Estimasi Kerugian Banjir Sungai Pesanggrahan pada Kawasan Perumahan di Jakarta Selatan.

ESTIMASI KERUGIAN BANJIR SUNGAI PESANGGRAHAN
PADA KAWASAN PERUMAHAN DI JAKARTA SELATAN

NUR CAHAYA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Kerugian
Banjir Sungai Pesanggrahan pada Kawasan Perumahan Di Jakarta Selatan adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan merupakan
penelitian yang berada di bawah penelitian Estimation of flood river damage in
Jakarta dengan sumber dana dari Environmental Economics Program for South
East Asia (EEPSEA). Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Nur Cahaya
NIM H44090038

4

ABSTRAK
NUR CAHAYA, Estimasi Kerugian Banjir Sungai Pesanggrahan pada Kawasan
Perumahan di Jakarta Selatan. Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR.
Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara merupakan dua
kelurahan di Jakarta Selatan yang dilalui Sungai Pesanggrahan. Meluapnya sungai
ini menyebabkan terjadinya banjir di dua wilayah tersebut. Pemerintah sedang
menjalankan program normalisasi sungai sebagai bentuk tindakan adaptasi
terhadap banjir yang akan datang. Kawasan perumahan merupakan salah satu

sektor yang terkena dampak dari adanya banjir S. Pesanggrahan. Tujuan umum
dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi besarnya kerugian yang dirasakan
sektor perumahan akibat banjir S. Pesanggrahan untuk skenario di masa
mendatang dengan kejadian banjir yang berbeda dan untuk mengukur manfaat
dari tindakan perlindungan banjir. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk
menganalisis nilai kerugian banjir, penurunan kerugian banjir dari adanya
program normalisasi, persepsi risiko, serta tindakan adaptasi masyarakat dan
pemerintah dalam menghadapi banjir. Metode analisis yang dipakai yaitu analisis
deskriptif, korelasi Spearman, dan Stage Damage Function (SDF). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki persepsi yang rendah
terhadap upaya mitigasi banjir, walaupun persepsi terhadap konsekuensi banjir
tinggi. Persepsi masyarakat terhadap harapan kebijakan pemerintah dalam upaya
mitigasi banjir juga tinggi. Kerugian banjir dipengaruhi secara signifikan oleh
durasi banjir, frekuensi terjadinya banjir, luas rumah, dan pendapatan rumah
tangga. Berdasarkan hasil estimasi, kerugian per rumah tangga adalah sebesar Rp
3 922 300 dan kerugian total dua kelurahan sebesar Rp 2 529 883 500. Setelah
adanya program normalisasi, diperkirakan kerugian akan berkurang sebesar
34.58%. Hasil wawancara kepada responden menunjukkan bahwa sebanyak 60%
responden menjawab akan melakukan tindakan persiapan adaptasi terhadap banjir
dan 40% menjawab tidak akan melakukan upaya adaptasi. Tindakan adaptasi

terhadap banjir yang dilakukan pemerintah salah satunya yaitu program
normalisasi Sungai Pesanggrahan.
Keywords: banjir sungai, persepsi risiko, Stage Damage Function

ABSTRACT
NUR CAHAYA, Estimated Losses of Flood in Pesanggrahan River at The
Residential in South Jakarta. Supervised by RIZAL BAHTIAR.
Ulujami and Kebayoran Lama Utara urban village are the two villages in
South Jakarta, that passed by the Pesanggrahan River. The overflowing of the
river was a reason of floods in the two areas. The government is running the river
normalization program as form of adaptation action of the upcoming flood.
Residential areas is one of the areas which was affected by the Pesangggrahan
River flood. The general objective of this research was to estimate the number of
the loss experienced by the flood in order to make a future scenario with different
flood and to measure the benefits of flood protection. The specific objective of this
research was to analyze the value of flood losses, reduction of flood losses from
the normalization program, risk perception, and community and government
adaptation in facing the flood. The method of this research was descriptive
analysis, Spearman correlation, and Stage Damage Function (SDF). The result
showed that respondents have a low perception of the flood mitigation efforts,

although the perception of the consequences of flood was high. Public perception
of the expectations of government policy in flood mitigation effort was also high.
Flood loss was significantly influenced by the duration of the flood, the frequency
of flood occurrence, house size, and household income. Based on estimates, the
loss per household was Rp 3 922 300 and the total loss of the two villages was Rp
2 529 883 500. After the normalization program, estimated losses would be
reduced by 34.58%. The interview showed that 60% of respondents answered
they would do the preparatory adaptation action of flood and 40% answered they
would not do the adaptation effort. Adaptation measures against flood by the
government, one of which was the Pesanggrahan normalization program.
Keywords: river flooding, risk perception, Stage Damage Function (SDF)

6

ESTIMASI KERUGIAN BANJIR SUNGAI PESANGGRAHAN
PADA KAWASAN PERUMAHAN DI JAKARTA SELATAN

NUR CAHAYA
H44090038


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkugan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

8

Judul Skripsi : Estimasi Kerugian Banjir Sungai Pesanggrahan pada Kawasan
Perumahan di Jakarta Selatan.
Nama

: Nur Cahaya

NIM


: H44090038

Disetujui oleh

Rizal Bahtiar S. Pi, M. Si
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat. MT
Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Tanggal Lulus:

10

PRAKATA


Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Estimasi Kerugian Banjir Sungai
Pesanggrahan pada Kawasan Perumahan Di Jakarta Selatan”. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak.
Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:


Kedua orang tua tercinta yaitu Ir. Maryani dan Nurhayati, beserta kakak
dan adik yaitu Nilasari, Tri Wijaya Saputra, dan Muhammad Rafli yang
selalu memberikan didikan, doa, dukungan, kasih sayang, dan perhatian.



Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing pertama yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.



Ibu Pini Wijayanti, SP, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian serta kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.



Bapak Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen penguji utama dan Ibu Nuva, SP,
M.Sc selaku dosen perwakilan departemen ESL.



Terima kasih kepada lembaga EEPSEA (Economy and Environment
Program For Southeast Asia).



Seluruh staff Kecamatan Pesanggrahan dan Kebayoran Lama, Kelurahan
Ulujami dan Kebayoran Lama Utara, serta BPS, Pemprov DKI Jakarta atas
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan
penelitian dan informasi yang diberikan. Terima kasih khusus untuk Bapak
Oding dan sekeluarga yang telah membantu selama penelitian.




Spesial untuk teman-teman satu proyek besar penelitian banjir Willy,
Sandra, Dita, Iin , Ka Tono, Ka danang, Ka Beph, Ka Lidya, Ka Tina, Ka
iki, dan Ka Andrian yang sangat membantu.



Spesial untuk Ai, Ichi, Anis, Hesti, Nissa, Diar, Iis, Dian, Nando, Abhe,
Gugat, Fato, Lintang, Wiggo, Tane, Ajeng, Khonsa, Qyqy Yasmin, Ka
Hera yang telah banyak membantu.



Spesial untuk Nefi, Hani, Putri, Arini, dan Dian atas dukungan dan
masukannya.




Spesial untuk Hendra Satwika atas dukungan, masukan, dan semangat.



Teman-teman satu bimbingan Aul Putri, Nissa, Lungit, Kuncoro, Tita,
Nadia A, dan Sarah.



Teman-teman Uty, Isti, Sari, Diena, Feby, Adin, Iyey, Intan, Bida, Mese,
Uma, Taufiq yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi serta
teman-teman ESL 46 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.



Sahabat-sahabat BEM FEM IPB khususnya BEM FEM 46 dan KESOS
atas masukan dan semangat.




Sahabat-sahabat KEMALA IPB.



Teman-teman Frida, Rama, Adul, dan Ozi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Akhir kata,

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya pihak
yang terkait dengan penelitian ini.

Bogor, Agusutus 2013

Nur Cahaya

12

i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................................
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA

1
2
4
4

2.1. Pemahaman Mengenai Banjir Jakarta ............................................................. 5
2.2. Konsep Kerentanan (Vulnerability) ................................................................ 5
2.2.1. Indikator Elemen Risiko ........................................................................ 6
2.2.2. Indikator Exposure ................................................................................ 6
2.2.3. Indikator Kerentanan ............................................................................. 7
2.3. Hubungan Antara Kerusakan Banjir dan Kerentanan ..................................... 9
2.4. Hubungan Antara Persepsi Risiko dan Kerentanan ........................................ 9
2.5. Stage Damage Function (SDF) ....................................................................... 9
2.6. Pemahaman Mengenai Persepsi Risiko Banjir ............................................ 10
2.7. Penilaian Kerugian Ekonomi Akibat Banjir ................................................ 11
2.8. Adaptasi Masyarakat .................................................................................... 13
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 14
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu ........................................................................................ 16
4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 16
4.3. Metode Pengambilan Contoh ........................................................................ 16
4.4. Metode dan Prosedur Analisis ...................................................................... 17
4.4.1. Analisis Persepsi Masyarakat di Kawasan Perumahan Terhadap Risiko
Banjir Sungai ....................................................................................... 18
4.4.1.1. Analisis Korelasi Spearman ................................................... 19
4.4.2. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Pada Sektor Perumahan Akibat
Bencana Banjir Sungai ........................................................................ 19

ii

4.4.2.1. Cara Mengukur Kerugian Rumah Tangga Akibat Banjir Sungai
.............................................................................................................. 21
4.4.3. Analisis Nilai Penurunan Kerugian dari Adanya Proyek Normalisasi 22
4.4.4. Analisis Deskriptif .............................................................................. 22
4.4.5. Evaluasi Model ................................................................................... 23
4.4.5.1. Kriteria Uji Statistik ............................................................... 23
4.4.5.2. Kriteria Uji Ekonometrika ..................................................... 24
4.5. Hipotesis ........................................................................................................ 25
V. GAMBARAN UMUM
5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................................ 27
5.2. Kependudukan ............................................................................................... 28
5.3. Karakteristik Responden ............................................................................... 29
5.3.1. Jenis Kelamin Responden....................................................................
5.3.2. Pekerjaan Responden ..........................................................................
5.3.3. Tingkat Usia Responden .....................................................................
5.3.4. Tingkat Pendidikan..............................................................................
5.3.5. Pendapatan Rumah Tangga Responden .............................................
5.3.6. Lama Tinggal .....................................................................................
5.3.7. Jarak Rumah Ke Sungai .....................................................................
5.3.8. Status Kepemilikan Rumah ................................................................
5.3.9. Jumlah Lantai Rumah .........................................................................
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

29
30
30
30
31
31
32
32
33

6.1. Persepsi Responden Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama
Terhadap Risiko Banjir Sungai ..................................................................... 34
6.1.1. Korelasi Secara Umum ........................................................................ 35
6.1.2. Korelasi Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ............... 36
6.1.2.1. Korelasi Berdasarkan Kelompok Pendapatan ........................ 36
6.1.2.2. Korelasi Berdasarkan Lama Tinggal ...................................... 38
6.2. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Pada Sektor Perumahan Akibat Bencana
Banjir Sungai ................................................................................................ 43
6.2.1. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Total Sektor Perumahan Kelurahan
Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara ............................... 44
6.3. Analisis Penurunan Kerugian Banjir Sektor Perumahan Melalui Program
Normalisasi S. Pesanggrahan ........................................................... 45
6.4. Identifikasi Tindakan Pencegahan Masyarakat dan Pemerintah Pada Kawasan
Perumahan Dalam Mempersiapkan Terjadinya Banjir ................................ 47
6.4.1. Identifikasi Tindakan Pencegahan Masyarakat Pada Kawasan
Perumahan Dalam Mempersiapkan Terjadinya Banjir ..................... 48
6.4.2. Identifikasi Tindakan Pencegahan Pemerintah Pada Sektor Perumahan
Dalam Mempersiapkan Terjadinya Banjir ........................................ 50

iii

VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan ....................................................................................................... 52
7.2. Saran ............................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 55
LAMPIRAN ........................................................................................................ 58
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 65

iv

DAFTAR TABEL

Nomor
1

Halaman
Data RW dan RT Terkena Banjir di Kelurahan Ulujami dan Kebayoran
Lama Utara .............................................................................................. 17

2

Matriks Metode Analisis Data ................................................................. 18

3

Skala Persepsi Risiko Terhadap Banjir ..................................................... 19

4

Selang Nilai Statistik Durbin Watson Serta Keputusannya ..................... 25

5

Rata-Rata Persepsi Responden Rumah Tangga ....................................... 35

6

Hasil Analisis Korelasi Secara Umum .................................................... 36

7

Hasil Analisis Korelasi Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga ........... 38

8

Hasil Analisis Korelasi Berdasarkan Lama Tinggal ................................ 40

9

Hasil Pengolahan Data Rata-Rata Masing-Masing Variabel Independent
................................................................................................................... 45

10

Luas Lokasi Berdasarkan Paket Sebelum dan Sesudah Normalisasi Pada
Banjir Dua Tahunan .................................................................................. 46

11

Estimasi Nilai Kerugian Sebelum dan Setelah Program Normalisasi ..... 47

12

Tindakan Adaptasi Responden Dalam Menghadapi Banjir...................... 50

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1

Indikator Yang Digunakan Dalam Analisis Kerentanan Banjir ................ 8

2

Diagram Alur Kerangka Berpikir ............................................................ 15

3

Peta Daerah Lokasi Penelitian di Kelurahan Ulujami dan Kebayoran Lama
Utara ......................................................................................................... 29

4

Tindakan Adaptasi Responden Kelurahan Ulujami dan Kelurahan
Kebayoran Lama Utara Tahun 2013 ......................................................... 49

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
1

Halaman
Jumlah Penduduk Kelurahan Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan
Berdasarkan Kelompok Usia .................................................................... 58

2

Jumlah Penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan
Kebayoran Lama Berdasarkan Kelompok Usia ....................................... 58

3

Jumlah Penduduk Kelurahan Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan
Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ...................................................... 59

4

Jumlah Penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan
Kebayoran Lama Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian .......................... 59

5

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 59

6

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan .................................... 60

7

Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................. 60

8

Jumlah Responden Berdasarkan Jumlah Lantai Rumah ......................... 60

9

Jumlah Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah ................. 60

10

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota, Pendapatan
Rumah Tangga, Lama Tinggal, dan Jarak Rumah ke Sungai .................. 60

11

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Beserta Hasil Uji Statistika dan
Ekonometrika .......................................................................................... 61

12

Rincian Dana Pengeluaran Pemerintah Dalam Mengatasi Banjir ............ 64

i

1

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Jakarta merupakan ibu kota Negara Republik Indonesia yang menjadi pusat
perekonomian negara. Kota ini memiliki jumlah penduduk terpadat di Indonesia
yang menempati daerah sekitar 662 km2. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(2011), jumlah penduduk Jakarta mencapai 9 607 787 jiwa. Kepadatan penduduk
ini disebabkan daerah ini mempunyai daya tarik bagi masyarakat untuk
menjalankan aktivitas ekonomi.
Jakarta merupakan kota yang rentan terhadap bencana banjir (Firman et al.
2011). Kategori banjir di Jakarta terbagi menjadi dua yaitu banjir karena
meluapnya air sungai akibat curah hujan yang tinggi dan banjir yang diakibatkan
karena gelombang pasang air laut (rob). Jakarta seringkali mengalami bencana
banjir besar setiap beberapa tahun sekali. Banjir besar telah melanda Jakarta
hampir setiap lima tahun (Steinberg 2007). Banjir terparah terjadi di Jakarta
sebelum tahun 2013 yaitu pada tahun 2002 dan 2007 yang menggenangi beberapa
bagian Jakarta (Firman et al. 2011). Bencana tersebut menimbulkan kerugian
yang sangat besar dan dikategorikan menjadi dua yaitu tangible (terukur) dan
intangible (tidak terukur) (Messner dan Meyer 2004).
Setelah banjir besar yang melanda Jakarta tahun 2007 lalu, kini banjir besar
kembali menggenangi wilayah Jakarta pada tahun 2013. Kawasan perumahan
termasuk yang paling rentan terhadap risiko banjir. Kerugian dan kerusakan yang
dirasakan oleh masyarakat di kawasan perumahan cukup besar. Hal ini disebabkan
masyarakat pada kawasan perumahan cenderung memiliki property rumah tangga
yang tidak sedikit. Besarnya kerugian tersebut dapat diketahui melalui analisis
kerugian banjir. Analisis kerugian banjir bertujuan mengukur besarnya kerugian
akibat banjir untuk skenario tertentu di masa mendatang dengan kejadian banjir
yang berbeda dan untuk mengukur manfaat dari tindakan perlindungan banjir
(Messner dan Meyer 2004). Dampak kerugian yang dirasakan pada kawasan
perumahan bervariasi antar rumah tangga. Oleh karena itu, perlu dilakukan

2

penelitian lebih lanjut mengenai kerugian pada kawasan perumahan akibat banjir
besar tahun 2013.
1.2

Perumusan Masalah

Banjir merupakan fenomena alam yang sering terjadi di bumi ini. Salah satu
faktor utama penyebab terjadinya banjir yaitu adanya perubahan iklim. Perubahan
iklim tidak hanya menyebabkan terjadinya banjir, tetapi juga menyebabkan
kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi, peningkatan permukaan air laut, dan
bahkan kekeringan di berbagai belahan dunia. Peristiwa tersebut menimbulkan
dampak lingkungan yang mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi pada
masyarakat (Barker 2003).
Peristiwa banjir mempunyai dampak langsung dan tidak langsung terhadap
kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Perlu dilakukan suatu analisis
kerugian banjir untuk mengukur besarnya dampak yang ditimbulkan dari
peristiwa banjir. Penilaian kerugian bencana alam memberikan informasi penting
untuk mendukung keputusan dan pengembangan kebijakan di bidang manajemen
bencana alam dan adaptasi terhadap perubahan iklim (Merz et al. 2010).
Analisis kerugian banjir bertujuan untuk mengestimasi nilai kerugian banjir
guna memprediksi kerugian di masa mendatang pada kejadian banjir yang
berbeda. Indikator kerentanan sangat penting untuk dipertimbangkan dalam
konteks analisis banjir. Berkenaan dengan aspek kerentanan, persepsi risiko
sangat penting untuk diteliti (Messner dan Meyer 2004). Ketinggian genangan dan
durasi dari banjir merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kerugian
banjir di kawasan perumahan. Jika kedalaman dan durasi meningkat, kerugian
banjir juga akan meningkat (Tang et al. 1992). Pada tahapan menilai kerugian
banjir perlu dilakukan survei risiko di bidang properti untuk memberikan prediksi
kerugian banjir dari kerugian rata-rata tahunan yang dapat dihitung (Smith 1994).
Jakarta Selatan merupakan salah satu kota administrasi di wilayah Kota
Jakarta. Kota inipun merupakan kota administrasi paling kaya dibandingkan
wilayah lainnya1. Jakarta Selatan dilewati oleh Sungai Pesanggrahan yang
1

http:// http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Administrasi_Jakarta_Selatan diakses pada 11 Februari
2013

3

merupakan salah satu dari 13 sungai yang terdapat di Jakarta. Jakarta Selatan
termasuk kota yang memiliki kerentanan tinggi terhadap peristiwa banjir (Firman
et al. 2011).
Banjir Januari 2013 merupakan banjir besar yang baru saja terjadi. Banjir
tesebut terjadi di daerah sekitar enam sungai meliputi S. Krukut, S. Angke, S.
Cipinang, S. Sunter, S. Pesanggrahan, dan S. Ciliwung. Salah satu banjir terbesar
terletak di sepanjang S. Pesanggrahan yang mengalir di daerah Jakarta Barat dan
Selatan. Salah satu faktor penyebab banjir ini yaitu adanya perubahan tata guna
lahan di

bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Pesanggrahan. Perubahan

tersebut yaitu dari sawah maupun kebun menjadi kawasan perumahan (Sakethi
2010).
Guna mengurangi daerah banjir di sepanjang S. Pesanggrahan, pemerintah
saat ini sedang menormalisasikan sungai tersebut sepanjang 26.7 km2. Proyek ini
bertujuan untuk memperlebar sungai dan meningkatkan debit air. Pemerintah
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk biaya konstruksi dan pembebasan
lahan. Upaya pemulihan lebar sungai merupakan bagian penting dari program
normalisasi sungai (Sakethi 2010). Daerah bantaran sungai yang menjadi
pemukiman penduduk ilegal menjadi sasaran dalam upaya tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas perumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana persepsi masyarakat di kawasan perumahan Kelurahan
Ulujami dan Kebayoran Lama Utara terhadap risiko banjir sungai?
2. Berapa besar nilai kerugian ekonomi pada kawasan perumahan akibat
bencana banjir sungai?
3. Berapa nilai penurunan kerugian banjir dari adanya proyek normalisasi
sungai?
4. Apa saja tindakan adaptasi yang dilakukan masyarakat dan pemerintah
pada kawasan perumahan dalam persiapan menghadapi banjir?

2

http://finance.detik.com/read/2013/01/27/110206/2153193/4/normalisasi-sungai-terkendalapembebasan-lahan-milik-pengembang-properti diakses pada tanggal 12 Januari 2013

4

1.3

Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Menginterpretasikan persepsi masyarakat di kawasan perumahan terhadap
risiko banjir sungai.
2. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi pada kawasan perumahan akibat
bencana banjir sungai.
3. Menganalisis nilai penurunan kerugian banjir dari adanya proyek
normalisasi sungai.
4. Mengidentifikasi tindakan adaptasi yang dilakukan masyarakat dan
pemerintah pada kawasan perumahan dalam persiapan menghadapi banjir.
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Adapun ruang lingkup dan batasan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Peristiwa banjir yang diteliti adalah banjir yang terjadi pada 17 sampai 19
Januari 2013.
2. Penelitian tidak mengestimasi kerugian intangible.
3. Penelitian

tidak

menghadapi banjir.

mengestimasi

biaya

adaptasi

responden

dalam

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Mengenai Banjir Jakarta
Banjir merupakan fenomena alam yang menyebabkan kerusakan pada
kehidupan, sumberdaya alam, lingkungan, dan juga berdampak pada kesehatan
manusia (Suriya et al. 2012). Kategori banjir di Jakarta terbagi menjadi dua yaitu
banjir sungai dan banjir rob. Guna mengatasi bencana banjir di Jakarta,
pemerintah telah membangun dua kanal yaitu kanal barat dan timur. Upaya lain
yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi banjir yaitu dengan membuat
tanggul, karena mengingat 40 % dari luas daerah Jakarta berada lebih rendah di
bawah permukaan air laut (Firman et al. 2011). Namun, berselang beberapa waktu
dari pembangunan-pembangunan tersebut, banjir terus melanda Jakarta dan tidak
dapat dihindari.
Jakarta mengalami peristiwa banjir besar selama kurun waktu 17 tahun
terakhir (Brinkman et al. 2008). Tercatat bahwa sejarah banjir besar yang
menggenangi hampir seluruh Jakarta yaitu terjadi pada tahun 1699, 1714, 1854,
1918, 1942, dan 2002 (WHO 2007). Banjir besar kembali melanda Jakarta pada
tahun 2007 (Brinkman et al. 2008). Peristiwa banjir besar pada tahun 2007
menimbulkan kerugian sebesar US$ 453 juta (BAPPENAS 2007). Awal tahun
2013, banjir besar kembali menggenangi sebagian besar wilayah Jakarta.
Kerugian akibat banjir pada tahun 2013 dapat diketahui melalui analisis penilaian
kerugian banjir.
Penyebab banjir di Jakarta yaitu karena keadaan geografis wilayah ini yang
kaya akan sumberdaya air dan akibat perbuatan manusia. Selain itu, penyebab
lainnya yaitu kurangnya daya dukung infrastuktur pengendalian banjir, kurangnya
area resapan air hujan akibat urbanisasi dan deforestasi di hulu, serta pembuangan
sampah yang tidak terkontrol (Steinberg 2007).
2.2 Konsep Kerentanan (Vulnerability)
Kerentanan (vulnerability) adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu
masyarakat untuk mencegah, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya

6

tertentu. Kerentanan berupa kerentanan sosial budaya, fisik, ekonomi dan
lingkungan, yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab (BPBD DKI Jakarta
2012). Konsep kerentanan berkaitan erat dengan peristiwa banjir. Jumlah aktual
(sebenarnya) kerusakan akibat peristiwa banjir tergantung pada kerentanan dari
faktor sosio-ekonomi dan sistem ekologi yang terkena dampak. Secara umum,
sesuatu yang lebih berisiko mengalami kerusakan adalah yang lebih rentan,
semakin terkena bahaya maka semakin rentan terhadap kekuatan dan dampakdampaknya. Oleh karena itu, setiap analisis kerentanan banjir memerlukan
informasi mengenai faktor-faktor dalam indikator elemen yang berisiko, indikator
exposure (tindakan), dan indikator kerentanan (Messner dan Meyer 2004).
Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 1.
2.2.1 Indikator Elemen Risiko
Seperti terlihat pada Gambar 1, pokok bahasan analisis kerentanan banjir
adalah kelompok elemen yang berisiko dirugikan oleh peristiwa banjir. Indikator
elemen berisiko memberikan informasi jumlah unit sosial, ekonomi, atau ekologi
yang berisiko terkena dampak atau mengenai segala macam bahaya pada area
spesifik, misalnya manusia, rumah tangga, perusahaan-perusahaan, produksi
ekonomi, gedung publik dan swasta, infrastruktur publik, dan pemandangan alam
yang terletak di area yang berbahaya (Messner dan Meyer 2004).
Besarnya kerusakan dapat diperkirakan dalam satuan moneter dan non
moneter, yang mencerminkan secara total maksimum kemungkinan kerusakan
banjir. Hal ini disebut juga dengan kerusakan potensial (Messner dan Meyer
2004). Apabila setiap elemen yang berisiko dijabarkan terhadap peristiwa banjir
dan sangat rentan terhadap peristiwa banjir, maka indikator exposure dan
vulnerability sangat berkaitan dengan hal tersebut. Kedua indikator ini sangat
berkontribusi secara signifikan terhadap analisis kerugian dan kerusakan akibat
banjir.
2.2.2 Indikator Exposure
Indikator exposure ditentukan dengan mempertimbangkan dua kategori
yaitu elemen yang berisiko dari banjir yang berbeda dan karakteristik umum dari
banjir. Kategori elemen berisiko terdiri dari daerah elemen berisiko, ketinggian,

7

jarak ke sungai, jarak ke area genangan banjir, dan frekuensi banjir. Secara
keseluruhan, kategori ini memberikan informasi tentang frekuensi banjir dan
ancaman terhadap berbagai elemen berisiko yang terendam. Indikator exposure
pada kategori karakteristik banjir umum fokus pada durasi banjir, kecepatan air
banjir, area banjir, dan ketinggian genangan banjir. Kategori kedua ini
memberikan informasi besarnya bahaya akibat banjir pada elemen berisiko
(Messner dan Meyer 2004).

2.2.3 Indikator Kerentanan
Indikator kerentanan mengukur kesensitifan dari perilaku elemen berisiko
ketika dihadapkan dengan beberapa jenis bahaya. Gambar 1 menunjukkan bahwa
indikator kerentanan berhubungan dengan sistem sosial, ekonomi, dan ekologi
yang terkena dampak atau unit individu dari sistem ini. Mengenai sistem sosial
dan ekonomi, kelompok penting dari indikator mengacu pada kerentanan dalam
arti sempit dan mengukur dampak absolut atau relatif dari banjir pada elemen
individu yang berisiko. Misalnya, dampak dari ketinggian genangan dan durasi
banjir pada bangunan sering menjadi isu utama analisis kerusakan dan penelitian,
serta mencoba untuk mengidentifikasi kategori bangunan dengan kerentanan yang
sama. Hal ini sangat jelas karena rumah kayu jauh lebih rentan terhadap banjir
dibandingkan rumah dengan bangunan dari batu bata dan bangunan dengan satu
lantai lebih rentan dibandingkan bangunan dengan beberapa lantai.
Indikator kerentanan dalam arti luas berhubungan dengan karakteristik
sistem dan konteks sosial pembentukan kerusakan banjir, terutama kesadaran dan
kesiapan masyarakat yang terkena dampak mengenai risiko hidup mereka sebelum
banjir, kemampuan mereka mengatasi bahaya selama banjir, dan untuk melakukan
usaha pemulihan kembali pasca banjir. Berdasarkan pemaparan tersebut, tiga
kategori indikator yang telah dijelaskan mengacu pada kesiapan, penanggulangan,
dan kemampuan pemulihan, serta strategi individu dan sistem sosial (Messner dan
Meyer 2004).

8
8

exposure





Jarak ke sungai/laut
Ketinggian area
Frekuensi banjir

Karakteristik exposure

Perkiraan kerusakan

Indikator exposure

Karakteristik
banjir






Elemen
Yang
Beresiko







Durasi
Kecepatan
Area genangan dan
kedalaman
Dan lain-lain

Orang, perusahaan
Bangunan
Produksi
Ekologi populasi
Lain-lain

Bahaya banjir

Exposure dan
karakteristik banjir
(contoh: kedalaman
banjir)

Unit yang terkena
dampak serta nilainya
(kerusakan potensial)


Unit sosial
Dan ekonomi
Serta sistem



Kerentanan dalam arti
sempit
Kerentanan termasuk
kemampuan sosial:
- kesiapan
- mengatasi
- pemulihan

Analisis kerentanan
banjir

Perkiraan kerusakan
Tingkat kesadaran akan
kerusakan

Indikator kerentanan

Unit ekologi,
sistem



Indikator ketahanan

Efek jangka panjang

Karakteristik kerentanan
(contoh: kesiapan)

Gambar 1. Indikator yang digunakan dalam analisis kerentanan banjir

9

2.3 Hubungan Antara Kerusakan Banjir dan Kerentanan
Analisis kerusakan banjir bertujuan untuk mengukur kerusakan akibat banjir
untuk skenario tertentu di masa mendatang dengan kejadian banjir yang berbeda
dan kebijakan untuk mengukur manfaat dari tindakan perlindungan banjir.
Kerusakan potensial sangat penting dalam konteks ini. Kerusakan potensial
spesifik area merupakan jumlah maksimum dari kerusakan yang mungkin terjadi
jika daerah menjadi tergenang. Analisis aspek kerentanan harus diperhatikan
untuk memperkirakan proporsi dari kerusakan potensial yang pada akhirnya akan
terjadi. Dalam banyak kasus, faktor kerentanan berasal dari indikator kerentanan
yang memiliki dampak besar pada tingkat kerusakan yang dihasilkan selama
terjadinya banjir (Messner dan Meyer 2004).
2.4 Hubungan Antara Persepsi Risiko dan Kerentanan
Berkaitan dengan fitur sosial dan ekonomi dari kerentanan, gagasan persepsi
risiko sangat penting. Rata-rata rendahnya persepsi risiko di suatu daerah
disebabkan frekuensi banjir di daerah tersebut kecil. Selain itu, masyarakat tidak
berpikir bahwa banjir akan membahayakan mereka. Sebagai konsekuensinya,
masyarakat mungkin tidak mengambil tindakan apapun untuk mengurangi risiko
atau untuk mempersiapkan terjadinya banjir. Bahkan jika mereka diperingatkan
dari awal tentang bahaya banjir, mungkin mereka tidak percaya bahwa banjir
benar-benar terjadi dan tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan. Sebaliknya,
jika orang menyadari risiko banjir, mungkin mereka sering mengalami peristiwa
banjir di daerahnya dan cenderung siap untuk menghadapi peristiwa banjir (Baan
dan Klijn 2004). Dapat disimpulkan bahwa daerah dengan tingkat persepsi risiko
banjir yang rendah dan rendahnya kesiapan untuk mengahadapi banjir akan
cenderung mempunyai tingkat kerugian banjir di atas rata-rata. Biasanya
kerentanan mereka terhadap banjir tinggi (Messner dan Meyer 2004).
2.5 Stage Damage Function (SDF)
Smith (1994) melakukan studi yang berkaitan dengan pengembangan
konsep SDF yang digunakan untuk mengevaluasi kerugian akibat banjir di

10

perkotaan. Tindakan awal yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data dari
peristiwa

banjir

aktual

dan

menggunakannya

sebagai

panduan

untuk

mengestimasi kerugian dari peristiwa banjir di masa mendatang. Hal ini
berdasarkan waktu peringatan terjadinya banjir, waktu untuk evakuasi barangbarang beserta isi rumah, dan jenis bangunan. Dalam membuat SDF perlu
mempertimbangkan data basis yang tersedia.
2.6 Pemahaman Mengenai Persepsi Risiko Banjir
Slovic (1987) memberikan gagasan bahwa persepsi risiko mengacu pada
penilaian risiko secara intuitif (naluriah) individu atau kelompok-kelompok sosial
dalam konteks yang terbatas dan informasi yang tidak pasti. Penilaian ini
bervariasi antar individu karena perbedaan tingkat informasi dan ketidakpastian
serta perilaku yang berbeda. Latar belakang dan pengalaman hidup di dataran
banjir juga menjadi faktor penentu penilaian risiko individu. Hal ini
mengakibatkan individu atau kelompok-kelompok sosial tersebut melakukan
langkah-langkah mitigasi risiko banjir yang berbeda pula (Messner dan Meyer
2004).
Salah satu penelitian persepsi risiko banjir dilakukan oleh Bubeck et al.
(2012) mengenai persepsi risiko banjir dengan menggunakan pengetahuan
manajemen risiko banjir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
informasi lanjut mengenai persepsi risiko banjir untuk manajemen banjir dalam
hal tindakan pencegahan, serta permintaan publik dalam perlindungan banjir.
Penelitian ini dilakukan di Thua Thien Hue, Vietnam. Provinsi ini sangat rentan
terhadap bencana alam dan sering terkena banjir, angin topan, dan kekeringan.
Secara total, banjir menyebabkan kerusakan langsung dengan biaya sebanyak
USD 120 juta, yang merupakan jumlah yang sangat besar untuk sebuah negara
berkembang (Tran dan Shaw 2007; Tran et al. 2009). Survei dilakukan pada 300
warga dari daerah rawan banjir di Vietnam Pusat. Hasil penelitian ini menemukan
bahwa terdapat hubungan yang lemah antara kemungkinan yang dirasakan dan
konsekuensi yang dirasakan dari

banjir tersebut serta keinginan untuk

mengadopsi langkah-langkah mitigasi banjir.

11

Penelitian lain tentang persepsi risiko banjir telah dilakukan oleh Fatti dan
Patel (2013). Penelitian ini bertujuan untuk menilai sistem pemerintahan saat ini
dengan menggabungkan persepsi dan pengalaman dari berbagai pemangku
kepentingan dalam pengambilan keputusan penanggulangan bencana. Studi ini
dilakukan pada kasus banjir di Atlasville, Afrika Selatan. Penelitian ini
menggunakan model Disaster Resilience of Place (DROP) yang dikembangkan
oleh Cutter et al. (2008). Model ini menjelaskan hubungan antara vulnerability
dan ketahanan terhadap bahaya alam di tingkat masyarakat. Data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Data ini digunakan untuk
mendapatkan wawasan tentang respon masyarakat di Ekuruleni ketika
menghadapi perisitiwa banjir dan pandangan manajer kota tentang risiko banjir,
serta hubungan antar kelompok pemangku kepentingan dalam penelitian ini. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa cara masyarakat dan pemerintah daerah
setempat merespon risiko banjir dan aksi kelompok ini merupakan faktor kunci
dalam memahami efektivitas pengelolaan banjir.
2.7 Penilaian Kerugian Ekonomi Akibat Banjir
Suatu bencana alam menimbulkan kerugian yang tidak sedikit baik dari segi
materi maupun moril. Kerugian akibat bencana alam dibedakan menjadi dua yaitu
tangible (terukur) dan intangible (tidak terukur). Kerugian tangible adalah
kerugian yang dapat diukur secara moneter, contohnya kerusakan pada barangbarang berharga dan infrastruktur publik. Sedangkan, kerugian intangible adalah
kerugian yang tidak dapat diukur secara moneter, contohnya jumlah nyawa yang
hilang akibat suatu bencana. Kerugian akibat banjir sangat penting untuk dinilai.
Umumnya dalam penelitian-penelitian terdahulu dilakukan analisis kerugian
banjir hanya pada kerugian tangible saja.
Appelbaum (1985) melakukan penelitian mengenai perhitungan kerusakan
akibat banjir di wilayah perkotaan Lembah Wyoming. Penelitian tersebut
menggunakan metode DAPROG 2, yaitu sebuah metodologi baru dan program
komputer untuk memperkirakan kerusakan akibat banjir di daerah perkotaan.
Kerusakan yang dihitung untuk properti perumahan dan komersial dari individu
itu sendiri. Appelbaum (1985) menggunakan persamaan regresi untuk menghitung

12

replacement cost dan dikalikan dengan faktor depresiasi. Survei dalam penelitian
ini dilakukan pada 235 rumah dan 2 700 perusahaan komersial serta industri di
Lembah Wyoming. Kerusakan jalan selama banjir Agnes di Lembah Wyoming
diperkirakan Rp 40 865 000 (harga pada April 1980). Kerusakan kendaraan
diperkirakan US$ 364 per unit. Biaya makanan darurat, pakaian, tempat tinggal,
dan perawatan medis sekitar US$ 115 per orang untuk 122 000 orang (harga pada
April 1980).
Penelitian lain mengenai perkiraan biaya kerusakan akibat banjir dilakukan
oleh Tang (1992). Penelitian ini mengenai estimasi biaya kerusakan akibat banjir
di Bangkok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan biaya
kerusakan akibat banjir dengan terlebih dahulu memperkirakan fungsi biaya
kerusakan banjir dalam hal kedalaman dan jangka waktu menggunakan teknik
analisis regresi berganda. Survei dilakukan pada sampel dari 3 522 perusahaan
dimana 1 041 berasal dari kawasan perumahan, 951 sektor komersial, 1 018 sektor
pertanian, dan 512 sektor industri. Berdasarkan hasil penelitian, kedalaman banjir
dan durasi berpengaruh terhadap kerusakan di daerah pemukiman. Salah satu
penyebabnya yaitu 81 % bangunan di daerah penelitian terbuat dari kayu.
Umumnya, pada sektor komersial durasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
kerusakan yang ditimbulkan. Kerusakan yang ditimbulkan pada sektor ini yaitu
pada barang dan properti di dalam bangunan. Pada properti industri, biaya
kerusakan mesin dan peralatan tetap bergerak bergantung pada faktor kedalaman
dan durasi banjir. Berbeda dengan daerah pertanian, kerusakan tergantung pada
kedalaman banjir, sedangkan faktor durasi tidak berpengaruh secara signifikan.
Berdasarkan hasil studi Tang (1992), disimpulkan bahwa fungsi biaya kerusakan
banjir melalui analisis regresi berganda menjadi alat yang berguna dalam
perhitungan sistematis kerusakan banjir.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Smith (1994) dengan tujuan yang
sama yaitu memperkirakan biaya kerusakan. Penelitian ini menggunakan analisis
SDF untuk mengevaluasi kerugian perkotaan di Afrika Selatan. Metodologi dasar
yang digunakan yaitu tergantung pada pengembangan dan penggunaan SDF yang
sering disebut sebagai “Fungsi Kerugian”. Guna membuat SDF perlu
mempertimbangkan data basis yang tersedia dan survei oleh asuransi yang

13

bertanggung jawab dalam kerugian. Diperoleh data akhir 168 kurva tahapan
kerusakan untuk 21 jenis rumah, empat divisi kelas sosial, dan untuk dua durasi
banjir. Sebuah elemen penting dari kebijakan nasional tentang banjir adalah
kemampuan untuk memprediksi kerusakan banjir. Hal ini diperlukan untuk
menilai manfaat dari kisaran yang tersedia dalam langkah-langkah pencegahan
banjir dan penggunaan asuransi.
Terkait dengan Jakarta, banjir besar kembali menggenangi 17-19 Januari
2013. Penilaian kerusakan perlu untuk dilakukan untuk mengestimasi besarnya
kerugian yang ditimbulkan akibat banjir besar ini. Penilaian kerusakan akibat
banjir dibutuhkan untuk penilaian kerentanan banjir, pemetaan risiko banjir,
optimalisasi keputusan tentang langkah-langkah mitigasi banjir, analisis
perbandingan risiko, penilaian keuangan untuk sektor re-asuransi, dan penilaian
keuangan selama dan setelah banjir (Merz et al. 2010). Salah satu sektor yang
terkena dampak yaitu kawasan perumahan. Kerusakan properti dan barang-barang
lainnya di kawasan perumahan akibat banjir menimbulkan kerugian yang cukup
besar. Hal ini dapat dilihat dari bangunan yang rusak dan properti yang dimiliki
serta dampak lainnya yang ditimbulkan akibat banjir besar. Maka, sangat
diperlukan penilaian kerugian ekonomi akibat banjir di kawasan perumahan.
2.8 Adaptasi Masyarakat
Adaptasi adalah proses dimana suatu perubahan diatasi dengan respon dari
perubahan tersebut (Gallopin 2006). Kapasitas adaptif adalah kemampuan sebuah
komunitas untuk beradaptasi, dan proses pembelajaran, yang merupakan salah
satu cara yang ketahanan dapat dikembangkan (Fatti dan Patel 2012). Ketika
menghadapi suatu bencana, masyarakat perlu melakukan suatu tindakan adaptasi.
Hal ini merupakan salah satu bentuk respon masyarakat dalam menyikapi
perubahan lingkungan (Berina 2011). Biaya yang dikeluarkan untuk tindakan
responsif ini tidaklah sedikit, khususnya yang berupa tindakan pencegahan
terhadap nilai kerugian yang tinggi. Biaya adaptasi yang diterima masyarakat juga
berbeda-beda. Hal ini tergantung pada faktor sosial dan ekonomi, serta tingkat
dampak yang diterima oleh masing-masing individu (Berina 2011).

14

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

Analisis kerugian banjir berkaitan erat dengan konsep kerentanan.
Berkenaan dengan aspek kerentanan, gagasan persepsi risiko sangat penting untuk
diteliti. Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan interpretasi mengenai
persepsi masyarakat di kawasan perumahan terhadap risiko banjir sungai. Proses
interpretasi ini merupakan langkah awal dalam penelitian ini, karena melalui
persepsi masyarakat tersebut, peneliti dapat memperoleh informasi mengenai
dampak umum dari banjir sungai dan kesiapan yang dilakukan masyarakat.
Tahapan selanjutnya yaitu mengestimasi nilai kerugian ekonomi pada
kawasan perumahan akibat banjir S. Pesanggrahan. Kerusakan properti dan
barang-barang lainnya di kawasan perumahan akibat banjir menimbulkan
kerugian yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari bangunan yang rusak dan
properti yang dimiliki serta dampak lainnya yang ditimbulkan akibat banjir besar.
Guna mengurangi banjir, pemerintah sedang melakukan proyek normalisasi S.
Pesanggrahan. Hal inilah yang menjadi latar belakang tujuan selanjutnya yaitu
menganalisis nilai penurunan kerugian banjir dari adanya proyek normalisasi S.
Pesanggrahan.
Masyarakat sudah terbiasa dengan kejadian banjir karena hal ini sudah
sangat rutin terjadi di Jakarta. Hal inilah yang menjadi latar belakang dalam
tahapan selanjutnya yaitu identifikasi tindakan pencegahan yang dilakukan
masyarakat di kawasan perumahan dalam mempersiapkan terjadinya banjir.
Hal-hal yang telah disebutkan di atas sangat erat kaitannya dengan
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan perumahan akibat bencana
banjir. Oleh sebab itu, aspek-aspek yang telah disebutkan di atas penting untuk
diteliti agar dapat mengetahui manfaat dari adanya proyek normalisasi sehingga
menghasilkan suatu rekomendasi dan acuan bagi penerapan kebijakan yang tepat
sasaran. Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2.

15

Banjir di kawasan perumahan
Kelurahan Ulujami dan Kebayoran
Lama Utara akibat meluapnya air
sungai

Dampak ekonomi dan sosial di kawasan
perumahan akibat banjir sungai

Kerugian ekonomi di kawasan
perumahan akibat banjir sungai

Interpretasi persepsi
masyarakat di
kawasan perumahan
terhadap risiko banjir
sungai

Estimasi nilai
kerugian ekonomi
pada kawasan
perumahan akibat
banjir sungai

Analisis nilai
penurunan kerugian
banjir dari proyek
normalisasi sungai

Identifikasi tindakan
adaptasi yang dilakukan
masyarakat dan
pemerintah di kawasan
perumahan dalam
menghadapi terjadinya
banjir

Persepsi masyarakat
kawasan perumahan
terhadap risiko banjir
sungai

Nilai kerugian
ekonomi pada
kawasan perumahan

Nilai penurunan
kerugian banjir dari
proyek normalisasi
sungai

Tindakan adaptasi
masyarakat dan
pemerintah dalam
menghadapi banjir

Manfaat proyek normalisasi

Rekomendasi kebijakan

Gambar 2. Diagram alur kerangka berpikir

16

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kebayoran Lama dan Kecamatan
Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Lokasi penelitian ini dipilih secara purposive
karena lokasi ini merupakan kawasan yang rentan terhadap banjir akibat
meluapnya air S. Pesanggrahan. Bencana banjir yang terjadi menimbulkan
berbagai persepsi, strategi adaptasi, dan kerugian tidak sedikit yang harus
ditanggung oleh masyarakat di kawasan perumahan. Proses pengambilan data
primer dan sekunder berlangsung selama bulan April hingga Mei 2013.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer didapat dari hasil proses wawancara kepada responden. Sebagai
tambahan, data primer pun didapat dari hasil wawancara kepada tokoh masyarakat
seperti lurah, camat dan narasumber dari institusi seperti Dinas Pekerjaan Umum
Tata Kelola Air Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan. Data primer yang
dibutuhkan meliputi karakteristik responden, persepsi risiko banjir masing-masing
responden, nilai kerugian rumah tangga akibat banjir, dan tindakan pencegahan
yang dilakukan masyarakat dan pemerintah serta kesesuaian program pemerintah
terhadap masyarakat. Data sekunder dapat diperoleh dari Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Pemprov DKI Jakarta.
Data sekunder meliputi data-data kependudukan kawasan perumahan Jakarta
Selatan dan data mengenai banyaknya rumah yang terkena dampak. Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 responden rumah tangga.
4.3 Metode Pengambilan Contoh
Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah
multistage random sampling (MRS) dan snowball random sampling. MRS
merupakan suatu metode pemilihan sampel dari suatu populasi secara sengaja
dengan terlebih dahulu di sampling berdasarkan suatu area geografis tertentu,

17

kemudian di sampling berdasarkan sub set berikutnya. Langkah pertama yang
dilakukan yaitu secara purposive memilih Kecamatan Pesanggrahan dan
Kecamatan Kebayoran Lama. Selanjutnya, memilih Kelurahan Ulujami dan
Kelurahan Kebayoran Lama Utara sebagai tempat penelitian. Pemilihan dua
kelurahan ini disesuaikan dengan kondisi lapang dimana kedua kelurahan tersebut
merupakan daerah yang terkena banjir akibat meluapnya air S. Pesanggrahan.
Langkah berikutnya yaitu memilih RW dan RT yang terkena banjir. Data RW dan
RT yng terkena banjir di dua kelurahan ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data RW dan RT terkena banjir di Kelurahan Ulujami dan Kebayoran
Lama Utara
No.
1.

Kelurahan
Ulujami

2.

Kebayoran Lama Utara

RW
3
5
7
11

RT
17 dan 19
9 dan 10
7, 8, dan 9
4, 12, dan 13

Sumber: Kelurahan Ulujami dan Kebayoran Lama Utara 2013

Setelah diperoleh data keseluruhan rumah yang terkena banjir di daerah
tersebut, lalu ditentukan sampling frame untuk memudahkan peneliti melakukan
random data. Setelah sampling frame tersedia, dilakukan random sampling untuk
me