Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015

(1)

STUDI FENOMENOLOGI

PENGALAMAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI RT 001 RW 012 KELURAHAN BINTARO KECAMATAN PESANGGRAHAN

JAKARTA SELATAN TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

WIDIANY NURRAHMAH NIM : 1111104000017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H/2015 M


(2)

(3)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, December 2015

Widiany Nurrahmah, ID Number : 1111104000017

The experience of community preparedness in facing the flood in RT 001 RW 012 Bintaro Urban Village District of South Jakarta Pesanggrahan year 2015

Xviii + 80 pages + 1 table+ 7 attachments

ABSTRACT

Flood is one of the natural disaster which is frequently happened in Indonesia. DKI Jakarta has a very high frequency of flood, that requires preparedness. Flood prevention efforts are useful to anticipate losses that ensued and minimize casualties. The experience of citizens against floods have different responses - depending on the disaster preparedness measures undertaken. This study aims to explore the experience of community preparedness in facing the flood in RT 001 RW 012 Bintaro Urban Village District of South Jakarta Pesanggrahan year 2015. This study is a qualitative research design of descriptive phenomenology through FGD (Focus Group Discussion)and field notes. The informants are included

people who have experienced in flood incident obtained through purposive

sampling technique. The data which are collected in the form of FGD recordings, interviews and field notes were analyzed by Colaizzi method. This study identifies four themes, namely: 1) The impact of flooding experienced by the community; 2) Sources of knowledge gained by public about flood prevention programs; 3) Community preparedness efforts in facing the flood; 4) The role of government in the flood disaster preparedness efforts. The results could provide an overview of community preparedness experience in facing the flood. Further research is needed on deeper exploration of the role of nurses in the form of community involvement in flood disaster management.

Keywords: experience, preparedness, flood disaster Bibliography: 88 (1998 - 2015)


(4)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Desember 2015

Widiany Nurrahmah, NIM : 1111104000017 Studi Fenomenologi

Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015 Xviii+ 80 halaman + 1 tabel + 7 lampiran

ABSTRAK

Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Provinsi DKI Jakarta memiliki frekuensi banjir sangat tinggi, sehingga menuntut adanya upaya kesiapsiagaan. Upaya penanggulangan banjir berguna untuk mengantisipasi kerugian yang terjadi setelahnya dan meminimalisir korban jiwa.

Pengalaman warga saat menghadapi banjir memiliki respon yang berbeda – beda

terhadap tindakan kesiapan bencana yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

desain fenomenologi deskriptif melalui FGD (Focus Group Discussion)dan

catatan lapangan. Informan meliputi masyarakat yang telah mengalami kejadian

banjir minimal yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Data yang

dikumpulkan berupa hasil rekaman FGDdan catatan lapangan yang dianalisis

dengan metode Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi empat tema yaitu : 1) Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat; 2) Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir; 3) Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir; 4) Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi lebih mendalam berupa keterlibatan peran perawat komunitas dalam penanggulangan bencana banjir.

Kata kunci: Pengalaman, Kesiapsiagaan, Bencana Banjir Daftar bacaan: 88 (1998 - 2015)


(5)

(6)

(7)

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Widiany Nurrahmah

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Desember 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Madrasah RT 001 RW 012 No. 20 Kelurahan

Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan 12330

HP : +6281218924182

E-mail : wiwidiany@yahoo.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Sejahtera II 1998 – 1999

2. Sekolah Dasar Negeri 05 Pagi Bintaro 1999 – 2005

3. SMP Negeri 161 Jakarta 2005 – 2008

4. SMA Negeri 29 Jakarta 2008 – 2011

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-Sekarang

ORGANISASI

1. PASKIBRA SMP Negeri 161 Jakarta 2005 – 2006

2. ROHIS SMP Negeri 161 Jakarta 2006 – 2007

3. ROHIS SMA Negeri 29 Jakarta 2008 - 2011

4. Jakampus UIN 2012 - 2013

5. Bela Diri 2012 - 2013


(9)

ix

PERSEMBAHAN

Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman:!3)

Skripsi ini Aku persembahkan Untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta Setiap tetesan keringat yang jatuh dari keningmu

Menjadi penyemangat untuk menggantikan posisimu di masa depan… Ayah Setiap lelah yang selalu kau sembunyikan menjadi motivasi untukku… Ibu

Lantunan doa yang kalian panjatkan disetiap shalat malam Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku Ayah… Ibu…

Untuk Kakak dan adik tersayang

Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energi baru untukku Untuk Sahabat – sahabat terbaik

Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadi kenangan tak terlupakan Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat hidupku

Terima kasih Allah telah Engkau anugerahi mereka untukku Karena perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil

Sebab kehidupan adalah sebuah pembelajaran

Ya Allah Ya Rabbi.. Sayangilah mereka orang – orang yang ku sayang Aamiin


(10)

KATA PENGANTAR Bismillahirahmaniirrahim

Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam yang hanya kepada-Nyalah kita meminta pertolongan dan memohon ampunan. Salawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Nabi Muhammad SAW berkat perjuangan Beliau kita bisa sampai zaman ini.

Alhamdulillah atas rahmat, karunia dan Ridha Allah sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dnegan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman

Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat kesulitan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam memecahkan masalah yang ada. Namun, berkat dukungan, bantuan, semangat dan doa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak terhingga, kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri


(11)

xi

2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi IImu Keperawatan.

4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku pembimbing akademik yang

selalu memberikan nasehat, dukungan dan motivasi selama proses pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan.

5. IbuNs. Eni Nuraini Agustini, S. Kep, M.Sc, selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan memberikan masukan serta support demi terselesainya penulisan skripsi ini.

6. Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan proposal penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

mengajarkan dan membimbing penulis selama 4 tahun dibidang pendidikan keperawatan, serta staf akademik yang telah memudahkan dalam proses birokrasi.

8. Ibu Aditha Rachmanti, ST selaku Kepala Lurah Bintaro, Perawat Puskesmas

Kelurahan Bintaro, Bapak Komarudin selaku Ketua RT 001 dan Bapak M.Ridwan selaku Ketua RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(12)

9. Warga RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

10.Kedua orangtuaku Mama dan Papa yang selalu memberikan dukungan,

semangat, dan doa yang terus mengalir disetiap sujudnya serta kakak dan kedua adikku Aa Avan, Azmi dan Azka kalianlah semangat perjuangan bagiku.

11.Saudaraku Nisa, Linda, Bella yang selalu memberikan semgat dan tak

hentinya membuat penulis terharu

12.Sahabat Sosialita (Suci, Rifka, Susi, Ratna, Tristi, Dina dan Ita), teman-teman

satu bimbingan (Silvi, Rahma, Manda, Cava, Devi dan Azmi), adik-adik, kakak-kakak dan teman-teman seperjuangan PSIK 2011.

13.Sahabat SMA (Fitria, Tami, dan Dyah), teman-teman liqo Hafidzoh (Ka Lala,

Hana, Syifa, mba Uut, Naqiyah dan mba Ifah), adik-adik mentoring (Nindya, Alif, Vivi, Via, Hanum) dan teman-teman IAR SMAN 29 Jakarta.

14.Restiya Maulana,teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat,

motivasi, dan doa hingga tak pernah hentinya membuat senyuman ini terlukis. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah. Aamiin.

Jakarta, 23 Desember 2015


(13)

xiii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN……….……….v

LEMBAR PENGESAHAN……….vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II ... 9

TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pengalaman ... 9

B. Bencana... 10

1. Definisi Bencana ... 10

3. Jenis Bencana ... 12

4. Akibat Bencana ... 15

C. Banjir ... 16

1. Pengertian Banjir ... 16

2. Faktor-faktor penyebab banjir ... 17


(14)

4. Dampak banjir ... 19

5. Upaya Penanggulangan Banjir ... 20

D. Kesiapsiagaan ... 25

1. Pengertian Kesiapsiagaan ... 25

2. Upaya Kesiapsiagaan ... 26

BAB III ... 30

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ... 30

A. Kerangka Konsep ... 30

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33

C. Informan Penelitian ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Validasi Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 40

G. Etika Penelitian ... 42

BAB V ... 44

HASIL PENELITIAN ... 44

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 44

B. Karakteristik Informan ... 45

C. Hasil Analisis Tematik ... 45

Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat ... 46

Tema 2. Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir ... 49

Tema 3. Upaya Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir... 51

Tema 4. Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir... 53

BAB VI ... 57

PEMBAHASAN ... 57

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ... 57

Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat ... 57

Tema 2. Sumber pengetahuan program penanggulangan banjir ... 62

Tema 3. Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir ... 67

Tema 4. Peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir ... 70


(15)

xv

BAB VII ... 78

PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79


(16)

DAFTAR SINGKATAN

BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Depkes : Departemen Kesehatan

BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

UNESCO :United Nations Educational Scientific Cultural

Organization

WHO : World Health Organization

PAHO : Pan American Health Organization

DAS : Daerah Aliran Sungai

ISPA : Infeksi Saluran Penafasan Akut

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk

SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah

JEDI : Jakarta Dredging Emergency Initiative

BKT : Banjir Kanal Timur

FGD : Focus Group Discussion

PROMISE : Program For Hydro-Meteorological Risk Mitigation

Secondary Cities in Asia

SAR : Search and Rescue

Basarnas : Badan SAR Nasional

LIPI :Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

ISDR : International Strategy for Disaster Reduction

Satkorlak : Satuan Kordinasi Pelaksana

ADPC : Asian Disaster Preparedness Center


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2. Surat izin Dinas Kesehatan Lampiran 3. Surat izin Kelurahan Lampiran 4. Informed consent

Lampiran 5. Lembar Persetujuan Informan

Lampiran 6. Pedoman Focus Group Discussion (FGD)

Lampiran 7. Matriks Analisis tematik Lampiran 8. Dokumentasi FGD


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Wilayah Indonesia berada pada daerah yang rawan bencana. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks (BNPB, 2008). Bencana

yang terjadi di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan

data rekapitulasi bencana oleh BNPB (2014) bencana yang paling sering terjadi di Indonesia dari tahun 1815-2011 adalah banjir 3990 kejadian (39%), angin puting beliung 1771 kejadian (17%) dan tanah longsor 1600 kejadian (16%).

Menurut BNPB (2014) bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu bencana alam, bencana non-alam dan bencana sosial (Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007).

Bencana alam terjadi diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, Tsunami,


(20)

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (UU No. 24 tahun 2007).Akibat yang ditimbulkan dari bencana alam diantaranya jatuhnya korban jiwa, rusaknya fasilitas kesehatan, dan krisis kesehatan. Berdasarkan data statistik Depkes (2013) korban akibat bencana alam selama tahun 2013 tercatat sebanyak 823 orang meninggal, 2.748 orang lukaberat/dirawat inap, 154.870 orang luka ringan/ dirawat jalan, 192 orang hilang dan 312.620 orang mengungsi.

Bencana alam dapat mengakibatkan krisis kesehatan seperti jatuhnya korban massal yang menimbulkan kematian, cedera, maupun pengungsian dan rusaknya infrastruktur, termasuk didalamnya adalah fasilitas kesehatan

seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dan lain-lain. Selama kurun

waktu 5 tahun, antara tahun 2009-2013, terdapat 1.738 kejadian krisis kesehatan akibat bencana alam di Indonesia, dengan 442 kejadian banjir, 239 kejadian tanah longsor, 187 kejadian angin puting beliung, dan 137 peristiwa konflik sosial (Depkes, 2013). Jenis fasilitas kesehatan yang paling banyak terjadi kerusakan adalah Polindes/Poskesdes yaitu sejumlah 81 unit (33%). Kerusakan tersebut umumnya disebabkan oleh bencana banjir (118 kejadian).

Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia (BNPB, 2014). Wilayah Indonesia yang paling rawan bencana banjir berada di Pulau Jawa termasuk provinsi DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta merupakan Ibu Kota Republik Indonesia yang merupakan dataran rendah (24.000 hektar) dengan ketinggian rata-rata di bawah permukaan air laut (BPBD DKI Jakarta, 2013). Secara alamiah, kondisi ini memposisikan


(21)

3

wilayah DKI Jakarta memiliki kerawanan yang tinggi terhadap banjir. Banjir di Jakarta terbagi menjadi dua, yaitu banjir yang disebabkan oleh meluapnya sungai-sungai karena curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi karena

kiriman dari daerah hulu, yaitu Bogor. (BNPB, 2008). Daerah yang terkena

banjir akibat curah hujan diantaranya Pesing, Sunter, Mampang, Bintaro, Hankam Slipi dan Bukit Duri. Daerah yang terkena banjir akibat hulu sungai diantaranya Jakarta Barat yang disebabkan meluapnya Sungai Cisadane adalah kelurahan Kedoya, Kembangan, Cengkareng, Kapuk, dan Bojong Indah. Jakarta Pusat Kwitang, Gunung Sahari, RSAL Bendungan Hilir, Jakarta Timur sungai Sunter dan Sungai Cipinang daerah Cipinang, Cipinang Muara, Jatinegara Kaum, Sungai Ciliwung Kampung melayu, Bidara Cina (Gunawan, 2010).

Banjir yang terjadi di Jakarta pada tahun 2007 adalah salah satu banjir terbesar di mana hampir 60 persen wilayah Jakarta terendam banjir dan telah banyak menimbulkan korban jiwa, korban yang meninggal akibat banjir sekitar 8 orang dan meningkat menjadi 19 orang pada Januari 2014, 4 korban meninggal karena asap dari genset sedangkan 15 korban lainnya karena sakit, hanyut, tersengat listrik, jatuh dan tenggelam (BNPB, 2014). Selain itu, banjir juga merugikan diberbagai sektor, banyak orang yang terhambat pekerjaannya akibat tidak bisa mengakses jalan karena dilalui

oleh banjir, anak – anak sekolah yang bangunan sekolahnya terendam banjir

dan terpaksa mengikuti aktivitas kegiatan belajar mengajar ditempat lain, serta timbulnya berbagai macam penyakit seperti gatal-gatal, leptospirosis, ISPA dan lain-lain.


(22)

Kerugian yang diakibatkan dari bencana banjir membuat kapasitas pengendalian banjir Jakarta terus ditingkatkan menyangkut infrastruktur, sarana dan prasarana, sistem informasi dan sumber daya manusianya. Untuk

mengatasi dampak banjir di Jakarta, pemerintah Jakarta telah

mempersiapkan cara untuk menanggulangi bahaya banjir seperti membangun waduk, sosialisasi, pelatihan dan lain-lain, sedangkan pembuatan 2.000 sumur resapan oleh Pemda DKI maupun perbaikan pompa-pompa air di berbagai lokasi dilakukan untuk mengurangi dampak bencana banjir (BPBD DKI Jakarta, 2013). Hanya saja, seiring dengan beralih fungsinya lahan menjadi pemukiman, beban kepadatan penduduk dan perilaku manusia dan berbagai kendala lain dalam penanganan banjir menyebabkan kapasitas tersebut menjadi tidak optimal.

Upaya kesiapsiagaan terhadap bencana tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, masyarakat juga perlu melakukan kesiapsiagaan bencana guna mengurangi kerugian akibat bencana. Kesiapsiagaan bencana dapat didefinisikan sebagai upaya yang memungkinkan pemerintah, organisasi, komunitas dan individu untuk merespon kejadian bencana secara cepat dan efektif (Carter, 2008). Upaya kesiapsiagaan pada setiap individu atau kelompok tidak sama tergantung pada tingkat kesiapsiagaan bencana yang dipengaruhi oleh faktor sosial demografi, jejaring sosial, dan pengalaman kebanjiran sebelumnya (Lindell and Perry, 2000 dalam Kirschenbaum, 2002).Tingkat pengetahuan tentang kesiapan bencana yang dimiliki tiap individu berbeda-beda sehingga akan menimbulkan respon yang beragam saat individu menghadapi keadaan darurat akibat bencana alam atau


(23)

non-5

alam. Tingkat pengetahuan yang baik akan berkontribusi terhadap terciptanya rasa aman dan minimalisasi korban bencana. Dalam hal ini, masyarakat telah memiliki inisiatif dalam menghadapi ancaman bencana di provinsi DKI Jakarta, khususnya banjir. Upaya tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan. Dari mulai penyadaran masyarakat, pemetaan kawasan rawan bencana, membuat dan menyiapkan jalur evakuasi, peringatan dini banjir, membentuk kelompok siaga bencana dan lain sebagainya (BPBD DKI Jakarta, 2013).

Penelitian mengenai bencana banjir di Jakarta memang sudah banyak dilakukan, namun dalam hal pengalaman mengenai upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir belum pernah dilakukan. Terlebih lagi bagi profesi keperawatan yang bekerja di setting komunitas yang memainkan peran pada upaya kesehatan dalam tindakan preventif program penanggulangan bencana banjir. Peran perawat komunitas sebagai pelaksana kesehatan dalam mencapai tujuan kesehatan melalui upaya promotif dan preventif dalam kaitannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat (Iqbal & Nurul, 2009).

Penelitian ini, dilakukan didaerah yang terkena banjir, yaitu di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan jumlah 57 KK (Kepala Keluarga) yang terkena dampak banjir (Laporan Kependudukan RT 001 RW 012 tahun 2014). Berdasarkan tingkat keparahannya, dari 8 RT yang berada di wilayah RW 012 Kelurahan Bintaro, RT 001 merupakan daerah yang sering terkena banjir dan belum pernah ada yang melakukan penelitian tersebut sebelumnya. Peneliti juga


(24)

berpikir bahwa upaya kesiapsiagaan bencana banjir bagi masyarakat penting untuk diteliti, sehingga peneliti tertarik ingin mengkaji lebih mendalam

mengenai “Studi Fenomenologi Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat

Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015”

B. Perumusan Masalah

Provinsi DKI Jakarta memiliki frekuensi banjir sangat tinggi sehingga menuntut adanya upaya kesiapsiagaan, penelitian sebelumnya (Sagala, Dodon & Wimbardana, 2014) menunjukkan bahwa kesadaran mengenai pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana belum dimiliki oleh masyarakat dan bukan berasal dari pelatihan atau pemberitahuan dari pemerintah melainkan pengalaman mereka yang telah lama mengalami bencana banjir.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di RT 006 RW 012 Kelurahan Bintaro, dari salah satu informan yang telah diwawancarai, yaitu ibu Y (43 tahun) mengatakan bahwa upaya kesiapsiagaan yang telah dilakukan dalam menghadapi bencana banjir masih belum maksimal dan seadanya, hanya sebatas mengungsikan barang berharga seperti pakaian, buku sekolah dan barang elektronik ke tempat yang lebih aman. Dengan demikian masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman kesiapsiagaan warga RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dalam menghadapi bencana banjir”.


(25)

7

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengalaman kesiapsiagaan warga RT 001 RW 012 dalam menghadapi bencana banjir?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau mengeksplorasi pengalaman masyarakat terhadap upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai upaya kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana banjir khususnya di wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.

2. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi institusi keperawatan khususnya keperawatan komunitas dalam mencanangkan program penanggulangan banjir bagi masyarakat.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang bertujuan untuk menggali pengalaman warga terhadap


(26)

kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro.

Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian berupa wawancara, observasi dan catatan lapangan. Informan penelitian ini sebanyak 6 orang dan teknik yang digunakan yaitu, teknik purposive


(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu hal yang pernah dialami (dijalani, dirasa, ditanggung) (KBBI, 2008). James dalam Herdiansyah, (2015) mendefinisikan pengalaman adalah proses yang berjalan terus dan saling berhubungan satu sama lain, sehingga di balik pengalaman tersebut terdapat cara untuk menginterpretasikan suatu peristiwa melalui interaksi dengan orang lain (Endraswara, 2006). Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu (Notoatmodjo, 2010). Sumber pengetahuan adalah pengalaman dan pengamatan panca indera yang memberi data dan fakta bagi pengetahuan (Dua dan Keraf, 2010). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang dan didapatkan dari kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Pengalaman menyebabkan orang dapat menafsirkan ungkapan, ekspresi wajah, pesan secara lebih cermat yang diperoleh dari belajar secara formal dan non-formal (Yulia dan Gunarsa, 2002). Pengalaman yang dirasakan individu saat terjadi bencana dapat membuat seseorang menjadi trauma terhadap bencana, respon yang ditunjukkan membuat seseorang menterjemahkan melalui ungkapan dan ekspresi, diantaranya marah, sedih, kehilangan, menyesal hingga depresi (Yulaelawati dan Usman, 2008).


(28)

B. Bencana

1. Definisi Bencana

Menurut UU No. 24 tahun 2007 bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bencana sebagai sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan, kecelakaan dan bahaya. WHO (2002) mendefinisikan bencana sebagai kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena. Dari beberapa pengertian bencana, maka dapat ditarik kesimpulan bencana merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak terduga akibat dari alam dan non alam yang dapat mengancam kelangsungan hidup.

2. Penyebab Bencana

Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua (Kodoatie dan Syarif, 2010) yaitu:

a. Alam

Secara alami bencana selalu terjadi di muka bumi, misal Tsunami, gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya benda-benda langit ke bumi (misal meteor), tidak adanya hujan pada suatu lokasi dalam waktu


(29)

11

yang relatif lama sehingga menimbulkan kekeringan atau sebaliknya curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor.

b. Manusia

Bencana oleh aktifitas manusia terutama akibat eksploitasi alam yang berlebihan. Eksploitasi ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Pertumbuhan ini mengakibatkan kebutuhan pokok dan non-pokok meningkat, kebutuhan infrastruktur meningkat, alih atau guna lahan meningkat.

Sementara itu, Ramli (2010) menyebutkan bahwa penyebab bencana adalah :

a. Faktor Alam

Bencana alam antara lain berupa gempa bumi, letusan gunung api,angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan

kejadian antariksa/benda – benda angkasa.

b. Perbuatan Manusia

Bencana buatan manusia antara lain berupa kebakaran hutan/lahan yang disebabkan ulah manusia, kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi atau teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan, dan kegiatan pertambangan.


(30)

c. Sosial

Bencana sosial terjadi karena rusak dan kurang harmonisnya hubungan sosial antara anggota masyarakat yang disebabkan berbagai faktor baik sosial, budaya, suku, atau ketimpangan sosial.

3. Jenis Bencana

BNPB (2014) mengklasifikasikan jenis – jenis bencana menjadi :

a. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di

permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.

b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang

dikenal dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.

c. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak

lautan ("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.

d. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau

batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.

e. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu


(31)

13

f. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan

debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

g. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan

air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan .

h. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat

seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian.

i. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan

dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.

j. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara

tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).

k. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang

ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam.


(32)

Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.

l. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut

dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.

m. Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang

terjadi di darat, laut dan udara.

n. Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua

faktor, yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan

kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Adapun jenis

kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.

o. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.


(33)

15

p. Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu

gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku, agama, ras (SARA).

q. Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang

dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.

r. Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh

melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan/ atau

penghancuran. Dalam perang, istilah ini digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa struktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain.

4. Akibat Bencana

Beberapa akibat yang ditimbulkan dari bencana (Pan American

Health Organization (PAHO), 2007) antara lain :


(34)

b. Penyakit menular

c. Perpindahan penduduk

d. Pajanan terhadap unsur –unsur

e. Makanan dan gizi

f. Persediaan air bersih dan pembuangan air kotor

g. Kesehatan jiwa

h. Kerusakan infrastruktu

C. Banjir

1. Pengertian Banjir

Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar (Ramli, 2010). Lebih lanjut banjir menurut Yulaelawati dan Usman (2008) yaitu meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Depkes (2014) mendefinisikan banjir adalah peristiwa dimana air menggenangi suatu wilayah yang biasanya tidak di genangi air dalam selang waktu tertentu, yang di sebabkan hujan yang terus menerus, mengakibatkan meluapnya air sungai/danau/laut/drainase saat aliran melebihi volume air yang dapat di tampung dalam,sungai,danau,rawa,maupun saluran air lainnya. Dari beberapa pengertian banjir diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa banjir adalah naiknya permukaan air akibat hujan

yang terus – menerus yang disebabkan oleh tingginya permukaan volume


(35)

17

2. Faktor-faktor penyebab banjir

Penyebab timbulnya banjir pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) faktor (Yulaelawati & Usman , 2008) yaitu:

1. Pengaruh aktivitas manusia, seperti:

a. Pemanfaatan dataran banjir yang digunakan untuk pemukiman dan

industri

b. Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada

tanah dan meningkatkan larian tanah permukaan

c. Permukiman di dataran banjir dan pembangunan di daerah dataran

banjir dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak direncanakan dengan baik

d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat

saluran-saluran air, terutama di perumahan-perumahan

2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti:

a. Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena

badai atau siklon

b. Kondisi topografi yang cekung, yang merupakan dataran banjir

c. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar,

berkelok-kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol (bottle neck), dan adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah pulau (ambal sungai)

3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti:

a. Curah hujan yang tinggi

b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di


(36)

c. Penurunan muka tanah atau amblesan

d. Pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi

Adapun penyebab terjadinya banjir di Jakarta menurut BNPB (2008) yaitu :

a. Sistem drainase yang tidak berfungsi dengan optimal serta

tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah

b. Pembangunan bangunan hunian pada lahan basah atau daerah resapan

air serta semakin padatnya pembangunan fisik menyebabkan kemampuan tanah menyerap air menjadi sangat berkurang

c. Pembangunan prasarana dan sarana pengendalian banjir yang belum

berfungsi maksimal

d. Banjir juga terjadi akibat rob yang melanda beberapa wilayah yang

berada di pantai utara DKI Jakarta diantaranya Kamal Muara, Pluit, Penjaringan, Kalibaru, Cilincing dan Marunda

3. Jenis-jenis banjir

Ada 3 (tiga) jenis banjir yang umumnya terjadi. Ketiga jenis tersebut (Yulaelawati & Usman , 2008) adalah:

a. Banjir bandang

Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung hanya sesaat. Banjir bandang umumnya terjadi hasil dari curah hujan berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan debit sungai naik secara cepat.


(37)

19

Banjir sungai biasanya disebabkan oleh curah hujan yang terjadi di daerah aliran sungai (DAS) secara luas dan berlangsung lama. Selanjutnya air sungai yang ada meluap dan menimbulkan banjir dan menggenangi daerah di sekitarnya.

c. Banjir pantai

Banjir ini berkaitan dengan adanya badai siklon tropis dan pasang surut air laut. Banjir besar yang terjadi dari hujan sering diperburuk oleh gelombang badai yang diakibatkan oleh angin yang terjadi di sepanjang pantai.

4. Dampak banjir

Mistra (2007) mengungkapkan bahwa dampak banjir akan terjadi pada beberapa aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut ini:

a. Aspek Penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut, tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah dan penduduk terisolasi

b. Aspek Pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen, arsip, peralatan, perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan.

c. Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian,tidak berfungsinya pasar tradisional, kerusakan, hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat.


(38)

d. Aspek Sarana/Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.

e. Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan eko-sistem, obyek wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/jaringan irigasi.

Disamping itu, dampak banjir juga menimbulkan beberapa penyakit (Depkes, 2014) diantaranya :

1. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

2. Diare

3. Penyakit kulit

4. Kecelakaan (tersengat listrik,tenggelam,terbawa arus )

5. Leptospirosis

6. Konjungtivitas

7. Gigitan binatang

5. Upaya Penanggulangan Banjir

Program untuk mengatasi banjir di Jakarta menurut BPBD DKI Jakarta ( 2014) dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Jangka Pendek :

a. Membangun tanggul pengaman Rob di Kamal Muara, Muara

Baru, Kali Baru, Matradinata dan Muara Angke

b. Melaksanakan pengerukan sungai, waduk dan saluran Jakarta

Emergency Dredging Initiative (JEDI)


(39)

21

d. Melakukan relokasi penduduk yang bermukim di bantaran kali

dalam rangka penataan Kali Ciliwung

e. Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat tidak

membuang sampah dan mendirikan bangunan di kali dan saluran.

2. Jangka Menengah :

a. Normalisasi Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan Kali Sunter dan

revitalisasi Kali Ciliwung

b. MembangunSodetan Kali Ciliwung ke BKT

c. Membangun Cengkareng Drain 2

d. MembangunWaduk Ciawi dan Waduk Cimanggis

e. Memperkuat tanggul Rob di sepanjang pantura Jakarta.

f. Meningkatkan RTH dan penghutanan kembali di kawasan hulu

g. Menahan penurunan muka tanah dengan memasalkan

pembangunan sumur resapan

h. MembangunTerowongan Bawah Tanah Multifungsi bila hasil

kajian kelayakannya positif

3. Jangka Panjang :

a. Membangun Tanggul Laut Raksasa (Giant Sea Wall)

mengantisipasi banjir, penampungan cadangan air baku dan

pengolahan air limbah

b. Memantapkan kerjasama dengan Pemerintah Daerah

Bodetabekjur, Jabar dan Banten serta Pemerintah Pusat


(40)

Adapun upaya yang harus di lakukan petugas kesehatan sebelum, saat dan setelah terjadi banjir (Depkes, 2014) adalah :

A. Sebelum Banjir

1. Membuat peta rawan dan jalur evakuasi

2. Menyusun rencana kontijensi (perencanaan kegiatan

penanggulangan bencana yang di susun sebelum bencana terjadi)

3. Menigkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan

4. Membentuk tim kesehatan di setiap jejaring administrasi

5. Menyiapkan obat dan logistik kesehatan lain

(PAC,Kaporit,kantong sampah,dll)

6. Meningkatkan kemampuan petugas dengan pelatihan

7. Menyiapkan sarana komunikasi dan transportasi

8. Menyiapkan perlengkapan lapangan (tenda velbet,genset,dll)

B. Saat Banjir

1. Mengaktifkan unit pelayanan kesehatan dan membuat pos

kesehatan di lokasi

2. Memberikan pelayanan kesehatan dan rujukan

3. Melakukan penilaian cepat kesehatan (Rapid Healt Assessment)

C. Setelah Banjir

1. Melakukan perbaikan kualitas air bersih

2. Melakukan surveilans penyakit potensi KLB

3. Membantu perbaikan kualitas jaman dan saluran pembuangan


(41)

23

Sebagai salah satu petugas kesehatan perawat komunitas juga memiliki peran penting dalam manajemen bencana (Efendi dan Makhfuldi, 2009) : A. Peran Perawat dalam Fase Pre-impact

1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga

kesehatan dalam penaggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya

2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,

organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga

– lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan

simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat

3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk

meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal – hal berikut :

a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)

b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti

menolong anggota keluarga yang lain

c. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan

membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman

d. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor

telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan ambulans


(42)

e. Memberikan informasi tempat – tempat alternative

penampungan atau posko – posko bencana

f. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat

dibawa, seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter

beserta baterainya, dan lainnya B. Peran Perawat dalam Fase Impact

1. Bertindak cepat

2. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan maskud memberikan harapan yang besar pada korban selamat

3. Berkonsentrasilah penuh pada apa yang dilakukan

4. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and

create leadership)

5. Untuk jangka panjang, bersama – sama pihak yang terkait dapat

mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing,

biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama C. Peran Perawat dalam Fase Post-impact

1. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban

2. Stress psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga

terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan

sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang


(43)

25

peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan emnunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori

3. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masayrakat pasca-gawat darurat serta mempercepat

fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman

D. Kesiapsiagaan

1. Pengertian Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan (preparedness) adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (BPBD DKI Jakarta, 2013). Menurut BNPB (2008) kesiapsiagaan menghadapi bencana merupakan suatu aktivitas lintas-sektor yang berkelanjutan. Kesiapsiagaan dalam menghadapi banjir terdiri dari kegiatan yang memungkinkan masyarakat dan individu untuk dapat bertindak dengan cepat dan efektif ketika terjadi banjir. Hal ini membantu masyarakat dalam membentuk dan merencanakan tindakan apa saja yang perlu dilakukan ketika banjir (UNESCO, 2008).

Tujuan khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin bahwa sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya masing-masing untuk memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi


(44)

korban bencana sehingga dapat mempermudah langkah-langkah pemulihan dan rehabilitasi layanan (BNPB, 2008)

2. Upaya Kesiapsiagaan

Upaya kesiapsiagaan banjir dapat dilakukan dalam tiga waktu secara berkesinambungan, yaitu sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir Ramli (2010) di antaranya :

A. Sebelum banjir

1. Di tingkat warga

a. Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat

bersihkan lingkungan sekitar, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan sampah

b. Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi

lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda

c. Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk

tim penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti pengangkatan Penanggung Jawab Posko Banjir

d. Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat,

dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna evakuasi

e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna

memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi


(45)

27

2. Di tingkat keluarga

a. Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim

Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air

b. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti : radio baterai,

senter, korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada

c. Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mie instan, ikan

asin, beras, makanan bayi, gula, kopi, teh, dan persediaan air bersih

d. Siapkan obat – obatan darurat seperti : oralit, anti diare, anti influenza

e. Amankan dokumen penting seperti : akte kelahiran, kartu

keluarga, buku tabungan, sertifikat dan benda –benda berharga

dari jangkauan air dan tangan jahil

B. Saat Banjir

1. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk

mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana

2. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air

masih memungkinkan untuk diseberangi

3. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret

arus banjir. Segera mengamankan barang – barang berharga


(46)

4. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah, ataupun Camat

C. Setelah Banjir

1. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya

tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit

2. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya

penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir

3. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan

lipan, atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk

4. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir

susulan

Berikut ini adalah contoh upaya kesiapan/kesiapsiagaan yang biasanya dilakukan oleh pemerintah di tingkat lokal (ADPC, 2007) yaitu :

1. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar tidak dilalui masyarakat pada saat banjir.

2. Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan untuk tindakan penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan bahan bakarnya; persediaan bahan pokok yang diperlukan pada kondisi tanggap darurat, seperti makanan pokok, obat-obatan, air bersih, selimut, peralatan memasak untuk di tempat evakuasi, tempat evakuasi, dll (ADPC, 2005).


(47)

29

3. Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Hal ini terkait dengan koordinasi antara satu dengan yang lainnya, siapa melakukan apa pada saat keadaan darurat, serta bagaimana menyelamatkan diri menuju tempat yang aman (menentukan jalur evakuasi dan tempat evakuasi) serta melakukan latihan evakuasi. 4. Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat,


(48)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, banjir di Jakarta merupakan kejadian bencana yang sering melanda warga Jakarta. Dampak yang terjadi akibat banjir antara lain, terhambatnya pekerjaan, terganggunya aktivitas sekolah, masalah ketersediaan air bersih, munculnya berbagai penyakit, lumpuhnya kegiatan ekonomi warga hingga kehilangan sanak saudara. Upaya penanggulangan banjir berguna untuk mengantisipasi kerugian yang terjadi setelahnya dan meminimalisir koban jiwa.

Pengalaman warga saat menghadapi banjir memiliki respon yang berbeda

– beda terhadap tindakan kesiapan bencana yang dilakukan. Kesiapsiagaan

menghadapi bencana banjir masih kurang diekspos bagi warga karena kurangnya kesadaran diri, sering terjadinya banjir di daerah tersebut sehingga warga sudah terbiasa dengan kondisi saat banjir dan bukan merupakan suatu permasalahan yang besar. Peneliti ingin mengeksplor lebih mendalam tentang pengalaman kesiapsiagaan warga saat menghadapi bencana banjir.


(49)

31

B. Definisi Istilah

1. Pengalaman merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang pernah dialami,

dirasa dan dijalani seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kesiapsiagaan adalah tindakan dan upaya antisipasi dalam menghadapi

suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak dapat diprediksi guna meminimalisir kerugian yang akan terjadi setelahnya.

3. Banjir adalah naiknya permukaan air akibat hujan yang terus- menerus

yang disebabkan oleh tingginya permukaan volume sungai dan menimbulkan kerugian.


(50)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan

atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral

(Creswell, 2012). Menurut Moleong (2013) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

dan lain-lain. Pada penelitian kualitatif ini, di mana fokusnya adalah

pemahaman arti pengalaman dari perspektif individu (Houser, 2011). Sejalan dengan hal itu, metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak (Sugiyono, 2011). Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengamatan, diskusi kelompok, wawancara atau penelaah dokumen.

Fenomenologi didefinisikan sebagai suatu studi untuk memberikan gambaran tentang suatu arti dari pengalaman-pengalaman beberapa individu mengenai konsep tertentu (Polkinghorne 1989 dalam Herdiansyah 2015). Tujuan penelitian fenomenologis adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman apa yang dialami oleh orang didalam kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan orang lain (Danim, 2003).

Peneliti mengidentifikasi tiga tahap untuk menjelaskan fenomenologi yaitu : 1) intuisi (intuiting),2) analisis (analyzing), dan 3) menggambarkan


(51)

33

(describing) (Streubert & Carpenter, 2003). Tahap pertama yaitu intuisi, peneliti menjadi sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para informan, pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.

Tahap kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami informan. Tahap ketiga yaitu deskripsi, merupakan bagian integral dari intuisi dan analisis. Meskipun ditangani secara terpisah, intuisi dan analisis sering terjadi secara bersamaan. Pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan membawa ke penjelasan tertulis dan lisan yang berbeda, juga elemen-elemen penting dari

fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan

mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi mengenai pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan pada bulan Juli 2015. Jumlah warga yang terkena banjir di RT 001 RW 012 kelurahan Bintaro yaitu sekitar 57 KK (Kepala Keluarga) (Laporan Kependudukan RT 001 RW 012 tahun 2014).


(52)

C. Informan Penelitian

Informan pada penelitian ini adalah warga yang terkena banjir yang berada di wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro. Pemilihan informan

pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling, dengan prinsip

kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Teknik purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010).

Informan artinya individu yang memberikan informasi dalam

menjawab pertanyaan – pertanyaan penelitian. Penentuan teknik pengambilan

sampel atau informan ini bergantung pada topik dan tujuan penelitian itu sendiri. Informan dalam penelitian ini yaitu warga yang terkena bencana banjir yang berada di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro dengan kriteria :

a. Informan yang diwawancarai dalam 1 KK yaitu suami atau istri

b. Informan adalah masyarakat di RT 001 RW 012 dan pernah mengalami

banjir

c. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua

pertanyaan peneliti

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu tahapan kajian dengan mencari dan mengumpulkan data dari informan atau sampel. Berkenaan dengan upaya pengumpulan data, terdapat setidaknya dua hal yang sangat menentukan kualitas dari data, yakni teknik pengumpulan data dan alat (instrument) yang digunakan (Sugiyono, 2005). Teknik pengumpulan data melibatkan prosedur

standar metode, seperti wawancara mendalam (in-depth interview), focus


(53)

35

Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara, metode yang dilakukan oleh peneliti yang disesuaikan dengan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti langsung, pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara :

1. FGD (Focus Group Discussion)

Diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) adalah

suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1998). Metode FGD merupakan salah satu metode pengumpulan data penelitian dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari hasil interaksi sejumlah partisipan suatu penelitian, seperti umumnya metode-metode pengumpulan data lainnya (Afiyanti, 2008).

2. Catatan Lapangan (Field Note)

Catatan lapangan, menurut (Bogdan dan Biklen 1982 dalam Moleong 2013) merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan itu berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, misalnya gambar, sketsa, sosiogram, diagram dan lain-lain.

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2015. Penelitian ini menggunakan instrument seperti alat pencatat, alat perekam video (handycam), alat perekam suara (tape recorder), pedoman diskusi kelompok dan catatan lapangan.


(54)

Langkah – langkah tahap pengumpulan data :

a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan

surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala

Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik kota Administrasi Jakarta Selatan.

c. Setelah surat permohonan ijin penelitian disetujui oleh Kepala Kantor

Kesatuan Bangsa dan Politik kota Administrasi Jakarta Selatan, peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian ke Kepala Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan

d. Setelah ijin penelitian disetujui oleh Kepala Kelurahan Bintaro Jakarta

Selatan, peneliti diberikan surat pengantar penelitian oleh Kepala Seksi Satuan Pelaksana PTSP Kelurahan Bintaro untuk diajukan ke ketua RT 001 dan RW 012 Kelurahan Bintaro

e. Setelah ijin penelitian disetujui oleh ketua RW dan RT, selanjutnya

peneliti mendata informan yang sesuai dengan kriteria penelitian dan kemudian memberikan penjelasan kepada informan mengenai tujuan penelitian, manfaat, prosedur, jumlah informan, etika penelitian dan inform consent.

f. Jika calon informan bersedia menjadi informan, mereka dapat membaca

lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.

g. Setelah informan menandatangani lembar persetujuan, informan


(55)

37

informan dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas.

E. Teknik Validasi Data

Data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono, 2011). Pada penelitian kualitatif banyak hasil penelitian yang diragukan kebenarannya karena beberapa hal, seperti subjektivitas peneliti yang dominan pada penelitian, alat penelitian yang digunakan adalah wawancara dan observasi yang memiliki kelemahan karena dilakukan secara terbuka dan tanpa control (observasi partisipatif), dan sumber data kualitatif

yang kurang credible akan memengaruhi hasil akurasi penelitian (Bungin,

2011). Oleh karena itu, untuk menghindari ketidakvalidan dan ketidaksesuaian instrumen penelitian maka dilakukan uji validitas dan uji kredibilitas. Uji validitas pada penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas) (Sugiyono 2011, Moleong 2013).

1. Uji Kredibilitas

Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat

dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah

keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk atau keterpercayaan terhadap hasil data penelitian. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara :


(56)

a. Perpanjangan pengamatan ,peneliti melakukan perpanjangan

pengamatan yang berarti kembali ke lapangan, melakukan

pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru (Sugiyono, 2011). Bersama informan di lapangan akan membantu peneliti memahami budaya dan tradisi informan, memahami makna-makna budaya, makna simbol, dan berbagai makna lainnya yang hidup dan tumbuh di masyarakat dimana informan hidup bersama peneliti (Bungin, 2011).

b. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan terus-menerus (Sugiyono, 2011). Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak dan validitas data dapat ditingkatkan pula.

c. Triangulasi, merupakan teknik pemeriksaan validitas data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2013). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2011).

d. Peer debriefing (pengecekan melalui diskusi) yaitu dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat yang ahli dalam penelitian kualitatif.


(57)

39

e. Mengadakan member check, yaitu dengan menguji kemungkinan data

yang diperoleh berbeda, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kredibilitas Peer debriefing. Data dikumpulkan peneliti untuk dibuat transkrip data. Data yang sudah dibuatkan transkrip kemudian dibicarakan dan didiskusikan oleh pembimbing tentang hal-hal yang dialami informan.

2. Transferabilitas (Transferability)

Transferabilitas dapat diartikan sebagai hasil dari penelitian yang dapat diterapkan atau digunakan ditempat lain (Sugiyono, 2011). Hasil penelitian kualitatif dapat dikatakan memiliki standar transferabilitas tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian (Bungin, 2008). Peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.

3. Dependabilitas (dependabality)

Dalam penelitian kualitatif, jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya tercapai (Moleong, 2013). Pada penelitian ini, peneliti membuat transkrip data secara singkat, maksud, tujuan, proses dan hasil penelitian. Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian (Sugiyono, 2011). Dalam hal ini auditor eksternal yang diikutsertakan adalah pembimbing dari peneliti yang menguji keakuratan data melalui


(58)

seluruh pencatatan yang dilakukan dan bahan-bahan yang diperlukan (hasil rekaman, catatan lapangan, foto dan dokumen).

4. Konfirmabilitas (konfirmability)

Penelitian dikatakan konfirmabilitas (obyektif) bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang, bergantung pada data itu sendiri dan dapat dibuktikan kebenarannya (Sugiyono, 2011; Moleong, 2013). Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmabiltas mirip dengan uji dependabilitas, sehinggga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Pada penelitian ini, uji konfirmabilitas yaitu dengan menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan nantinya dikoreksi oleh pembimbing, untuk menjamin apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti dan menelaah dalam melakukan keabsahan data.

F. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono 2013).

Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982 dalam Moleong 2013) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat


(59)

41

dikelola, mensitesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisa menurut (Streubert & Carpenter, 2003)

Langkah-langkah analisis data kualitatif :

1. Peneliti mulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh

tentang fenomena yang diteliti yaitu pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.

2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai

gambaran para informan mengenai pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir, data yang dianggap penting kemudian diberi tanda.

3. Membaca semua gambaran semua partisipan secara berulang-ulang dari

fenomena yang dialami informan mengenai pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.

4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan

mengelompokkan kata kunci dari para informan mengenai pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.

5. Mengatur kumpulan membentuk pengertian dari kelompok tema dengan

membuat kategori-kategori.

6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema.

7. Mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif, dimana peneliti


(60)

menuliskannya dalam bentuk deskripsi yang terkait pengalaman kesiapsiagaan masayarakat dalam menghadapi bencana banjir.

8. Peneliti mengulang validasi data ke informan atas gambaran yang

diberikan untuk mengklarifikasi data hasil penelitian.

9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi

gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003).

G. Etika Penelitian

Dalam sebuah penelitian, etika penelitian harus dijunjung tinggi, dan seorang peneliti harus memegang teguh prinsip tersebut seperti yang dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2010) diantaranya :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memberitahu mengenai tujuan, manfaat penelitian tersebut dilakukan, memberikan kebebasan untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi, dan melakukan inform consent pada informan.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Kerahasiaan pada suatu penelitian sangat dihormati sehingga peneliti tidak boleh memberikan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas informan. Peneliti sebaiknya cukup menggunakan kode sebagai pengganti identitas informan.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an


(61)

43

Pada penelitian, prinsip keterbukaan dan keadilan perlu diperhatikan oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Menjelaskan prosedur penelitian berarti memenuhi prinsip keterbukaan dan menjamin bahwa semua informan penelitian memperoleh perlakukan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya yang berarti memenuhi prinsip keadilan.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan informan penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya berusaha untuk meminimalisir dampak yang merugikan informan.


(62)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

kepada informan dengan proses analisa data dari hasil diskusi kelompok (FGD)

dan catatan lapangan, pada saat melakukan analisa data ditemukan beberapa tema-tema esensial yang selanjutnya dideskripsikan oleh peneliti dalam bentuk naratif pada penyajian hasil penelitian sebagai berikut.

Penyajian hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menguraikan gambaran umum wilayah penelitian. Bagian kedua berisi hasil penelitian meliputi karakteristik informan dan hasil analisis tematik pengalaman kesiapsiagaan, masyarakat dalam menghadapi bencana banjir, paparan hasil

penelitian ini dideskripsikan berdasarkan hasil diskusi kelompok (FGD) yang

disusun berdasarkan tema yang ditemukan.

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Kelurahan Bintaro merupakan salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan luas 4,56 km2 dari seluruh wilayah kecamatan Pesanggrahan terdiri dari 15 RW dan 142 RT dengan total jumlah penduduk sebanyak 55.466 jiwa. Adapun batas- batasnya sebelah utara kelurahan Kebayoran lama utara dan Kebayoran lama selatan, sebelah barat kelurahan Pesanggrahan, Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang dan sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Pondok Pinang. (Laporan kependudukan Kelurahan Bintaro tahun 2014)


(63)

45

Bencana banjir yang terjadi di Kelurahan Bintaro, sedikitnya lima RW terendam banjir dengan ketinggian rata – rata air banjir mencapai 4 (empat) meter. Banjir yang terjadi di kelurahan Bintaro khususnya RT 001 RW 012 terjadi sejak tahun 1985 dengan tinggi kisaran tiga sampai empat meter, terulang besar tahun 1987 tercapai dua sampai dua setengah meter,terjadi yang besar lagi tahun 2002 tercapai tiga sampai empat meter, terulang lagi tahun 2007 tertinggi tiga meter terendah dua mter, selebihnya terjadi tiap tahun dengan rata-rata ketinggiannya sekitar satu meter.

B. Karakteristik Informan

Sebanyak enam informan berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua informan adalah masyarakat yang pernah mengalami bencana banjir yang bertempat tinggal di wilayah RT 001 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Adapun karakteristik dari informan sebagai berikut :

Kode informan

Usia Pendidikan

terakhir

Pekerjaan Waktu

mengalami banjir

I1 39 tahun SMU Ibu rumah tangga Tahun 2013

I2 47 tahun S1 Guru Tahun 1993

I3 60 tahun SMA Buruh harian Tahun 2002

I4 39 tahun SMA Karyawan swasta Tahun 2002

I5 36 tahun S1 Guru Tahun 1990

I6 51 tahun SD Wiraswasta Tahun 1985

Tabel 5 - 1 Kara kteristik informan

C. Hasil Analisis Tematik

Hasil analisis tematik ini menjelaskan empat tema yang didapatkan dalam penelitian ini. Berbagai tema yang diperoleh terkait dengan pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir sebagai berikut : 1) Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat; 2) Sumber pengetahuan yang


(64)

diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir; 3) Upaya masyarakat dalam menghadapi bencana banjir; 4) Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir.

Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat

Bencana banjir menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat seperti

terjadinya berbagai kerusakan, terganggunya aktifitas masyarakat,

menurunnya kegiatan perekonomian, timbulnya berbagai penyakit, hingga menimbulkan kematian yang disebabkan oleh banjir.Informan dalam penelitian ini memaparkan adanya dampak yang dialami oleh masyarakat selama mengalami banjir. Adapun dampak yang dialami meliputi : 1) Rusaknya bangunan dan perabotan rumah; 2) Rusaknya tempat ibadah; 3) Terbentuknya kesadaran masyarakat; 4) Menjadi terbiasa; 5) Masyarakat bisa memprediksi datangnya banjir dengan sendiri; 6) Perasaan yang dirasakan

1. Rusaknya bangunan dan perabotan rumah

Satu dari enam informan mengungkapkan yang dirasakan masyarakat yaitu kerusakan bangunan dan perabotan rumah, kerusakan yang terjadi

seperti jebolnya rumah dan terendamnya barang – barang yang belum sempat

diselamatkan masyarakat. Berikut ungkapan informan tersebut :

“dulu kan bahaya ya, di rumah saya sendiri sempat jebol kan.. kalo dulu kan yang namanya kulkas, tv pada ngmbang semua” (I4)

2. Rusaknya tempat ibadah

Tiga dari enam informan mengungkapkan dampak yang dialami oleh masyarakat selama mengalami banjir salah satunya adalah terjadinya kerusakan sarana umum, seperti masjid yang terkena banjir setinggi satu meter, berikut ini salah satu ungkapan dari informan tersebut :


(65)

47

“….karena kalo banjir gede itu juga sempet aula itu masjid itu sampai 1 meter” (I2)

“Masjid itu pernah kena 1 meter itu… 2 kali” (I6)

3. Terbentuk dengan sendirinya kesadaran masyarakat

Satu dari enam informan mengatakan dampak yang ditimbulkan dari kejadian banjir membuat masyarakat memiliki kesadaran mengenai hal apa saja yang harus dilakukan saat terjadi banjir. Berikut ini adalah penuturannya : “Kesadaran masyarakatnya itu timbul sendiri.. oh harus begini.. harus begini.. harus begini” (I4)

4. Menjadi terbiasa

Dampak dari kejadian banjir menurut dua informan, telah membuat mereka menjadi terbiasa saat mengalami kejadian banjir. Seperti ungkapan informan berikut:

“…kita udah paham evakuasi yang paling mudah itu seperti apa gitu ya? Begitu ada banjir oh apa dulu yang naik, oh ini.. ini.. ini.. kita udah terbiasa, jadi udah gak terlalu paniklah” (I4)

“iya udah.. lagi kita udah biasa” (I1)

5. Masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dengan sendiri

Tiga dari enam informan mengungkapkan kejadian banjir membuat masyarakat dapat memprediksi datangnya banjir. Adapun ungkapan informan sebagai berikut :

“Itu secara gak langsung sudah berguru dengan.. alam., nah itu, jadi perkiraan tertinggi sekian meter alat rumah sudah lebih dari itu” (I3)

“udah tau nih, aer udah mau sampe ke rumah kita, gak ah masih jauh gitu. Udah kita bisa prediksi sendiri” (I1)

“aernya.. oh ini gak bakalan nyampe rumah kita” (I6)


(1)

Lampiran 7

Matriks Analisis Tematik

Kategori

I1

I2

I3

I4

I5

I6

Subtema

Tema

Dulu kan bahaya ya.. dirumah saya sendiri sempat jebol kan, kalo dulu kan yang namanya

kulkas, tv pada ngambang semua √

Rusaknya bangunan dan

perabotan rumah

Dampak banjir yang alami oleh masyarakat Kalo banjir gede aula masjid sempat terkena

satu meter √ √ √ Kerusakan

sarana ibadah Kita udah terbiasa, jadi udah gak terlalu

paniklah √ √ Menjadi

terbiasa Secara gak langsung sudah berguru dengan

alam √ √ √

Memprediksi datangnya

banjir Cemas memikirkan jiwa, harta benda dan

mencari lahan parkir √

Perasaan yang dirasakan

Cemas karena banjirnya deres

Saya sendiri ngerasain gitu apa yang harus dilakukan juga bingung begitu datang banjir dengan waktu cuma berapa menit itu udah


(2)

tinggi satu meter itu apa yang dilakukan? bahkan itu pun juga yang jadi permasalahan sebenarnya rakyat pada waktu itu, tidak ada ganti rugi sama sekali.. sepeser pun tidak menerima ganti rugi, termasuk kami kena pertama.

tetapi, dibandingkan tahun-tahun yang lalu untuk aaa.. lima tujuh tahun aaa… ke belakang, enam tujuh tahun kedepan ini lebih… menyenangkan dibandingkan dulu-dulunya Program yang terstruktur mungkin sampai saat ini pun sebagai warga ya kita juga belum tahu sebenarnya program yang penanggulangan banjir tuh yang terstruktur dari pemerintah atau apa prosedur-prosedurnya kita juga sebenarnya sih belum ngerti ke arah sana. Apakah ada atau gak kita juga gak paham, yang ada yang kita rasakan adalah setiap banjir yang dilakukan paling awal adalah evakuasi

√ √ √ √ √ √ Pengalaman melewati

kejadian banjir

Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang

program penanggulangan

banjir Media Koran dan televisi

√ √ Media massa

Penyuluhan dari RT atau kelurahan

Pemerintah Diberikan wawasan dari pihak tim SAR untuk


(3)

Tim siap siaga bencana dompet dhuafa √ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Membersihkan lingkungan dari sampah-sampah

Membersihkan lingkungan Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir Membersihkan lingkungan dan membuang

sampah pada tempatnya √

Upayanya yang paling utama sekali kita kontrol

warga ada yang kejebak atau tidak √

Evakuasi Diri Setiap ada banjir yang dilakukan paling awal

adalah evakuasi √ √ √ √ √ √

Persiapannya ditaek-taekin perabotan

√ √ √ √

Menaikkan barang - barang Untuk banjir kalo nyimpen tv tuh paling enggak

satu meter diataslah, colokan listrik gak ada yang di bawah pasti semua di atas gitu, diatas pasti ada rak-rak untuk nyimpen barang-barang

√ √ √

Kalo banjir tuh sekalian bersihin rumah, kalo gak banjir kita gak bisa bersihin rumah

√ √ √ √

Membersihkan lantai dan perabotan

rumah Upaya dari pemerintah pembuatan tanggul

pertama √ √ √ √ √

Pembuatan tanggul


(4)

Peran pemerintah terhadap upaya

kesiapsiagaan bencana banjir

Pengerukan kali sangat bermanfaat √ √ √ √ √ √ Pengerukan kali

Struktur tambahan dari pemerintah itu mendapatkan pompa yang pompa mobil

sebutannya √ √ √

Pengadaan rumah pompa Terus ada isu lagi kita mau digusur

√ √ √ √ √ √ pemukiman Relokasi

Sampai kita pernah ada tim penanggulangan banjir, tim SAR… karena mungkin sekarang udah ada tuh tim pembersih kali ya, jadi saluran gotnya lancar

√ √ √ √ Tim Satkorlak Dibentuknya

Untuk penanggulangan yang sosialnya dapur

umum dan pengungsian √ √

Dapur umum dan logistik Dapur umum pun sumbernya bahannya ada

yang bantuan dari pemerintah juga dari kelurahan mungkin ataupun yang swadaya masyarakat

√ √

Bantuan dari pemerintah, pertolongan yang paling pertama adalah air mineral dan makanan

ringan √ √ √

Persiapannya adalah perahu, tambang, mesin

pompa air dan kendaraan untuk ambulan √ √ √

Pengadaan alat- alat banjir


(5)

Struktur tambahan intinya daripada dapur

umum dan puskesmas √ √ √

Layanan kesehatan puskesmas


(6)

Lampiran 8 Dokumentasi Kegiatan FGD

Gambar 1.1 Gambar 1.2

Peneliti sedang memberikan penjelasan Infoman mengisi informed consent

Gambar 1.3 Gambar 1.4

Suasana FGD Informan memberikan pendapat

Gambar 1.5 Gambar 1.6


Dokumen yang terkait

Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015

1 28 120

Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015

0 3 120

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN KADIPIRO KECAMATAN BANJARSARI Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

0 5 15

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN KADIPIRO KECAMATAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 11

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 2 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JOYOSURAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

1 1 17

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN SEMANGGI KECAMATAN Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di kelurahan semanggi kecamatan pasar kliwon kota surakarta.

0 1 11

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN BANYUANYAR, KECAMATAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari Surakarta Tahun 2009.

0 1 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN BANYUANYAR, KECAMATAN BANJARSARI Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari Surakarta Tahun 2009.

0 1 11

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 1 13