Hormonal rematuration at the gonad of Pangasianodon hypopthalmus

MANIPULASI HORMONAL PADA PEMATANGAN GONAD
IKAN PATIN SIAM Pangasianodon hypopthalmus

BOEDI RACHMAN

MAYOR ILMU AKUAKULTUR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Manipulasi Hormonal pada
Pematangan Gonad Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus adalah karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apa pun ke perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Boedi Rachman
NIM. C151110121

RINGKASAN
BOEDI RACHMAN. Manipulasi Hormonal Pada Pematangan Gonad Ikan Patin
Siam Pangasianodon hypopthalmus. Dibimbing oleh AGUS OMAN
SUDRAJAT, dan NUR BAMBANG PRIYO UTOMO.
Patin siam, Pangasianodon hypophthalmus, merupakan komoditas
budidaya ikan air tawar yang potensial sebagai bahan filet karena memiliki rasa
enak, bertekstur lembut, serta mengandung gizi yang baik. Laporan dari Food and
Agriculture Organization menyebutkan bahwa hingga akhir Juni 2011 besarnya
filet patin yang terserap oleh negara – negara pengimpor tercatat : Amerika
Serikat sekitar 92.000 ton, Eropa 188.100 ton, India 1.500 ton dan Filipina 7.200
ton. Peluang ini tidak dapat dimanfaatkan oleh exportir Indonesia karena hingga
akhir tahun 2010 produksi filet ikan patin masih rendah hanya sekitar 104.975 ton.
Jika ditelusuri penyebab rendahnya produksi filet patin adalah, tidak maksimalnya
usaha pembesaran akibat terbatasnya ketersediaan benih sepanjang tahun. Kondisi
ini juga sangat terkait sifat bioreproduksi alami patin yang matang gonad setahun

sekali yaitu pada musim hujan saja. Upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbanyak produksi benih adalah dengan meningkatkan frekuensi
pematangan gonad dan pemijahan melalui induksi hormon.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran PMSG dan Antidopamin
dalam menginduksi pematangkan secara hormonal gonad ikan patin. Pelaksanaan
penelitian selama 60 hari, pengambilan sampel dilakukan setiap 14 hari sekali
meliputi ; (1) laju pertumbuhan spesifik, yang dilakukan dengan menimbang tiap
individu dalam semua perlakuan ;(2) analisa hormon estradiol - 17 β, dilakukan
dengan menganalisa plasma darah ikan uji menggunakan metode ELISA;(3) kadar
glukosa darah, dicatat dari hasil pengukuran kadar glukosa pada plasma darah; (4)
pengambilan nilai hepatosomatik indeks, dilakukan dengan menimbang bobot hati
menggunakan timbangan digital 2 digit;(5) pengambilan nilai gonadosomatik
indeks dilakukan dengan menimbang bobot gonad menggunakan timbangan
digital 2 digit ;(6) histologi gonad, dilakukan dengan membuat preparat histologi;
(7) diameter telur, diamati dan dipotret dengan menggunakan mikroskup
binokuler Olympus type SZX16 perbesaran lensa 100 kali ; (8) penghitungan
persentase induk matang gonad, dilakukan dengan melihat rata – rata ukuran telur
ikan uji pada masing - masing perlakuan menggunakan kateter pada hari ke – 28
dan 42, dan (9). kualitas air diamati tiap 7 hari.
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial yang terdiri 3 level dosis

PMSG dan 2 level dosis AD. Formulasi dosis yang tersusun yaitu: (1) P1A0
(PMSG 10 IU/kg bobot ikan +AD 0 mg/ kg bobot ikan);(2) P2A0 (PMSG 20 IU/
kg bobot ikan +AD 0 mg/ kg bobot ikan);(3).P0A1 (PMSG 0 IU/ kg bobot ikan +
AD 0,01 mg/ kg bobot ikan), ;(4) P1A1 (PMSG 10 IU/ kg bobot ikan +AD 0,01
mg/ kg bobot ikan);(5) P2A1(PMSG 20 IU/ kg bobot ikan + AD 0,01 mg/ kg
bobot ikan), dan (6) P0A0 (Nacl 0,09%) sebagai kontrol. Masing – masing
kombinasi dosis dan kontrol diujikan terhadap 7 ekor ikan. Data yang diperoleh
diolah dengan minitab 16 yang dilanjutkan dengan uji Tukey.
Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa ikan uji yang mengalami
perkembangan gonad secara signifikan, adalah yang disuntik dengan formulasi

yang mengandung PMSG, maupun kombinasi antar PMSG dan Antidopamin,
yaitu : P1A0, P2A0, P1A1, dan P2A1. Fakta ini diperlihatkan dari naiknya laju
pertumbuhan spesifik, hormon estradiol - 17β, nilai hepatosomatik indeks, nilai
gonadosomatik indeks, gambaran histology gonad dan pertumbuhan diameter
telur, serta presentase induk matang gonad.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa kombinasi dosis terbaik yang memacu proses rematurasi induk
Pangasianodon hypophthalmus adalah, P1A1 (PMSG 10 IU/ kg bobot ikan +AD
0,01 mg/ kg bobot ikan).

Keywords: Rematurasi, Pangasianodon hypopthalmus, Pregnant Mare’s Serum
Gonadotropin, Antidopamin.

SUMMARY
BOEDI RACHMAN. Hormonal rematuration at the gonad of Pangasianodon
hypopthalmus Under direction of AGUS OMAN SUDRAJAT and NUR
BAMBANG PRIYO UTOMO.
Pangasianodon hypophthalmus or stripped catfish is a potential freshwater
aquaculture fish commodity as filet because has the good taste, soft texture, and
contain good nutrition. Food and Agriculture Organization reported at the end of
June 2011 the amount of stripped catfish filet absorbed by the importing countries
recorded are, United States approximately 92,000 tonnes, Europe 188, 100 tonnes,
India 1,500 tons and Philippines 7,200 tons. This opportunity not be utilized by
Indonesian exporters because until the end of 2010 the production of stripped
catfish filet is still low, around 104, 975 tonnes. Exploring the cause of low
production stripped catfish filet it is not maximal of growing up because the
limited availability of seeds for growing. This happen cause maturation of gonad
and spawning from stripped catfish parents only in rainy season.
This research was carried out to determine the role between PMSG and
Antidopamin used as a combination in gonads rematuration of Pangasianodon

hypophthalmus. The lasted for 60 days, sampling was done every 14 days involve
: (1) specific growth rate, by weighing each individual in all treatments, (2)
analysis of the hormone estradiol - 17 β, by observing the blood plasma using the
ELISA method, (3) blood glucose levels by observing the blood plasma method
(4) hepatosomatic index, by weighing using digital scales 2 digits (5)
gonadosomatic index, by weighing using digital scales 2 digits (6) histology of the
gonads, making histological preparations method (7) egg diameter with
observation and photography using a binocular Olympus mikroskup type SZX16
100 times magnification lens (8) percentage of gonads fish mature, by
cannulation using a catheter on day 28 and 42, and (9). Water quality observed
every 7 days.
This research uses a factorial design consist 3 PMSG dose level and 2 AD
dose level. Doses formulation that is composed as follows : 1.P1A0 (PMSG 10
IU / kg fish + AD 0 mg / kg fish),2.P2A0 (PMSG 20 IU / kg fish +AD 0 mg/ kg
fish), 3.P0A1 (PMSG 0 IU / kg fish + AD 0.01 mg / kg fish), 4.P1A1 (PMSG 10
IU/ kg fish + AD 0.01 mg/ kg fish), 5. P2A1 (PMSG 20 IU / kg fish + AD 0.01
mg/ kg fish), and 6. P0A0 (Nacl 0,09%) as control. Each combination of dose and
control were tested to 7 fishes. Data obtained were processed with Minitab 16.
followed by Tukey test.
In this research showed that the test fishhes had significantly gonad

development are injected with formulations containing PMSG, or combinations
between PMSG and Antidopamin namely: P1A0, P2A0, P1A1, and P2A1. This
fact shown from the increase in specific growth rate, hormone estradiol - 17β,
hepatosomatik index, gonadosomatik index, gonad development and eggs
diameter and percentage of gonads mature.
Result of the research that has been done that the best dose combination
for rematurasi process of Pangasianodon hypophthalmus is P1A1 (PMSG 10 IU /
kg weight of fish AD + 0.01 mg / kg weight of fish).

Keywords: Rematurasi, Pangasianodon hypopthalmus, Pregnant Mare’s Serum
Gonadotropin, Antidopamin.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang - Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah. dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

MANIPULASI HORMONAL PADA PEMATANGAN GONAD
IKAN PATIN SIAM Pangasianodon hypopthalmus

BOEDI RACHMAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Master Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Sri Nuryati, MSi


PENGESAHAN
Judul
Nama
NIM

: Manipulasi Honnonal pada Pematangan Gonad Ikan
Patin Siam Pangasianodon hypopthaZmus
: Boedi Rachman
: C151110121

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing



......ーセGj@

0


Utomo, MSi

Diketahui.oleh

Ketua Departemen
Budidaya Perairan

Tanggal ujian : 26 Agustus 2013

Tanggallulus:

23

ac TZU\3

Judul
Nama
NIM

: Manipulasi Hormonal pada Pematangan Gonad Ikan

Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus
: Boedi Rachman
: C151110121

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc

Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi

Diketahui.oleh

Ketua Departemen Budidaya
Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Sukenda, MSc


Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal ujian : 26 Agustus 2013

Tanggal lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia –
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil di selesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilakukan sejak bulan Pebruari 2013 sampai Maret 2013 ialah
hormon reproduksi, dengan judul Manipulasi Hormonal Pada Pematangan Gonad
Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus.
Terimakasih yang mendalam penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus
Oman Sudrajat, MSc dan Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi yang
telah membimbing dan mengarahkan hingga selesainya tulisan ini. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Tawar Sukabumi Bapak Ir H Sarifin, MS atas ijin studi yang
diberikan beserta staff atas dukungan selama penelitian. Ungkapan terimakasih
juga disampaikan kepada Ibu beserta seluruh keluarga atas doa dan dukungan
yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan penelitian dan
ilmu pengetahuan.

Bogor, Oktober 2013

Boedi Rachman

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Hipotesis
2 TINJAUAN PUSTAKA
Aspek Biologi Ikan Patin Siam Pangasionodon hypophthalmus
Siklus Reproduksi pada Ikan
Oogenesis dan Vitellogenesis pada Teleostei
Aksi Hormon dalam Perkembangan Gonad
Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin (PMSG)
Dopamin dan Antidopamin
Perlunya Protein dan Vitamin E pada Pakan dalam Fase
Vitologenesis
Kombinasi Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin (PMSG) dan
Antidopamin dalam Mempercepat Kematangan Gonad Kembali
(Rematurasi)

XV1
XV1
XV1

1
2
3
3

4
4
5
8
11
11
12

13

3. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Prosedur Penelitian
Parameter yang Diamati
Rancangan Penelitian

15
15
16
18

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate)
Analisa hormon estradiol - 17β
Kadar glukosa darah
Hepatosomatik indeks
Gonadosomatik indeks
Histologi gonad dan perkembangan telur
Diameter telur
Persentase induk matang gonad
Kualitas air

19
20
22
23
24
26
29
29
31

5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

31
31

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

31
36
47

DAFTAR TABEL

1.
2.

Komposisi kisaran proksimat dan kadar vitamin E pakan penelitian (%
bobot kering)
Ragam formulasi dari dosis perlakuan

15
16

DAFTAR GAMBAR

Pangasionodon hypophthalmus
Siklus reproduksi yang terjadi pada ikan
Pengaturan hormon pada saat pertumbuhan sel kuning telur (fase
vitelogenesis)
4.
Pertumbuhan oosit ikan medaka Oryzias latipes pada berbagai tahap
5.
Naiknya konsentrasi hormon dalam darah hingga batas tertentu yang
menyebabkan bertambahnya kematangan telur ikan
6.
Pengaturan hormon pada saat pematangan oosit dalam tubuh ikan
7.
Mekanisme kerja Dopamin (DA), yang mampu sebagai pendukung
dan penghambat kerja hipotalamus dalam mensintesa dan
melepaskan hormon – hormon gonadotropin pada proses pematangan
gonad
8.
Alur rematurasi gonad pada induk ikan melalui penyuntikan hormon
PMSG dan Antidopamin
9.
Laju pertumbuhan spesifik (% / hari) ikan uji pada masing – masing
formulasi dosis selama 42 hari penelitian.
10. Fluktuasi hormon estradiol - 17 β dalam plasma darah ikan uji pada
masing – masing formulasi selama penelitian
11. Fluktuasi glukosa dalam plasma darah ikan uji pada masing –
masing formulasi dosis selama penelitian.
12. Nilai Hsi ikan uji pada masing – masing formulasi dosis selama
penelitian.
13. Nilai Gsi ikan uji pada masing – masing formulasi dosis selama
penelitian.
14. Fase dan perubahan oosit pada tiap - tiap sampling selama 42 hari
masa penelitian
15.. Kondisi ovari ikan uji pada masing–masing formulasi dosis setelah
42 hari perlakuan
1.
2.
3.

4
5
6
8
9
10

12
14
19
21
22
24
25
28
30

DAFTAR LAMPIRAN

1.
2.

Prosedur pengukuran ELISA
Prosedur pengukuran glukosa darah

36
37

3.
4.

5.

6.

7.

8.

Prosedur pembuatan histology gonad
Analisa ragam formulasi dosis kombinasi antara Pregnant Mare’s
Serum Gonadotropin dan Antidopamin terhadap laju pertumbuhan
spesifik Pangasianodon hypopthalmus selama 42 hari masa penelitian
Analisa ragam formulasi dosis kombinasi antara ulangan (kelompok),
Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin dan Antidopamin terhadap
konsentrasi hormone estradiol - 17β Pangasianodon hypopthalmus
selama 42 hari masa penelitian
Analisa ragam formulasi dosis kombinasi antara Pregnant Mare’s
Serum Gonadotropin dan Antidopamin terhadap kadar glukosa
plasma darah Pangasianodon hypopthalmus selama 42 hari masa
penelitian
Analisa ragam formulasi dosis kombinasi antara Pregnant Mare’s
Serum Gonadotropin dan Antidopamin terhadap Hepatosomatik
indeks Pangasianodon hypopthalmus selama 42 hari masa penelitian
Analisa ragam formulasi dosis kombinasi antara Pregnant Mare’s
Serum Gonadotropin dan Antidopamin terhadap Gonadosomatik
indeks Pangasianodon hypopthalmus selama 42 hari masa penelitian

38

39

40

41

42

43

Data fluktuasi konsentrasi hormon ikan uji pada masing – masing
formulasi dosis selama 42 hari masa penelitian
44
10. Persentase (%) jumlah induk matang gonad yang disesuaikan Tingkatka
Kematangan Gonadnya (TKG) pada sampling hari ke – 28 dan ke – 42. 45
11. Data pengukuran parameter kualitas air pemeliharaan ikan uji selama
masa pemeliharaan 42 hari masa penelitian.
46
9.

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pangasianodon hypophthalmus atau yang biasa disebut patin siam
merupakan nama ilmiah dari spesies ikan air tawar bersungut yang berasal dari
perairan umum di wilayah Vietnam, Kamboja dan Thailand. Daging patin dalam
bentuk filet sangat digemari dan laku dipasar lokal maupun internasional karena
mempunyai rasa yang enak, dengan tekstur lembut, serta mengandung nutrisi
yang baik dengan total lemak : 6%, dan protein : 19, 21% Faktor lain yang
menyebabkan komoditas ini laku adalah secara ekonomi harganya terjangkau
(Food and Agriculture Organization 2011).
Vietnam Association of Seafood Exporters and Producers (VASEP)
melaporkan bahwa, hingga bulan Juni 2012 eksport filet beku patin yang terserap
ke pasaran Amerika Serikat sebesar 92.000 ton, Eropa 188.100 ton, India 1.500
ton dan Filipina 7.200 ton (Food and Agriculture Organization 2011). Peluang
pasar ini tidak dapat diambil oleh exportir Indonesia karena hingga tahun 2010
produksi filet patin Indonesia masih cukup rendah yaitu sekitar 104.975 ton (Dir.
Jend PPHP 2011). Salah satu faktor yang kurang mendukung tersedianya jumlah
filet patin yang cukup bagi pasokan ekspor setiap saat pada taraf pembudidaya
diantaranya, tidak selalu dilakukannya usaha pembesaran sepanjang tahun karena
terbatasnya ketersediaan benih. Laporan Direktorat Perbenihan Kementerian
Kelautan dan Perikanan tahun 2011 memperlihatkan bahwa target produksi benih
patin yang diperuntukan untuk produksi daging sebesar 383.000 ton adalah sekitar
478.000.000 ekor, namun pada tahun yang sama hanya terealisasi sekitar
164.491.250 ekor (Kementrian Kelautan dan Perikanan 2011).
Kekurangan benih dirasakan masih cukup besar apabila disertakan pula
pembesaran bagi penyediaan filet untuk ekspor. Kondisi ini perlu dipikirkan
mengingat benih bermutu harus tersedia dalam jumlah besar dan ada secara terus
menerus sepanjang tahun.
Hingga saat ini masalah yang di temui dalam pembenihan ikan patin adalah
rendahnya frekuensi pemijahan, karena secara alami waktu yang dibutuhkan
untuk pematangan gonad sekitar 6 bulan, dengan masa pemijahan pada musim
penghujan saja (Sularto 2002). Lamanya masa pematangan gonad inilah yang
menyebabkan rendah dan tidak stabilnya produksi benih sepanjang tahun.
Upaya yang sangat mungkin dilakukan untuk meningkatkan produksi
benih adalah dengan mempercepat waktu pematangan gonad induk yang telah
dipijahkan atau rematurasi. Ada 2 cara yang dapat ditempuh, yaitu : (1) Aplikasi
hormonal yang ditujukan untuk merangsang proses reproduksi, dengan
menginduksi ovulasi/spermiasi (Lieberman 1995) dan (2) dukungan nutrisi pada
pakannya sehingga akan berpengaruh positif pada kualitas telur dan sperma
(Izquierdo et al. 2001).

2

Rekayasa aplikasi hormonal yang dapat dilakukan adalah penyuntikan
Pregnant Mare Serum’s Gonadotropin (PMSG) dan Antidopamin. Pengaruh
penyuntikan PMSG akan menambah konsentrasi Folicle Stimulating Hormone
(FSH) dalam darah yang mampu mengaktifasi gonad untuk mensintesis estradiol
- 17 β. Hormon estrogen, terutama estradiol - 17 β inilah yang mempengaruhi
sintesis vitelogenin, serta mendukung hingga fase maturasi (Donaldson et al.
1983). Sementara penyuntikan Antidopamin akan dapat membuka blok dopamin
pada hipotalamus agar dapat mensekresikan hormon – hormon gonadotropin.
Antidopamin juga dapat mengaktifkan reseptor antagonis, sehingga memperlancar
aliran neurotransmitter ke hipotalamus.
Walaupun PMSG dapat mengaktifasi gonad untuk mensintesis estradiol 17 β dan Antidopamin dapat membuka blok dopamin, namun hingga saat ini
belum diketahui formulasi kombinasi yang tepat dari PMSG dan Antidopamin
yang digunakan untuk pematangan gonad patin, sehingga perlu dilakukan
penelitian induksi pematangan gonad menggunakan kombinasi PMSG dan
Antidopamin untuk mendapatkan formulasi yang paling tepat.
Penelitian ini menggunakan ikan patin spesies Pangasianodon
hypophthalmus sebagai ikan uji karena, mudah dikenai perlakuan baik melalui
penyuntikan hormon maupun pada pemberian pakan, dapat dirunut profile
hormon dalam darah, secara histologi dapat diamati perkembangan gonadnya
serta dapat diketahui Tingkat kematangan Gonad (TKG) melalui kanulasi. Selain
itu ikan patin merupakan komoditas ekspor potensial yang mempunyai prospek
cerah.
Perumusan Masalah
Program pemerintah terhadap pencanangan kenaikan produksi filet patin
sebesar 110.400 ton pada tahun 2012, jika diperhitungkan akan memerlukan
sekitar 410.000.000 ekor benih (Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar
Subang 2009). Namun jika dilihat realisasi produksi benih pada tahun 2011 hanya
sekitar 164.491.250 ekor (Kementerian Kelautan dan Perikanan 2011). Dari data
ini diprediksi akan sulit untuk memenuhi kebutuhan benih pada tahun berikutnya.
Sehingga perlu upaya intensif menaikan produksi benih dengan
peningkatan frekuensi pemijahan melalui rekayasa percepatan kematangan gonad.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna mendukung frekuensi pemijahan
seperti halnya pada ikan teleostei (bertulang sejati) lain adalah penggunaan
hormon didukung kecukupan nutrisi pada pakan yang selanjutnya akan
berpengaruh positip pada produksi dan mutu benih. Namun upaya mempercepat
kematangan gonad menggunakan hormon tidak akan efektif dilakukan bila tidak
diketahui jenis hormon, sasaran organ serta reaksi fisiologisnya. Formulasi
kombinasi hormon yang pernah dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad
diantaranya adalah PMSG dengan Prostaglandin (PGF2-α)
pada Clarias
gariepenus (Supriatna et al. 1998), PMSG dan hCG pada Pangasianodon
hypophthalmus (Samara, 2010) serta GnRH dan Antidopamin jenis pimozide
pada Clarias gariepinus (Sharaf et al. 2011). Walaupun pada penelitian

3

mempercepat kematangan gonad famili Clarias sp menggunakan formulasi
kombinasi antara hormon maupun Antidopamin telah menunjukan hasil yang
memuaskan, namun hingga saat ini tidak banyak diketahui penelitian pematangan
gonad pada Pangasianodon hypophthalmus dengan menggunakan formulasi
kombinasi antara hormon dan Antidopamin.
Secara khusus faktor yang teridentifikasi sebagai penyebab lambatnya
kematangan gonad Pangasianodon hypophthalmus, adalah berkurangnya kadar
FSH dalam darah serta lemahnya aliran neurotransmitter ke hipotalamus akibat
terhambat kerja dopamin. Untuk dapat mendukung pematangan gonad, perlu
dilakukan terapi hormon dengan formulasi secara kombinasi dan penggunaanya
tetap memperhatikan keselarasan kerja dari hormon tersebut didalam tubuh
terhadap perkembangan gonad. Formulasi hormon dan Antidopamin yang dapat
digunakan secara bersama dalam mendukung pematangan gonad diantaranya
adalah PMSG yang mengandung unsur FSH dan Antidopamin.
Permasalahan yang dihadapi dalam pematangan gonad Pangasianodon
hypophthalmus adalah sebagai berikut:
1. Belum diketahui secara tepat hubungan antara PMSG dan
Antidopamin dalam proses pematangan gonad ikan Pangasianodon
hypophthalmus.
2. Perlu pengkajian formulasi kombinasi yang tepat antara PMSG dan
Antidopamin dalam mendukung pematangan gonad ikan
Pangasianodon hypophthalmus.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran antara PMSG dan
Antidopamin yang digunakan secara kombinasi dalam mematangkan gonad ikan
Pangasianodon hypophthalmus. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi
informasi mengenai perkembangan dan pematangan telur, profile fluktuasi
hormon dalam darah serta kombinasi dosis yang tepat dalam pematangan gonad.
Hipotesis
Mengacu pada identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
H0 :
H1 :

Penyuntikan kombinasi dosis hormon PMSG dan Antidopamin
tidak berpengaruh terhadap proses pematangan gonad
Pangasianodon hypophthalmus.
Penyuntikan kombinasi dosis hormon PMSG dan Antidopamin
berpengaruh terhadap proses pematangan gonad Pangasianodon
hypophthalmus.

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

Aspek Biologi Ikan Patin Siam Pangasionodon hypophthalmus
Ikan patin siam, diklasifikasikan kedalam Ordo Ostariophysi, Famili
Pangasidae, Genus Pangasius dengan Species Pangasionodon hypophthalmus
(Rainboth,1996). Patin Siam pertama kali di datangkan dari Bangkok ke
Indonesia pada tahun 1972 (Hardjamulia 1975). Habitat dinegara asalnya adalah
sungai dan danau (Zalinge et al. 2002). Bentuk tubuh bulat dan semakin memipih
pada bagian ekor, posisi mulut cenderung kebawah dan mempunyai 2 pasang
sungut, terdapat 6 tulang penyusun pada sirip punggung, dan tulang saring
insangnya tumbuh dengan baik. Punggung berwarna abu kehitaman dengan perut
berwarna putih (Gambar 1).

Gambar 1 Pangasionodon hypophthalmus (Roberts dan Vidthayanon 1991)
Pangasionodon hypophthalmus termasuk ikan yang lambat dalam
memijah, umumnya mulai matang kelamin setelah berusia 3 tahun (Food and
Agriculture Organization 2013). Produksi telurnya meningkat secara drastis dari
sekitar 30.000 butir untuk ikan berbobot 5 kg menjadi lebih dari 1.000.000 butir
untuk bobot 10 kg (Zalinge et al. 2002).
Siklus Reproduksi pada Ikan
Di alam reproduksi pada ikan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti : photo periode, kualitas air (suhu, oksigen terlarut, pH, kesadahan, dan
alkalinitas), air pasang, hujan, subtrat pemijahan, kecukupan nutrisi, penyakit
serta kehadiran ikan lain (Rothmans et al. 1991).

5

Menurut Bernier et al. (2009), faktor tersebut merupakan sinyal
lingkungan yang akan diterima oleh otak dan disampaikan ke syaraf pusat yang
selanjutnya diteruskan ke hipotalamus. Hipotalamus akan merespon dengan
melepaskan Gonadotropin releasing hormone (GnRH). Chen dan Fernald (2008)
menambahkan bahwa, aksi GnRH pada kelenjar hipofisis menyebabkan
disekresikannya Follicle Stimulating Hormone (FSH/GtH - I). FSH bekerja di
lapisan teka pada oosit dan secara bersama dengan Luteinzing hormone (LH/
GtH – II) melakukan maturasi oosit sebelum ovulasi (Gambar 2).

Gambar 2

Siklus reproduksi yang terjadi pada ikan (Sudrajat 2010)
Oogenesis dan Vitellogenesis pada Teleostei

Oogenesis pada teleost terdiri atas dua fase, yaitu pertumbuhan oosit dan
pematangan oosit. Perkembangan oosit diawali dari germ cell yang terdapat
dalam lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium
menjalankan prose pembelahan mitosis dan ditahan pada "diploten" dari profase
meiosis pertama yang biasa disebut oosit primer (Sukendi 2008).
Dalam masa pertumbuhannya oosit primer terbagi menjadi dua fase.
Fase Pertama adalah previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat
pertambahan volume sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum
terjadi akumulasi kuning telur. Fase kedua adalah vitelogenesis, yaitu proses

6

deposisi kuning telur atau vitelogenin (Sukendi 2008). Vitelogenin (vg) disintesis
dihati dibawah rangsangan hormon estrogen. Sekresi vitelogenin selanjutnya di
didistribusikan melalui aliran darah dalam bentuk persenyawaan dengan Ca 2+
(Yaron dan Silvan 2006). Pada beberapa spesies ikan, rangsangan hormon
estrogen (seperti : estradiol - 17β) dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi
plasma dari vitelogenin. Tang dan Affandi (2000) mengemukakan, viteloginin
merupakan komponen utama dari oosit yang sudah tumbuh
berupa
glikoposfoprotein dan mengandung kira-kira 20% lemak, terutama posfolipid,
trigliserida serta kolesterol (Gambar 3).
Fase vitellogenesis merupakan tahap yang penting karena pada prosesnya
akan mendukung pertumbuhan oosit hingga 90% mendekati ukuran telur (Sun
dan Pankhrust, 2004). Oleh sebab itu faktor – faktor seperti kualitas pakan,
lingkungan dan aktifitas hormon sangat besar peranannya dalam menunjang
keberhasilan proses tersebut (Fujaya 2004).

Gambar 3 Pengaturan hormon pada saat pertumbuhan sel kuning telur
(fase vitelogenesis) Nagahama (1995).
Oogenesis atau proses perkembangan sel telur (oosit), fasenya dapat
ditelusuri melalui analisa histology, seperti yang telah dilakukan oleh Santos et al
(2005), pada ikan Characiform, Oligosarcus hepsetus. Oogenesis dimulai dengan
berkembangnya oosit sebagai hasil dari perkembangan karakter – karakter pada

7

sel – sel germinatif. Terdapat 8 fase perkembangan oosit yang diamati pada betina
O. Hepsetus :
1.

2.

3.

4.
5.

6.

7.

8.

Fase I. oogonia
Sel – selnya berbentuk oval dan berukuran kecil (7,5 µm – 10 µm). Pada
tahap ini terlihat adanya nucleolus kromatin (cn) dan tahap awal
perinukleolus (ep).
Fase II. Oosit nucleolus kromatin
Pada fase ini terdapat sedikit sitoplasma, dan posisi inti sudah mulai
nampak, Oosit sudah berukuran 20 µm – 30 µm.
Fase III. Oosit perinukleous.
Pada fase ini ukurannya sudah bertambah menjadi 38 µm – 48 µm dan
sudah mempunyai sitoplasma basofil dan membran sel yang disebut
karioteka.
Fase IV. tahap akhir Oosit perinukleolus.
Oosit berukuran 69 µm – 85 µm.
Fase V. Versikel kuning telur.
Oosit berukuran 195 µm – 210 µm, bentuk nucleus tidak beraturan dan
posisi nukleoli di zona peripheral, zona radiata atau korion, berada antara
oosit dan sel folikel.
Fase VI. Vitelogenesis
Oosit berukuran antara 570 µm – 750 µm dan menunjukan adanya
deposisi ekstra vesikular kuning telur didalam zona radiate. Nukleus garis
tepi yang tidak beraturan dan mengandung beberapa nukleolus periferial.
Fase VII. Oosit vitellogenik
Ukuran sel ovari menjadi (850 µm – 1020 µm) dan mempunyai granula
protein kuning telur (protein vitellus) dan vesikel kortikal (lipid
vitellus).Ukuran vesikel kuning telur bertambah demikian juga dengan
granula kuning telur.
Fase VIII. Folikel post – ovulatory.
Setelah matang folikel pecah dan oosit dilepaskan.

Telur sendiri merupakan hasil akhir proses gametogenesis yang terjadi setelah
oosit mengalami pertumbuhan serta kondisinya sangat dipengaruhi oleh cukupnya
konsentrasi hormon gonadotropin serta nutrisi dalam tubuh ikan. Gambaran
pertumbuhan oosit dalam fase oogenesis ditampilkan dalam Gambar 4 dibawah
ini.

8

Gambar 4 Pertumbuhan oosit ikan medaka Oryzias latipes pada berbagai tahap
oogenesis. Singkatan : A = kutub animal, BB = juxtanuclear
kompleks, kuning inti, atau body balbiani, OW = dinding ovarium.
PO1 = folikel postovulatory (kondisi setelah ovulasi), PO2 = folikel
postovulatory (kondisi setelah 24 jam ovulasi, V = kutub vegetal, Y =
yolk massa (massa kuning telur), YV = yolk vesikel (kantung kuning
telur) (Iwamatsu et al. 1988 in Mc Millan 2007).
Aksi Hormon dalam Perkembangan Gonad
Perkembangan gonad pada ikan distimulus oleh hormon gonadotropin
yang dilepaskan oleh kelenjar adenohipofisis. Menurut Nagahama (1983), ada 2
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipofisis dan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan gonad, yaitu : FSH yang mampu memicu perkembangan
folikel, sementara LH yang mematangkannya pada tahap akhir. Prosesnya adalah,
FSH yang terbawa aliran darah dan masuk kedalam gonad akan menstimulir
terbentuknya testosteron, selanjutnya secara parakrin testosteron akan masuk ke
sel granulosa dan oleh enzim aromatase dirubah menjadi estrtradiol – 17 β.
Melaui aliran darah hormon estradiol – 17 β masuk dan mengaktivasi hati untuk
mensintesis vitelogenin (Donaldson et al. 1983). Selanjutnya vitelogenin yang
terbawa oleh aliran darah akan diserap secara selektif dan disimpan sebagai oosit

9

berwarna kuning didalam gonad. Pada saat vitelogenesis berlangsung, granula
kuning telur bertambah dalam jumlah dan ukurannya, sehingga volume oosit
membesar (Yaron dan Silvan 2006). Gambar 5.

Gambar 5 Naiknya konsentrasi hormon dalam darah hingga batas tertentu yang
menyebabkan bertambahnya kematangan telur ikan. (sumber :
Mananos et al. 2009)
Perkembangan telur pada tahap penyerapan vitelogenin akan berhenti
ketika oosit telah mencapai ukuran maksimal. Menurut Nagahama et al. (1995),
proses pematangan oosit terjadi karena adanya rangsangan LH pada folikel, yang
menyebabkan terjadinya proses sintesa hormon - hormon steroid pada sel teka
yang selanjutnya menghasilkan 17α - hidroksiprogesteron dan pada sel granulose
menghasilkan 17α , 20β - dihidroksi - 4 - pregnen - 3 - one. Hormon steroid
terakhir inilah yang mempunyai peranan sebagai mediator kematangan oosit
lebih lanjut. Kondisi yang terjadi dengan menurunnya produksi estradiol - 17 β
dan aktivitas aromatase, biasanya diikuti peningkatan testosterone, dan 17 α, 20 β
- dihidroksi - 4 - pregnen - 3 - one (17α, 20β - DP) sehingga oosit mengalami
GVBD (germinal vesicle break down) yang berakhir pada ovulasi.(Gambar 6).
Fase pembentukan kuning telur dimulai sejak terjadinya penumpukan bahan
- bahan kuning telur dalam sel telur dan berakhir setelah telur tidak mengalami
perubahan bentuk selama beberapa saat (dorman). Fase pembentukan telur
biasanya diikuti pula peningkatan tahap kematangan gonad dalam tubuh ikan.
Effendie (1997) mengemukakan bahwa umumnya pertambahan bobot gonad
ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10% - 25% dari
bobot tubuh, namun secara tepat Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan layak
tidaknya induk dapat dipijahkan adalah dengan mengamati telur yang diambil
didalam gonad menggunakan kanulator.
Khusus untuk
Pangasionodon
hypophthalmus induk dapat dikategorikan matang gonad apabila diameternya

10

diatas 1 mm dengan posisi nukleolus sudah tertarik ke pinggir (Food and
Agriculture Organization 2013).

Gambar 6 Pengaturan hormon pada saat pematangan oosit dalam tubuh
ikan (Nagahama 1995).
Menurut Nikolsky in Effendie (1979) Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
digolongkan menjadi 7 tahap, sebagai berikut :
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
Tingkat 4
Tingkat 5
Tingkat 6
Tingkat 7

: Gonad masih muda ukurannya sangat kecil.
: Tahap istirahat, produk seksual belum berkembang, gonad
masih kecil, oosit belum dapat dibedakan dengan mata biasa.
: Tahap pemasakan, oosit – oosit dapat dibedakan dengan mata
biasa, pekembanagan gonad sedang berkembang dengan cepat.
: Tahap matang gonad, gonad mendapat bobot yang maksimal,
oosit belum keluar bila telurnya ditekan.
: Tahap reproduksi, oosit keluar bila telur ditekan perlahan.
: Kondisi salin, oosit sudah dikeluarkan, lubang genital kemerah
– merahan, ovari biasanya berisi beberapa oosit sisa.
: Tahap istirahat, oosit sudah keluar, lubang genital tidak
berwarna merah lagi.

11

Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin (PMSG)
Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin (PMSG) merupakan hormon yang
berasal dari serum pada plasenta kuda hamil, yang mengandung glikoprotein dan
molekulnya tersusun dari sub unit alfa dan sub unit beta (Maurel et al. 1992).
Komposisi PMSG terdiri dari 75% FSH dan 25% LH dan memiliki aktivitas
biologi serupa FSH dan LH dimana pengaruh FSH nya
lebih besar
(Hardjopranjoto 1995). Aksi fisiologis PMSG dalam tubuh selain dapat
menyebabkan penekanan produksi LH, juga mempunyai waktu paruh yang
panjang sekitar 123 jam (Menzer dan Schams 1979 dalam Supriatna et al. 1998 ),
Menurut Bolamba et al. (1992), pada konsentrasi tertentu dalam darah,
PMSG akan mampu mengaktifasi proses – proses pada FSH dan LH sehingga
dapat merangsang kenaikan produksi GnRH dan hal ini akan mempengaruhi
kelenjar pituitary untuk memproduksi gonadotropin. Dijelaskan lebih lanjut oleh
Menzer dan Schams (1979) dalam Supriatna et al. (1998 ), bahwa terjadinya
kenaikan kadar gonadotropin dalam darah akan mampu merangsang pertumbuhan
sel interestial ovarium dan pemasakan folikel yang mempengaruhi pertambahan
diameter dan kematangan telur hingga tahap siap untuk di ovulasikan.
Dopamin dan Antidopamin
Pada ikan, dopamin diproduksi di beberapa daerah otak termasuk nigra
substantia dan tegmental ventral. Sebagai neurotransmitter posisi dopamin
banyak terdapat dalam saraf pusat dan bertindak sebagai aktifator modulasi
neuronal yang mampu mengatur beberapa fungsi fisiologis tubuh seperti
pematangan gonad (Callier et al. 2003), dijelaskan lebih lanjut bahwa modulasi
akan berlangsung jika terjadi rangsangan sensorik pada retina atau organ
penciuman sehingga hipotalamus mengatur perilaku seksual dan kelenjar
hipofisis akan mengatur pelepasan prolaktin. Menurut Mylonas dan Zohar (2001),
di luar musim pemijahan dopamin akan menghambat neurotransmitter saat
melakukan instruksi kepada hipotalamus dalam mensekresi gonadotropin pada
proses pematangan gonad.
Djelaskan oleh Vidal et al. (2004). Salah satu upaya yang dapat dilakukan
dalam pematangan gonad agar kerja fisiologis kelenjar hipotalamus dalam
menghasilkan gonadotropin endogen (Gth) tetap berlangsung tanpa dipengaruhi
oleh rangsangan sensorik, adalah dengan pemberian antidopamin, ditambahkan
bahwa pengaruh antidopamin akan mengakibatkan terjadinya pelepasan
Luitenzing Hormone (LH). Merangsang Gonadotropin endogen (Gth) (Mylonas
dan Zohar 2001) lihat Gambar 7. Dilaporkan oleh Sharaf (2011), dosis kombinasi
antara GnRHa dan Antidopamin seperti; metoclopramide, domperidone (DOM)
dan pimozide terbukti efektif dalam menginduksi proses ovulasi berbagai jenis
ikan seperti common carp (Cyprinus carpio) dan catfish (Heteropneustes fossilis).

12

Gambar 7 Mekanisme kerja Dopamin (DA), yang mampu sebagai pendukung
dan penghambat kerja hipotalamus dalam mensintesa dan melepaskan
hormon – hormon gonadotropin pada proses pematangan gonad
(Vidal et al. 2004).
Perlunya Protein dan Vitamin E pada Pakan dalam Fase Vitologenesis
Dalam tubuh ikan, kandungan asam amino dari protein dibutuhkan untuk
pertumbuhan, pemeliharaan jaringan, pembentukan enzim dan beberapa hormon
serta sumber energi. Protein, merupakan komponen utama pembentuk kuning
telur (Kamler 1992). Pada fase vitelogenesis, estradiol akan menstimulus hati
untuk mensintesa komponen protein (sejumlah asam amino) sebagai pengikat
vitamin yang diserap oosit agar embrio yang terbentuk pada tahap – tahap awal
lebih tahan terhadap serangan bakteri dalam tubuh induk (Sukendi 2008).
Dijelaskan lebih lanjut oleh Izquierdo et al. (2001), pengaruh keseimbangan asam
amino dalam pakan akan dapat memperbaiki proses sintesa vitelogenin, sehingga
mampu menyempurnakan pembentukan embrio.
Jobling (1994) mengemukakan, kebutuhan protein pakan pada tiap – tiap
spesies ikan adalah berbeda – beda, namun umumnya berkisar antara 30% sampai
40%. Dari penelitian Yulfiperius (2001) memperlihatkan bahwa, induk – induk

13

Pangasius hypophthalmus yang diberi pakan dengan kisaran protein antara 34% –
37,5% memberikan rata – rata diameter telur lebih besar, jumlah telur lebih
banyak dan kelulus hidupan larva lebih tinggi.
Halver (1989) menjelaskan bahwa, vitamin E adalah zat antioksidan yang
mampu mencegah oksidasi lemak. Lemak sendiri merupakan salah satu penyusun
terbesar fosfolipid yang ditimbun sitoplasma dan kutub animal telur. Pada fase
vitelogenesis, folikel yang sedang tumbuh akan mensintesa dan
mengeksekresikan hormon – hormon steroid didalam darah dan salah satu target
hormon steroid adalah estrtradiol – 17 β yang mensintesa dan mengangkut
viteloginin ke gonad. Keterkaitan vitamin E dengan vitelogenin dalam
perkembangan oosit adalah, sebagai antioksidan asam lemak essensial agar
sintesa prostaglandin tetap terjaga (Djojosoebagio 1996), sehingga oosit akan
tetap tumbuh. Pada penelitian Yulfiperius (2001) memperlihatkan bahwa, dosis
vitamin E yang optimal bagi pematangan gonad Pangasius hypophthalmus adalah
sekitar 190,65 mg / kg pakan.
Kombinasi Pregnant
Antidopamin dalam
(Rematurasi)

Mare’s Serum Gonadotropin (PMSG) dan
Mempercepat Kematangan Gonad Kembali

Percepatan pematangan gonad kembali atau rematurasi sebenarnya
merupakan rekayasa penyuntikan hormon dengan menggunakan variasi dosis
kombinasi yang berbeda antara PMSG dan Antidopamin sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi FSH dan LH serta Antidopamin didalam tubuh ikan,
serta mendorong kerja fisiologi yang berporos pada hipotalamus dan pituitari
dalam mendukung pematangan gonad.
Pengaruh penyuntikan PMSG pada dosis tertentu selain akan menaikan
kadar FSH juga memicu vitologenesis yang berlangsung dalam organ gonad dan
hati, serta merangsang pituitari mendorong hipotalamus untuk melepaskan GnRH
dan FSH – RH. Sehingga, akibat sekresi FSH dari pituitari dan penyuntikan
PMSG akan menaikan konsentrasi FSH darah dan memicu dalam mempercepat
kematangan gonad.
Menurut Sudrajat (2010), pengaruh yang ditimbulkan akibat penyuntikan
Antidopamin adalah terhambatnya kerja dopamin serta mengurangi rangsangan
sensorik dari retina dan organ penciuman, sehingga kerja fisiologis kelenjar
hipotalamus dalam menghasilkan hormon gonadotropin tetap berlangsung dan
tidak di pengaruhi oleh instruksi dari hipotalamus (Gambar 8).

14

Gambar 8 Alur rematurasi gonad pada induk ikan melalui penyuntikan hormon
PMSG dan Antidopamin ( Sudrajat 2010).
Sharaf et al (2011) melaporkan bahwa, penyuntikan kombinasi
menggunakan Antidopamin jenis pimozide dengan dosis 8 mg/kg dan GnRH 30
µ/kg pada pematangan gonad induk Clarias gariepinus terbukti efektif dalam
memperbesar diameter telur pada akhir penelitian hingga 1,01 ± 51.3 mm dan
rasio fertilisasi sebesar 81,5 ± 0,6 %. Sementara hasil penelitian Samara (2010)
memperlihatkan bahwa kombinasi dosis penyuntikan PMSG 10 IU / kg dan hCG
5 IU / kg memberikan hasil tercepat dalam pematangan gonad induk patin yaitu 6
minggu, serta perbesaran ukuran diameter telur hingga 1,03 ± 0,07 mm.

15

3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Pebruari sampai Maret 2013, di areal
perkolaman Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi. Histologi gonad, analisa hormon estradiol - 17 β dan glukosa darah
dilakukan di Laboratorium Histopatology dan Fisologi Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur Penelitian
Wadah
Hapa pemeliharaan berukuran 6 m x 3 m x 1,5 m. Ditempatkan pada
kolam yang dilengkapi dengan saluran pemasukan air (inlet) dan saluran
pembuangan (outlet). Debit air sekitar 1,5 liter / menit.
Ikan uji
Seluruh ikan uji berjumlah 42 ekor, ditagging dan dipelihara dalam satu
hapa dengan kepadatan 3500 gram / m3 volume air . Ikan uji merupakan induk
yang berumur 3,5 tahun, dengan kisaran bobot 1200 – 2500 gram / ekor. Kondisi
saat dikanulasi tidak diperoleh telur pada gonadnya (TKG - 0). Jumlah ikan
setiap perlakuan adalah 7 ekor, setiap sampling 2 ekor ditimbang bobot
biomassnya, diamati fluktuasi hormonnya, sementara salah satunya dibedah untuk
ditimbang bobot hati dan gonad serta dihistologi.
Pakan
Pakan yang digunakan berupa pelet dengan komposisi untuk pematangan
gonad Pangasius hypophthalmus (Yulfiperius 2001).
Tabel 1 Komposisi kisaran proksimat dan kadar vitamin E pakan
penelitian (% bobot kering)
Komposisi proksimat
(%)
Protein
Lemak
Abu
Serat kasar
BETN
Vitamin E

Kadar Vit. E / pakan
(mg / kg pakan)
34 - 37,75
9,0 - 12,61
14 - 17,21
1,0 - 3,56
25 - 28,98
190,65

16

Feeding rate selama penelitian sebesar 2,5% dengan frekuensi pemberian
sebanyak dua kali per hari yaitu, jam 08.00 dan jam 16.00 . Pakan mulai diberikan
1 hari setelah ikan di tebar.
Penentuan dosis dan penyuntikan hormon
Penentuan kisaran dosis PMSG : 10 IU/kg merupakan dosis terbaik bagi
pematangan induk Pangasionodon hypophthalmus (Samara 20 10), sedang dosis
Antidopamin 0,01 mg / kg mengacu pada kombinasi kisaran terbaik bagi
pematangan gonad Clarias gariepinus antara 0,004 – 0,012 mg / kg bobot Clarias
gariepinus (Sharaf 2011). Penyuntikan dilakukan secara intramuscullar pada otot
punggung. Waktu penelitian selama 60 hari, dengan jadwal penyuntikan pada
hari ke – 1, ke – 14, ke – 28 dan ke – 42.
Tabel 2. Ragam formulasi dari dosis perlakuan
PMSG (IU/kg)

0
10

Antidopamin (ppm)

Dosis

0
0 IU/kg bobot
ikan ; 0 mg / kg
bobot ikan
(P0A0)
0 IU/kg bobot
ikan ; 0,01 mg /
kg bobot ikan
(P0A1)

10
10 IU/kg bobot
ikan ; 0 mg / kg
bobot ikan
(P1A0)
10 IU/kg bobot
ikan ; 0,01 mg / kg
bobot ikan
(P1A1)

20
20 IU/kg bobot
ikan ; 0 mg / kg
bobot ikan
(P2A0)
20 IU/kg bobot
ikan ; 0,01 mg / kg
bobot ikan
(P2A1)

Parameter yang Diamati
Laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate)
Data pertambahan bobot ikan uji selama penelitian diambil setiap 14 hari
diawali hari ke – 1, selanjutnya penimbangan dilakukan bersamaan dengan waktu
penyuntikan. Laju pertumbuhan spesifik ikan uji (Lps) dihitung dengan
menggunakan rumus dari Dawes et al. (1993) :
Analisa hormon estradiol - 17 β
Untuk mengetahui fluktuasi konsentrasi hormon estradiol 17- β selama
penelitian, maka dilakukan pengambilan darah terhadap 2 ekor ikan uji pada
masing – masing perlakuan, yang dilakukan pada hari ke– 1, ke – 14, ke – 28 dan
ke – 42. Cara pengukuran ELISA menggunakan metode dari (Zanuy et al. 1999)
(Lampiran 1).

17

Kadar glukosa darah
Untuk mengetahui kadar glukosa darah ikan uji maka selama penelitian
dilakukan pengukuran sebanyak 4 kali, yaitu : pada hari ke – 1, ke – 14, ke – 28
dan ke – 42.Cara pengukuran menggunakan metode dari Wedemeyer dan.
Yasutake. ( 1977). lihat (Lampiran 2).
Hepatosomatik indeks (Hsi)
Pengukuran nilai bobot hati atau Hepatosomatik indeks (Hsi) ikan uji
dilakukan pada hari ke – 1, ke – 14, ke – 28 dan ke – 42, dengan menggunakan
rumus dari (Effendi 1979) : (Lampiran 3).

Keterangan

:

:
:
:

Hepatosomatik Indeks
Bobot hati (g)
Bobot tubuh ikan (g)

Gonadosomatik indeks (Gsi)
Pengukuran nilai bobot gonad atau Gonadosomatik indek (Gsi) dari ikan
uji selama penelitian dilakukan pada hari ke – 1, ke – 14, ke – 28 dan ke – 42,
dengan menggunakan rumus dari (Effendi 1979) :

Keterangan

:

GSI
Wg
W

:
:
:

Gonadoosomatik Indeks
Bobot gonad (g)
Bobot tubuh ikan (g)

Histologi gonad
Histologi gonad dilakukan pada hari ke – 1, ke – 14, ke – 28 dan ke – 42,
dengan menggunakan metode yang dilakukan oleh Gunarso (1989),
(
Lampiran 3).
Diameter telur
Pengamatan dilakukan pada hari ke – 28 dan ke – 42. Telur diambil
dengan kanulator nomer 8. Sampel telur diambil sebanyak 100 butir per ekor dan
difiksasi dengan formalin bufer fosfat 10%. Diameter telur diukur menggunakan

18

mikroskup binokuler Olympus type SZX16 perbesaran lensa 100 kali dan
sambungan lup nomer 7, hasil pengamatan diarahkan dengan remote Olympus U
– RVL – T yang ditampilkan pada monitor komputer menggunakan program
software DP 2 BSW. Nilai diameter dicari dengan menarik garis grafis
menggunakan mouse antara sisi terpanjang ke sisi terpendek telur. Angka
pengamatan yang tampak pada monitor menunjukan nilai diameter telur.
Persentase induk matang gonad
Induk matang gonad ditandai dengan perut yang terlihat membuncit dari
sirip dada ke arah gonad, dan bila dikanulasi ke dalam gonadnya akan
mengeluarkan telur. Pengamatan induk matang gonad mulai dilakukan sejak hari
ke – 28. Persentase induk matang gonad dihitung dengan rumus :

Keterangan

:

PIM
∑IB
∑TIP




= Prosentase Induk Matang Gonad
: Jumlah individu matang gonad pada masing – masing
perlakuan
: Jumlah total induk pada masing – masing perlakuan

Kualitas air
Parameter kualitas air yang diukur meliputi oksigen terlarut (DO), suhu,
amoniak (NH3) dan pH yang diukur setiap minggu.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial (Steel dan Torrie
1991). 2 faktor penyusunya yaitu PMSG yang terdiri atas 3 taraf dosis dan
Antidopamin 2 taraf dosis. Sementara target pengambilan data adalah ikan uji
yang dipelihara dalam satu hapa.
Data laju pertumbuhan harian (growth rate), kadar estradiol - 17 β,
glukosa darah, nilai Hepatosomatik indeks (Hsi), dan nilai Gonadosomatik
indeks (Gsi) ditampilkan dalam bentuk grafik agar terlihat fluktuasinya
selama penelitian. Sedangkan perkembangan gonad ditampilkan berupa foto
histlogi untuk memudahkan fase pembacaan TKG pada oositnya.
Analisa data mengenai pengaruh perlakuan akibat penyuntikan
formulasi dosis kombinasi antara PMSG dan Antidopamin, meliputi ; Laju
pertumbuhan spesifik (specific growth rate), konsentrasi hormon estradiol 17 β, kadar glukosa darah, nilai Hepatosomatik indeks (Hsi), dan nilai
Gonadosomatik indeks (Gsi), dianalisa menggunakan Minitab 16. Jika hasil
yang diperoleh berbeda nyata (P < 0,05) maka untuk menentukan perlakuan

19

yang memberikan respon terbaik antara formulasi dosis dilakukan uji lanjut
Tukey.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju pertumbuhan spesifik (spesific growth rate)
Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa Laju pertumbuhan
spesifik ikan uji tertinggi dicapai pada formulasi dosis P1A1 yaitu sebesar (0,14 ±
0,03 %/hari) kemudian berturut – turut menurun pada P2A1 (0,12 ± 0,02 %/hari),
P2A0 (0,12 ± 0,04 %/hari), P0A1 (0,10 ± 0,03 %/hari) dan terendah pada P0A0
(kontrol) (0,07 ± 0,02 %/hari).
Hasil analisa faktorial pada uji statistik terhadap PMSG, Antidopamin
maupun interaksi PMSG dan Antidopamin sebagai penyusun formula masing –
masing dosis memperlihatkan, baik formulasi dosis yang menggunakan PMSG
atau Antidopamin saja, maupun interaksi antara PMSG dan Antidopamin tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P ≥ 0,05) terhadap laju pertumbuhan
spesifik ikan uji. (Lampiran 4).
Dari uji lanjut Tukey memperlihatkan bahwa, formulasi dosis yang
menggunakan PMSG 20 IU (P2) tidak berbeda nyata (P ≥ 0,05) dengan 10 IU
(P1) maupun formulasi dosis tanpa PMSG (P0) . Demikian juga penggunaan
formulasi dosis Antidopamin 0,01 mg/kg bobot tubuh memperlihatkan nilai yang
tidak berbeda nyata (P < 0,05) dengan P0A0.(kontrol).

Gambar 9

Laju pertumbuhan spesifik (% / hari) ikan uji pada masing – masing
formulasi dosis selama 42 hari penelitian.

20

Sedangkan perbedaan dosis antar perlakuan yang terkait interaksi dari
PMSG dan Antidopamin, tidak menunjukan nilai yang berbeda nyata (P ≥ 0,05)
terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan uji. Ilustrasi Laju pertumbuhan spesifik
ikan uji dapat dilihat pada Gambar 9.
Pertumbuhan gonad pada ikan betina dewasa sangat dipengaruhi oleh
sekresi dan konsentrasi hormon gonadotropin yang mengalir dalam tubuh.
Hardjopranjoto (1995) mengemukakan, PMSG merupakan gonadotropin yang
mengandung FSH sebesar 75% dan LH 25%. Pengaruh penyuntikan PMSG akan
menyebabkan meningkatnya FSH dalam tubuh ikan uji, selanjutnya aktifitas FSH,
akan menginduksi gonad untuk memproduksi hormon estrogen. Sukendi (2008)
menjelaskan bahwa meningkatnya konsentrasi hormon estrogen (estradiol - 17β)
didalam darah akan mendorong fase previtelogenesis menuju fase vitelogeenesis
sehingga menyebabkan perkembangan gonad. Menurut Effendi (1979)
perkembangan gonad hingga stadium matang, bobotnya akan dapat mencapai
10% - 25% dari bobot tubuh ikan. Pengaruh perkembangan gonad inilah yang
menyebabkan naiknya laju pertumbuhan spesifik
Analisa hormon estradiol - 17 β
Hasil pengukuran konsentrasi hormon estradiol - 17 β pada plasma darah
ikan uji selama penelitian memperlihatkan kenaikan konsentrasi hormon
estradiol - 17 β terutama ikan uji yang disuntik dengan formulasi dosis yang
mengandung PMSG yaitu : P1A1, P2A1, P2A0, dan P1A0
Konsentrasi tertinggi hormon estradiol - 17 β dicapai ikan uji pada
formulasi dosis P1A1 yaitu sebesar (409,74 pg / ml) dan berturut – turut menururn
pada formulasi dosis P2A1 (340,93 pg / ml), P2A0 (318,02 pg / ml), P1A0
(201,61 pg / ml), P0A1 (184,97 pg / ml) serta terendah pada P0A0 yaitu (132,51
pg / ml).
Hasil analisa faktorial pada uji statistik terhadap PMSG, Antidopamin
maupun interaksi PMSG dan Antidopamin sebagai penyusun formula masing –
masing dosis memperlihatkan bahwa, PMSG memberikan pengaruh yang berbeda
nyata (P < 0,05) terhadap kenaikan konsentrasi hormon estrad

Dokumen yang terkait

Respons physiologis of catfish Pangasianodon hypopthalmus at different calsium concentration of media and its consequence on Survival rate and growth

0 4 140

Induction of Ovulation and Spawning in Catfish (Pangasianodon hypopthalmus) with Hormonal Manipulation

1 10 53

Utilization of hydrolyzed shrimp shell by chitinase crude enzyme for juvenile catfish (Pangasianodon hypopthalmus) feed

0 10 103

Induksi Pematangan Gonad Ikan Patin Siam Pangasianodon hypophthalmus secara Hormonal Menggunakan OODEV melalui Pakan Selama 4 Minggu

0 5 37

Induksi Perkembangan Gonad Ikan Patin Siam (Pangasianodon Hypopthalmus) Jantan Dengan Pemberian Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum) Melalui Pakan

0 5 45

Utilization of hydrolyzed shrimp shell by chitinase crude enzyme for juvenile catfish (Pangasianodon hypopthalmus) feed

0 12 56

Respons physiologis of catfish Pangasianodon hypopthalmus at different calsium concentration of media and its consequence on Survival rate and growth

0 2 83

Induksi ovulasi dan pemijahan semi alami pada ikan patin siam, Pangasianodon hypopthalmus menggunakan penghambat aromatase dan oksitosin [Hormonal induction on artificial ovulation and spawning of striped catfish, Pangasianodon hypopthalmus using aromat

0 1 9

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

0 0 8

Induksi pematangan gonad ikan patin siam Pangasianodon hypopthalmus (Sauvage, 1878) jantan dengan pemberian ekstrak cabe jawa Piper retrofractum Vahl. melalui pakan

0 0 10