Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Periode 2002-2012

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JUMLAH
PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DKI JAKARTA PERIODE 2002-2012

RAMOS MARTINUS

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pembangunan
Infrastruktur Jalan dan Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi DKI
Jakarta Periode 2002-2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 30 April 2014
Ramos Martinus
NIM H14100090

ABSTRAK
RAMOS MARTINUS. Pembangunan Infrastruktur Jalan Dan Jumlah Penduduk
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi DKI JAKARTA Periode 2002-2012 Dibimbing
oleh TANTI NOVIANTI.
Peran infrastruktur jalan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta.Infrastruktur merupakan faktor yang sangat
dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi.Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis dampak pembangunan infrastruktur jalan dan jumlah penduduk
terhadap pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan model
data panel 5 kotamadya di DKI Jakarta tahun 2002-2012. Hasil menunjukkan
bahwa panjang jalan (PJ) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di
DKI Jakarta, jumlah penduduk (PNDDK), investasi asing (PMA) berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta, dan investasi dalam negeri
(PMDN) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta.

Untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta, dibutuhkan peran
pemerintah yang cukup besar dalam hal sarana dan prasarana infrastruktur yang
memadai, diantaranya pembangunan transportasi massal untuk mengurangi
kemacetan dan melakukan pemerataan pembangunan di setiap wilayah Indonesia
agar tidak terjadi ketimpangan pembangunan.
Kata Kunci: Infrastruktur, Jumlah penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Data
Panel

ABSTRACT
RAMOS MARTINUS. Road Infrastructure Development And Population On
Economic Growth DKI Jakarta Period 2002-2012. Supervised by TANTI
NOVIANTI
The role of road infrastructure is needed to improve economic growth in
Jakarta. Infrastructure is a factor that is needed for economic development. The
aim of this research is to analyze the impacts of road infrastructure development
and population on economic growth in Jakarta. This research use the model of data
panel 5 kotamadya in city in 2002-2012. The result showed that the length of roads
(PJ ) positive influence on economic growth in Jakarta population ( PNDDK ), of
investing an alien ( PMA ) positive influence on economic growth in Jakarta and
investment in the country ( PMDN ) positive influence on economic growth in

Jakarta. To create economic growth in Jakarta the role of the government required
quite big in terms of facilities and infrastructure adequate infrastructure, such as
mass transportation construction to reduce traffic congestion and conduct fair
distribution development.
Keywords:Infrastructure, Population, economic growth, Panel Data

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JUMLAH
PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DKI
JAKARTA PERIODE 2002-2012

Ramos Martinus

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jumlah Penduduk Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Periode 2002-2012
Nama
: Ramos Martinus
NIM
: H14100090

Disetujui oleh

Dr. Tanti Novianti, S.P. M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D.
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini
adalah “ Pembangunan Infraastruktur Jalan dan Jumlah Penduduk Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Periode 2002-2012”. Penyusunan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk menganalisis mengenai hubungan
dan dampak pembangunan infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi DKI
Jakarta.
Pada Kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang
tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Roma Siahaan, Ibu Chandra Kirana, serta
kakak dari penulis yaitu Eveline Jessica atas segala doa, motivasi, dan dukungan
baik moril maupun materiil bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain
itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Tanti Novianti, S.P., M.Si. selaku Dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan arahan dan bimbingan baik secara teknis, teoritis,

maupun moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat
diselesaikan dengan baik.
2. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. selaku Dosen penguji utama dan Dr.
Muhammad Findi Alexandi, S.E., M.E. selaku Dosen penguji dari komisi
pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan
skripsi ini.

Bogor, 30 April 2014
Ramos Martinus

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Ekonomi

Infrastruktur
Infrastruktur Jalan
Jumlah Penduduk
Infrastruktur Jalan terhadap Perekonomian
METODE

vi
vi
vi
vi
vi
vi
1
67
7
88
8
8
8
8

9
9
10
10
11
11
11
11
16
16

LAMPIRAN

27
26
30
29
32
31
34

33

RIWAYAT HIDUP

37
36

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
1 Produk domestik regional bruto DKI Jakarta atas dasar harga konsumen
2000
44
2 Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta
134
3 Penelitian terdahulu
22
14

4 PDRB menurut kota DKI Jakarta 2011
2324
5 Lokasi jalan rusak di DKI Jakarta
24 24
6 Panjang jalan dan jumlah penduduk di DKI
25
25
7 Investasi Asing dan Dalam Negeri DKI
27
8 Uji model pertumbuhan ekonomi terbaik
28
9 Hasil estimasi model
29

DAFTAR GAMBAR
1 Produk domestik regional bruto berdasarkan sektoral di DKI Jakarta
2 Kerangka pikir

44
14

14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Hasil pengujian model PLS
Hasil pengujian model FIX
Uji Chow
Uji asumsi klasik

33
34
33
34
34
35
34
36

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro ekonomi
yang sering dijadikan acuan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan. Mobilitas
perekonomian nasional sangat bertumpu pada kehandalan dan tingkat pelayanan
jaringan transportasi jalan, karena lalu lintas orang dan muatan barang sebagian
besar masih diangkut melalui jaringan prasarana jalan (BAPPENAS 2003).
Salah satu bidang studi ilmu ekonomi yang mempelajari atau menganalisa
proses atau masalah-masalah pembangunan ekonomi adalah ekonomi
pembangunan. Karena dalam teori dan analisis yang
bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam rangka mencapai kemakmuran, yang
ditunjukan dengan peningkatan pendapatan perkapita dalam jangka panjang. Ada
tiga pilar utama dibalik munculnya teori pembangunan yaitu pertumbuhan
ekonomi, bantuan luar negeri, dan perencanaan (Kuncoro 1997).
Infrastruktur merupakan salah satu faktor yang diperlukan pada suatu
Negara. Keberadaan infrastruktur seperti adanya jalan, pelabuhan, bandara, sistem
penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi yang
memiliki keterkaitan sangat kuat dengan tingkat perkembangan suatu wilayah
yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa studi terdahulu menunjukan bahwa
daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik akan
memiliki tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang
lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan
infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan
infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan.
Perkembangan infrastruktur juga dinilai belum mampu mengejar
pertumbuhan ekonomi Indonesia serta kemajuan negara lain. Berdasarkan Global
Competitiveness Report yang dipublikasikan secara berkala. Pada Tahun 2013
menurut Global Competitiveness Report, Indonesia berada di urutan ke-38 dari
134 negara. Dari hasil tersebut, Indonesia relatif meningkat dari tahun tahun
sebelumnya, namun urutan tersebut dirasakan masih tertinggal dibandingkan
dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia (24), Thailand (37), Brunei (26),
Singapur (2).
Banyak pihak yang mengatakan bahwa perkembangan infrastruktur di
Indonesia masih berjalan di tempat. Di Indonesia peningkatan infrastruktur
diperkirakan menjadi komponen utama dalam menarik investasi yang lebih besar
guna meningkatkan ekonomi dan daya saing. Oleh karena itu pembangunan
infrastruktur menjadi prioritas penting yang terus dilakukan. Tetapi upaya ini
diperkirakan tidak akan mudah mengingat berbagai hambatan dan tantangan yang
harus dihadapi.
Kunci keberhasilan pembangunan dan percepatan pembangunan
infrastruktur adalah mengupayakan peningkatan investasi di bidang infrastruktur.
Bappenas pernah merilis data bahwa total investasi infrastruktur Indonesia
terhadap PDB masih terbilang kecil, baru 4,51 persen, tertinggal jauh
dibandingkan negara lain seperti China dan India. Sejak 2009 investasi

2
infrastruktur di India sudah di atas 7 persen terhadap PDB.Di China sejak 2005
investasi infrastruktur bahkan sudah mencapai 9 persen-11 persen dari
PDB.Sementara itu, Indonesia masih berada di bawah angka 5 persen.
Buruknya infrastruktur di Indonesia mengakibatkan daya saing bangsa
secara keseluruhan masih rendah. Infrastruktur sebagai masalah utama yang
mengganggu kemudahan berbisnis, pembenahan infrastruktur merupakan salah
satu indikator penting bagi Indonesia agar dapat lepas dari middle income trap.
Kecilnya kucuran dana belanja pemerintah untuk membiayai proyekproyek infrastuktur, termasuk akses jalan, sarana pra sarana transportasi dan
perhubungan, berakibat semakin terpuruknya kondisi infrastruktur di Tanah Air.
Padahal infrastruktur kerap dijadikan pertimbangan dan pra syarat utama bagi
para calon investor yang akan menanamkan modalnya. Dalam hal ini Pemerintah
bertekad mengejar ketertinggalan infrastruktur yang ditetapkan melalui program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
dengan pendekatan konektivitas Koridor Ekonomi, tetapi pada saat ini
ketertinggalan pembangunan infrastruktur masih menjadi keluhan para investor
dan masyakrakat. Buruknya infrastruktur, bukan cuma menghambat kinerja dunia
usaha, namun juga kerap memicu terjadinya ekonomi biaya yang tinggi.
Ketersediaan infrastruktur jalan di Indonesia masih menjadi hal yang
utama dalam menunjang seluruh kegiatan dan aktivitasnya, baik itu aktivitas
ekonomi, sosial, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Infrastruktur jalan juga
berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
manusia,yang meliputi peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas
tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran
nyata dan terwujudnya stabilitas ekonomi makro, yaitu keberlanjutan fiskal,
berkembangnya pasar kredit, danpengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja (Slamet
dkk 2010).
Infrastruktur jalan di Indonesia mempunyai peran yang vital dalam
transportasi nasional, dengan melayani sekitar 92 persen angkutan penumpang
dan 90 persen angkutan barang pada jaringan jalan yang ada. Sejauh ini total nilai
kapitalisasi aset infrastruktur Jalan Nasional saja telah melebihi Rp 200 trilyun
(BinaMarga 2009). Apabila infrastruktur jalan terus menerus dikembangkan agar
semakin handal, jalan akan menjadi salah satu faktor yang memberikan pengaruh
positif bagi pembangunan ekonomi yang dapat meningkatkan daya saing ekonomi
daerah dalam perekonomian nasional dan meningkatkan daya saing ekonomi
nasional terhadap perekonomian internasional.
Pembangunan infrastruktur jalan memperlancar arus distribusi barang dan
jasa.Secara ekonomi makro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur jalan
mempengaruhi tingkat produktivitas marginal modal swasta, sedangkan secara
ekonomi mikro, infrastruktur jalan berpengaruh terhadap pengurangan biaya
produksi.
Tersedianya jaringan jalan yang baik akan menyebabkan terjadinya
efisiensi dalam pasar karena dapat mengurangi biaya transaksi dan memperluas
wilayah jangkauan sebab dengan adanya infrastruktur tersebut maka orang,
barang, dan jasa dapat berpindah atau berubah tempat dari satu tempat ke tempat
lainnya.
Sejalan dengan desentralisasi dan pendekatan pembangunan berbasis
pengembangan wilayah dalam transportasi, maka pembangunan jaringan

3
transportasi termasuk jaringan jalan pun perlu didasarkan atas pertumbuhan
ekonomi regional (regional based road development), yakni pembangunan jalan
berwawasan pengembangan wilayah dan pertumbuhan sektor-sektor di wilayah
tersebut (BAPPENAS 2003).
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu povinsi di Indonesia yang
memberikan pengaruh terbesar terhadap pembangunan nasional. Hal ini
disebabkan karena provinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan
dan perdagangan di Indonesia. Hal ini di dukung oleh pembangunan infrastruktur
yang memadai. Khususnya pembangunan infrastruktur ekonomi yang memadai
seperti jalan, listrik, pelabuhan, dan lain sebagainya.Provinsi DKI Jakarta sebagai
pusat juga memiliki posisi geografis yang strategis untuk industri dan
perdagangan sehingga memungkinkan pengembangan ekonomi relatif lebih cepat.
Infrastruktur transportasi di DKI Jakarta lebih didominasi oleh transportasi
darat.Hal ini dikarenakan dominasi aktifitas manusia yang berada di darat
sehingga kegiatan transportasi pun lebih banyak dilakukan di darat daripada di
laut maupun di udara.Kendaraan bermotor merupakan salah satu sarana paling
penting dalam menunjang perekonomian suatu wilayah.Jumlah kendaraan
bermotor yang selalu mengalami peningkatan menunjukkan bahwa mobilitas
penumpang maupun barang di wilayah DKI Jakarta juga selalu meningkat.
Data pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Polda Metro Jaya
menyebutkan jumlah kendaraan roda empat di wilayah Jakarta mencapai
2.541.351 unit, sedangkan kendaraan roda dua mencapai 9.861.451 unit atau
mengalami peningkatan 11 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan jumlah
kendaraan ini tak sebanding dengan pertumbuhan panjang ruas jalan di DKI
Jakarta yang hanya 0.01 persen setiap tahun.Akibatnya kemacetan seolah menjadi
hal lumrah di Jakarta. Sedangkan anggaran yang disiapkan untuk perbaikan jalan
selama 2013 mencapai Rp 131, 7 miliar dan anggaran tersebut diambil dari pos
anggaran bidang pemeliharaan jalan dan jembatan (Manggas 2013).
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu povinsi di Indonesia yang
memberikan pengaruh terbesar terhadap pembangunan nasional. Hal ini
disebabkan karena provinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan
dan perdagangan di Indonesia. Hal ini di dukung oleh pembangunan infrastruktur
yang memadai. Khususnya pembangunan infrastruktur ekonomi yang memadai
seperti jalan, listrik, pelabuhan, dan lain sebagainya.Provinsi DKI Jakarta sebagai
pusat juga memiliki posisi geografis yang strategis untuk industri dan
perdagangan sehingga memungkinkan pengembangan ekonomi relatif lebih cepat
Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, laju
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dari tahun 2002-2012 cenderung mengalami
peningkatan. Seperti yang terlihat pada Tabel 1.

4
Tabel 1. PDRB DKI Jakarta menurut ADHK 2000 (juta rupiah)
Tahun Jakarta Selatan
Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat
2002 55 784706.93
42 784 903.84 64 234 136.69 37 522 151.05
2003 58 900 108.37
45 033 276.62 67 559 195.05 39 496 182.35
2004 62 191 038.91
47 621 546.31 71 609 431.78 41 659 236.51
2005 65 946 355.55
50 495 912.00 75 964 761.76 44 169 682.42
2006 69 798 073.95
53 489 027.63 80 548 626.91 46 798 828.20
2007 74 377 052.1
56 886 294.12 85 780 643.12 49 762 617.74
2008 78 997 462.57
60 123 980.87 91 228 665.29 52 734 937.77
2009 83 218 186.81
62 903 817.49 96 180 868.04 55 362 175.54
2010 88 671 103
66 725 673
102 859 738
58 725 093
2011 94 851 738
70 918 902
110 003 339
62 397 480
2012 101 196 173
75 573 577
117 434 141
66 385 204

Jakarta Utara
47 318 896.8
49 793 908.00
52 659 304.47
55 829 604.34
59 105 200.04
62 880 809.57
66 533 400.23
69 214 913.39
73 383 111
78 046 749
82 737 934

Sumber : BPS DKI Jakarta 2013

Produk domestik regional bruto berperan sebagai pengukur tingkat
pendapatan bruto yang berada dalam suatu daerah. PDRB berpengaruh pada
perekonomian dengan cara meredistribusi pendapatan bruto dan kekayaan serta
menambah tingkat output atau pertumbuhan ekonomi. Setiap tahunnya produk
domestik regional bruto DKI Jakarta mengalami peningkatan. Dilihat dari data
yang diperoleh badan pusat statistika PDRB DKI Jakarta dari tahun 2002-2012
mengalami kenaikan. Hal ini dapat menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di
setiap kotamadya di DKI Jakarta terus tumbuh.
Tabel 2 pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta tiap tahunnya (satuan persen)
Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta
Tahun Selatan Timur Pusat
Barat
Utara
2003
5.58
5.25
5.17
5.25
5.23
2004
5.58
5.74
5.99
5.47
5.75
2005
6.03
6.03
6.08
6.02
6.01
2006
5.84
5.92
6.03
5.95
5.86
2007
6.56
6.35
6.49
6.33
6.38
2008
6.21
5.69
6.35
5.97
5.80
2009
5.34
4.62
5.42
4.98
4.02
2010
6.55
6.07
6.94
6.07
6.02
2011
6.96
6.28
6.94
6.25
6.35
2012
6.68
6.56
6.75
6.39
6.01
Sumber : BPS DKI Jakarta 2013 (diolah)

Apabila dilihat secara sektoral, pada PDRB tahun 2011 sektor ekonomi
yang menyumbangkan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB DKI
Jakarta adalah sektor keuangan,persewaan dan jasa perusahaan sebesar
116.889.924 juta rupiah, kemudian sektor perdagangan, hotel, dan restoran
sebesar 92.356.593 juta rupiah, sektor industri pengolahan sebesar 62.052.121
dan sisanya disumbangkan sektor lainnya (BPS DKI Jakarta 2012).

5
120000000
100000000
80000000
60000000
40000000
20000000
0

Sumber: BPS DKI Jakarta 2012 (diolah)

Gambar 1 PDRB DKI Berdasarkan Sektor Tahun 2011 Atas Dasar Harga
Konstan 2000
Pembangunan ibu kota Jakarta didukung oleh pembangunan prasarana
yang dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pihak swasta. Upaya
penambahan jalan terus dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta untuk
memperlancar kegiatan dan mobilitas masyarakatnya, Badan Pusat Statistik DKI
Jakarta mencatat pada tahun 2012 panjang jalan di DKI Jakarta (termasuk jalan tol,
negara, provinsi, dan kab/kota) yaitu sepanjang 7.210,99 km2.
Tetapi dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur jalan tentu
sering menghadapi masalah. Terlebih lagi Jakarta adalah salah satu kota
megapolitan yang memiliki penduduk yang padat penduduknya. Pada akibatnya
akan berdampak pada kemacetan di Jakarta. Bertambahnya jumlah penduduk
setiap tahunnya di DKI Jakarta mengakibatkan harus tersedianya infrastruktur
yang memadai untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk.
Perkembangan jumlah penduduk di DKI Jakarta berkembang sangat cepat,
perkembangan jumlah penduduk ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain
populasi masyarakat itu sendiri yang makin meningkat, faktor perpindahan
penduduk dari desa ke kota juga sangat mempengaruhi jumlah penduduk di DKI
Jakarta. Masih banyak masyarakat di luar Jakarta yang pindah ke Jakarta untuk
mencari nafkah/lapangan pekerjaan tetap ataupun kontrak, yang pada akhirnya
mereka yang secara tidak langsung membuat kepadatan penduduk DKI Jakarta
menjadi meningkat.
Banyaknya masyarakat Indonesia yang bermigrasi ke kota-kota
besar mengakibatkan terjadinya kepadatan di kota-kota besar.Namun fasilitas
dan perekonomian di daerah perkotaan semakin meningkat. Sedangkan pada
daerah yang ditinggalkan penduduknya tidak mengalami kemajuan sama sekali
sehingga terjadi perbedaan antara pertumbuhan daerah perkotaan dan pedesaan.
Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu
wilayah atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak.

6
Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk
pada setiap kilometer pada suatu wilayah Negara.
Ibukota Jakarta merupakan daerah terpadat pertama di Indonesia. Data
kepadatan penduduk di DKI Jakarta menunjukan Jakarta pusat 18.882 km2 ,
Jakarta Barat 18.489 km2 , Jakarta Selatan 15.206 km2 , Jakarta Timur 14.900
km2 , Jakarta Utara 11.697 km2(BPS DKI Jakarta 2012).
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa DKI Jakarta yang merupakan pusat
pemerintahan di Indonesia yang jumlah penduduknya sekitar 10 juta lebih jiwa.
Maka tinggnya jumlah penduduk berdampak terhadap pemanfaatan sumber daya
kota yang terbatas. Ketidakseimbangan antara infastruktur publik yang tersedia
dengan jumlah penduduk yang membutuhkannya, mengakibatkan terjadinya
ketimpangan pelayanan kota, khusunya di sektor transportasi.
Total investasi PMA Rp 148 triliun pada 2011, DKI Jakarta menyerap
sebesar 24,8 persen (Gita Wirjawan, BKPM 2011). Tingginya investasi di DKI
Jakarta karena merupakan ibu kota Negara sehingga banyak investor yang
menempatkan alamat perusahaan asing di kawasan ini. Sedangkan penanaman
modal dalam negeri (PMDN) di provinsi DKI Jakarta hanya Rp 9,3 triliun atau
12,2 persen.
Pihak swasta yang berada di Indonesia mereka tidak mau menanambakan
modalnya di Indonesia akibat suku bunga yang kecil, suku bunga berpengaruh
besar dalam investasi,karena apabila suku bunga turun maka investor akan
meminjam modal dan akan melakukan investasi. Inflasi yang sering terjadi di
Indonesia, Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini
disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyekproyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi
rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distorsi informasi tentang
harga-harga relatif. Kualitas sumber daya manusia, Sumber Daya Manusia
memiliki daya tarik investasi cukup penting sebab teknologi yang digunakan bagi
pengusaha sangat modern sehingga menuntut ketrampilan yang lebih dari tenaga
kerja. Dengan demikian semakin berkualitasnya sumber daya manusia akan
sangat membantu bagi para pengusaha. Faktor keamanan dan ketertiban hukum
serta infrastruktur yang mendukung juga merupakan pertimbangan faktor-faktor
yang mempengaruhi investasi.
Jumlah kendaraan di DKI Jakarta setiap tahunnya mengalami
peningkatan.Polda Metro Jaya mencatat di tahun 2013 jumlah kendaraan di DKI
Jakarta sekitarnya mencapai 16 juta unit. Jumlah kendaraan itu mengalami
peningkatan sebesar 9,8 persen dari tahun 2012. Salah satu penyebab
meningkatnya jumlah kendaraan karena daya beli masyarakat yang semakin tinggi
dan juga adanya faktor politik dan ekonomi. Seperti diketahui,pertumbuhan jalan
di DKI Jakarta tak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan. Dalam sehari Polda
Metro Jaya mengeluarkan Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK) untuk motor
rata-rata empat ribu unit dan mobil seribu unit (Latif Kepala Subdit registrasi dan
identifikasi kendaraan Polda Metro Jaya).Hal ini mengakibatkan meningkatnya
pendapatan pemerintah DKI Jakarta dari pajak kendaraan bermotor.

7
Perumusan Masalah
Sebagai salah satu pelaku ekonomi, tujuan pemerintah adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan semua komponen masyarakat.Untuk itu dalam
mendukung perekonomian sebuah negara tentunya pemerintah harus menyediakan
sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan ekonominya.Sarana dan
prasarana tersebut dapat tercermin dari pembangunan infrastruktur, baik berupa
prasarana transportasi (jalan, pelabuhan, bandara), jaringan listrik dan komunikasi,
serta
bangunan-bangunan
lainnya
yang
mendukung
perekonomian
negara.Kepadatan Penduduk pun harus di perhatikan untuk mengatasi
permasalahan ekonomi.
Provinsi DKI Jakarta memiliki potensi wilayah yang cukup baik untuk
mendukung pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Indonesia.Lokasi
Provinsi DKI Jakarta yang memiliki posisi geografis yang strategis yang
memungkinkan pengembangan ekonomi skala global, menyebabkan DKI Jakarta
mengalami perkembangan yang cukup pesat.Propinsi DKI Jakartadapat
distratifikasikan ke dalam enam pembagian wilayah, yaitu: (1) Wilayah Jakarta
utara dimana terdapat pelabuhan pusat bongkar muat barang ekspor impor (2)
Wilayah Jakarta Pusat, dimana sebagai pusat dan letak pemerintahan Indonesia (3)
Wilayah Jakarta Barat (4) Wilayah Jakarta Timur (5) Wilayah Jakarta Selatan(6)
Kepulauan seribu (BPS, 2011).
Masalah yang dihadapi infrasturktur jalan di Jakarta adalah masih adanya
kemacetan yang terjadi sampai saat ini. Padahal menurut data dapat terlihat
pertumbuhan panjang jalan meningkat.Hal itu terjadi karena pertumbuhan jalan
tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan yang masuk ke wilayah DKI
Jakarta.Hal yang sama permasalahan di DKI Jakarta adalah akibat ketimpangan
pembangunan wilayah yang terjadi di Indonesia khususnya pembangunan di DKI
Jakarta lebih diperhatikan, maka membuat masyarakat ingin berpindah dengan
harapan akan memperoleh kehidupan dengan taraf yang lebih baik dibanding
sebelumnya.
Jika di DKI Jakarta memliki fasilitas dan infrastuktur yang memadai
implikasinya segala hal yang berhubungan dengan perdagangan barang dan jasa
akan berjalan lancar, hal tersebut mengakibatkan banyaknya investor-inverstor
luar negeri akan menanam kan modalnya di DKI Jakarta tersebut. Akibatnya
akanada modal untuk membangun atau membuka usaha dan akhirnya mengurangi
pengangguran.
Kawasan perkotaan adalah suatu kawasan pemukiman dengan kepadatan
penduduk yang sangat tinggi yang penduduknya sebagian besar berusaha atau
bekerja pada sektor industri, perdagangan, dan jasa.Di Indonesia khususnya kotakota besar merupakan area padat penduduk. Salah satunya adalah DKI Jakarta
dimana kota tersebut menjadi pusat pemerintahan di Indonesia. Jumlah penduduk
di Jakarta sekitar 10 juta lebih jiwa. Tinggnya jumlah penduduk berdampak
terhadap pemanfaatan sumber daya kota yang terbatas. Ketidakseimbangan antara
infastruktur publik yang tersedia dengan jumlah penduduk yang membutuhkannya,
mengakibatkan terjadinya ketimpangan pelayanan kota, khusunya di sektor
transportasi.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

8
1. Bagaimana hubungan dan dampak infrastruktur jalan terhadap
pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta?
2. Bagaimana hubungan dan dampak jumlah penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penilitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis hubungan dan pengaruh antara infrastruktur jalan
terhadap pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta.
2. Menganalisis hubungan dan pengaruh antara jumlahpenduduk
terhadappertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta.

Manfaat Penelitian
Penelitan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
kepada pembaca mengenai hubungan dan pengaruh antara infrastruktur jalan
terhadap pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta dan besarnya kontribusi faktor
infrastruktur jalan tersebut terhadap output di DKI Jakarta, serta pengaruh jumlah
penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Selain itu penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah sebagai pengambil
keputusan dalam meningkatkan pembangunan infrastruktur secara merata untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah DKI Jakarta.

Ruang Lingkup Penelitian
Penilitian ini difokuskan pada analisis infrastruktur jalan dan bagaimana
pengaruh serta besarnya kontribusi yang diberikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di DKI Jakarta, serta pengaruh infrastruktur terhadap jumlah penduduk
DKI Jakarta.Menurut Todaro dan Smith 2006 tiga faktor atau komponen dalam
pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi modal, pertumbuhan jumlah penduduk
dan kemajuan teknologi.Penelitian ini hanya membatasi menggunakan akumulasi
modal dan pertumbuhan jumlah penduduk untuk melihat pertumbuhan ekonomi di
DKI Jakarta.

TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Ekonomi
Para ahli ekonomi walaupun berbeda pendapat dalam mendefinisikan
keberhasilan pembangunan suatu negara akan tetapi sepakat bahwa pertumbuhan
ekonomi (economic growth) sebagai faktor terpenting dalam pembangunan.

9

Pemerintahan di negara manapun dapat segera jatuh atau bangun berdasarkan
tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapainya.
Menurut Kamus Besar Ekonomi (Winarno dan Ismaya 2007),
pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai pertumbuhan output perekonomian suatu
daerah sepanjang waktu yang diukur oleh tingkat pendapatan per kapita, Produk
Domestik Bruto (PDB) masyarakatnya sepanjang waktu. Sedangkan menurut
Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang
dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi
kepada penduduknya.Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau
dimungkinkan oleh adanya kemajuan teknologi, institusional (kelembagaan) dan
ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro dan Smith 2006).
Pengukuran pertumbuhan ekonomi secara konvensional biasanya dengan
menghitung peningkatan persentase dari Produk Domestik Bruto (PDB). PDB
mengukur pengeluaran total dari suatu perekonomian terhadap berbagai barang
dan jasa yang diproduksi pada suatu saat atau tahun serta pendapatan total yang
diterima dari adanya seluruh produksi barang dan jasa tersebut, atau secara lebih
rinci PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu
negara dalam kurun waktu tertentu (Mankiw 2007).
Ada tiga faktor atau komponen dalam pertumbuhan ekonomi yaitu
akumulasi modal, pertumbuhan jumlah penduduk yang pada akhirnya
menyebabkan pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi (Todaro dan
Smith 2006). Akumulasi modal akan diperoleh bila sebagian dari pendapatan yang
diterima ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan meningkatkan output
dan pendapatan dimasa depan. Akumulasi modal ini dapat dilakukan dengan
investasi langsung terhadap stok modal secara fisik (pengadaan pabrik baru,
mesin-mesin,peralatan, dan bahan baku) dan dapat juga dilakukan dengan
investasi terhadap fasilitas-fasilitas penunjang seperti investasi infrastruktur,
ekonomi dan sosial (pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih, dan
sebagainya).
Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja, secara tradisional, dianggap
sebagai sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah
tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja
produktif, walaupun hal ini tergantung kepada kemampuan sistem perekonomian
untuk menyerap dan mempekerjakan secara produktif tambahan tenaga kerja
tersebut. Selanjutnya, pertumbuhan penduduk yang besar berarti menambah
ukuran pasar domestik menjadi lebih besar.
Komponen berikutnya yaitu kemajuan teknologi merupakan sumber
pertumbuhan ekonomi yang paling penting.Perkembangan teknologi merupakan
dasar atau prakondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan.Dalam bentuk yang paling sederhana, kemajuan
teknologidihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode
baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional.

10

Infrastruktur
Stone dalam Kodoatie (2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai
fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik
untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik,
pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk
memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.
Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan dapat
memengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara langsung
maupun tidak langsung. Infrastruktur tidak hanya merupakan kegiatan produksi
yang akan menciptakan output dan kesempatan kerja, namun keberadaan
infrastruktur juga memengaruhi efisiensi dan kelancaran kegiatan ekonomi di
sektor-sektor lainnya.
Menurut World Bank (1994) infrastruktur dapat dikategorikan kedalam
tiga jenis, yaitu:
1. Infrastruktur ekonomi, merupakan aset fisik yang diperlukan untuk
menunjang aktivitas ekonomi baik dalam produksi maupun konsumsi
final, meliputi publik utilities (tenaga, telekomunikasi, air minum,
sanitasi dan gas), publik work (jalan, bendungan, kanal, saluran irigasi
dan drainase) serta sektor transportasi (jalan, rel kereta api, angkutan
pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).
2. Infrastruktur sosial, merupakan aset yang mendukung kesehatan dan
keahlian masyarakat, meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakaan),
kesehatan (rumah sakit dan pusat kesehatan), perumahan dan rekreasi
(taman, museum dan lain-lain).
3. Infrastruktur administrasi/institusi, meliputi penegakan hukum, kontrol
administrasi dan koordinasi serta kebudayaan.
Infrastruktur juga dapat digolongkan menjadi infrastruktur dasar dan
pelengkap.Infrastruktur dasar (basic infrastructure), meliputi sektor-sektor yang
mempunyai karakteristik publik dan kepentingan yang mendasar untuk
perekonomian lainnya, tidak dapat diperjualbelikan (non tradable) dan tidak dapat
dipisah-pisahkan baik secara teknis maupun spasial. Contohnya jalan raya, rel
kereta api, pelabuhan laut, drainase, bendungan, dan sebagainya. Sedangkan
infrastruktur pelengkap (complementary infrastructure) misalnya gas, listrik,
telepon dan pengadaan air minum.Infrastruktur dasar biasanya diselenggarakan
oleh pemerintah karena sifatnya yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Namun
dalam penyediaannya pemerintah dapat bekerja sama dengan badan usaha sesuai
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Perbedaan antara infrastruktur dasar dan pelengkap tidaklah selalu sama dan dapat
berubah menurut waktu. Misalnya pengadaan air minum yang dulunya
digolongkan sebagai infrastruktur pelengkap, sekarang digolongkan sebagai
infrastruktur dasar.
Fasilitas infrastruktur bukan hanya berfungsi melayani berbagai
kepentingan umum tetapi juga memegang peranan penting pada kegiatan-kegiatan

11
swasta di bidang ekonomi.Kebutuhan prasarana merupakan pilihan (preference),
dimana tidak ada standar umum untuk menentukan berapa besarnya fasilitas yang
tepat di suatu daerah atau populasi.

Infrastruktur Jalan
Jalan berperan penting dalam merangsang maupun mengantisipasi
pertumbuhan ekonomi yang terjadi karena itu setiap negara seharusnya melakukan
investasi yang besar dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan.Sistem jalan
yang baik memberikan keunggulan untuk bersaing secara kompetitif dalam
memasarkan hasil produknya, mengembangkan industri, mendistribusikan
populasi serta meningkatkan pendapatan. Pembangunan prasarana jalan turut
berperan dalam merangsang tumbuhnya wilayah-wilayah baru yang akan
meningkatkan volume lalu lintas yang terjadi. Sebaiknya prasarana jalan yang
minim dan buruk kondisinya menjadi hambatan dalam mengembangkan
perekonomian suatu wilayah.
Terdapat hubungan yang konsisten dan signifikan antara pendapatan
dengan panjang jalan. Negara berpenghasilan lebih dari US$ 6.000/kapita
mempunyai rasio panjang jalan ± 10.110 km/1 juta penduduk, negara
berpenghasilan US$ 545 - US$ 6.000/kapita mempunyai rasio panjang jalan ±
1.660 km/1 juta penduduk dan negara berpenghasilan kurang dari US$ 545/kapita
mempunyai rasio panjang jalan ± 170 km/1 juta penduduk. Jadi rasio di negara
berpenghasilan tinggi 59 kali negara berpenghasilan rendah ( Sibarani 2002).
Njoh menunjukan korelasi positif antara panjang jalan per kapita dengan
GNP per kapita di Sub-Sahara Afrika akan semakin kuat jika digunakan variabel
jalan berkondisi baik. Negara di Afrika yang mempunyai masalah kerusakan pada
prasarana jalannya mengalami penurunan pendapatan sedangkan negara yang
mampu meningkatkan kualitas jalannya mampu meningkatkan pendapatannya,
sehingga kondisi jalan turut berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi
(Sibarani 2002).

Jumlah Penduduk
Permasalahan migrasi merupakan dampak dari adanya perkembangan
industri dan pembangunan infrastruktur yang dilihat secara intangible yang tidak
merata, dimana masyarakat akan lebih memutuskan untuk tinggal di daerah
perkotaan, karena ketersediaan berbagai fasilitas infrastruktur seperti jalan,
pendidikan, transportasi, kesehatan dan lainnya. Infrastruktur transportasi
merupakan sebuah kebutuhan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi (Beyzatlar dan Kustepeli 2011) dan merupakan salah satu
faktor yang memengaruhi perubahan jumlah populasi di suatu daerah (Boarnet
dan Haughwout 2000).Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri
mengembangkan modelpertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut
dengan nama ModelPertumbuhan Neo-Klasik (Boediono 1992). Model SolowSwan memusatkanperhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk,

12
akumulasi kapital, kemajuanteknologi dan output saling berinteraksi dalam proses
pertumbuhan ekonomi.Carlino dan Mills (1987) dan McHugh dan Wilkinson
(1988) menyelidiki faktor yang mempengaruhi penduduk wilayah AS dan
pertumbuhan lapangan kerja selama tahun 1970. Total pekerjaan, pekerjaan
manufaktur dan kepadatan penduduk secara positif dipengaruhi oleh kehadiran
jalan raya yang akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Infrastruktur Jalan terhadap Perekonomian
Kajian teori ekonomi pembangunan menurut Marsuki (2005) dan Sjafrizal
(2006), dikutip oleh Setiadi (2006), dikatakan bahwa untuk menciptakan dan
meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur yang memadai.
Ilustrasinya sederhana, seandainya semula tidak ada akses jalan lalu dibuat jalan
maka dengan akses tersebut akan meningkatkan aktivitas perekonomian.
Infrastruktur fisik, terutama jaringan jalan sebagai pembentuk struktur ruang
nasional memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah maupun sosial budaya kehidupan masyarakat.Dalam konteks
ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan tempat bertumpu
perkembangan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi sulit dicapai
tanpa ketersediaan jalan yang memadai. Secara langsung atau tidak
langsung,masing-masing infrastruktur fisik memberi kontribusi pada pertumbuhan
perekonomian suatu wilayah. Seperti keberadaan infrastruktur jalan memiliki
peran sangat vital dalam mendukung berlangsungnya aktivitas sektor-sektor
lain,dan berperan sebagai prasarana pergerakan angkutan bahan mentah untuk
produksi,maupun prasarana pergerakan distribusi pemasaran barang dan jasa yang
dihasilkan.
Penelitian Terdahulu
Evanti (2013) yang meneliti tentang Analisis Peran Infrastruktur Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat. Analisis ini menggunakan data panel
dengan model fixed effect yang menggunakan data di 26 kabupaten / kota Provinsi
Jawa Barat dalam kurun waktu 2007-2011. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai
pengukuran output, panjang jalan (km), jumlah energi listrik terjual (KWh), dan
jumlah air bersih yang tersalurkan (m3). Hasil menunjukkan bahwa infrastruktur
di Jawa Barat terus meningkat. Berdasarkan model dalam analisis, infrastruktur
jalan, listrik dan air bersih memiliki efek yang positif dan kontribusi yang
signifikan pada pertumbuhan ekonomi daerah dimana infrastruktur listrik
memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian daerah di Provinsi Jawa
Barat.
Mega (2013) yang meneliti tentang Dampak Pembangunan Infrastruktur
Jalan dan Variabel Ekonomi Lain Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Luas
Lahan Sawah di Koridor Ekonomi Jawa. Alat analisis yang digunakan adalah data
panel. Hasil menunjukkan bahwa panjang jalan (PJ), kepadatan penduduk (KP),
pengeluaran pemerintah (PP), dan net ekspor (NX) berpengaruh positif, inflasi
berpengaruh negatif, sedangkan investasi asing (PMA) dan investasi dalam negeri
(PMDN) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Koridor Ekonomi

13
Jawa. Panjang jalan (PJ), kepadatan penduduk (KP), dan jumlah industri besar dan
sedang (IND) berpengaruh negatif terhadap luas lahan sawah di Koridor Ekonomi
Jawa.
Studi yang dilakukan Beyzatlar dan kustepeli (2011)
tentang
Infrastructure Economic Growth and Population Density in Turkey. Dengan
menggunakan alat ekometrika melalui pengestimasian Engel-Granger
Cointegration dan Error Correction Moedel (ECM). Infrastruktur yang diteliti
adalah panjang rel kereta api. Menggunakan data time series dari tahun 1950
sampai 2004. Hasilnya adalah korelasi positif antara panjang rel kereta api dengan
pertumbuhan ekonomi pada jangka panjang. Panjang rel kereta api juga
mempengaruhi kepadatan penduduk di Turki pada jangka panjang dan jangka
panjang dan jangka pendek.
Limi dan Smith (2007) melakukan penelitian dengan menggunakan
variabel index akses, telekomunikasi, air dan konsumsi elektrik di sektor pertanian.
Hasilnya adalah fasilitas jalan dan irigasi merupakan faktor yang kuat untuk
efisiensi produksi dalam industri kopi dan kakao di Afrika, infrastruktur
telekomunikasi juga merupakan faktor penting dalam pemasaran komoditas
pertanian.Dengan demikian negara-negara di Afrika harus lebih meningkatkan
investasi dalam infrastruktur untuk memperbaiki daya saing pertanian.Marginal
perbaikan infrastruktur ini berkontribusi sebesar 0.1 - 0.4% terhadap GDP di
Afrika.
Zhou, Zhang, dan Song (2008) melakukan penelitianterhadap 28 provinsi
di China, data yang dipakai adalah dari tahun 1994-2002. Hasilnya membuktikan
bahwa disparitas pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di area timur, tengah, dan
barat berbeda karena adanya perbedaan investasi transportasi. Investasi yang lebih
dibutuhkan adalah pada jaringan jalan dan rel kereta api sehingga dapat
menciptakan economy of scale. Area miskin yaitu bagian barat lebih
diprioritaskan pengembangan jaringan jalan dibandingkan rel kereta api.
Bedanya penelitian ini dibanding dengan penelitian terdahulu adalah
penelitian ini membahas tentang permasalahan infrastruktur khususnya jalan
terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta, dimana walaupun infrastruktur jalan
di DKI Jakarta terus meningkat serta pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta
meningkat tetapi masih saja timbul permasalahan kemacetan kendaraan dan
ketimpangan antara infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi di DKI
Jakarta. DKI Jakarta merupakan ibu kota yang sangat membutuhkan infrastruktur
yang bagus dikarenakan DKI Jakarta merupakan pusat roda perdagangan barang
dan jasa Negara Indonesia. Fenoma yang terjadi di DKI Jakarta pun terlihat
ketimpangan antara pembangunan infrastruktur jalan sebesar 0,01 persen,
sedangkan pertumbuhan kendaraan di DKI Jakarta sebesar 11 persen. Dari sisi
modellingnya penelitian ini menggunakan variabel panjang jalan, kepadatan
penduduk, pajak kendaraan bermotor, investasi asing, dan investasi dalam negeri.

14
Tabel 3 Penelitian Terdahulu
Nama
Penelitian/
Tahun
Penelitian
Evanti / 2013

Judul Penelitian

Metode
Penelitian

Hasil

Analisis
Peran
Infrastruktur
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Provinsi
Jawa Bara

Data
Panel
dengan model
fixed effect

Hasil menunjukkan bahwa infrastruktur di Jawa
Barat terus meningkat. Berdasarkan model dalam
analisis, infrastruktur jalan, listrik dan air bersih
memiliki efek yang positif dan kontribusi yang
signifikan pada pertumbuhan ekonomi daerah
dimana
infrastruktur
listrik
memberikan
kontribusi terbesar terhadap perekonomian
daerah di Provinsi Jawa Barat.

Puspita / 2013

Dampak
Pembangunan
Infrastruktur
Jalan
dan
Variabel
Ekonomi
Lain
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi dan Luas
Lahan Sawah di
Koridor
Ekonomi
Jawa.
Infrastructure,
Economic
Growth
and
Population
Density in Turkey

Data Panel

panjang jalan (PJ), kepadatan penduduk (KP),
pengeluaran pemerintah (PP), dan net ekspor
(NX) berpengaruh positif, inflasi berpengaruh
negatif, sedangkan investasi asing (PMA) dan
investasi
dalam negeri
(PMDN)
tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di
Koridor Ekonomi Jawa. Panjang jalan (PJ),
kepadatan penduduk (KP), dan jumlah industri
besar dan sedang (IND) berpengaruh negatif
terhadap luas lahan sawah di Koridor Ekonomi
Jawa.
Terjadi korelasi positif antara panjang rel kereta
api dengan pertumbuhan ekonomi pada jangka
panjang . Panjang
rel kereta api juga
mempengaruhi kepadatan penduduk di Turki
pada jangka pendek dan jangka panjang

Beyzatlar dan
Kustepeli /2011

Zhou
al./2008

Limi dan
Smith/2007

et

Transport
Infrastructure,
Growth, and Poverty
Alleviation:
Empirical Analysis
of China

EngleGranger
Cointegration
dan
Error
Correction
Model (ECM)
Granger test
dan model
ekonometrika

What is Missing Betwee 3SLS (Three
Agricultural Growth an Stage Least
Infrastructure
Square).
Development

Disparitas pendapatan dan pertumbuhan
ekonomi di area timur, tengah, dan barat
China berbeda karena adanya perbedaan
investasi transportasi. Investasi yang lebih
dibutuhkan adalah pada jaringan jalan dan
rel kereta api sehingga dapat menciptakan
economy of scale. Area miskin yaitu
bagian barat lebih diprioritaskan
pengembangan jaringan jalan
dibandingkan rel kereta api.
Fasilitas jalan dan irigasi merupakan factor
yang kuat untuk efisiensi produksi dalam
industri kopi dan kakao di Afrika,
infrastruktur telekomunikasi juga
merupakan faktor penting dalam
pemasaran komoditas pertanian. Dengan
demikian negara-negara di Afrika harus
lebih meningkatkan investasi dalam
infrastruktur untuk memperbaiki daya
saing pertanian.

15
Kerangka Pikir
Infrastruktur jalan di Indonesia merupakan faktor yang sangat penting bagi
mobilitas manusia serta barang dan jasa.Hal ini dapat tercermin dari tingginya
ketergantungan masyarakat Indonesia untuk menggunakan transportasi darat
daripada transportasi laut dan udara.Selain itu prasana jaringan jalan masih
merupakan kebutuhan pokok bagi pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan
industri.Ketergantungan itu bisa disebabkan oleh banyak hal salah satunya adalah
efisiensi biaya.Fungsi jaringan jalan sebagai salah satu sarana transportasi sudah
saatnya diletakkan pada posisi yang setara dalam perencanaan transportasi secara
global.Penurunan dan peningkatan tingkat pelayanan dan kapasitas jalan sangat
mempengaruhi kelancaran pergerakan ekonomi dan menyebabkan biaya sosial
yang tinggi terhadap pemakai jalan.
Pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta selalu mengalami peningkatan yang
dapat terlihat dari PDRB DKI Jakarta.Output yang paling besar adalah sektor
industri,perdagangan dan jasa.Hal itu semua tidak lepas dari ketergantungan
infrastruktur jalan.
Banyaknya migrasi dan jumlah penduduk terjadi akibat adanya
ketimpangan pembangunan antar daerah. Orang akan mencari infrastruktur yang
lebih memadai sehingga mereka akan memadati kota-kota besar khususnya ibu
kota Indonesia yaitu DKI Jakarta.
Infrastruktur jalan

Biaya transportasi

Investasi
Investasi
Gambar 2 kerangka Pikir
Luar
Dalam
Negeri
Negeri

Panjang jalan

Peningkatan Permintaan
Peningkatan produksi
Pertumbuhan ekonomi
Gambar 2 Kerangka Pikir

Jumlah
Penduduk

16

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa dugaan tanda
koefisien variabel dalam menganalisis dampak pembangunan jalan terhadap
pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta. Hipotesis yang digunakan adalah:
1. Panjang jalan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di
DKI Jakarta, karena tersedianya jalan yang memadai akan
memperlancar akses dan proses pendistribusian.
2. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
di DKI Jakarta, karena jika output DKI Jakarta tinggi maka akan
menjadikan banyaknya urbanisasi di DKI Jakarta.
3. Investasi luar negeri berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi di DKI Jakarta, karena semakin tingginya perekonomian
suatu daerah maka semakin banyaknya para investor yang ingin
menanam kan modalnya.
4. Investasi dalam negeri berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi di DKI Jakarta, karena semakin tingginya perekonomian
suatu daerah maka semakin banyaknya para investor yang ingin
menanam kan modalnya.
5. Pengeluaran konsumsi pemerintah berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta.

METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data panel dengan
objeknya adalah 5 kotamadya yang ada di DKI Jakarta sebagai cross sectionnya
dan dengan mengambil waktu dari time series tahun 2002-2012. Data yang
digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
DKI Jakarta, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA Jakarta),
Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta, dan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI
Jakarta serta Dinas pekerjaan Umum DKI Jakarta. Variabel terdiri dari PDRB,
panjang jalan, investasi dalam dan luar negeri, Jumlah penduduk.Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Eviews 6.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di daerah DKI Jakarta, dengan beberapa
pertimbangan. Yaitu:
1. Merupakan salah satu provinsi yang posisi geografisnya sebagai pusat
pemerintahan, ekonomi dan bisnis.

17
2. Salah satu provinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
apabila dilihat dari nilai PDRB-nya.
3. Kepadatan penduduk yang selalu bertambah akibat DKI Jakarta
merupakan ibu kota Negara.
4. Adanya biaya lebih akibat kemacetan lalu lintas (nilai,waktu,biaya bahan
bakar dan biaya kesehatan).
Sehubungan dengan keterbatasan data yang dapat diperoleh, maka
penelitian ini hanya mengkaji fenomena yang terjadi dari tahun 2002-2012 dengan
jumlah 5 Kotamadya di DKI Jakarta.

Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini diolah dengan metode data panel menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari instansi yang bersangkutan. Pengambilan data
diambil dengan cara memperoleh data sekunder. Data yang diambil dalam
penelitian ini sebanyak 5 variabel yaitu data panjang jalan, produk domestik
regional bruto, investasi dalam dan luar negeri serta jumlah penduduk.Penelitian
ini bertujuan untuk melihat dampak hubungan panjang jalan serta jumlah
penduduk terhadap produk dome