Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan di Pemukiman Kedoya Selatan Jakarta Barat

(1)

ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR SUNGAI

PESANGGRAHAN DI PEMUKIMAN KEDOYA SELATAN

JAKARTA BARAT

DITA MAULIDA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan di Pemukiman Kedoya Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan merupakan penelitian yang berada dibawah penelitian Estimation of flood river damage in Jakarta dengan sumber dana dari Environmental Economics Program for South East Asia (EEPSEA). Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Dita Maulida NIM H44090108


(4)

(5)

ABSTRAK

DITA MAULIDA. Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan di Pemukiman Kedoya Selatan Jakarta Barat. Dibimbing oleh

AHYAR ISMAIL.

Meluapnya Sungai Pesanggrahan, merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir sungai di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Banjir menyebabkan kerugian yang dirasakan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah melakukan program normalisasi sungai. Normalisasi sungai membutuhkan lahan tambahan sehingga masyarakat harus direlokasi. Sebagian besar masyarakat merasa sangat berat untuk direlokasi, sehingga memperlambat program normalisasi Sungai Pesanggrahan. Atas dasar tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji persepsi masyarakat terhadap risiko bahaya banjir Sungai Pesanggrahan, mengestimasi besar nilai kerugian langsung, tidak langsung, dan tangible pada sektor pemukiman, serta mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk direlokasi. Data cross section diperoleh melalui survei kepada 70 responden rumah tangga di Kedoya Selatan dan multistage random sampling diaplikasikan untuk memilih responden dari populasi. Metode analisis data terdiri analisis korelasi Spearman, aplikasi Stage Damage Function (SDF), dan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah antara persepsi masyarakat terhadap konsekuensi yang terjadi di masa depan dengan persepsi masyarakat dalam melakukan upaya mitigasi banjir. Selain itu, banjir Sungai Pesanggrahan menghasilkan kerugian banjir setiap rumah tangga sebesar Rp 3 936 332 dan Kedoya Selatan sebesar Rp 4 070 167 288 periode 17 – 19 Januari 2013. Jika diasumsikan program normalisasi S. Pesanggrahan dapat mengurangi kedalaman genangan sebesar 50 %, maka total kerugian turun sebesar 14 %. Selain itu, jika diasumsikan program normalisasi Sungai Pesanggrahan dapat mengurangi durasi genangan sebesar 50 %, maka total kerugian turun sebesar 31 %. Sebanyak 57.1% masyarakat menyatakan bersedia direlokasi dan sebanyak 42.9% masyarakat tidak bersedia direlokasi. Faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat direlokasi yaitu luas rumah dan jumlah tanggungan keluarga.


(6)

ABSTRACT

DITA MAULIDA. Financial Loss Estimation due to Pesanggrahan River Flood in South Kedoya Housing Sector in West Jakarta. Supervised by AHYAR ISMAIL.

The overflow of Pesanggrahan river is one of the main cause of flood in Kebon Jeruk area, West Jakarta. It causes loss that affects people in the impacted area. There for, the government has conducted river normalization program. This program needs additional land, thus, residents in the area need to be relocated. Most of people are objected to be relocated, and it becomes serious problem for the program. Based on the explanation, the objective of this research are to study

residents’ perception towards Pesanggrahan river flood danger risk, to estimate

direct and tangible financial loss value in housing sector, and to identify factors

that influence residents’willingness to be relocated. Cross section data is obtained through survey that is conducted to 70 respondents in South Kedoya, and multistage random sampling is applied to choose the respondent from all population. Data analytical method consists of Spearman corelation, Stage Damage Function (SDF) application, and logistic regression analysis. The result

shows that there is a weak corelation between people’s perception towards the consecuencies happened in the future, with people’s perception in conducting

flood mitigations. Beside that, the loss value that have to be bear by each family in the riverside, and in South Kedoya, during January 17th – 19th, 2013 are IDR 3 936 332 and IDR 4 070 167 288 accordingly. If it was assumed that

Pesanggrahan river’s normalization program could decrease flood’s depth up to

50%, so total losses value will decrease to 14 %. Aside that, if it was assumed that

this normalization program could decrease flood’s duration up to 50%, so total losses value will decrease to 31 %. The number of respondent who agrees to be relocated is 57.1%, and 42.9% refuses. The factors that affect resident willingness to be relocated are house width and the number of family member.


(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR SUNGAI

PESANGGRAHAN DI PEMUKIMAN KEDOYA SELATAN

JAKARTA BARAT

DITA MAULIDA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

Judul Skripsi : Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan di Pemukiman Kedoya Selatan Jakarta Barat

Nama : Dita Maulida

NIM : H44090108

Disetujui oleh

Dr.Ir.Ahyar Ismail, M.Agr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen


(10)

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penulis berharap agar penelitian mengenai estimasi kerugian ekonomi akibat banjir Sungai Pesanggrahan di pemukiman Kedoya Selatan Jakarta Barat dapat dijadikan informasi yang berguna bagi pembaca. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu Papa H. Malik Zaelani, Mama Cherawati, Kakak Irma Hermalia dan Abang Agha Fahmi Firmansyah atas segala doa, dukungan, dan kasih sayang.

2. Bapak Dr.Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Pini Wijayanti, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing lapang yang selalu memberikan waktu, bimbingan, arahan, saran, motivasi, kemudahan, serta mengajarkan banyak hal dan pengalaman yang luar biasa dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Meti Ekayani S.Hut, M.Sc selaku dosen penguji utama dan Ibu Asti Istiqomah S.P, M.Si selaku dosen perwakilan departemen ESL yang memberikan banyak masukan untuk skripsi ini.

5. Tono S.P, M.Si , Danang Pramudita S.P , Bahroin Idris Tampubolon S.E, Indah Alsita Simangunsong, Nur Cahaya, Rizki Sandra, Willy Tamaela dan teman – teman satu teamwork lainnya Kak Tina, Kak Ryan, Kak Iki, dan Kak Lidya yang turut memberikan bantuan, saran, motivasi serta pengalaman kerjasama tim yang luar biasa.

6. Lembaga EEPSEA (Economy and Environment Program for South East Asia) yang telah membiayai penelitian skripsi ini seluruhnya.

7. Pihak Kecamatan Kebon Jeruk, Kelurahan Kedoya Selatan, BPS, Pemprov DKI Jakarta, Perangkat RW, RT, dan semua responden Kelurahan Kedoya Selatan yang telah memberikan informasi dalam proses penelitian skripsi ini.


(12)

8. Aulia, Pipit, Wina, Chintia, Lia, Nuy yang telah membantu memberikan motivasi kepada penulis.

9. Teman satu bimbingan Qyqy, Nunu, Anis, Galuh, Nita yang telah memberikan semangat.

10. Seluruh penghuni Arundina, Keluarga Simego, sahabat BEM FEM IPB Kabinet Progressif dan sahabat ESL 46 atas kebersamaan, bantuan, semangat dan motivasinya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait dan para pembaca.

Bogor, September 2013


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Banjir Jakarta ... 5

2.2 Persepsi Masyarakat terhadap Banjir... 5

2.3 Kerusakan Banjir Langsung, Tidak Langsung, Dan Tangible ... 6

2.4 Stage Damage Function ... 8

2.5 Relokasi Akibat Banjir ... 8

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

3.1 Kerangka Operasional ... 10

IV. METODE PENELITIAN ... 13

4.1 Lokasi dan Waktu ... 13

4.2 Jenis dan Sumber Data... 13

4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 13

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 14

4.4.1 Analisis Korelasi Persepsi Terhadap Risiko Bahaya Banjir... 15

4.4.2 Analisis Fungsi Kerugian Banjir Langsung Tidak Langsung, dan Tangible ... 17

4.4.3 Pengujian Parameter dalam Regresi Berganda ... 18

4.4.3.1 Kriteria Uji Statistik ... 18 i


(14)

4.4.3.2 Kriteria Uji Ekonometrika ... 19

4.4.4 Analisis Regresi Logistik ... 20

4.5 Hipotesis ... 21

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 22

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 22

5.2 Karakteristik Responden ... 22

5.2.1 Jenis Kelamin Responden ... 23

5.2.2 Tingkat Usia Responden ... 23

5.2.3 Tingkat Pendidikan Responden ... 24

5.2.4 Mata Pencaharian Kepala Keluarga Responden ... 24

5.2.5 Pendapatan Rumah Tangga ... 25

5.3 Kondisi Banjir Sungai ... 25

5.3.1 Kedalaman Genangan ... 26

5.3.2 Durasi Genangan ... 26

5.3.3 Jeda Waktu Informasi Banjir... 27

5.3.4 Lama Waktu Menyelamatkan Barang ... 27

5.3.5 Luas Rumah... 28

5.3.6 Lantai Rumah ... 29

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN….. ... 30

6.1 Persepsi Responden Terhadap Risiko Bahaya Banjir Sungai Pesanggrahan... 30

6.2 Estimasi Nilai Kerugian Langsung, Tidak Langsung dan Tangible Pada Sektor Pemukiman Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan ... 32

6.2.1 Kedalaman Genangan ... 33

6.2.2 Durasi Genangan ... 33

6.2.3 Jeda Waktu Informasi Banjir ... 34

6.2.4 Lama Waktu Menyelamatkan Barang ... 34

6.2.5 Luas Rumah ... 34

6.2.6 Lantai Rumah ... 35

6.2.7 Total Kerugian Banjir ... 35

6.2.8 Stage Damage Curve ... 36 6.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan


(15)

Masyarakat Direlokasi ... 37

6.3.1 Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Masyarakat Direlokasi ... 38

6.3.3.1 Pendapatan Rumah Tangga ... 39

6.3.3.2 Kedalaman Genangan ... 39

6.3.3.3 Luas Rumah ... 39

6.3.3.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 40

VII. SIMPULANDAN SARAN ... 41

7.1 Simpulan ... 41

7.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 45

RIWAYAT HIDUP ... 53


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1 Matriks Metode Analisis Data... 14 2 Interpretasi dari Nilai r ... 15 3 Skala Penilaian Variabel Persepsi ... 17 4 Karakteristik Responden Kelurahan Kedoya Selatan berdasarkan

Jenis Kelamin Tahun 2013 ... 23 5 Karakteristik Responden Kelurahan Kedoya Selatan berdasarkan

Tingkat Usia Tahun 2013 ... 23 6 Karakteristik Responden Kelurahan Kedoya Selatan berdasarkan

Tingkat Pendidikan Tahun 2013 ... 24 7 Karakteristik Responden Kelurahan Kedoya Selatan berdasarkan

Mata PencaharianTahun 2013 ... 25 8 Karakteristik Responden Kelurahan Kedoya Selatan berdasarkan

Pendapatan Rumah Tangga Tahun 2013 ... 25 9 Persentase Kedalaman Genangan Responden Kelurahan

Kedoya Selatan Tahun 2013 ... 26 10 Persentase Durasi Genangan Responden Kelurahan Kedoya Selatan

Tahun 2013 ... 27 11 Proporsi Jeda Waktu Informasi Banjir Responden Kelurahan

Kedoya Selatan Tahun 2013 ... 27 12 Proporsi Lama Waktu Menyelamatkan Barang Responden

Kelurahan Kedoya Selatan Tahun 2013 ... 28 13 Proporsi Luas Rumah Responden Kelurahan Kedoya Selatan

Tahun 2013 ... 28 14 Proporsi Lantai Rumah Responden Kelurahan Kedoya Selatan

Tahun 2013 ... 29 15 Rata – rata Penilaian Persepsi ... 31 16 Prediksi Penurunan Kerugian

Setelah Program Normalisasi ... 31 iv


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Diagram Alur Kerangka Berpikir ... 12

2 Stage Damage Curve ... 37

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Lokasi Penelitian ... 46

2 Korelasi Spearman... 56

3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 57

4 Analisis Regresi Logistik ... 60


(18)

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jakarta merupakan ibukota Republik Indonesia yang terbagi menjadi lima wilayah Kota Administrasi dan satu Kabupaten Administratif. Kota Administrasi terdiri dari Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara dan Jakarta Timur serta Kabupaten Administratif yaitu Kepulauan Seribu. Kota Jakarta merupakan salah satu kota yang sering dilanda bencana (Firman et al. 2011). Salah satu bencana yang sering melanda Jakarta adalah banjir. Sejarahnya, permasalahan banjir di Jakarta sudah terjadi sejak Jan Pieters Z. Coen membangun dengan konsep kota air (waterfront city) di awal abad ke 17. Bencana ini terus berlanjut hingga terjadi bencana banjir besar pada tahun 1621. Selain itu, banjir kecil yang hampir terjadi setiap tahun, menyebabkan wilayah banjir semakin melebar ke wilayah Glodok, Pejambon, Kali Besar, Gunung Sahari dan Kampung Tambora. Banjir besar telah terjadi di Jakarta pada tahun 1654, 1872, 1909 dan 1918. Seiring berjalannya waktu, banjir terus melanda Jakarta. Pada tahun 2007, data Bappenas menunjukkan sebesar 60 % daratan Jakarta terendam banjir akibat siklus 5 tahunan (Steinberg 2007).

Banjir mempunyai bermacam jenis, salah satunya adalah banjir sungai. Sampai saat ini, banjir terus berlanjut melanda sungai di Kota Jakarta. Banjir terjadi pada daerah sekitar enam sungai yaitu Sungai Krukut, Sungai Angke, Sungai Cipinang, Sungai Sunter, Sungai Pesanggarahan, dan Sungai Ciliwung. Banjir sungai berdampak ke berbagai sektor, terutama sektor pemukiman. Dampak yang dirasakan sektor pemukiman ditunjukkan berupa kerusakan dan kerugian yang dialami masyarakat.

Kerusakan dan kerugian yang dialami masyarakat menekankan perlunya peningkatan pengelolaan risiko banjir seperti penilaian kerusakan banjir. Banyaknya kerusakan dan kerugian yang dialami masyarakat, dipengaruhi oleh faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya banjir sungai.

Faktor utama yang melatarbelakangi terjadinya banjir sungai adalah pertumbuhan penduduk. Tingkat pertumbuhan yang terus meningkat hingga mencapai 1,39 persen selama periode 2000 – 2010 dan populasi kepadatan


(20)

2

mencapai lebih dari 1300 orang per km2 membuat Jakarta sebagai salah satu kota terpadat penduduk tingkat dunia (Firman et al. 2011).

Perubahan fungsi lahan yang terjadi di Jakarta turut mempengaruhi terjadinya banjir sungai. Jumlah penduduk yang semakin meningkat tidak sesuai dengan luas lahan Jakarta yang bersifat tetap. Akibatnya, masyarakat memanfaatkan lahan yang tidak seharusnya dibangun, untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Salah satu contohnya yaitu pembangunan rumah di bantaran sungai. Adanya curah hujan yang tinggi cenderung menyebabkan volume air lebih banyak di daratan. Oleh karena itu, lahan dibutuhkan dalam menjalankan fungsinya sebagai daya serap air. Sejak lahan tersebut berubah fungsinya yakni sebagai tempat tinggal, tanah berubah menjadi aspal sehingga tidak bisa menyerap air. Hal ini menyebabkan volume air sungai meningkat. Peningkatan volume air sungai menyebabkan air sungai meluap dan membuat terjadinya banjir sungai. Atas dasar tersebut, penelitian dan pengkajian lebih lanjut perlu dilakukan terkait dengan jumlah kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh banjir sungai.

1.2 Perumusan Masalah

Meluapnya Sungai Pesanggrahan, merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir sungai di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Banjir sungai menyebabkan barang yang dimiliki rusak sehingga masyarakat mengalami kerugian. Kerugian yang dirasakan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu persepsi masyarakat. Rendahnya persepsi masyarakat terhadap bencana banjir cenderung menyebabkan seseorang kurang tanggap dalam mengatasi banjir dan mengurangi kerugian.

Banjir Sungai Pesanggrahan menyebabkan terjadinya kerusakan. Pada dasarnya, kerusakan banjir dapat diklasifikasikan menjadi dua antara lain kerusakan yang terjadi secara langsung dan kerusakan yang terjadi secara tidak langsung. Kerusakan langsung terjadi karena kontak fisik antara air banjir dengan manusia, properti, atau benda lainnya. Kerusakan tidak langsung terjadi sebagai dampak dari peristiwa banjir, seperti trauma yang dirasakan masyarakat, kerugian produksi perusahaan di luar daerah banjir.

Potensi kerusakan dapat berkelanjutan apabila tidak ada tindakan yang diambil untuk mengurangi dampak banjir (Penning-Rowsell dan Chatterton 1977


(21)

3

dalam Smith 1981). Oleh karena itu, penilaian kerusakan dibutuhkan sebagai konteks pengambilan keputusan dalam manajemen risiko banjir (Merz et al. 2010). Stage damage function dijadikan sebagai langkah pertama dalam menilai kerugian banjir.

Banjir sungai yang terjadi secara terus menerus, membuat pemerintah melakukan sebuah program guna mengurangi besarnya kerusakan yang dirasakan masyarakat. Program yang dilakukan pemerintah berupa normalisasi Sungai Pesanggrahan. Program ini dilakukan pada daerah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan dengan melebarkan sungai menjadi 65 m. Oleh karena itu, program ini membutuhkan lahan tambahan yang berdampak di pemukiman. Akibatnya, masyarakat harus direlokasi. Sebagian besar masyarakat merasa sangat berat untuk direlokasi, sehingga memperlambat program normalisasi Sungai Pesanggrahan.

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang perlu dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap risiko bahaya banjir Sungai Pesanggrahan?

2. Berapa besar nilai kerugian langsung, tidak langsung dan tangible pada sektor pemukiman akibat banjir Sungai Pesanggrahan?

3. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi kesediaan mayarakat direlokasi akibat program normalisasi Sungai Pesanggrahan?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini didasarkan pada tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini yaitu mengestimasi jumlah kerugian yang dirasakan masyarakat akibat banjir Sungai Pesanggrahan, Jakarta Barat.

Tujuan khusus penelitian ini yaitu:

1. Mengkaji persepsi masyarakat terhadap risiko bahaya banjir Sungai Pesanggrahan.

2. Mengestimasi besar nilai kerugian langsung, tidak langsung dan tangible pada sektor pemukiman akibat banjir Sungai Pesanggrahan.


(22)

4

3. Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat direlokasi akibat program normalisasi Sungai Pesanggrahan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini tidak mengestimasi kerugian yang bersifat intangible serta yang berdampak terlalu luas.

2. Banjir yang diteliti adalah banjir yang terjadi periode 17 sampai 19 Januari 2013.


(23)

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Banjir Jakarta

Suriya et al (2012) mendefinisikan banjir sebagai fenomena acak yang dapat menyebabkan kerusakan pada kehidupan, sumber daya alam dan lingkungan, serta mempengaruhi kesehatan manusia. Banjir mempunyai bermacam jenis seperti banjir sungai, banjir pesisir dan banjir perkotaan. Banjir disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangnya daya dukung infrastruktur pengendalian banjir, penurunan kapasitas sistem pengendalian banjir, peningkatan volume sampah, dan menurunnya kapasitas penyerapan air. Guna menangulangi banjir, penilaian kerusakan banjir merupakan bagian penting untuk mengurangi, mengendalikan, dan mencegah masalah banjir.

Firman et al (2012) telah melakukan penelitian mengenai banjir Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau masalah terkait dengan potensi kerentanan akibat perubahan iklim dan kesiapan pemerintah dalam mengatasi masalah banjir di Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian Firman, Jakarta merupakan kota yang mengalami dampak akibat perubahan iklim, terutama banjir dan kenaikan permukaan air laut. Namun, Pemprov DKI Jakarta belum memiliki langkah nyata untuk mengatasi masalah tersebut. Sulitnya penanggulangan banjir Jakarta dapat disebabkan oleh bermacam hal. Data yang tidak lengkap, rendahnya pengetahuan masyarakat serta rendahnya komitmen untuk menanggulangi banjir merupakan faktor utama penyebab rendahnya penanggulangan banjir. Selain itu, kurangnya koordinasi antar instansi Pemerintah dengan stakeholder lainnya mendukung upaya penanggulangan banjir menjadi kurang efektif.

2.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Banjir

Perbedaan informasi yang didapatkan masyarakat menyebabkan perbedaan persepsi masyarakat terhadap kemungkinan risiko banjir (Messner dan Meyer 2006). Persepsi didefinisikan sebagai suatu cara yang dilakukan individu dan masyarakat dalam memahami risiko banjir berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dari suatu peristiwa (Dow et al. 2007 dalam Fatti dan Patel 2013).


(24)

6

Bubeck et al (2012) telah melakukan penelitian mengenai pentingnya persepsi risiko banjir di Provinsi Thua Thien Hue, Vietnam Tengah. Provinsi ini merupakan Provinsi yang rawan bencana alam. Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai fungsi persepsi risiko banjir. Kuesioner yang dibuat terbagi menjadi empat bagian pertanyaan yaitu identitas pribadi dan karakteristik rumah tangga, pemahaman masyarakat mengenai persepsi risiko, pemahaman dan harapan mengenai perubahan iklim serta pengalaman dan adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Kuesioner diberikan kepada 300 responden untuk menilai probabilitas dan konsekuensi yang mereka rasakan terhadap potensi banjir di masa depan melalui peringkat (rating) dari satu sampai tujuh. Peringkat satu menunjukkan peristiwa banjir tidak akan terjadi kembali, sedangkan peringkat tujuh menunjukkan peristiwa akan terjadi kembali. Responden juga memberikan peringkat satu sampai tujuh untuk menilai langkah – langkah mitigasi banjir. Setelah itu, penelitian dilanjutkan dengan menganalisis korelasi dua komponen persepsi risiko. Selain analisis korelasi, penelitian ini juga melakukan analisis linear berganda yang memberikan informasi tambahan dalam memprediksi pengukuran dua komponen persepsi risiko.

Penelitian yang dilakukan Fatti dan Patel (2013) menunjukkan bahwa interaksi antara masyarakat dan pemerintah daerah dalam merespon risiko banjir, merupakan faktor terpenting dalam memahami efektivitas pengelolaan banjir. Pengelolaan pemerintah yang buruk dan komunikasi yang tidak interaktif menyebabkan pertahanan banjir dan kapasitas adaptasi terbatas. Atas dasar tersebut, masyarakat berperan penting dalam dukungan sosial melalui tindakan bersama dalam menangani ancaman risiko banjir.

2.3 Kerusakan Banjir Langsung, Tidak Langsung dan Tangible

Berdasarkan jenisnya, kerusakan banjir diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu kerusakan yang terjadi secara langsung dan kerusakan yang terjadi secara tidak langsung. Kerusakan langsung terjadi karena kontak fisik antara air banjir dengan manusia, properti, atau benda lainnya. Kerusakan tidak langsung terjadi sebagai dampak dari peristiwa banjir. Kedua tipe kerusakan


(25)

7

diklasifikasikan menjadi kerusakan yang dapat dihitung dan tidak dapat dihitung (Parker et al. 1987 dalam Merz 2010, Smith dan Ward 1998 dalam Merz et al. 2010).

Kerusakan yang dapat dihitung merupakan kerusakan yang mudah ditentukan dalam istilah moneter sedangkan kerusakan yang tidak dapat dihitung merupakan kerusakan yang sulit dihitung berdasarkan nilai moneter. Beberapa contoh dengan jenis kerusakan yang berbeda antara lain (Merz et al. 2010):

a. Kerusakan langsung dan dapat dihitung, misalnya kerusakan bangunan dan isinya, kerusakan infrastruktur seperti jalan, rel kereta api, erosi tanah pertanian, tindakan penyelamatan dan evakuasi.

b. Kerusakan langsung dan tidak dapat dihitung, misalnya hilangnya nyawa, tekanan psikologis, serta kerusakan warisan budaya.

c. Kerusakan tidak langsung dan dapat dihitung, misalnya gangguan pelayanan publik diluar daerah banjir, biaya gangguan lalu lintas, kerugian produksi perusahaan di luar daerah banjir.

d. Kerusakan tidak langsung dan tidak dapat dihitung, misalnya trauma, dan hilangnya kepercayaan kepada pihak yang berwenang.

Suriya et al (2012) telah melakukan penelitian mengenai penilaian kerusakan banjir daerah Kota Chennai, India. Penelitian ini bertujuan untuk menguji metode yang berbeda dalam penilaian kerusakan banjir serta menggambarkan metodologi dalam meneliti kerugian ekonomi melalui penelitian sosial di Velachery, bagian dari Chennai. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga langkah yaitu:

1. Identifikasi masalah, yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu Focuss Group Discussion (FGD), pertemuan berbagai stakeholder, dan survei kuesioner. Survei kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari rincian demografi, tingkat banjir, penyebab banjir, langkah – langkah mitigasi yang dilakukan untuk memperkirakan kerusakan langsung dan tidak langsung.

2. Pengambilan data set, berupa survei yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai banjir seperti daerah rawan genangan di Velachery.


(26)

8

3. Penilaian kerusakan banjir, berupa penggunaan SPSS untuk mengidentifikasi tingkat banjir. Setelah itu stage damage function digunakan sebagai fungsi kerugian banjir yang menghubungkan kerusakan dengan kedalaman banjir.

Penelitian yang dilakukan oleh Suriya et al (2012) relevan untuk digunakan penelitian kerugian banjir di Jakarta karena penelitian ini berfokus pada kerugian akibat rusaknya properti, tambahan biaya yang dikeluarkan setelah peristiwa banjir serta langkah mitigasi banjir.

2.4 Stage Damage Function

Stage damage function (SDF) merupakan bagian penting dalam penilaian kerusakan. Menurut Smith (1994), SDF digunakan untuk memprediksi kerugian banjir. SDF disebut juga sebagai fungsi kerugian banjir yang menyajikan informasi mengenai keterkaitan kerusakan banjir dengan kedalaman banjir (Kang et al. 2005 dalam Surya et al. 2012).

SDF didasarkan pada tiga hal yaitu data yang tersedia, survei oleh penilai dan asuransi kerugian (loss adjuster) (Smith 1994). Dalam penelitian Surya et al (2012), SDF diambil berdasarkan informasi dari survey kuesioner. SDF digunakan untuk sektor perumahan yang didasarkan pada data sosial ekonomi. Data sosial ekonomi yang dibutuhkan seperti karakteristik bangunan, jumlah orang per rumah tangga, gaya hidup, serta peralatan yang dimiliki masyarakat. Selain SDF, stage damage curve (SDC) juga menggambarkan hasil prediksi kerugian banjir yang ditunjukkan kurva. SDC merupakan kurva yang menghubungkan expected value dengan variabel struktural banjir seperti kedalaman genangan dan durasi genangan.

2.5 Relokasi Akibat Banjir

Zulwahyuni (2007) melakukan penelitian mengenai analisis relokasi pemukiman penduduk di sempadan Sungai Ciliwung dengan pendekatan willingness to accept. Analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan menggunakan model regresi logistik. Analisis ini digunakan untuk mengetahui kesediaan atau ketidaksediaan responden dalam menerima skenario relokasi dan


(27)

9

mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel jumlah tanggungan dan variabel persepsi pemetaan lingkungan di sempadan sungai merupakan variabel nyata dalam alpha 85 % dan 95 %. Penelitian ini juga menyatakan bahwa sebanyak 49 responden bersedia direlokasi, dan sebanyak 29 responden tidak bersedia direlokasi.

Kusumawardhani (2010) melakukan penelitian mengenai konsep relokasi pemukiman korban bencana alam banjir di Situbondo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif guna mengidentifikasi konsep relokasi pemukiman korban bencana alam banjir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pemukiman paska relokasi korban bencana alam banjir yang dilaksanakan oleh dinas terkait belum sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditentukan. Aspek fisik juga non fisik yang dapat menentukan keberhasilan sistem relokasi pemukiman adalah kondisi sosial, ekonomi dan kondisi perumahan serta pemukiman yang baru dapat memberikan perubahan pada kondisi ekonomi terutama pada pendapatan dan kepemilikan aset, sedangkan kondisi sosial terjadi perubahan pada kesehatan bagi korban bencana alam.

Permatasari (2012) melakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam relokasi pemukiman penduduk pasca banjir tahun 2007 di Kelurahan Semanggi, Surakarta. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang melibatkan partisipasi masyarakat, faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan relokasi, serta keberhasilan dari relokasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya partisipasi warga masyarakat dalam relokasi pemukiman penduduk bantaran sungai bengawan solo di beberapa wilayah. Namun partisipasi tersebut hanya terjadi pada proses awal, sedangkan sebagian masyarakat tidak bersedia direlokasi dengan alasan faktor ekonomi.

Penelitian mengenai estimasi kerugian ekonomi akibat Banjir Sungai Pesanggrahan jarang ditemukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada stage damage function yang dapat dijadikan tolak ukur dalam mengestimasi besarnya kerugian yang dialami masyarakat.


(28)

10

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Operasional

Sampai saat ini, peristiwa banjir sungai di Jakarta merupakan permasalahan yang belum menjadi fokus penelitian. Meluapnya Sungai Pesanggrahan menjadi salah satu contoh sebagai peristiwa banjir sungai di Jakarta yang perlu dilakukan penelitian. Hal ini disebabkan oleh rumitnya permasalahan banjir Sungai Pesanggrahan yang terus berkelanjutan. Selain itu, fenomena ini juga menyebabkan terjadinya peningkatan kerugian ke berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pemukiman.

Persepsi merupakan langkah pertama dalam mengatasi ancaman banjir Sungai Pesanggrahan. Persepsi mempengaruhi besarnya kerugian yang dirasakan masyarakat. Perbedaan informasi mengenai kemungkinan peristiwa banjir, tindakan mitigasi banjir, serta pengalaman hidup menjadi penyebab terjadinya perbedaan persepsi. Guna mengetahui perbedaan persepsi masyarakat, interpretasi persepsi masyarakat perlu dijadikan sebagai tujuan utama dalam penelitian ini.

Tujuan kedua dari penelitian ini adalah mengestimasi kerugian langsung, tidak langsung dan tangible pada sektor pemukiman akibat banjir Sungai Pesanggrahan. Estimasi kerugian penting dilakukan, guna mengetahui seberapa besar dampak negatif banjir dirasakan masyarakat yakni berupa kerugian secara langsung, tidak langsung dan tangible. Besarnya kerugian yang dirasakan masyarakat dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar dampak banjir Sungai Pesanggrahan. Data mengenai kerugian masyarakat akan diolah dengan menggunakan stage damage function sebagai fungsi kerugian banjir.

Saat ini, Pemerintah sedang menjalankan program normalisasi Sungai Pesanggrahan. Program ini dilakukan untuk mengurangi debit air sungai sehingga tidak meluap. Normalisasi sungai menyebabkan masyarakat harus direlokasi. Atas dasar tersebut, identifikasi faktor–faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat direlokasi merupakan hal menarik untuk diteliti sehingga menjadi tujuan ketiga dalam penelitian ini.

Hasil penelitian yang dilakukan berupa estimasi kerugian banjir sektor pemukiman, dimana estimasi kerugian banjir dapat dijadikan rekomendasi sebagai kebijakan Pemerintah dalam mengatasi masalah banjir serta mengurangi besarnya


(29)

11

kerugian akibat banjir. Selain berupa kerangka operasional, kerangka pemikiran ini juga dibuat dalam diagram alur berpikir yang terdapat dalam Gambar 1 sebagai berikut.


(30)

12

Gambar 1. Diagram alur kerangka berpikir Keterangan:

Berkaitan langsung dengan kegiatan penelitian Tindak lanjut dari hasil penelitian

Permasalahan banjir sungai di Jakarta yang terus berlanjut akibat luapan

sungai

Estimasi besar nilai kerugian langsung, tidak

langsung dan tangible pada sektor pemukiman

akibat banjir Sungai Pesanggarahan Interpretasi persepsi

masyarakat terhadap banjir Sungai Pesanggrahan

Identifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat

direlokasi Peningkatan kerugian sektor pemukiman secara berkala

Estimasi kerugian banjir sektor pemukiman Persepsi masyarakat Kerugian banjir

Dasar rekomendasi kebijakan

Kesediaan masyarakat direlokasi


(31)

13

IV.

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja karena wilayah Kebon Jeruk merupakan wilayah yang rentan terhadap banjir Sungai Pesanggrahan. Proses pengambilan data berlangsung selama bulan April sampai dengan Mei 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara dengan responden yang merupakan penduduk setempat di daerah banjir. Data primer meliputi karakteristik sosial ekonomi responden di pemukiman yang menjadi sampel, persepsi terhadap dampak kerusakan banjir, besarnya jumlah kerusakan fisik yang dialami responden di pemukiman, serta kesediaan mayarakat direlokasi akibat program normalisasi. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta serta berbagai sumber yang relevan seperti buku referensi, laporan kegiatan, jurnal ilmiah, serta internet.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah multistage random sampling (MRS). MRS merupakan penarikan sampling dimana pemilihan elemen anggota sampel dilakukan secara bertahap (by stages) (Gulo 2005). Responden yang diambil dalam MRS sebanyak 70 responden dari 1 034 populasi Kelurahan Kedoya Selatan yang terkena banjir, dimana responden merupakan masyarakat yang tinggal di daerah Kedoya Selatan dan mengalami banjir pada 17 sampai 19 Januari 2013.

Data yang diambil dengan menggunakan metode ini merupakan data cross section, yakni data yang diambil pada waktu yang sama. Penerapan metode ini dilakukan dengan cara mengambil sampel secara acak dan bertahap. Pada tahap


(32)

14

pertama, pemilihan sampel dilakukan secara sengaja yaitu memilih kelurahan yang paling rawan banjir, yakni Kelurahan Kedoya Selatan. Tahap kedua yaitu memilih RW yang dilakukan secara sengaja yaitu RW yang bersifat paling rawan banjir yaitu RW 5. Wilayah ini dipilih karena memiliki kriteria yang sesuai, yakni wilayah yang bersifat paling rawan banjir dimana dari 16 RT hanya empat RT yang tidak tergenang banjir. Tahap ketiga yaitu memilih RT secara sengaja dari semua RT yang berada di RW yang telah terpilih. Dalam hal ini RT yang terpilih untuk dilakukan penelitian yaitu RT 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12 , 13 dan 16. Tahap terakhir yaitu memilih rumah yang dijadikan sebagai responden penelitian dari semua rumah yang berada di RT terpilih.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif yaitu identifikasi persepsi masyarakat terhadap risiko bahaya banjir, estimasi kerugian banjir, serta identifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat direlokasi. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Statistical Program and Service Solution (SPSS) 16, Microsoft Office Excel 2007. Tabel 1 menjelaskan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:


(33)

15

Tabel 1. Matriks metode analisis data

No Tujuan penelitian Sumber data Metode analisis data

1 Mengkaji persepsi

masyarakat terhadap banjir Sungai Pesanggrahan

Data primer mengenai persepsi risiko banjir dan data sekunder

Analisis Korelasi Spearman

2 Mengestimasi besar nilai kerugian pada sektor pemukiman akibat banjir Sungai Pesanggrahan

Data primer

mengenai kerusakan langsung, tidak langsung dan tangible dan data sekunder

Aplikasi Stage Damage Function

3 Mengestimasi faktor – faktor yang mempengaruhi

kesediaan masyarakat untuk direlokasi akibat program normalisasi Sungai Pesanggrahan Data primer mengenai faktor yang mempengaruhi masyarakat direlokasi dan data sekunder

Analisis Regresi Logistik

4.4.1 Analisis Korelasi Persepsi terhadap Risiko Bahaya Banjir

Koefisien korelasi (r) merupakan indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur seberapa kuat hubungan antar variabel. Koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 dan +1 (-1 ≤ r ≤ +1). Adapun interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut (Hasan 2003):

a. Jika r bernilai positif maka variabel - variabel berkorelasi positif. Semakin dekat nilai r ke +1, maka korelasi semakin kuat, dan sebaliknya.

b. Jika r bernilai negatif maka variabel – variabel berkorelasi negatif. Semakin dekat nilai r ke -1, maka korelasi semakin kuat, dan sebaliknya. c. Jika r bernilai nol (0) maka variabel – variabel tidak menunjukkan korelasi. d. Jika r bernilai +1 atau -1 maka variabel menunjukkan korelasi positif atau


(34)

16

Interpretasi koefisien korelasi (r) juga dapat dijelaskan dalam Tabel 2. Tabel 2. Interpretasi dari nilai r

r Interpretasi

0 0.01-0.2 0.21-0.4 0.41-0.6 0.61-0.8 0.81-0.99 1 Tidak berkorelasi

Berkorelasi sangat rendah Berkorelasi rendah

Berkorelasi agak rendah Berkorelasi cukup Berkorelasi tinggi

Berkorelasi sangat tinggi Sumber: Firdaus (2004)

Dalam menganalisis persepsi risiko, diperlukan nilai r yang akan dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

rs= ∑

... (4.1)

Di mana:

rs = nilai korelasi Spearman di = perbedaan setiap pasang rank n = jumlah pasangan rank (5 < n < 30)

Guna menganalisis persepsi masyarakat terhadap risiko bahaya banjir Sungai Pesanggrahan, masyarakat diminta untuk memberikan penilaian empat variabel persepsi yaitu persepsi masyarakat terhadap peluang banjir di masa depan, persepsi masyarakat mengenai konsekuensi yang akan terjadi di masa depan, persepsi masyarakat dalam melakukan upaya mitigasi banjir, serta persepsi masyarakat terhadap bantuan pemerintah dalam mengatasi banjir. Penilaian yang dilakukan masyarakat yaitu dengan memberikan nilai setiap variabel persepsi berupa skala dimana skala satu menunjukkan penilaian masyarakat rendah, sedangkan skala tujuh menunjukkan penilaian masyarakat tinggi (Bubeck et al 2012). Penilaian masyarakat terhadap empat variabel persepsi juga dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut.


(35)

17

Tabel 3. Skala penilaian variabel persepsi

Skala Persepsi Masyarakat Terhadap Peluang Terjadinya Banjir di Masa Depan

Persepsi Masyarakat Terhadap Konsekuensi Banjir di Masa Depan

1 Pasti tidak akan terjadi Tidak memiliki konsekuensi sama sekali 2 Sangat tidak mungkin akan terjadi Sangat tidak mungkin memiliki konsekuensi 3 Tidak mungkin akan terjadi Tidak mungkin memiliki konsekuensi

4 Netral Netral

5 Kemungkinan akan terjadi Kemungkinan memiliki konsekuensi

6 Sangat akan mungkin terjadi Sangat mungkin memiliki konsekuensi

7 Pasti akan terjadi Konsekuensi yang sangat tinggi

Skala Persepsi Masyarakat Dalam Melakukan Upaya Mitigasi Banjir

Persepsi Masyarakat Terhadap Bantuan Pemerintah

1 Tidak sama sekali Tidak penting sama sekali

2 Sangat mungkin tidak Sangat tidak penting

3 Mungkin tidak Agak penting

4 Netral Netral

5 Mungkin Mungkin penting

6 Sangat Mungkin Penting

7 Pasti Sangat penting

Sumber: Bubeck et al (2012)

4.4.2 Analisis Fungsi Kerugian Banjir Langsung, Tidak Langsung dan Tangible

Analisis fungsi kerugian banjir struktural menggunakan model regresi linear berganda. Fungsi persamaan sebagai berikut:

Y= a0+a1X1+a2X2+a3X3+a4X4+a5D1+ε ... (4.2) Estimasi parameter yang diharapkan adalah a0, a1, a2, a5 > 0 dan a3, a4<0 Y = kerugian banjir langsung, tidak langsung , dan tangible ( ribu rupiah),

terdiri dari kerugian akibat kerusakan struktural, content, biaya TK dan kehilangan pendapatan.

a0 = konstanta

a1...a5 = koefisien regresi

X1 = kedalaman genangan (cm) X2 = durasi genangan (jam)

X3 = jeda waktu informasi banjir (jam)

X4 =lama waktu menyelamatkan barang (jam) X5 = luas rumah (m2)


(36)

18

D1 = variabel dummy yaitu lantai rumah

D1 = 0, jika lantai rumah lebih dari satu lantai D1 = 1. Jika lantai rumah hanya satu lantai

ε =error term

4.4.3 Pengujian Parameter dalam Regresi Berganda

Penaksiran parameter dalam suatu persamaan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (OLS). Dalam hal ini penaksir OLS disebut sebagai penaksir tak bias linear terbaik (best linear unbiased estimators / BLUE). Penaksir BLUE merupakan suatu penaksir yang berbentuk linear, tak bias dan mempunyai varians terendah dalam kelompok penaksir tak bias linear dari sebuah parameter (Gujarati 2006).

Guna memenuhi syarat asumsi klasik, perlu dilakukan uji kebaikan pada model regresi berganda. Uji kebaikan dapat dilakukan dengan memenuhi tiga kriteria yaitu kriteria uji ekonomi, kriteria uji statistik, dan kriteria uji ekonometrika. Uji ekonomi dilakukan dengan melihat tanda variabel yang menunjukkan apakah hipotesis sesuai atau tidak. Uji statistik dilakukan memperhatikan R2, nilai F-hitung model yang digunakan serta nilai dari t-hitung masing-masing parameter yang diestimasi. Uji ekonometrika dilakukan dengan melakukan uji multikolinearitas, uji heteroskedastistas dan uji autokorelasi.

4.4.3.1 Kriteria Uji Statistik

Kriteria uji statistik dilakukan dengan menguji tiga hal yaitu: 1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai Adjusted R Square. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square maka model regresi yang digunakan semakin baik. Hal ini menunjukkan variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Namun sebaliknya, apabila nilai Adjusted R Square rendah, maka model regresi yang digunakan tidak baik. Hal ini


(37)

19

menunjukkan bahwa variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen.

2. Uji secara simultan (uji F)

Uji secara simultan (uji F) penting dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara keseluruhan. Pengujian secara simultan (uji F) dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan F tabel pada tingkat alpha tertentu. Kriteria penilaian hipotesis uji F yaitu:

Terima H0 bila F hitung ≤ F tabel

Tolak H0 (terima H1) bila F hitung > F tabel 3. Uji secara parsial (uji t)

Uji secara parsial (uji t) dilakukan untuk menguji apakah masing - masing variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen pada tingkat alpha tertentu. Kriteria penilaian hipotesis uji t yaitu:

H0 diterima jika : t hitung ≤ t tabel H1 diterima jika : t hitung > t tabel

4.4.3.2 Kriteria Uji Ekonometrika

1. Uji Multikolinearitas

Asumsi pertama dari model regresi linear klasik adalah tidak ada kolinearitas ganda antar variabel X (multikolinearitas). Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel independen. Model dikatakan mengalami multikolinearitas apabila nilai VIF relatif besar atau lebih dari sepuluh (Juanda 2009).

2. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi kedua dari model regresi linear klasik adalah tidak terjadinya heteroskedastistas, yaitu ketika kesalahan pengganggu εi, mempunyai varian yang sama (E (εi) = 2). Ketika terjadi heteroskedastisitas, fungsi tidak mempunyai varian terkecil atau efisien (efficient). Model mengalami


(38)

20

heteroskedastisitas apabila P-value lebih kecil dari taraf nyata (α) (Juanda 2009).

3. Uji Autokorelasi

Asumsi ketiga dari model regresi linear klasik adalah tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu. Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu (seperti data cross – section), atau korelasi pada dirinya sendiri.

4.4.4 Analisis Regresi Logistik

Model logit merupakan model non linier, baik dalam paramater maupun dalam variabel.

Model logit dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut (Gujarati 2006): Li =

= Zi = B1 + B2Xi...(4.3)

Artinya L, log rasio peluang, tidak hanya linear dalam X tetapi linear dalam parameter.

Adapun dalam analisis regresi logistik menggunakan fungsi persamaan sebagai berikut:

= Z = a0+a1X1+a2X2+a3X3+a4X4+ε ... (4.4) Di mana:

Z = peluang responden menyatakan bersedia direlokasi (1) atau tidak bersedia direlokasi (0)

a0 = konstanta

a1...a4 = koefisien regresi X1 = pendapatan (rupiah)

X2 = kedalaman genangan (cm) X3 = luas rumah (m2)


(39)

21

4.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam menginterpretasi persepsi masyarakat yaitu:

1. Apabila persepsi masyarakat mengenai peluang terjadinya peristiwa banjir adalah tinggi, maka diduga upaya mitigasi yang akan dilakukan masyarakat tinggi.

2. Apabila persepsi masyarakat terhadap konsekuensi terjadinya peristiwa banjir adalah tinggi, maka diduga upaya mitigasi yang akan dilakukan masyarakat tinggi.

3. Apabila persepsi masyarakat mengenai peluang terjadinya peristiwa banjir sungai adalah tinggi, maka diduga persepsi masyarakat terhadap pentingnya upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi banjir tinggi.

4. Apabila persepsi masyarakat terhadap konsekuensi terjadinya peristiwa banjir adalah tinggi, maka diduga persepsi masyarakat terhadap pentingnya upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi banjir juga tinggi.

Hipotesis yang akan digunakan dalam analisa faktor – faktor yang mempengaruhi nilai kerugian banjir adalah:

1. Kedalaman genangan, durasi genangan, dan luas rumah diduga berpengaruh positif terhadap nilai kerugian banjir.

2. Jeda waktu informasi banjir, dan lama waktu menyelamatkan barang diduga berpengaruh negatif terhadap nilai kerugian banjir.

3. Apabila responden memiliki lantai rumah hanya satu lantai, nilai kerugian yang dirasakan masyarakat lebih besar.

Hipotesis yang akan digunakan dalam analisa faktor – faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat direlokasi akibat normalisasi sungai adalah: 1. Pendapatan rumah tangga, kedalaman genangan, jumlah tanggungan

keluarga diduga berpengaruh positif terhadap kesediaan masyarakat direlokasi.

2. Luas rumah diduga berpengaruh negatif terhadap kesediaan masyarakat direlokasi


(40)

22

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Kedoya Selatan merupakan salah satu kelurahan yang terkena banjir Sungai Pesanggrahan. Kelurahan ini terletak di Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kelurahan Kedoya Selatan memiliki lahan seluas 228.42 ha. Kelurahan Kedoya Selatan terbagi dalam lima Rukun Warga (RW) dan 73 Rukun Tetangga (RT). Secara administratif, Kelurahan Kedoya Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kedoya Utara di sebelah utara, Kelurahan Kembangan Selatan di sebelah barat, Kelurahan Kebon Jeruk di sebelah selatan, dan Kelurahan Duri Kepa di sebelah timur. Daerah penelitian Kelurahan Kedoya Selatan dapat dilihat dalam Lampiran 1.

Jumlah penduduk Kelurahan Kedoya Selatan pada tahun 2013 sebesar 34 392 jiwa yang terdiri dari 17 601 (51.18 %) laki-laki dan 16 791 (48.82%) perempuan. Berdasarkan usia, jumlah penduduk Kelurahan Kedoya Selatan terbagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok usia (0 – 14) tahun sebesar 7 868 jiwa, kelompok usia (15 – 39) tahun sebesar 16 165 jiwa, kelompok usia (40

–74) tahun sebesar 9 800 jiwa, serta usia 75 tahun keatas sebesar 559 jiwa.

RW 05 merupakan kawasan yang memiliki potensi banjir yang cukup tinggi akibat meluapnya Sungai Pesanggrahan. Secara umum RW 05 memiliki kedalaman genangan setinggi 68 cm, dimana daerah tersebut mengalami kejadian banjir sebanyak tujuh kali kejadian dalam setahun terakhir. Banjir yang menggenangi RW 05 dapat berlangsung selama tiga hari.

Saat ini, Pemerintah sedang melakukan program normalisasi Sungai Pesanggrahan di daerah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Kedoya Selatan merupakan salah satu daerah yang mengalami program normalisasi sungai. Program ini bertujuan untuk mengurangi debit air yang menggenangi wilayah rawan banjir.

5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik umum responden di Kelurahan Kedoya Selatan diperoleh berdasarkan survei terhadap 70 responden yang terkena dampak banjir Sungai


(41)

23

Pesanggrahan. Penilaian umum didasarkan pada survei terhadap karakteristik sosial dan ekonomi responden. Adapun karakteristik umum masyarakat di Kedoya Selatan adalah sebagai berikut.

5.2.1 Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan hasil survei, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dibandingkan responden berjenis kelamin laki – laki. Hal ini disebabkan survei dilaksanakan di pagi hari dimana umumnya laki – laki bekerja. Jenis kelamin responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut. Tabel 4. Karakteristik responden Kelurahan Kedoya Selatan berdasarkan jenis

kelamin Tahun 2013

Jenis Kelamin Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

Perempuan 41 59

Laki - laki 29 41

Jumlah 70 100

Sumber: data primer (diolah)

5.2.2 Tingkat Usia Responden

Tingkat usia menentukan kedewasaan seseorang. Jika tingkat usia seseorang semakin bertambah, seseorang cenderung akan semakin tanggap dalam menghadapi bencana. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada dalam kelompok usia 26 - 36 tahun. Responden yang berada dalam kelompok usia 15 – 25 tahun merupakan tingkat usia dengan persentase terkecil. Tingkat usia responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut. Tabel 5. Karakteristik responden Kelurahan Kedoya Selatan berdasarkan tingkat

usia Tahun 2013

Tingkat Usia Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

15 - 25 tahun 3 4

26 - 36 tahun 22 32

37 - 47 tahun 19 27

48 - 58 tahun 21 30

59 - 64 tahun 5 7

Jumlah 70 100


(42)

24

5.2.3 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan merupakan variabel yang turut berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Tingkat pendidikan cenderung mempengaruhi pola pikir responden dalam menentukan tindakan mengatasi banjir. Berdasarkan hasil survei, sebagian besar responden berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat. yaitu sebesar 36 %. Perekonomian keluarga merupakan alasan utama besarnya presentase responden berpendidikan SMA. Responden tidak mempunyai cukup biaya untuk melanjutkan studi dan lebih memilih bekerja demi memenuhi kesejahteraan hidup keluarga. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Karakteristik responden Kelurahan Kedoya Selatan berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2013

Tingkat Pendidikan Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

SD 18 26

SMP 16 23

SMA 25 36

Diploma 1 1

S1 2 3

Tidak Sekolah 8 11

Jumlah 70 100

Sumber: data primer (diolah)

5.2.4 Mata Pencaharian Kepala Keluarga Responden

Mata pencaharian kepala keluarga dalam rumah tangga responden cenderung mempengaruhi besarnya pendapatan yang didapatkan setiap keluarga responden. Besarnya pendapatan cenderung mempengaruhi responden dalam melakukan tindakan mengurangi banjir. Jenis mata pencaharian kepala keluarga responden sangat beragam. Berdasarkan hasil survei, kepala keluarga responden sebagian besar sudah tidak bekerja. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kepala keluarga yang sudah lanjut usia, sehingga anak berperan penting dalam mengatasi perekonomian keluarga. Selain itu, responden juga bermata pencaharian sebagai karyawan dan wirausaha yaitu masing – masing sebesar 30 %. Mata pencaharian kepala keluarga responden dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut.


(43)

25

Tabel 7. Karakteristik responden kelurahan Kedoya Selatan berdasarkan mata pencaharian kepala keluarga Tahun 2013

Mata Pencaharian Kepala Keluarga Responden

Jumlah (orang) Persentase (%)

PNS 3 4

Karyawan 21 30

BUMN 1 2

Wirausaha 21 30

Tidak Bekerja 24 34

Jumlah 70 100

Sumber: data primer (diolah)

5.2.5 Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga berperan penting dalam mengatasi banjir sungai. Apabila pendapatan yang didapatkan masyarakat besar, masyarakat cenderung dapat melakukan upaya mitigasi dengan mudah. Besar jumlah pendapatan responden bervariasi. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendapatan sebesar Rp 2 000 001 sampai Rp 4 000 000. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendapatan berkategori sedang, dimana umumnya UMR DKI Jakarta sebesar Rp 2 200 000. Besarnya pendapatan rumah tangga dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Karakteristik responden Kelurahan Kedoya Selatan berdasarkan pendapatan rumah tangga Tahun 2013

Pendapatan Rumah Tangga Jumlah (orang) Persentase (%)

900 000 - 2 000 000 20 29

2 000 001 - 4 000 000 37 53

4 000 001 - 6 000 000 7 10

6 000 001 - 8 000 000 3 4

≥ 8 000 000 3 4

Jumlah 70 100

Sumber: data primer (diolah)

5.3 Kondisi Banjir Sungai

Banjir yang dialami responden dapat dinilai berdasarkan beberapa variabel. Penilaian yang dilakukan berupa proporsi setiap variabel yang terlihat dalam bentuk persentase. Variabel yang dapat menggambarkan kondisi banjir sungai


(44)

26

seperti kedalaman genangan, durasi genangan, jeda waktu informasi banjir, lama waktu dalam menyelamatkan barang, luas rumah serta lantai rumah.

5.3.1 Kedalaman Genangan

Kedalaman genangan merupakan faktor utama yang mempengaruhi besarnya kerugian akibat banjir. Tingginya kedalaman genangan menyebabkan barang–barang menjadi rusak. Berdasarkan hasil survei, kedalaman genangan tertinggi yaitu 125 cm. Namun, sebagian besar air yang menggenangi rumah responden sebesar 51 sampai 75 cm. Hal ini terlihat dari besarnya persentase kedalaman genangan 51 – 75 cm sebesar 30 %. Besarnya persentase kedalaman genangan dapat dilihat dalam Tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 9. Persentase kedalaman genangan responden Kelurahan Kedoya Selatan Tahun 2013

Kedalaman Genangan Jumlah (unit) Persentase (%)

1 - 25 cm 9 13

26 - 50 cm 12 17

51 - 75 cm 21 30

76 - 100 cm 18 26

101 - 75 cm 10 14

Jumlah 70 100

Sumber: data primer (diolah)

5.3.2 Durasi Genangan

Durasi genangan merupakan faktor lain yang turut mempengaruhi besarnya kerugian banjir. Hujan yang terjadi secara terus menerus menyebabkan air menggenangi rumah responden dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan hasil survei, sebagian besar air menggenangi rumah responden selama 51 – 100 jam atau sekitar 4 hari. Persentase durasi genangan dapat dilihat dalam Tabel 10 sebagai berikut


(45)

27

Tabel 10. Persentase Durasi Genangan Responden Kelurahan Kedoya Selatan Tahun 2013

Durasi Genangan Jumlah (unit) Persentase (%)

1 - 50 jam 16 23

51 - 100 jam 23 33

101 - 150 jam 14 20

151 - 200 jam 17 24

Jumlah 70 100

Sumber: data primer (diolah)

5.3.3 Jeda Waktu Informasi Banjir

Jeda waktu informasi datangnya banjir turut mempengaruhi besarnya kerugian banjir. Adanya informasi tersebut, menyebabkan masyarakat cenderung mempunyai waktu persiapan dalam menyelamatkan barang, sehingga kerugian yang dirasakan masyarakat dapat berkurang. Umumnya responden mengetahui informasi banjir dari siaran masjid. Informasi mengenai datangnya banjir mempunyai jeda waktu yang cukup variatif. Berdasarkan hasil survei, informasi yang didapatkan masyarakat berkisar antara 4.1 - 8 jam. Hal ini terlihat dari besarnya persentase lama waktu informasi banjir skala 4.1 - 8 jam sebesar 43 %. Proporsi tentang lama waktu informasi banjir dapat dilihat dalam Tabel 11 sebagai berikut.

Tabel 11. Proporsi jeda waktu informasi banjir responden Kelurahan Kedoya Selatan Tahun 2013

Jeda Waktu Informasi Banjir Jumlah (unit) Persentase (%)

ч 1 jam 11 16

1.1 - 4 jam 19 27

4.1 - 8 jam 30 43

ш 8.1 jam 10 14

Jumlah 70 100

Sumber: data primer (diolah)

5.3.4 Lama Waktu dalam Menyelamatkan Barang

Lama waktu dalam menyelamatkan barang yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu banyaknya waktu bagi responden dalam menyelamatkan barang yang dimiliki agar tidak terkena genangan banjir. Berdasarkan hasil survei,


(46)

28

sebagian besar responden menyelamatkan barang selama 1 jam. Selain itu, sebanyak 3 % responden tidak mempunyai waktu dalam menyelamatkan barang. Hal ini disebabkan oleh air menggenangi rumah responden dalam waktu yang cepat. Proporsi lama waktu menyelamatkan barang dapat dilihat dalam Tabel 12 sebagai berikut.

Tabel 12. Proporsi lama waktu dalam menyelamatkan barang responden Kelurahan Kedoya Selatan Tahun 2013

Lama Waktu dalam Menyelamatkan Barang

Jumlah (unit) Persentase (%)

0 jam 2 3

0.5 jam 13 19

1 jam 30 43

2 jam 13 19

3 jam 5 7

4 jam 3 4

5 jam 1 1

6 jam 3 4

Jumlah 70 100

Sumber: data primer (diolah)

5.3.5 Luas Rumah

Luas rumah responden mempunyai ukuran yang cukup bervariatif. Berdasarkan hail survei, sebagian besar luas rumah responden berukuran kurang dari 60 m2, hal ini terlihat dari besarnya persentase yaitu 64 %. Proporsi luas rumah dapat dilihat dalam Tabel 13 sebagai berikut.

Tabel 13. Proporsi luas rumah responden Kelurahan Kedoya Selatan Tahun 2013

Luas Rumah Jumlah (unit) Persentase (%)

ч 60 m2 45 64

60 - 120 m2 18 26

121 - 180 m2 5 7

181 - 240 m2 1 2

ш 241 m2 1 1

Jumlah 70 100


(47)

29

5.3.6 Lantai Rumah

Lantai rumah menentukan besar kerugian yang dirasakan responden. Lantai rumah yang dimaksud dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu rumah yang memiliki hanya satu lantai dan rumah yang memiliki lebih dari satu lantai. Responden yang memiliki lantai rumah lebih dari satu lantai, umumnya memindahkan barang – barang ke lantai tingkat dua. Berdasarkan hasil survei, rumah yang memiliki lebih dari satu lantai mempunyai proporsi yang besar dibandingkan rumah yang memiliki satu lantai. Hal ini terlihat dari persentase rumah yang memiliki lebih dari satu lantai sebesar 56 %, sedangkan persentase rumah yang hanya memiliki satu lantai sebesar 44 %. Proporsi lantai rumah juga dapat dilihat dalam Tabel 14 berikut.

Tabel 14. Proporsi lantai rumah responden Kelurahan Kedoya SelatanTahun 2013

Lantai Rumah Jumlah (unit) Persentase (%)

Lantai rumah hanya satu lantai 31 44

Lantai rumah lebih dari satu lantai 39 56

Jumlah 70 100


(48)

30

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Persepsi Responden Terhadap Risiko Bahaya Banjir Sungai Pesanggrahan

Persepsi masyarakat terhadap risiko bahaya banjir Sungai Pesanggrahan dapat dilakukan dengan melihat hasil penilaian masyarakat. Masyarakat diminta untuk memberikan persepsi dari skala satu sampai tujuh pada setiap variabel. Peringkat satu menunjukkan penilaian masyarakat rendah, sedangkan peringkat tujuh menunjukkan penilaian masyarakat tinggi. Variabel yang dinilai masyarakat yaitu mengenai persepsi masyarakat terhadap peluang banjir di masa depan, persepsi masyarakat mengenai konsekuensi yang akan terjadi di masa depan, persepsi masyarakat dalam melakukan upaya mitigasi banjir, serta persepsi masyarakat terhadap bantuan pemerintah dalam mengatasi banjir.

Secara umum, rata – rata penilaian responden mengenai peluang banjir di masa depan sebesar 6.01, sedangkan rata – rata penilaian responden mengenai konsekuensi banjir di masa depan sebesar 5.66. Artinya, responden yakin bahwa peluang banjir dan konsekuensi sangat mungkin akan terjadi di masa depan. Hal ini menunjukkan masyarakat sadar bahwa mereka tinggal di daerah yang rawan terkena banjir. Atas dasar tersebut, dibutuhkan suatu tindakan dalam mengatasi banjir. Tindakan ini dapat berupa upaya mitigasi yang dilakukan oleh masyarakat sendiri maupun melalui bantuan pemerintah.

Hasil olahan data menunjukkan masyarakat Kedoya Selatan menilai bahwa program pemerintah dalam mengatasi banjir lebih penting, dibandingkan upaya mitigasi yang dilakukan sendiri. Perekonomian merupakan alasan utama yang menyebabkan masyarakat lebih membutuhkan bantuan Pemerintah. Umumnya masyarakat Kedoya Selatan tidak cukup mampu dalam melakukan upaya mitigasi dengan biaya yang besar. Selain itu, sebagian masyarakat sudah melakukan upaya mitigasi banjir. Namun air genangan yang terus meningkat menyebabkan upaya mitigasi yang dilakukan masyarakat tidak berhasil. Status kepemilikan juga menjadi alasan masyarakat tidak mau melakukan upaya mitigasi banjir. Masyarakat yang berstatus kepemilikan sewa, umumnya tidak bisa membuat upaya mitigasi. Rata – rata penilaian responden terhadap empat variabel persepsi dapat dilihat dalam Tabel 15 berikut.


(49)

31

Tabel 15. Rata – rata penilaian persepsi

Variabel Persepsi Rata - rata (skala)

Standar Deviasi

N

Persepsi Masyarakat Terhadap Peluang

Terjadinya Banjir di Masa Depan 6.01 1.346 70

Persepsi Masyarakat Terhadap

Konsekuensi Banjir di Masa Depan 5.66 1.089 70

Persepsi Masyarakat Dalam Melakukan

Upaya Mitigasi Banjir 4.57 1.806 70

Persepsi Masyarakat Terhadap Bantuan

Pemerintah 6.60 0.769 70

Hubungan antara persepsi masyarakat terhadap konsekuensi banjir di masa depan dengan persepsi masyarakat dalam melakukan upaya mitigasi banjir juga ditunjukkan dengan melihat hasil korelasi. Hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi masyarakat terhadap konsekuensi yang terjadi di masa depan dengan persepsi masyarakat dalam melakukan upaya mitigasi banjir. Hal ini terlihat dari nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0.017 (Lampiran 2) yang berarti kurang dari alpha 5%. Berdasarkan pengolahan data, koefisien korelasi yang dihasilkan sebesar 0.286 (Lampiran 2), artinya hubungan antara persepsi masyarakat terhadap konsekuensi yang terjadi masa depan dengan persepsi masyarakat dalam melakukan upaya mitigasi banjir berkorelasi rendah. Tanda yang positif menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus antara persepsi masyarakat terhadap konsekuensi banjir dengan persepsi masyarakat dalam melakukan upaya mitigasi.

Rendahnya hubungan antara persepsi masyarakat terhadap konsekuensi yang terjadi masa depan dengan upaya mitigasi banjir disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap dampak banjir. Masyarakat menganggap bahwa banjir sungai yang menggenangi wilayah rumah merupakan peristiwa yang rutin dan biasa terjadi, sehingga banjir dianggap bukanlah sebagai suatu peristiwa yang mempunyai dampak besar bagi masyarakat. Selain itu, sebagian masyarakat Kedoya Selatan belum cukup mampu melakukan upaya mitigasi, disebabkan oleh biaya yang diperlukan cukup besar.


(50)

32

6.2 Estimasi Nilai Kerugian Langsung, Tidak Langsung dan Tangible Pada Sektor Pemukiman akibat Banjir Sungai Pesanggrahan

Guna mengetahui hasil estimasi nilai kerugian langsung dan tangible pada sektor pemukiman, perlu dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan model kerugian banjir aktual. Pengolahan data dilakukan dengan memasukkan peubah bebas kedalam model, yaitu kedalaman genangan (X1), durasi genangan (X2), jeda waktu informasi banjir (X3), lama waktu dalam menyelamatkan barang (X4), luas rumah (X5), dan lantai rumah (D1).

Estimasi model fungsi kerugian banjir sebagai berikut:

Y = -2 372.476 + 15.926 X1 + 24.144 X2 – 102.462 X3 + 968.261 X4 + 29.130 X5 + 31.230 D1+ ε ... (6.1) Dimana:

Y = kerugian banjir langsung, tidak langsung, dan tangible (ribu rupiah) a0 = konstanta

a1...a5 = koefisien regresi

X1 = kedalaman genangan (cm) X2 = durasi genangan (jam)

X3 = jeda waktu informasi banjir (jam)

X4 =lama waktu menyelamatkan barang (jam) X5 = luas rumah (m2)

D1 = variabel dummy yaitu lantai rumah

Nilai Adjusted R square yang dihasilkan pada model ini sebesar 39.1 %, artinya keragaman pada kerugian banjir dapat dijelaskan oleh peubah bebas yang dimasukkan kedalam model sebesar 39.1% sedangkan sisanya yaitu 60.9 % dijelaskan oleh faktor – faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Hasil regresi dapat dilihat dalam Lampiran 3.

Berdasarkan kriteria ekonometrika, dibutuhkan pengujian model seperti uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji normalitas dilakukan dengan melihat Asymp. Sig (2-tailed) pada uji Kolmogorov Smirnov. Nilai yang dihasilkan sebesar 0.445 atau berada di atas nilai alpha 5 % menunjukkan galat menyebar normal. Uji multikolinearitas dilakukan dengan


(51)

33

melihat nilai VIF. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa model tidak terjadi multikolinearitas, dimana hasil yang didapatkan VIF < 10. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola residual pada model. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh residual yang tidak membentuk pola, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson yakni sebesar 2.218 menunjukkan tidak terdapat autokorelasi dalam model. Hasil pengujian model dapat dilihat dalam Lampiran 3.

Hasil regresi menunjukkan bahwa terdapat empat peubah bebas yang berpengaruh nyata. Peubah bebas tersebut adalah kedalaman genangan (X1), durasi genangan (X2), lama waktu dalam menyelamatkan barang (X4), dan luas rumah (X5). Hal ini ditunjukkan dari besarnya P-value < α. Interpretasi peubah bebas akan dijelaskan dalam subbab berikut ini.

6.2.1 Kedalaman Genangan

Hasil regresi menunjukkan bahwa peubah bebas kedalaman genangan memiliki hubungan positif terhadap kerugian banjir. Hal ini menunjukkan kesesuaian terhadap hipotesis awal yaitu apabila terjadi peningkatan kedalaman genangan sebesar 10 cm, maka kerugian banjir diduga akan ikut meningkat sebanyak Rp 159 260, cateris paribus. Peubah bebas kedalaman genangan nyata dalam taraf alpha 20 %.

6.2.2 Durasi Genangan

Durasi genangan mempengaruhi besarnya kerugian banjir. Hasil regresi menunjukkan bahwa peubah bebas durasi genangan memiliki hubungan positif terhadap kerugian banjir. Hubungan ini sesuai dengan hipotesa sebelumnya, yang artinya apabila terjadi peningkatan durasi genangan selama 1 jam, maka kerugian banjir diduga akan ikut meningkat sebesar Rp 24 144 (cateris paribus). Peubah bebas durasi genangan signifikan dalam alpha 1%.

Hasil regresi menunjukkan kesesuaian dengan kondisi lapangan, dimana durasi genangan merupakan faktor utama penyebab besarnya kerugian yang dirasakan masyarakat. Lamanya genangan yang menggenangi rumah masyarakat menyebabkan barang – barang yang dimiliki masyarakat rusak bahkan tidak dapat


(52)

34

dipakai kembali. Akibatnya masyarakat harus mengganti barang tersebut sehingga membutuhkan biaya tambahan.

6.2.3 Jeda Waktu Informasi Banjir

Jeda waktu informasi banjir merupakan jeda waktu ketika masyarakat mengetahui banjir akan datang sampai waktu banjir datang. Berdasarkan hasil regresi, peubah bebas jeda waktu informasi banjir memiliki hubungan negatif terhadap kerugian banjir, yang berarti sesuai dengan hipotesis. Peubah bebas ini memiliki nilai sebesar 102.462. Artinya, apabila terjadi peningkatan jeda waktu informasi banjir selama 1 jam lebih awal, maka rata – rata kerugian banjir diduga akan menurun sebesar Rp 102 462 (cateris paribus). Namun peubah bebas ini tidak berpengaruh signifikan pada alpha 20%.

6.2.4 Lama Waktu Dalam Menyelamatkan Barang

Hasil regresi menunjukkan bahwa peubah bebas lama waktu dalam menyelamatkan barang memiliki hubungan positif terhadap kerugian banjir yaitu apabila terjadi peningkatan lama waktu menyelamatkan barang sebesar 1 jam lebih lama, kerugian banjir diduga akan ikut meningkat sebesar Rp 968 261 (cateris paribus). Peubah bebas lama waktu dalam menyelamatkan barang memberikan pengaruh nyata dalam taraf alpha 1%.

Hubungan positif antara lama waktu menyelamatkan barang dengan kerugian banjir menunjukkan ketidaksesuaian terhadap hipotesis awal. Berdasarkan hasil survei, masyarakat Kedoya Selatan cenderung memindahkan barang – barang disaat air mulai menggenang. Akibatnya, barang – barang yang dimiliki masyarakat tetap rusak.

6.2.5 Luas Rumah

Peubah bebas luas rumah juga memiliki hubungan yang positif terhadap kerugian banjir. Hubungan positif ini sesuai terhadap hipotesis awal yaitu jika sebuah rumah meluas sebesar 1 m2, kerugian banjir diduga akan ikut meningkat


(53)

35

sebesar Rp 29 130 dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Peubah bebas luas rumah memberikan pengaruh nyata pada taraf alpha 1%.

6.2.6 Lantai Rumah

Lantai rumah terbagi menjadi dua yaitu rumah yang hanya satu lantai dan rumah yang memiliki lebih dari satu lantai. Berdasarkan hasil regresi, nilai koefisien dummy untuk lantai rumah sebesar 31.230. Artinya, kerugian banjir yang dirasakan masyarakat yang memiliki rumah hanya satu lantai lebih besar sebanyak Rp 31 230 dibandingkan masyarakat yang memiliki rumah lebih dari satu lantai.

Hasil regresi juga menunjukkan nilai P-value yang didapatkan sebesar 0.962. Artinya, lantai rumah tidak berpengaruh nyata terhadap kerugian banjir. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian terhadap hipotesis awal, dimana lantai rumah diduga berpengaruh signifikan terhadap kerugian banjir.

6.2.7 Total Kerugian Banjir

Guna mengetahui besarnya total kerugian banjir yang dirasakan masyarakat, model kerugian banjir aktual dapat dijadikan sebagai tolak ukur. Hal ini dilakukan dengan memasukkan nilai rata – rata peubah bebas kedalam model kerugian banjir aktual. Rata – rata kerugian banjir yang dirasakan setiap rumah tangga sebesar Rp 3 936 332.

Rata – rata kerugian banjir yang dirasakan setiap rumah tangga dapat dilihat dalam perhitungan sebagai berikut.

Y = -2372.476 + 15.926 (68.285) + 24.144 (101.414) – 102.462 (5.223) + 968.261 (1.607) + 29.130 (59.664) + 31.230 (0.442)

Y = 3936.332 x 1000 = Rp 3 936 332.

Besarnya kerugian banjir per rumah dapat dijadikan tolak ukur dalam mengestimasi total kerugian banjir Kedoya Selatan. Berdasarkan survei, daerah Kedoya Selatan yang tergenang memiliki jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1 034 KK, sehingga didapatkan jumlah total kerugian banjir Kedoya Selatan sebesar Rp 4 070 167 288 periode banjir 17 sampai 19 Januari 2013.


(54)

36

Besarnya kerugian banjir per rumah juga dapat dijadikan tolak ukur dalam mengetahui besarnya penurunan kerugian jika diasumsikan program normalisasi Sungai Pesanggrahan selesai. Jika diasumsikan program normalisasi Sungai Pesanggrahan dapat mengurangi rata – rata kedalaman genangan sebesar 50 % maka total kerugian per rumah yang dirasakan setiap rumah tangga sebesar Rp 3 392 572, sehingga penurunan kerugian yang dirasakan masyarakat sebesar 14%. Selain itu, jika diasumsikan program normalisasi Sungai Pesanggrahan dapat mengurangi rata – rata durasi genangan sebesar 50%, maka total kerugian per rumah yang dirasakan setiap rumah tangga sebesar Rp 2 712 057, sehingga penurunan kerugian yang dirasakan masyarakat yang dirasakan sebesar 31 %.

Prediksi penurunan kerugian yang dirasakan masyarakat setelah program normalisasi Sungai Pesanggrahan selesai juga dapat dilihat dalam Tabel 16 berikut.

Tabel 16. Prediksi penurunan kerugian setelah program normalisasi

Skenario

Prediksi Total Kerugian per Rumah (Rp)

Prediksi Total Kerugian

Masyarakat (Rp) Penurunan

Kerugian Sebelum Normalisasi Sesudah Normalisasi Sebelum Normalisasi Sesudah Normalisasi

a b ((a-b)/ a) x 100 %)

Kedalaman genangan berkurang 50 %

3 936 332 3 392 572 4 070 167 288 3 507 919 448 14%

Durasi genangan berkurang 50 %

3 936 332 2 712 057 4 070 167 288 2 804 266 938 31%

Sumber: data primer (diolah)

6.2.8 Stage Damage Curve

Stage Damage Curve (SDC) merupakan kurva yang berguna untuk memprediksi kerugian banjir, dimana kurva ini menghubungkan kerugian yang diperkirakan (expected damages) dengan peubah bebas kedalaman banjir. Kurva ini berslope positif, artinya, semakin tinggi kedalaman banjir maka semakin besar


(55)

37

nilai expected damages. Besarnya expected damages dapat dilihat dalam Gambar 2 sebagai berikut ini.

Sumber: data primer (diolah)

Gambar 2. Stage Damage Curve

6.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Masyarakat direlokasi

Program normalisasi Sungai Pesanggrahan yang sedang dilakukan Pemerintah menyebabkan masyarakat Kedoya Selatan harus direlokasi. Hasil pengolahan data menunjukkan sebanyak 57.1% masyarakat menyatakan bersedia direlokasi, sedangkan 42.9% masyarakat menyatakan tidak bersedia direlokasi.

Berdasarkan survei lapang, sebagian besar masyarakat Kedoya Selatan bersedia direlokasi. Mereka cenderung mencari rumah yang tidak terkena banjir. Selain itu, masyarakat juga ingin mencari rumah yang dekat dengan lokasi pekerjaannya, dimana mayoritas masyarakat Kedoya Selatan berprofesi sebagai karyawan dan wirausaha. Faktor yang lainnya adalah masyarakat juga ingin mencari rumah yang lebih luas dari sebelumnya.

Masyarakat Kedoya Selatan lainnya menyatakan tidak bersedia direlokasi karena nyaman tinggal di daerah tersebut. Kenyamanan yang dirasakan masyarakat Kedoya Selatan berupa hubungan yang akrab antar sesama, dekat dengan kerabat dan keluarga, dekat dengan sekolah anak - anak dan tempat umum

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

0 20 40 60 80 100 120 140

E xp e cte d Dam ag e s (R p 000)


(56)

38

lainnya. Faktor kedua yang menyebabkan masyarakat tidak bersedia di relokasi yaitu masyarakat tidak mempunyai biaya untuk relokasi. Umumnya pendapatan yang dimiliki masyarakat Kedoya Selatan hanya cukup memenuhi kebutuhan keluarga sehari – hari, sehingga sulit bagi mereka untuk relokasi dimana biaya yang dibutuhkan dalam relokasi sangat besar. Faktor yang turut mendukung masyarakat tidak bersedia direlokasi yaitu besarnya kompensasi yang diberikan Pemerintah tidak sesuai dengan permintaan masyarakat. Hal ini memberatkan masyarakat dalam relokasi, dimana saat ini harga tanah per m2 sangat mahal. Umumnya, masyarakat meminta kompensasi rata – rata sebesar Rp 7 314 286 per m2, sedangkan pemerintah memberikan kompensasi sebesar Rp 4 500 000 per m2.

6.3.1 Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Masyarakat Direlokasi

Hasil olahan data menunjukkan bahwa model yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Z = -1.088 + 0.000 X1 + 0.001 X2– 0.009X3 + 0.341 X4 +ε...(6.2) Di mana:

Z = peluang responden menyatakan bersedia direlokasi (1) atau tidak bersedia direlokasi (0)

X1 = pendapatan (rupiah) X2 = kedalaman genangan (cm) X3 = luas rumah (m2)

X4 = jumlah tanggungan keluarga (orang)

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, diperoleh nilai -2 Log likelihood sebesar 86.891, Cox and Snell R Square sebesar 0.094 dan Nagelkerke R Square sebesar 0.126. Besarnya nilai Nagelkerke R Square menunjukkan kemampuan empat peubah bebas dalam menjelaskan kesediaan masyarakat relokasi sebesar 12.6 % sedangkan sebesar 87.4 % dijelaskan oleh faktor lain diluar model.Hasil uji goodness of fit dapat dilihat dengan melihat nilai chi–square dalam Tabel Hosmer and Lemeshow Test (Lampiran 4). Berdasarkan pengolahan data, nilai chi-square sebesar 0.702 (Sig pada Tabel Hosmer and Lemeshow Test), berarti


(57)

39

Hasil analisis regresi logistik juga menunjukkan peubah bebas yang berpengaruh nyata maupun tidak nyata dalam taraf alpha. Hal ini terlihat dari besarnya nilai Sig < α. Interpretasi peubah bebas yang berpengaruh nyata maupun tidak nyata akan dijelaskan dalam subbab berikut ini.

6.3.1.1 Pendapatan Rumah Tangga

Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa peubah bebas luas rumah mempunyai nilai Sig sebesar 0.395. Artinya, peubah bebas ini berpengaruh tidak

nyata terhadap peluang kesediaan relokasi pada taraf nyata (α) = 15%.

Koefisien pendapatan rumah tangga bertanda positif yang menunjukkan kesesuaian terhadap hipotesis. Nilai odds ratio yang dihasilkan sebesar 1.000. Artinya, pendapatan yang semakin besar akan meningkatkan peluang untuk bersedia relokasi 1.000 kali lebih tinggi dibandingkan dengan peluang untuk tidak bersedia relokasi.

6.3.1.2 Kedalaman Genangan

Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa peubah bebas kedalaman genangan mempunyai nilai Sig sebesar 0.944. Artinya, peubah bebas ini

berpengaruh tidak nyata terhadap peluang kesediaan relokasi pada taraf nyata (α)

= 15%. Koefisien kedalaman genangan bertanda positif yang menunjukkan kesesuaian terhadap hipotesis. Nilai odds ratio yang dihasilkan sebesar 1.001. Artinya, semakin tinggi kedalaman genangan akan meningkatkan peluang untuk bersedia relokasi 1.001 kali lebih tinggi dibandingkan dengan peluang untuk tidak bersedia relokasi.

6.3.1.3Luas Rumah

Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa peubah bebas luas rumah mempunyai nilai Sig sebesar 0.117. Artinya, peubah bebas ini berpengaruh nyata

terhadap peluang kesediaan relokasi pada taraf nyata (α) = 15%. Koefisien luas

rumah bertanda negatif yang menunjukkan kesesuaian terhadap hipotesis. Nilai odds ratio yang dihasilkan sebesar 0.991. Artinya, luas rumah yang semakin besar


(58)

40

akan menurunkan peluang untuk bersedia relokasi 0.991 kali lebih tinggi dibandingkan dengan peluang untuk tidak bersedia relokasi. Hal ini disebabkan oleh keluarga yang mempunyai luas rumah lebih besar, sulit untuk mendapatkan rumah dengan luas yang sama besarnya melihat tingginya harga tanah per m2.

Berdasarkan survei lapang, masyarakat Kedoya Selatan cenderung tidak berniat untuk menjual rumahnya. Hal ini disebabkan kompensasi yang diberikan Pemerintah kepada masyarakat tidak sesuai dengan permintaan masyarakat.

6.3.1.4Jumlah Tanggungan Keluarga

Berdasarkan hasil regresi, peubah bebas pendapatan rumah tangga mempunyai nilai Sig sebesar 0.040 yang berarti peubah bebas ini berpengaruh nyata terhadap peluang kesediaan relokasi pada taraf nyata (α) = 10%. Koefisien jumlah keluarga bertanda positif yang menunjukkan kesesuaian terhadap hipotesis.

Nilai odds ratio yang dihasilkan sebesar 1.406. Artinya, jumlah tanggungan keluarga yang besar akan meningkatkan peluang untuk bersedia relokasi 1.406 kali lebih tinggi dibandingkan dengan peluang untuk tidak bersedia relokasi. Hal ini disebabkan apabila jumlah tanggungan dalam setiap keluarga bertambah, seseorang cenderung memilih rumah dengan luas yang lebih besar.


(1)

(2)

51

Lampiran 4. Analisis Regresi Logistik

Logistic Regression Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 1 Step 6.916 4 .140

Block 6.916 4 .140

Model 6.916 4 .140

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 88.691a .094 .126

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 5.509 8 .702

Classification Tablea

Observed

Predicted

Z Percentage

Correct tidak bersedia bersedia

Step 1 Z tidak bersedia 13 17 43.3

bersedia 9 31 77.5

Overall Percentage 62.9


(3)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 .000 .000 .725 1 .395 1.000

X2 .001 .008 .005 1 .944 1.001

X3 -.009 .006 2.450 1 .117 .991

X4 .341 .166 4.202 1 .040 1.406

Constant -1.088 1.007 1.167 1 .280 .337


(4)

53

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dita Maulida. Penulis dilahirkan di Jakarta, 14 September 1991. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara pasangan H. Malik Zaelani dan Cherawati. Penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 06 Jakarta Barat, lulus tahun 2003. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 206 Jakarta Barat, lulus tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 112 Jakarta Barat dan lulus tahun 2009. Di tahun 2009, penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Masuk (UTM).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Tercatat penulis pernah menjadi siswa leadership and enterpreneurship school dengan predikat baik tahun 2010, anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) tahun 2012. Selain itu penulis pernah menjadi peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 25 Yogyakarta tahun 2012. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan kegiatan mahasiswa dan peserta berbagai seminar terkait bidang ilmu maupun diluar bidang ilmu penulis.


(5)

(6)