lahan Sawah di Koridor Ekonomi
Jawa”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk
menganalisis mengenai perkembangan serta dampak pembangunan infrastruktur
jalan dan variabel ekonomi lain terhadap pertumbuhan ekonomi dan luas lahan
sawah di Koridor Ekonomi Jawa.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Nurdin Effendi
(Alm), Ibu Siti Hapsah, serta kakak dari penulis yaitu Novianti dan Dina
Ferdiansyah, atas segala doa, motivasi, dan dukungan baik moril maupun materiil
bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Alla Asmara, S.Pt M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan dan bimbingan baik secara teknis, teoritis, maupun moril
dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama dan Ranti Wiliasih, M.Si selaku
dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah
diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Para dosen, staff, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama
menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

4. Teman-teman satu bimbingan Ardhi, Jajang, Stania, dan Almira yang telah
menjadi partner diskusi dan teman berbagi suka duka dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Sahabat penulis Meiyora, Rissa, Risya, Salsa, Farah, Sri Wulan, Melli,
Farhana, Friska, Mira, Yuki, Dyah, Amel, Justi, Ditri, Nabilah, Oci, dan
anggota Pakuan Teguh, serta teman-teman Ilmu Ekonomi 46 yang selalu
memberikan keceriaan, masukan, dan semangat kepada penulis. Ibu Nana
(BPS) yang telah memberikan masukan dan membantu penulis dalam mencari
data.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013
Puspita Mega Lestari Effendi

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Ekonomi
Analisa Penggunaan Lahan
Konversi Lahan Sawah
Data Panel
Konsep Elastisitas
Penelitian Terdahulu
Kerangka Penelitian
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis
Perumusan Model
Uji Hipotesis

Koefisien Determinasi
Uji Asumsi
GAMBARAN UMUM
Kondisi Geografis dan Administratif
Kondisi Kependudukan
Kondisi Perkembangan Perekonomian
Kondisi Perkembangan Lahan Sawah
Perkembangan Infrastruktur Jalan
Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Perkembangan Net ekspor
Perkembangan Investasi Asing dan Investasi Dalam Negeri
Perkembangan Inflasi
Perkembangan Jumlah Industri Besar dan Sedang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dampak Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Variabel Ekonomi
Lainnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Koridor Ekonomi Jawa
Dampak Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Variabel Ekonomi
Lainnya Terhadap Luas Lahan Sawah di Koridor Ekonomi Jawa
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
3
4
4
5
5
6
8
8
10
11

13
15
15
15
16
17
18
18
19
20
20
21
22
23
24
25
26
26
28
28
29
29
33
36
36
37
37
40
48

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

16
17

18

Perkembangan produksi tanaman padi menurut koridor (ribu ton)
Penelitian terdahulu
Jenis dan sumber data
Luas wilayah dan pembagian daerah administrasi masing-masing
provinsi di Koridor Ekonomi Jawa Tahun 2011
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, rasio jenis kelamin, laju
pertumbuhan, dan kepadatan penduduk provinsi di Koridor Ekonomi
Jawa Tahun 2010
PDRB ADHK 2000 menurut lapangan usaha berdasarkan provinsi di
Koridor Ekonomi Jawa
Rincian luas lahan pertanian menurut provinsi di Koridor Ekonomi Jawa
tahun 2011(Ha)
Luas lahan sawah berdasarkan provinsi di Koridor Ekonomi Jawa
Panjang jalan berdasarkan provinsi dan tingkat kewenangan di Koridor
Ekonomi Jawa
Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan provinsi di Koridor
Ekonomi Jawa
Perkembangan net ekspor di Koridor Ekonomi Jawa
Perkembangan tingkat inflasi di Koridor Ekonomi Jawa
Perkembangan jumlah industri besar dan sedang di Koridor Ekonomi
Jawa
Uji model pertumbuhan ekonomi terbaik
Hasil estimasi model dampak pembangunan infrastruktur jalan dan
variabel ekonomi lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Koridor
Ekonomi Jawa dengan pendekatan FEM
Uji model luas lahan sawah terbaik
Hasil estimasi model dampak pembangunan infrastruktur jalan dan
variabel ekonomi lainnya terhadap luas lahan sawah di Koridor Ekonomi
Jawa dengan pendekatan FEM
Nilai elastisitas masing-masing variabel

3
13
16
21

21
22
23
24
24
25
26
28
29
30

30
33

34
35

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Persentase distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000
menurut koridor ekonomi tahun 2011
Luas lahan sawah berdasarkan provinsi di Koridor Ekonomi Jawa
Laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 menurut provinsi di Koridor
Ekonomi Jawa, 2009-2011(%)
Kurva perbedaan sewa lahan sesuai dengan perbedaan jarak ke pasar
Perbedaan kurva sewa lahan untuk kegiatan yang berbeda
Diagram cincin Von Thunen
Kerangka penelitian
Provinsi tujuan migran seumur hidup tahun 2010
Perkembangan penanaman modal dalam negeri di Koridor Ekonomi
Jawa

1
2
3
6
7
7
14
22
27

ix

10

Perkembangan penanaman modal asing di Koridor Ekonomi Jawa

27

DAFTAR LAMPIRAN
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Hasil uji normalitas untuk pengujian asumsi klasik normalitas dalam
mengestimasi dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel
ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi di Koridor Ekonomi Jawa
Hasil uji multikolinearitas untuk pengujian asumsi klasik
multikolinearitas dalam mengestimasi dampak pembangunan
infrastruktur jalan dan variabel ekonomi lain terhadap pertumbuhan
ekonomi di Koridor Ekonomi Jawa
Hasil pengujian dengan metode PLS (Pooled Least Square) untuk
mengestimasi dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel
ekonomi lain terhadap pertumbuhan ekonomi di Koridor Ekonomi
Jawa
Hasil pengujian dengan metode Fixed Effect untuk mengestimasi
dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel ekonomi lain
terhadap pertumbuhan ekonomi di Koridor Ekonomi Jawa
Hasil pengujian Chow Test untuk mengestimasi dampak
pembangunan infrastruktur jalan dan variabel ekonomi lain terhadap
pertumbuhan ekonomi di Koridor Ekonomi Jawa
Hasil uji normalitas untuk pengujian asumsi klasik normalitas dalam
mengestimasi dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel
ekonomi lain terhadap luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa
Hasil uji multikolinearitas untuk pengujian asumsi klasik
multikolinearitas dalam mengestimasi dampak pembangunan
infrastruktur jalan dan variabel ekonomi lain terhadap luas lahan
sawah di Koridor Ekonomi Jawa
Hasil pengujian dengan Metode PLS (Pooled Least Square) untuk
mengestimasi dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel
ekonomi lain terhadap luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa
Hasil pengujian dengan metode Fixed Effect untuk mengestimasi
dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel ekonomi lain
terhadap luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa
Hasil pengujian dengan metode Random Effect untuk mengestimasi
dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel ekonomi lain
terhadap luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa
Hasil pengujian Chow Test untuk mengestimasi dampak
pembangunan infrastruktur jalan dan variabel ekonomi lain terhadap
luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa
Hasil pengujian Hausman Test untuk mengestimasi dampak
pembangunan infrastruktur jalan dan variabel ekonomi lain terhadap
luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa

40

40

41

42

42

43

43

44

45

46

46

47

x

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bidang ekonomi adalah hal penting yang terus menerus diperhatikan oleh
pemerintah. Tujuan negara dalam ekonomi makro adalah untuk mencapai
stabilitas ekonomi, pertumbuhan, dan pembangunan ekonomi yang tinggi. Pada
hakekatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat
menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik (Todaro dan Smith 2006).
Pembangunan ekonomi Indonesia memiliki banyak tantangan yang tidak mudah
untuk diselesaikan. Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) penting dalam rangka memberikan
arah pembangunan ekonomi Indonesia hingga tahun 2025. MP3EI dimaksudkan
untuk mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
MP3EI fokus pada pengembangan 8 program utama yang terdiri dari 22
kegiatan ekonomi utama di 6 koridornya, yaitu Koridor Ekonomi Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Papua dan Maluku. Koridor
Ekonomi Jawa memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan koridor lainnya.
Koridor ini dapat menjadi tolak ukur perubahan ekonomi yang telah sukses
berkembang.

Gambar 1 Persentase distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
2000 menurut koridor ekonomi tahun 2011
Sumber: BPS, 2012

Gambar 1 menunjukkan bahwa Koridor Ekonomi Jawa merupakan koridor
yang memiliki kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) paling besar
terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia yaitu mencapai 58% pada
tahun 2011. Lebih dari setengah pendapatan negara berasal dari koridor ini.
Menurut Lewis, pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara dapat
dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan pada sektor industri. Industrialisasi
merupakan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi (Todaro dan Smith 2006).
Oleh karena itu, strategi pengarahan Koridor Ekonomi Jawa sebagai pendorong
industri dan jasa nasional digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan.
Infrastruktur jalan sangat penting untuk menunjang kegiatan ekonomi di
Koridor Ekonomi Jawa. Banyak keuntungan ekonomi diperoleh dari infrastruktur
terkait dengan pendapatan, aksesibilitas, lapangan kerja saat konstruksi jalan,
reduksi biaya transportasi, penghematan biaya, waktu, dan meningkatkan

2

produktivitas industri (Weiss dan Figura dalam Kim 2006). Pembangunan
infrastruktur memang dibutuhkan dalam kegiatan ekonomi, namun di sisi lain
justru mendorong penyempitan lahan sawah yang ada. Konversi lahan sawah
terjadi karena adanya desakan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang
semakin bertambah jumlahnya seperti pemukiman, industri, maupun prasarana
dengan tujuan memperluas kegiatan ekonomi.
Koridor Ekonomi Jawa merupakan pusat pertumbuhan ekonomi dan
industri. Seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan ekonomi di suatu
wilayah akan menyebabkan semakin meningkatnya permintaan terhadap
sumberdaya lahan.

1200000
1000000
DKI Jakarta

Hektar

800000

Jawa Barat

600000

Banten
400000
Jawa Tengah
200000

DI Yogyakarta

0

Jawa Timur
2007

2008

2009

2010

2011

Tahun

Gambar 2 Luas lahan sawah berdasarkan provinsi di Koridor Ekonomi Jawa
Sumber: BPS, 2011 (diolah)

Luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa berfluktuasi dari tahun ke
tahunnya. Luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa tahun 2011 mencapai 3
251 694 hektar, jumlah ini menurun 0.058% dari tahun 2010 dengan luas 3 253
594 hektar. Lahan sawah terluas ada di Provinsi Jawa Timur seluas 1 106 449
hektar pada tahun 2011, diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten,
DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta (Gambar 2).
Semakin sempitnya luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa tentu akan
mengganggu pembangunan pertanian, khususnya produksi padi sebagai pangan
utama nasional yang masih terfokus di Koridor Ekonomi Jawa. Lahan di Koridor
Ekonomi Jawa pada umumnya lebih subur, hal itu karena jaringan irigasi di
koridor ini lebih baik serta organisasi petani yang lebih mapan dibandingkan di
luar Koridor Ekonomi Jawa.
Tabel 1 menunjukkan perkembangan produksi tanaman padi nasional.
Koridor Ekonomi Jawa merupakan koridor dengan produksi padi tertinggi
dibandingkan dengan koridor ekonomi lainnya. Produksi padi di Koridor
Ekonomi Jawa pada tahun 2012 mencapai 35 976 ribu ton atau sebesar 52.45%
dari total produksi padi nasional.

3

Tabel 1 Perkembangan produksi tanaman padi menurut koridor (ribu ton)
Koridor
Sumatera
Jawa
Bali&Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Maluku&Papua
Indonesia

2008
13 597
32 346
3 168
4 384
6 575
252
60 322

2009
14 399
34 880
3 357
4 392
6 801
271
64 100

2010
15 200
36 375
3 176
4 422
6 960
274
66 407

2011
15 407
36 439
3 411
4 520
7 244
297
67 318

2012
16 299
35 976
3 601
4 711
7 692
311
68 590

Sumber: BPS, 2012

Beberapa uraian diatas menjelaskan betapa pentingnya infrastruktur jalan
dalam kegiatan ekonomi dan lahan sawah untuk mencapai salah satu tujuan
pembangunan. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan
prasyarat industrialisasi yang akan menjadi pendorong perekonomian nasional.
Rumusan Masalah
Koridor Ekonomi Jawa sebagai pendorong industri dan jasa nasional
diharapkan dapat menjadi barometer perekonomian Indonesia. Koridor Ekonomi
Jawa memiliki penduduk dalam jumlah besar dengan tingkat pendapatan yang
cukup tinggi. Hal ini menjadikan Koridor Ekonomi Jawa sebagai pasar yang kuat
bagi produk-produk dalam negeri, sehingga dapat berperan besar dalam
mendorong kemajuan ekonomi daerah, baik di dalam maupun luar Koridor
Ekonomi Jawa. Ini berarti bahwa pembangunan di luar Koridor Ekonomi Jawa
dapat memanfaatkan perkembangan ekonomi di koridor ini.

Gambar 3 Laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 menurut provinsi di Koridor
Ekonomi Jawa, 2009-2011(%)
Sumber: BPS, 2012

Pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi yang ada di Koridor Ekonomi
Jawa dari tahun ke tahunnya semakin meningkat. Laju pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2011 menunjukkan Provinsi Jawa Timur sebagai provinsi dengan laju
pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu sebesar 7.22%, diikuti oleh DKI Jakarta dan
Jawa Barat sebesar 6.71% dan 6.48%, sedangkan Provinsi DI Yogyakarta
merupakan provinsi dengan laju pertumbuhan ekonomi terendah pada tahun 2011
yaitu sebesar 5.16% (Gambar 3).
Daya tarik pendapatan yang besar dan tersedianya segala fasilitas termasuk
di dalamnya ketersediaan infrastruktur serta keberadaan Ibu Kota Negara
Indonesia yaitu DKI Jakarta menjadi tempat tujuan banyak orang dari luar daerah

4

untuk mencari segala kebutuhan maupun pengalaman dari masing-masing
individu. Banyak aktivitas dan pusat kegiatan pemerintah berpusat di Koridor
Ekonomi Jawa. Dampaknya adalah terjadi perpindahan penduduk atau migrasi
karena sumber daya manusia dan sumber daya alam yang potensial dapat
terpenuhi dengan lengkap.
Fenomena migrasi ini merupakan dampak dari adanya perkembangan
industri dan pembangunan infrastruktur yang dilihat secara intangible, dimana
masyarakat akan lebih memutuskan untuk tinggal di daerah perkotaan, karena
ketersediaan berbagai fasilitas infrastruktur seperti pendidikan, transportasi, dan
lainnya. Infrastruktur transportasi merupakan sebuah kebutuhan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi (Beyzatlar dan Kustepeli
2011) dan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perubahan jumlah
populasi di suatu daerah (Boarnet dan Haughwout 2000).
Pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh pesatnya pertumbuhan penduduk di
Koridor Ekonomi Jawa menuntut pembangunan infrastruktur baik berupa jalan,
bangunan industri dan pemukiman. Meningkatnya kegiatan ekonomi
menyebabkan semakin tingginya permintaan terhadap lahan untuk penggunaan
hal tersebut, akibatnya banyak lahan sawah khususnya yang berada di sekitar
perkotaan, mengalami alih fungsi ke penggunaan tersebut.
Isu pertumbuhan ekonomi dengan mengarahkan Koridor Ekonomi Jawa
sebagai pendorong industri dan jasa nasional yang memicu pembangunan
infrastruktur akan membutuhkan lahan lebih banyak perlu mendapatkan perhatian.
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan pokok dalam penelitian
ini adalah:
1.
Bagaimana perkembangan pertumbuhan ekonomi dan luas lahan sawah di
Koridor Ekonomi Jawa?
2.
Bagaimana dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel ekonomi
lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Koridor Ekonomi Jawa?
3.
Bagaimana dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel ekonomi
lainnya terhadap luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa?
Tujuan Penelitian

1.
2.
3.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
Menganalisis perkembangan pertumbuhan ekonomi dan luas lahan sawah di
Koridor Ekonomi Jawa.
Menganalisis dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel
ekonomi lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Koridor Ekonomi Jawa.
Menganalisis dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel
ekonomi lainnya terhadap luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa.
Manfaat Penelitian

Selain menjawab permasalahan yang ada, penulis berharap penelitian ini
dapat berguna dikemudian hari. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah provinsi sebagai pengambil keputusan, terutama dalam

5

2.
3.

mencapai pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Koridor Ekonomi
Jawa.
Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi
penelitian-penelitian selanjutnya.
Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat menyuguhkan suatu
pengetahuan umum yang menarik, dan dipetik manfaatnya. Terutama
pengetahuan terhadap pertumbuhan ekonomi dan luas lahan sawah di
Koridor Ekonomi Jawa.

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Todaro dan Smith (2006), pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian secara terusmenerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat
pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar. Tiga
komponen pertumbuhan ekonomi yang penting bagi setiap masyarakat adalah:
1.
Akumulasi modal, dimana akumulasi modal termasuk didalamnya semua
investasi baru dalam tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia melalui
perbaikan di bidang kesehatan, pendidikan dan keterampilan kerja.
2.
Pertumbuhan jumlah penduduk yang pada akhirnya menyebabkan
pertumbuhan angkatan kerja.
3.
Kemajuan tekhnologi yang secara luas diartikan sebagai cara baru dalam
menyelesaikan pekerjaan.
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan yang
dihasilkan karena adanya kegiatan produksi di wilayah tersebut yang diukur
melalui PDRB. PDRB menurut penggunaan dibagi menjadi tiga komponen yang
membentuk perekonomian bila ditinjau dari sudut pengeluaran. Ketiga komponen
itu adalah: 1) Konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Pengeluaran konsumsi
pemerintah meliputi konsumsi pemerintah pusat dan daerah. Pengeluaran ini
digunakan untuk keperluan belanja rutin seperti pembelian barang dan jasa
(belanja barang), pembayaran balas jasa pegawai (belanja pegawai), dan
penyusutan barang modal, serta digunakan untuk keperluan pembiayaan
pembangunan; 2) investasi, yaitu adanya penambahan dan pengurangan barang
modal. Investasi meliputi konstruksi perumahan, pembelian mesin-mesin,
pembangunan pabrik-pabrik dan kantor, dan tambahan inventori barang
perusahaan. Investasi secara lebih umum sebagai aktivitas yang meningkatkan
kemampuan perekonomian untuk memproduksi output di masa depan, kita tidak
hanya memasukkan investasi fisik saja tetapi juga apa yang disebut sebagai
investasi dalam modal manusia (human capital); 3) net ekspor, istilah ini untuk
menghitung pengeluaran domestik pada barang luar negeri dan pengeluaran luar
negeri untuk barang domestik (Dornbusch dan Fischer 2008).
Persamaan identitas penghitung pendapatan regional berdasarkan
penggunaannya adalah:

6

Y = C + I + G + NX
dimana:
Y
: pendapatan nasional
C
: pengeluaran konsumsi rumah tangga
I
: investasi
G
: pengeluaran konsumsi pemerintah
NX
: net ekspor
Analisa Penggunaan Lahan
Analisa penggunaan lahan dapat dikaji dengan teori Von Thunen. Von
Thunen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan
pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (Tarigan 2004). Dalam modelnya
tersebut, Von Thunen membuat asumsi sebagai berikut:
1. Wilayah analisis bersifat terisolir sehingga tidak terdapat pengaruh pasar
dari kota lain.
2. Tipe pemukiman adalah padat di pusat wilayah dan semakin kurang padat
apabila menjauh dari pusat wilayah.
3. Seluruh wilayah model memiliki iklim, tanah, dan topografi yang seragam.
4. Fasilitas pengangkutan adalah primitif (sesuai pada zamannya) dan relatif
seragam. Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa.
5. Kecuali perbedaan jarak ke pasar, semua faktor alamiah yang
memengaruhi penggunaan tanah adalah seragam dan konstan.
Berdasarkan asumsi di atas, Von Thunen menentukan hubungan sewa
lahan dengan jarak ke pasar dapat dilihat pada Gambar 4.
Sewa Lahan

Sewa dari hasil tawar menawar

D = Jarak dari pasar
Gambar 4 Kurva perbedaan sewa lahan sesuai dengan perbedaan jarak ke pasar
Tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah
apabila makin jauh dari pasar. Berdasarkan perbandingan antara harga jual dan
biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda
untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa
lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar.
Masing-masing jenis kegiatan/produksi memiliki kurva permintaan atas
lahan berupa kurva indiferen yang menggambarkan hubungan antara sewa lahan
dan jarak dari pasar. Kemiringan kurva berbeda antara satu jenis kegiatan dengan
kegiatan lainnya.
Ada 2 jenis kegiatan, A dan B, yang masing-masing memiliki kurva
indiferen dengan kemiringan yang berbeda (Gambar 5). Kurva A menggambarkan

7

kurva permintaan lahan untuk kegiatan A, sedangkan kurva B menggambarkan
kurva permintaan lahan untuk kegiatan B.
Sewa Lahan
Kurva A
Kurva B

Pasar

T

D= jarak dari pasar

Gambar 5 Perbedaan kurva sewa lahan untuk kegiatan yang berbeda
Kegiatan A bersifat indiferen pada kurva permintaan lahan tersebut,
artinya bagi mereka sama saja berlokasi di titik mana pun pada cakupan kurva
tersebut, setelah membandingkan antara sewa lahan dan jarak lokasi ke pasar yang
berbanding terbalik. Kurva permintaan antara kegiatan A dan B berbeda, maka
sampai jarak titik T, penggunaan lahan akan dimenangkan oleh kegiatan A,
sedangkan untuk jarak setelah titik T akan dimenangkan oleh kegiatan B (Gambar
5). Analisis seperti ini dapat dilanjutkan sampai beberapa kegiatan yang
membutuhkan penggunaan lahan. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan
berupa diagram cincin yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Keterangan:
Cincin 1 = Pasar
Cincin 2 = Pusat industri
Cincin 3 = Pertanian intensif
Cincin 4 = wilayah hutan
Cincin 5 = Pertanian ekstensif

Gambar 6 Diagram cincin Von Thunen
Konsep Von Thunen mengenai sewa lahan sangat memengaruhi jenis
kegiatan yang mengambil tempat pada lokasi tertentu masih tetap berlaku, dan hal
ini mendorong terjadinya konsentrasi kegiatan tertentu pada lokasi tertentu. Von
Thunen menggunakan contoh sewa atau lahan untuk produksi pertanian tetapi
banyak ahli studi ruang berpendapat bahwa teori ini juga relevan untuk
penggunaan lahan di perkotaan dengan menambah aspek tertentu, misalnya aspek
kenyamanan dan penggunaan lahan di masa lalu (Priyarsono et al. 2007).
Penggunaan lahan di perkotaan tidak lagi berbentuk seperti cincin, tetapi
tetap terlihat adanya kecenderungan pengelompokkan untuk penggunaan yang
sama berupa kantong-kantong, di samping adanya penggunaan berupa campuran
antara satu kota dengan kota lainnya. Kecenderungan saat inibahwa pusat kota
umumnya didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa, sedikit ke arah luar

8

diisi oleh kegiatan industri kerajinan bercampur dengan perumahan (Priyarsono et
al. 2007).
Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di
pusat kota dan akan semakin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. harga
lahan akan tinggi pada jalan-jalan utama dan akan semakin rendah apabila
menjauh dari jalan utama (Sjafrizal 2008).
Konversi Lahan Sawah
Sebagai sumberdaya alam, lahan merupakan wadah dan faktor produksi
strategis bagi kegiatan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
Perubahan pola penggunaan lahan pada dasarnya bersifat dinamis mengikuti
perkembangan penduduk dan pola pembangunan wilayah.
Perkembangan sektor pertanian pada umumnya terjadi pada wilayahwilayah yang berlahan subur. Pada wilayah-wilayah inilah berkembang pusatpusat pemukiman penduduk sehingga menuntut pemerintah daerah setempat
untuk membangun fasilitas-fasilitas umum dan prasarana-prasarana di wilayah
tersebut. Adanya pusat pemukiman penduduk, ketersedian prasarana dan
berdasarkan pertimbangan faktor-faktor lokasi, yaitu dekatnya lokasi dengan
pemukiman sebagai sumber tenaga kerja, maka penggunaan lahan untuk
penggunaan non pertanian seperti industri cenderung untuk berkembang di
wilayah ini (Anugerah 2005).
Konversi lahan sawah di Jawa jauh lebih besar dibandingkan wilayah lain di
Indonesia, dan kecenderungannya terus meningkat. Kondisi ini mengindikasikan
upaya pengendalian konversi lahan sawah yang dilakukan pemerintah tidak
efektif. Di luar Jawa konversi lahan sawah bersifat fluktuatif. Hal ini disebabkan
adanya upaya pemerintah mencetak sawah baru untuk mengantisipasi tingginya
konversi yang terjadi di Jawa. Secara mikro, berkembangnya pemukiman
memengaruhi konversi lahan sawah, namun secara makro pengembangan
pemukiman yang diproksi dengan peningkatan jumlah penduduk tidak
menunjukkan hubungan yang positif. Hal ini mengindikasikan adanya trend
pemilikan rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi sebagai investasi
(Ilham et al 2001).
Data Panel
Metode analisis ekonometrika yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode analisis data panel (pooled data). Data panel adalah gabungan dari data
time-series dan data cross-section. Untuk menggambarkan data panel secara
singkat, misalkan pada data cross-section, nilai dari suatu peubah atau lebih
dikumpulkan untuk beberapa unit sampel pada suatu waktu. Dalam data panel,
unit cross-section yang sama disurvei dalam beberapa waktu. Menurut Baltagi
(2005), keunggulan penggunaan analisis data panel antara lain sebagai berikut:
a.
Analisis data panel memiliki kontrol terhadap heterogenitas data individual
dalam suatu periode waktu.
b.
Analisis data panel menyajikan data lebih informatif, lebih bervariasi,
memiliki kolinearitas antar variabel yang kecil, memiliki derajat kebebasan
yang lebih besar, dan lebih efisien.

9

c.

Analisis data panel lebih tepat dalam mempelajari dinamika penyesuaian
(dynamics of adjustment).
d.
Analisis data panel dapat lebih baik mengidentifikasi dan mengukur
pengaruh-pengaruh yang secara sederhana tidak dapat terdeteksi dalam data
cross-section atau time series saja.
e.
Model analisis data panel dapat digunakan untuk membuat dan menguji
model perilaku yang lebih kompleks dibandingkan analisis data crosssection murni atau time-series murni.
f.
Analisis data panel pada level mikro dapat meminimisasi atau
menghilangkan bias yang terjadi akibat agregasi data ke level makro.
g.
Analisis data panel pada level makro memiliki time-series yang lebih
panjang tidak seperti masalah jenis distribusi yang tidak standar dari unit
root test dalam analisis data time series.
Analisis data panel juga memiliki keterbatasan dalam penggunaannya,
khususnya apabila data panel juga memiliki keterbatasan dalam penggunaannya,
khususnya apabila data panel dikumpulkan atau diperoleh dengan metode survei.
Menurut Baltagi (2005), keterbatasan penggunaan analisis data panel antara lain
sebagai berikut:
a.
Analisis data panel menimbulkan masalah dalam rancangan dan
pengumpulan data penelitian mencakup coverage, nonresponse,
kemampuan daya ingat responden (recall), frekuensi, dan waktu wawancara
akibat penggunaan data yang relatif besar dengan melibatkan komponen
cross-section dan time-series.
b.
Analisis data panel dapat menimbulkan distorsi dalam kesalahan
pengamatan.
c.
Analisis data panel dapat menimbulkan masalah selektivitas seperti selfselectivity, nonresponse, dan attrition (jumlah responden yang terus
berkurang pada survei lanjutan).
d.
Analisis data panel dapat menimbulkan dimensi series jangka pendek.
e.
Analisis data panel dapat menimbulkan masalah ketergantungan cross
section yang dapat mengakibatkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak tepat
(misleading inference).
Pengolahan data panel dikenal tiga macam metode, yaitu metode pooled
least square, metode efek tetap (fixed effect), dan metode efek acak (random
effect). Ketiga metode ini dapat diterapkan dengan pembobotan (cross section
weight) atau tanpa pembobotan (no weighting).
Pooled Least Square
Metode mengkombinasikan semua data cross section dan time series akan
digabungkan menjadi pooled data. Menggunakan metode ini tentunya akan
menghasilkan pendugaan regresi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan
regresi biasa, karena dalam panel berarti menggabungkan data cross section dan
time series bersama-sama sehingga memiliki jumlah observasi data yang lebih
banyak. Kelemahan dalam metode ini adalah tidak terlihatnya perbedaan baik
antar individu karena data yang digabungkan secara keseluruhan. Metode ini
diduga dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), yaitu:
yit = αi+ βχit + εit
dimana:

10

yit
χ it
α
β
it

= variabel terikat di waktu t untuk setiap unit cross section i
= variabel bebas di waktu t untuk setiap cross section i
= intercept yang konstan antar individu cross section i
= parameter untuk variabel bebas
= komponen error gabungan di waktu t untuk unit cross section i

Efek Tetap (Fixed Effect)
Metode pooled least square memiliki kekurangan, yaitu tidak terlihatnya
perbedaan baik antar individu, sehingga asumsi intersep dan slope dari persamaan
regresi yang dianggap konstan. Generalisasi secara umum, dapat dilakukan
dengan memasukkan variabel dummy untuk menghasilkan nilai parameter yang
berbeda-beda pada setiap unit cross section. Metode ini dengan memasukkan
variabel dummy disebut dengan metode Fixed Effect atau Least Square Dummy
Variabel.
Metode fixed effect akan menghasilkan intersep yang berbeda-beda antar
unit cross section. Kelemahan pada metode ini adalah semakin berkurangnya
degree of freedom akibat adanya penambahan variabel dummy pada persamaan,
dan tentunya akan memengaruhi keefisienan parameter yang diduga. Pendugaan
metode ini dinyatakan dalam persamaan:
Yit = αi + βjxjit + it
dimana:
Yit
= variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i
αi
= intersep yang akan berbeda antar individu cross section i
j
x it
= variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
βj
= parameter untuk variabel ke j
= komponen error di waktu t untuk unit cross section i
it
Efek Acak (Random Effect)
Pada metode efek acak (random effect) karakteristik antar individu terlihat
pada komponen error yang ada pada model. Hal ini tidak akan mengurangi derajat
bebas (degree of freedom) akibat penambahan variabel, sehingga efisiensi dalam
pendugaan parameter juga tidak berkurang. Bentuk model efek acak ini adalah:
Yit = αi +β χit + it
it = uit + vit + wit
dimana:
uit ~ N (0, u2) = komponen cross section error
vit ~ N (0, v2) = komponen time series error
wit ~ N (0, w2)= komponen error kombinasi
asumsinya adalah bahwa error secara individual tidak saling berkorelasi
begitu juga dengan error kombinasinya.

Konsep Elastisitas
Informasi mengenai pengaruh marjinal dan elastisitas sering dapat
membantu untuk pengembangan suatu model regresi berganda yang
menghubungkan peubah bebas respons Y dengan beberapa peubah bebas (Juanda
2009). Bentuk fungsi model linier tanpa di transformasikan ke dalam bentuk

11

logaritma, derajat kepekaan variabel dependen pada suatu persamaan terhadap
perubahan variabel independennya dapat dilihat melalui nilai elastisitas
(Koutsoyiannis dalam Awalia 2013). Jika dinyatakan ke dalam sebuah persamaan
matematis, nilai elastisitas dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:
Y
= variabel endogen
X
= variabel eksogen
∂Y
= nilai perubahan Y
∂X
= nilai perubahan X
Adapun kriteria uji elastisitas adalah sebagai berikut:
1.
Nilai elastisitas antara nol dan satu (0