Anatomical Identification of Feed Residue in Fecal of Long-Tailed Macaque (Macaca fascicularis) at Pangandaran Nature Park
IDENTIFIKASI ANATOMI SISA PAKAN DALAM FESES
MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN
WISATA ALAM PANGANDARAN
PUSPA LARASATI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK
PUSPA LARASATI. Identifikasi Anatomi Sisa Pakan dalam Feses Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran. Dibimbing oleh DORLY dan
ISLAMUL HADI.
Studi pakan monyet ekor panjang (M. fascicularis) dilakukan untuk mendapatkan informasi
komposisi pakan yang dikonsumsi pada waktu tertentu di suatu habitat. Metode yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan informasi tersebut yaitu dengan pegamatan lapangan dan analisis
feses. Penelitian tentang analisis feses dengan mengamati remahan sisa pakan dalam feses secara
anatomi belum pernah dilakukan. Sisa pakan yang tidak tercerna digunakan untuk
mengidentifikasi spesies tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang. Penelitian ini bertujuan
mengetahui keefektifan studi anatomi sisa pakan dalam feses monyet ekor panjang dengan
pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitatnya. Pengambilan sampel feses dan
tumbuhan pangkalan data dilakukan pada bulan Januari-Juli 2012 dengan menyusuri satu
kelompok monyet Goa Parat di Taman Wisata Alam Pangandaran. Total pangkalan data tumbuhan
berjumlah 76 spesies yang terbagi menjadi 25 Famili. Feses yang berhasil dikoleksi berjumlah 58
botol feses. Komposisi feses dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu, buah dan biji, bunga, dan
remahan epidermis. Remahan epidermis dapat diidentifikasi dan dipisahkan dari epidermis buah
dan daun dengan pendekatan anatomi. Metode studi anatomi memiliki keefektifan
mengidentifikasi spesies tumbuhan sisa pakan dalam feses sebesar 43.90%. Bagian yang tidak
dapat diidentifikasi dalam feses diduga monyet ekor panjang memperoleh sumber pakan selain
berasal dari vegetasi alam di sekitar habitatnya.
Kata kunci: Macaca fascicularis, Anatomi, Feses, Taman Wisata Alam Pangandaran.
ABSTRACT
PUSPA LARASATI. Anatomical Identification of Feed Residue in Fecal of Long-Tailed Macaque
(Macaca fascicularis) at Pangandaran Nature Park. Supervised by DORLY dan ISLAMUL HADI.
Feeding study of long-tailed macaque (M. fascicularis) was conducted to get information of
feed composition that had been consumed for some time at the habitat. The methods to get the
information of feed composition were field observations and fecal analysis. The research on fecal
analysis by observing the crumbs of feed residue of the fecal anatomically has never been carried
out before. Undigested feed residue was used to identify the species of plants which were the
source of feed for the long-tailed macaque. This study was aimed to observe the effectiveness of
the feed residue by anatomical studies in long-tailed macaque fecal with comparing database of
plants around the habitat. The fecal and plant database sampling was conducted from January until
July 2012 by tracking one group of long-tailed macaque along Parat Cave at Pangandaran Nature
Park. Total plant databases were 76 species, divided into 25 Family. About 58 bottles of fecal were
successfully collected during sampling. The composition of fecal was separated into three sections:
fruits and seeds, flowers, and epidermis crumbs. Epidermis crumbs could be identified and
separated from fruit and leaf epidermis by using anatomical approach. Methods of anatomical
studies had effectiveness of identify plant spesies feed residue in fecal around 43.90%. Parts that
could not be identified in the long-tailed macaque fecal were allegedly obtained from other than
natural feed sources around their habitat.
Keywords: Macaca fascicularis, Anatomical, Fecal, Pangandaran Nature Park.
IDENTIFIKASI ANATOMI SISA PAKAN DALAM FESES
MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN
WISATA ALAM PANGANDARAN
PUSPA LARASATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul : Identifikasi Anatomi Sisa Pakan dalam Feses Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran
Nama : Puspa Larasati
NRP : G34080096
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Dorly, M.Si.
NIP 19640416 199103 2 002
Islamul Hadi, S.Si., M.Si.
NIP 19760813 200501 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Biologi
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
NIP 19641002 198903 1 002
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Identifikasi Anatomi Sisa Pakan
dalam Feses Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran”.
Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Mikroteknik
Departemen Biologi, FMIPA, IPB pada bulan Januari sampai Juli 2012.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Dorly, M.Si. dan Bapak Islamul Hadi,
S.Si., M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama
menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih pula kepada Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si selaku penguji
dari wakil Komisi Pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan karya
ilmiah ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga tercinta, Ibu, Bapak, dan adik-adik
yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat. Terima kasih kepada Pak Naryo, Pak Joni,
Bu Eti, dan segala pihak yang telah membantu. Terima kasih kepada Nitra, kak Heni, kak Nisful,
Evi, Aldi, Hafiz, Khoerani, Ririn, Gina, Azizah, Nia, Shinta, Dini dan teman-teman di
Laboratorium Mikroteknik, serta kepada teman-teman tersayang di Biologi angkatan 45 yang
selalu memberikan semangat.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2012
Puspa Larasati
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Desember 1990, putri dari Bapak Zainal Falah
dan Ibu Puasati Mulyana. Penulis adalah anak pertama dari enam bersaudara.
Penulis lulus dari SD Negeri Bambu Apus 05 tahun 2002 dan lulus dari SMP Negeri 49
Jakarta tahun 2005. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Depok dan pada tahun yang
sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota Kementerian Pendidikan
dan Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM IPB, serta anggota Bioworld Himabio IPB. Penulis
juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar, Biologi Alga dan Lumut, Ilmu
Lingkungan, Anatomi dan Morfologi Tumbuhan, dan Mikroteknik. Penulis melaksanakan kegiatan
studi lapangan (2010) di Pangandaran dengan judul Inventarisasi Lumut Hati dan Lumut Sejati di
Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pangandaran yang dibimbing oleh Dra. Hilda Akmal.
Penulis melakukan kegiatan praktik lapangan (2011) di Bogor dengan judul Produksi Yoghurt di
Unit Peternakan Darul Fallah yang dibimbing oleh Ibu Ir. Agustin Wydia Gunawan, M.S. dan
Bapak Joko Hendri Suyono, A.Md. Penulis mengambil Supporting Course (SC) untuk mata kuliah
Peraturan Pangan, Dasar-Dasar Komunikasi, Manajemen Keuangan Konsumen, Keamanan dan
Sanitasi Pangan, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Pengelolaan Lingkungan Pesisir.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..............................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................
viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..............................................................................................................
Tujuan ...........................................................................................................................
1
1
METODE
Waktu dan Tempat ........................................................................................................
Metode Penelitian..........................................................................................................
Pengambilan Tumbuhan Sumber Pakan dan Pembuatan Pangkalan Data ...............
Pengambilan Feses ...................................................................................................
Pembuatan Sediaan Mikroskopis .............................................................................
Pengamatan dan Pemotretan Sediaan Mikroskopis ..................................................
1
1
1
2
2
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pangkalan Data Tumbuhan ...........................................................................................
Komposisi Feses............................................................................................................
Identifikasi Sisa Pakan dalan Feses secara Anatomi ....................................................
3
3
4
SIMPULAN .......................................................................................................................
8
SARAN ..............................................................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
9
LAMPIRAN .......................................................................................................................
10
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Nilai frekuensi setiap bagian yang ditemukan dalam feses sebelum dan setelah pembuatan
sediaan mikroskopis ................................................................................................................
2 Nama tumbuhan dan bagiannya yang berhasil teridentifikasi dalam feses M. fascicularis .....
3 Hasil foto sediaan anatomi pakan dominan monyet ekor panjang dalam feses dengan
pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitat ........................................................
4 Perbandingan Pakan dominan monyet ekor panjang yang berasal dari vegetasi alami pada
periode pengamatan yang berbeda...........................................................................................
4
5
6
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Peta persebaran kelompok monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam Pangandaran .........
2 Komposisi pakan dominan M. fascicularis..............................................................................
2
5
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Komposisi larutan seri Johansen .............................................................................................
2 Komposisi larutan Gifford .......................................................................................................
3 Tumbuhan pangkalan data yang berhasil diinventarisasi ........................................................
11
11
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) merupakan salah satu primata
yang mempunyai daerah persebaran yang
sangat luas di Asia Tenggara. Persebaran
monyet ekor panjang di Indonesia meliputi
pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali,
Lombok, Sumbawa, dan Timor (BrandonJones et al. 2004). Habitat primata ini
bervariasi, mulai dari hutan magrove (Hock
& Sasekumar 1979), hutan jati (Hasanbahri
et al. 1996), sampai daerah yang di kelilingi
pemukiman manusia, misalnya makam
keramat, kebun, pura, dan hutan wisata
(Hadi et al. 2007; Djuwantoko et al. 2008).
Macaca fascicularis juga dilaporkan sebagai
salah satu primata yang terdapat di Taman
Wisata Alam Pangandaran (Mitani &
Watanabe 2009).
M. fascicularis mampu beradaptasi di
berbagai habitat ditunjukkan dengan
kemampuan memilih pakan sesuai dengan
ketersediaannya di alam. Monyet ekor
panjang umumnya bersifat frungivora karena
57-67% dari total makanannya adalah buah
(Yeager 1996). Pakan yang dimakan oleh
monyet tersebut antara lain bunga, buah,
kulit kayu, biji, daun, serangga, getah, dan
makanan yang berasal dari manusia (Richard
et al. 1989). Habitat yang bervariasi akan
mengubah perilaku makannya menjadi
omnivora (Hadi et al. 2007).
Studi pakan monyet ekor panjang
dilakukan untuk mengetahui komposisi
pakan yang dikonsumsi pada waktu tertentu
sesuai habitatnya. Studi pakan pada monyet
ekor panjang telah dilakukan di beberapa
tempat, misalnya Kalimantan (Yeager 1996),
Cikakak, Jawa Tengah (Hadi et al. 2007),
dan Yogyakarta (Djuwantoko et al. 2008).
Studi pakan di beberapa daerah ini bertujuan
melihat keragaman jenis pakan dengan
penekanan pada aktivitas perilaku makan.
Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah
menganalisis kandungan sisa pakan yang
terdapat pada feses. Sisa pakan yang tidak
tercerna digunakan untuk mengidentifikasi
spesies tumbuhan sumber pakan monyet
ekor panjang.
Penelitian analisis feses pada monyet
formosan (M. cyclopis) dan monyet jepang
(M. fuscata) telah dilakukan (Su & Lee
2001; Hanya et al. 2003). Analisis feses
tersebut ditekankan pada pemisahan
komposisi remahan feses secara morfologi.
Pada M. fascicularis, metode pendekatan
secara anatomi analisis spesies tumbuhan
pakan pada remahan feses belum pernah
dilaporkan. Pengamatan anatomi remahan
sisa pakan yang ditemukan dalam feses
menjadi salah satu alternatif untuk
mengetahui spesies tumbuhan sumber pakan
yang dikonsumsi. Identifikasi remahan sisa
pakan dalam feses M. fascicularis mengacu
pada pangkalan data anatomi tumbuhan
sumber pakan yang dijumpai di sekitar
habitatnya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui
keefektifan studi anatomi sisa pakan dalam
feses monyet ekor panjang (M. fascicularis)
dengan pembanding pangkalan data
tumbuhan di sekitar habitat.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Januari-Juli 2012. Hadi et al. (2011)
melaporkan bahwa terdapat lima kelompok
monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam
Pangandaran. Kelompok tersebut terdiri atas
kelompok Goa Jepang, Kantor, Goa Parat,
Cikamal, dan kelompok Goa Panggung.
Sampel feses dan pangkalan data tumbuhan
diambil dari satu daerah jelajah monyet ekor
panjang Goa Parat di Taman Wisata Alam
Pangandaran. Analisis feses dilakukan di
Laboratorium Mikroteknik Departemen
Biologi, FMIPA, IPB.
Metode Penelitian
Pengambilan Tumbuhan Sumber
Pakan dan Pembuatan Pangkalan Data.
Tumbuhan sumber pakan yang diambil
adalah tumbuhan yang terlihat pada jarak ± 5
m ke arah kanan dan kiri di sepanjang jalan
setapak daerah jelajah (Hanya et al. 2003).
Bagian tumbuhan sumber pakan dimasukkan
ke dalam botol berisi alkohol 70% dan diberi
label lokasi serta waktu pengambilan.
Daun dan buah yang dikoleksi dibuat
sediaan mikroskopis secara mikroskopis,
kemudian diidentifikasi karakter anatominya
menggunakan buku Metcalfe & Chalk
(1979) dan buku Fahn (1991). Karakter
anatomi sediaan mikroskopis sayatan
paradermal adalah tipe stomata, kerapatan,
ukuran stomata dan trikoma, bentuk,
susunan dan ukuran sel epidermis. Karakter
2
anatomi sediaan mikroskopis sayatan
transversal dan longitudinal meliputi
struktur, ukuran, dan ciri khas jaringan
penyusun organ bunga, buah, dan biji.
Sediaan mikroskopis dan karakter anatomi
tumbuhan sumber pakan tersebut akan
dijadikan pangkalan data. Kerapatan stomata
dihitung dengan rumus (Willmer 1983)
sebagai berikut:
Σ Stomata
KR*) =
Luas bidang pandang (mm2)
Keterangan:
KR : Kerapatan stomata
*) rumus yang sama digunakan untuk data
trikoma
Pengambilan Feses. Feses monyet
ekor panjang diambil dari lapangan
berdasarkan hasil penelusuran satu daerah
jelajah kelompok monyet ekor panjang Goa
Parat yang terdapat di Taman Wisata Alam
Pangandaran. Kelompok Goa Parat dipilih
karena memiliki daerah jelajah yang cukup
panjang dan irisan daerah jelajah yang
paling sedikit dengan daerah jelajah lainnya
(Gambar 1). Pengambilan feses dilakukan 3
kali, pada bulan Januari, Maret, dan April
2012.
Feses yang berhasil dikoleksi selama
periode pengambilan sampel berjumlah 58
Keterangan:
: Kelompok Cikamal
: Kelompok Goa Jepang
: Kelompok Kantor
: Kelompok Goa Panggung
botol feses dan 8 botol di antaranya dalam
kondisi segar. Satu botol feses hanya berisi
satu produksi feses yang ditemukan. Feses
dicuci dan disaring untuk dipisahkan
menjadi 3 bagian yaitu, buah dan biji,
remahan epidermis, dan bunga. Perhitungan
frekuensi keberadaan masing-masing bagian
dihitung sebelum dan setelah proses
pembuatan sedian mikroskopis. Frekuensi
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Σ botol ditemukan suatu bagian tumbuhan
Σ botol sampel total
Pembuatan Sediaan Mikroskopis.
Sediaan mikroskopis remahan sisa pakan
dalam feses dan tumbuhan sumber pakan M.
fascicularis yang berada di sekitar kawasan
Taman Wisata Alam Pangandaran dibuat
dengan metode parafin (Johansen 1940)
berupa sayatan transversal dan longitudinal
serta sayatan paradermal dengan metode
whole mount (Sass 1951).
Buah, biji, dan bunga dalam feses
maupun tumbuhan sumber pakan dibuat
sediaan mikroskopisnya dengan metode
parafin. Sampel difiksasi dalam larutan FAA
(formaldehid : asam asetat glasial : alkohol
70% = 5:5:90), kemudian dicuci dengan
alkohol 50%.
: Kelompok Goa Parat
: Daerah Taman Wisata Alam Paangandaran
: Daerah Cagar Alam Pangandaran
Gambar 1 Peta persebaran kelompok monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam Pangandaran.
Sampel kemudian didehidrasi dengan
larutan seri Johansen I – VII (Lampiran 1).
Sampel diinfiltrasi parafin dengan titik lebur
58oC secara bertahap di dalam oven. Sampel
ditanam (embedding) ke dalam blok yang
berisi parafin murni.
Blok parafin yang berisi sampel
dilunakkan dalam larutan Gifford (Lampiran
2). Blok dirapikan, kemudian ditempel pada
holder dan disayat setebal 10 µm dengan
mikrotom putar Yamato RV-240 dan pita
parafin direkatkan pada gelas objek dengan
albumin-gliserin. Tahap selanjutnya sampel
diwarnai dengan Safranin 2% dan fast green
0.5%. Pewarna safranin berfungsi untuk
mewarna bagian kutikula dan bagian yang
mengandung lignin, sedangkan pewarna fast
green untuk mewarna sitoplasma. Preparat
yang telah diwarnai ditetesi dengan entelan
lalu ditutup dengan gelas penutup dan
diamati di bawah mikroskop.
Sampel berupa remahan epidermis
yang berasal dari feses, sampel daun dan
buah dari tumbuhan sumber pakan M.
fascicularis dibuat sediaan mikroskopis
berupa sayatan paradermal. Sampel difiksasi
dengan alkohol 70%, kemudian dicuci
dengan akuades dan direndam dalam asam
nitrat 50%. Tahap selanjutnya penyayatan
bagian adaksial dan abaksial daun serta
epidermis buah menggunakan silet. Hasil
sayatan direndam dalam natrium hipoklorit
dan dibilas dengan akuades, lalu diwarnai
dengan safranin 1% dan diletakkan di gelas
objek yang telah diberi gliserin 30%, setelah
itu ditutup dengan gelas penutup untuk
diamati di bawah mikroskop.
Pengamatan
dan
Pemotretan
Sediaan Mikroskopis. Sediaan mikroskopis
diamati menggunakan mikroskop Olympus
tipe CH20 dan difoto dengan mikroskop
Olympus BX51. Hasil foto sediaan
mikroskopis tumbuhan sumber pakan sekitar
Taman Wisata Alam dijadikan pangkalan
data. Pangkalan data tersebut yang dijadikan
acuan dalam proses identifikasi spesies
tumbuhan remahan sisa pakan dalam feses.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pangkalan Data Tumbuhan
Bagian tumbuhan yang dikoleksi
untuk pangkalan data terdiri atas daun,
bunga, dan buah. Bagian tumbuhan tersebut
tidak semua dikoleksi dalam satu spesies.
Koleksi yang memiliki hanya bagian daun
berjumlah 50 spesies, bunga 3 spesies dan
yang terdiri atas buah saja 4 spesies. Koleksi
spesies yang memiliki bagian tumbuhan
daun dan buah terdiri atas 15 spesies,
sedangkan yang memiliki koleksi berupa
daun dan bunga terdiri atas 4 spesies. Total
keseluruhan tumbuhan pangkalan data
berjumlah 76 spesies yang terbagi menjadi
25 Famili (Lampiran 3).
Mitani et al. melakukan inventarisasi
dan identifikasi tumbuhan yang terdapat di
Taman Wisata Alam (TWA) dan Cagar
Alam (CA) Pangandaran pada tahun 1997
dan mempublikasikannya pada tahun 2009.
Tumbuhan yang berhasil teridentifikasi saat
itu sebanyak 85 spesies dari 34 famili
tumbuhan. Hasil yang diperoleh berbeda
karena Mitani et al. (2009) melakukan
inventarisasi sebelum bencana tsunami dan
diduga saat ini terdapat beberapa spesies
yang hilang. Perbedaan lokasi pengambilan
juga dapat mempengaruhi jumlah tumbuhan
yang berhasil diinventarisasi. Penelitian ini
hanya mengambil tumbuhan di sekitar
daerah jelajah kelompok monyet ekor
panjang Goa Parat di kawasan TWA,
sedangkan Mitani et al. (2009) mengambil
di seluruh kawasan TWA dan CA
Pangandaran.
Tumbuhan pangkalan data yaang
dimiliki akan menjadi acuan untuk proses
identifikasi remahan sisa pakan yang
terdapat dalam feses yang ditemukan.
Pangkalan data yang dibuat terdiri atas data
karakter khusus seperti stomata dan trikoma
serta foto sediaan anatomi setiap spesies
sebagai pendukung pangkalan data yang
dimiliki.
Komposisi Feses
Feses yang berhasil dikoleksi selama
tiga bulan berjumlah 58 botol. Perbedaan
komposisi pakan setiap bulan tidak dapat
dibandingkan karena jumlah sampel feses
yang dikoleksi tidak sama pada setiap bulan.
Komposisi feses dipisahkan menjadi tiga
bagian untuk setiap botol fesesnya yaitu,
buah dan biji, remahan epidermis, dan
bunga. Buah dan biji pengelompokannya
tidak dipisahkan karena belum jelas yang
dimakan oleh M. fascicularis daging buah
atau bijinya. Pemisahan bagian dalam feses
hanya dilakukan berdasarkan pengamatan
secara morfologi. Pengelompokkan ini
hanya dapat mengidentifikasi spesies jika
secara morfologi pada feses masih terlihat
utuh dan berukuran besar. Remahan
epidermis tidak dapat diidentifikasi sampai
4
tingkat spesies karena epidermis daun atau
buah tidak dapat dibedakan jika dalam
bentuk remahan. Pengamatan anatomi
diperlukan untuk memastikan spesies
tumbuhan pakan yang terkandung dalam
remahan epidermis dalam feses.
Penelitian yang dilakukan Su dan Lee
(2001) serta Hanya et al. (2003) ditemukan
adanya bagian tubuh hewan yang
terkandung dalam feses. Sementara seluruh
sampel feses yang dikoleksi pada penelitian
ini tidak ditemukan bagian tubuh hewan.
Kalaupun ada bagian hewan yang ditemukan
hanya serangga pengunjung feses, untuk itu
faktor bagian hewan yang ditemukan
ditiadakan.
Nilai frekuensi keberadaan ketiga
bagian tumbuhan tersebut dihitung setelah
proses pemisahan komposisi feses. Nilai
frekuensi keberadaan buah dan biji, bunga,
dan remahan epidermis dalam feses berturutturut adalah 0.896, 0.776, 1 (Tabel 1). Nilai
frekuensi tersebut menggambarkan frekuensi
keberadaan setiap komponen dalam feses.
Remahan epidermis memiliki nilai frekuensi
1 artinya remahan epidermis ditemukan di
semua botol feses yang dikoleksi. Pemisahan
secara morfologi ini tidak mampu untuk
membedakan remahan epidermis daun dan
buah.
Pengamatan struktur anatomi pada
remahan epidermis dapat membantu proses
identifikasi spesies tumbuhan berdasarkan
karakter anatomi spesifik yang dimiliki
(Metcalfe & Chalk 1979). Sediaan
mikroskopis remahan epidermis diamati
karakter spesifiknya, misalnya stomata dan
trikoma. Hasil pengamatan dicocokkan
dengan pangkalan data yang dimiliki. Proses
tersebut ternyata dapat membedakan antara
epidermis buah dan daun.
Nilai frekuensi ditemukannya bunga
dalam feses sebelum dan setelah proses
pembuatan sediaan tetap yaitu 0.776. Nilai
frekuensi remahan epidermis berubah dari 1
menjadi 0.603. Remahan epidermis yang
ditemukan ternyata terdiri atas epidermis
buah, daun dan bagian yang tidak dapat
teridentifikasi. Nilai frekuensi buah dan biji
naik dari 0.896 menjadi 0.931. Daun bisa
teridentifikasi setelah pembuatan sediaan
mikroskopis, nilai frekuensi keberadaanya
mencapai 0.966 (Tabel 1). Metode sediaan
anatomi
ini
sangat
efektif
untuk
mengidentifikasi
organ
daun
yang
ditemukan dalam bentuk remahan di feses.
Bagian yang tidak teridentifikasi
masih ditemukan setelah proses pembuatan
sediaan mikroskopis. Beberapa faktor yang
menyebabkan hal tersebut antara lain,
keterbatasan pangkalan data, remahan
epidermis yang sangat hancur, dan diduga
M. fascicularis memperoleh sumber pakan
selain dari vegetasi alam.
Hadi (2001) melaporkan bahwa M.
fascicularis di kawasan Taman Wisata Alam
Pangandaran mendapatkan makanan sebesar
54.33% dari wisatawan. Pangkalan data
yang dimiliki hanya mencakup tumbuhan
pada vegetasi alam dan mengabaikan faktor
sumber pakan lainnya. Hal ini dapat
menyulitkan proses identifikasi spesies
sumber pakan jika hanya melihat kandungan
fesesnya.
Metode lain dibutuhkan untuk dapat
membantu melengkapi data pakan hewan
tersebut. Metode yang dapat digunakan
misalnya pengamatan aktivitas pakan harian
secara langsung di lapangan. Metode
pelengkap berfungsi untk melengkapi data
informasi pakan monyet ekor panjang yang
tidak teramati dari hasil analisis feses. Hasil
pengamatan aktivitas harian secara langsung
di lapangan tidak hanya dapat mengetahui
frekuensi makan dan banyaknya spesies
tanaman yang dimakan, tetapi dapat juga
mengetahui aktivitas harian lainnya seperti
waktu bergerak, beristirahat, selisik,
agonistik, bermain dan seksual.
Identifikasi Sisa Pakan dalam Feses
secara Anatomi
Jumlah spesies tumbuhan pakan
dalam feses yang berhasil teridentifikasi
sebanyak 18 spesies dari 41 komponen jenis
total yang ditemukan. 23 komponen lainnya
yang tidak teridentifikasi ditemukan dalam
bentuk remahan epidermis.
Tabel 1 Nilai frekuensi setiap bagian yang ditemukan dalam feses sebelum dan setelah pembuatan
sediaan mikroskopis
Frekuensi
Sebelum pembuatan sediaan mikroskopis
Sesudah pembuatan sediaan mikroskopis
Buah dan biji
Bunga
Daun
0.896
0.931
0.776
0.776
0.966
Remahan tidak
teridentifikasi
1
0.603
5
Bagian tumbuhan yang ditemukan
dalam feses meliputi buah dan biji, bunga,
dan daun. Famili yang dominan dari 18
spesies tersebut yaitu, Moraceae dan
Poaceae (Tabel 2). Bunga Ficus sp. yang
ditemukan dalam feses tidak dapat
diidentifikasi sampai tingkat spesies karena
secara anatomi sulit untuk dibedakan antar
spesies dalam satu familinya.
Monyet ekor panjang di kawasan
Taman Wisata Alam Pangandaran tidak
hanya mengambil pakan di atas pohon,
tetapi turun ke daratan. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya rumput-rumputan dari
famili Poaceae dalam feses.
Komposisi pakan dominan M.
fascicularis pada periode bulan JanuariApril 2012 adalah Bunga Ficus sp., Rumput
A (Digitaria sanguinalis), Huni (Antidesma
bunius), Kondang (Ficus variegata),
Kibuaya (Leea indica), rumput B (Paspalum
conjugatum), dan Kiara koneng (Ficus
annulata) (Gambar 2). Jenis pakan dominan
dipilih karena memiliki komposisi lebih dari
5% dari keseluruhan feses. Pakan lain-lain
yang teridentifikasi ada 11 jenis antara lain,
Kiara
(Ficus
microcarpa),
Kikores
(Physchotria viridiflora), Huru (Litsea
glutinosa),
Bungur
(Lagerstroema
ovaliforia),
Borogondolo
(Hernandia
Tabel 2
peltata), Kipacar (Syzygium sp.), Kokosan
monyet
(Dysoxyllum
caulostachyum),
Rumput C, Rumput D (Cynodon dactylon),
Rumput E, dan wali kukun (Schoutenia
ovata).
17.24%
17.24%
6.51%
16.86%
6.90%
6.90%
11.88%
Ficus sp.
Antidesma bunius
Leea indica
Ficus annulata
Gambar 2
16.48%
Digitaria sanguinalis
Ficus variegata
Paspalum conjugatum
Lain-lain
Komposisi pakan dominan M.
fascicularis.
Nama tumbuhan dan bagiannya yang berhasil teridentifikasi di dalam feses M.
fascicularis
Famili
Euphorbiaceae
Hernandiaceae
Lauraceae
Leeaceae
Lythraceae
Malvaceae
Meliaceae
Moraceae
Moraceae
Moraceae
Moraceae
Myrtaceae
Poaceae
Poaceae
Poaceae
Poaceae
Poaceae
Rubiaceae
Keterangan:
*
: Bulir
Spesies
Antidesma bunius
Hernandia peltata
Litsea glutinosa
Leea indica
Lagerstroema ovaliforia
Schoutenia ovata
Dysoxyllum caulostachyum
Ficus variegata
Ficus microcarpa
Ficus annulata
Ficus sp.
Syzygium sp.
Digitaria sanguinalis
Paspalum conjugatum
Tidak teridentifikasi
Cynodon dactylon
Tidak teridentifikasi
Physchotria viridiflora
Nama lokal
Huni
Borogondolo
Huru
Kibuaya
Bungur
Wali kukun
Kokosan monyet
Kondang
Kiara
Kiara koneng
Ficus
Kipancar
Rumput A
Rumput B
Rumput C
Rumput D
Rumput E
Kikores
Buah dan biji
√
Bunga
√
√
√
√
√
√
√
*
√
*
√
√
Daun
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
6
Metode studi anatomi memiliki
keefektifan
mengidentifikasi
spesies
tumbuhan dalam feses sebesar 43.90%,
karena 56.10% komposisi feses lainnya tidak
dapat teridentifikasi spesiesnya. Nilai
keefektifan metode ini bisa meningkat jika
didukung oleh metode lain, agar setiap
kekurangan dalam setiap metode tertutupi
oleh metode lainnya, seperti pengamatan
secara langsung di lapangan, percobaan pola
makan, dan analisis konten usus.
Pemotretan sediaan dilakukan untuk
menambah informasi pangkalan data dan
mendukung hasil identifikasi remahan sisa
pakan dalam feses. Tujuh spesies pakan
dominan yang ditemukan dalam feses difoto.
Tabel 3 merupakan hasil foto sayatan
anatomi tumbuhan pakan dominan yang
ditemukan dalam feses yang dibandingkan
dengan foto pangkalan data yang dimiliki.
Tabel 3 Hasil foto sediaan anatomi pakan dominan monyet ekor panjang dalam feses dengan
pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitat
Sediaan Anatomi dalam feses
Pangkalan Data Tumbuhan
Keterangan
Bunga Ficus sp.
Daun Rumput A
(Digitaria sanguinalis)
Tipe stomata : Sel penjaga
berbentuk halter didampingi
dua sel tetangga yang sejajar
Tipe trikoma : Simple short
glandular
Kerapatan stomata :
Abaksial : 438.01 /mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 20.0
Lebar : 9.56
Kerapatan trikoma :
Abaksial : 36.86 /mm2
Ukuran trikoma (µm):
Panjang : 32.25
Lebar : 13.25
Epidermis buah Huni
(Antidesma bunius)
Tipe stomata : Paracytic
Kerapatan stomata epidermis
buah : 23.86 /mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 48
Lebar : 34.9
7
Epidermis buah Kondang
(Ficus variegata)
Tipe stomata : Anisocytic
Tipe trikoma : Simple short
uniseriate
Kerapatan stomata epidermis
buah : 37.76 /mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 21.25
Lebar : 17.50
Kerapatan trikoma epidermis
buah: 29.37 /mm2
Ukuran trikoma (µm):
Panjang : 38.0
Lebar : 9.50
Epidermis buah Kibuaya
(Leea indica)
Tipe stomata : Cyclocytic
Kerapatan stomata epidermis
buah : 29.37/mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 21.20
Lebar : 17.80
Daun rumput B
(Paspalum conjugatum)
Tipe stomata : Sel penjaga
berbentuk halter didampingi
dua sel tetangga yang sejajar
Kerapatan stomata :
Abaksial :198.80 / mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 30.28
Lebar : 18.36
Epidermis buah Kiara
koneng (Ficus annulata)
Tipe stomata : Cyclocytic
Tipe trikoma : Simple long
glandular
Kerapatan stomata epidermis
buah : 51.24 /mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 34.70
Lebar : 25.80
Kerapatan Trikoma epidermis
buah : 20.13/mm2
Ukuran Trikoma (µm):
Panjang : 90.36
Lebar : 21.07
Jenis pakan dominan bisa berbeda
jika pengambilan sampel feses dilakukan
pada bulan yang berbeda. Hal ini karena
ketersediaan sumber pakan di alam di
pengaruhi musim sehingga kelimpahannya
tidak akan sama untuk tiap periodenya,
misalnya pada bulan Agustus-Oktober 2001
pakan dominan monyet ekor panjang yang
berasal dari vegetasi alaminya adalah Ficus
sumatrana dan Litsea resinosa (Hadi 2001).
Kiara beas (Ficus sumatrana)
merupakan spesies tumbuhan yang menjadi
salah satu pakan dominan hasil pengamatan
secara langsung di lapangan pada tahun
2001 dan
2012. Perbedaan waktu
pengamatan 11 tahun ini tidak membuat
monyet ekor panjang kehilangan selera
untuk menjadikan tumbuhan Kiara beas (F.
sumatrana) sebagai pakan dominannya.
Tiga belas spesies tumbuhan teramati
oleh Hadi pada periode Januari-Maret 2012
sebagai pakan dominan monyet ekor
panjang kelompok Goa Parat (Hadi I 10 Juli
2012,
Komunikasi
pribadi).
Hasil
identifikasi anatomi sisa pakan dalam feses
periode Januari-April 2012 pada penelitian
ini mendapatkan 7 jenis pakan dominan
yang ditemukan dalam feses (Tabel 4).
Tabel 4 Perbandingan pakan dominan dan sisa pakan dominan monyet ekor panjang yang berasal
dari vegetasi alami pada periode pengamatan yang berbeda
Periode Januari-Maret 2012**
Periode Agustus-Oktober
2001*
Katulampa (L. resinosa)
Kiara beas (F. sumatrana)
Sumber : *
Periode Januari-April 2012
pada penelitian ini
Beringin ( F. benjmina)
Kiara beas (F. sumatrana)
Kiara koneng (F. annulata )
Rumput A (D. sanguinalis )
Rumput B (P. Conjugatum)
Kondang (F. variegata)
Kiara koneng (F. annulata)
Bunga (Ficus sp.)
Rumput A (D. sanguinalis )
Rumput B (P. Conjugatum)
Rumput C
Rumput D (Cynodon dactylon )
Rumput E
Kikores (Physchotria viridiflora)
Pandan (Pandanus sp.)
Songgom (Baringtonia insignis)
Kibuaya (Leea indica)
Huni ( Antidesma bunius)
Kibuaya (Leea indica)
Huni ( Antidesma bunius)
: Hadi 2001, **
: Hadi I 10 Juli 2012, Komunikasi pribadi
Jika dibadingkan antara pengamatan
Hadi pada periode Januari-Maret 2012 dan
penelitian ini ternyata terdapat 5 spesies
yang sama. Spesies tumbuhan pakan yang
sama tersebut antara lain, Kiara koneng (F.
annulata),
Rumput
A
(Digitaria
sanguinalis),
rumput
B
(Paspalum
conjugatum), Kibuaya (Leea indica), dan
Huni (Antidesma bunius).
Hasil penelitian Hadi (2001) dan
tahun 2012 yang melakukan pengamatan
aktivitas makan serta penelitian ini yang
menggunakan metode identifikasi secara
anatomi menunjukan genus Ficus dari famili
Moraceae selalu menjadi salah satu pakan
dominan oleh monyet ekor panjang.
Tumbuhan bergenus Ficus selalu tersedia
sepanjang tahun dan jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh musim. Buah Ficus
memiliki kandungan serat yang tinggi
sehingga disukai oleh monyet ekor panjang.
SIMPULAN
Metode identifikasi anatomi remahan
feses monyet ekor panjang memiliki
keefektifan sebesar 43.90%. Metode
pendukung
lain
dibutuhkan
untuk
melengkapi informasi tentang komposisi
pakan. Sumber pakan selain berasal dari
vegetasi alam diduga berpengaruh terhadap
komposisi pakan monyet ekor panjang.
SARAN
Studi anatomi untuk mengetahui
kandungan feses monyet ekor panjang tidak
dapat berdiri sendiri, untuk itu diperlukan
metode pendukung seperti pengamatan
langsung di lapangan untuk mengamati
sumber pakan yang bukan berasal dari
vegetasi alam di suatu kawasan yang diteliti.
Melengkapi pangkalan data juga perlu
dilakukan untuk semua organ tumbuhan
setiap spesiesnya, agar pangkalan data yang
dimiliki lebih baik jika akan digunakan di
kemudian hari. Periode watu pengamatan
yang berbeda diperlukan untuk mendapatkan
informasi variasi pakan per periodenya.
DAFTAR PUSTAKA
Brandon-Jones D, Eudey AA, Geissmann T,
Groves CP, Melnick DJ, Morales JC,
Shekelle M, Stewart CB. 2004. Asian
primate classification. Int J Primatol
25(1):97-164.
Djuwantoko, Utami RN, Wiyono. 2008.
Perilaku Agresif Monyet, Macaca
fascicularis (Raffles, 1821) terhadap
wisatawan di Hutan Wisata Alam
Kaliurang, Yogyakarta. Biodiversitas
9(4) : 301-305.
Hadi I, Suryobroto B, Dorly, Aryanti NA,
Widayanti KA. 2011. Ekologi
Mamalia di TWA/CA Pangandaran
[laporan penelitian]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Hadi I, Suryobroto B, Perwitasari-Farajallah
D. 2007. Food preference of semiprovisioned macaques based on
feeding duration and foraging party
size. Hayati 14(1):13-17.
fascicularis) di habitat hutan jati.
Biota 2(1):1-6.
Hock
LB, Sasekumar A. 1979. A
preliminary study on the feeding
biology of mangrove forest primates,
Kuala Selangor.
Malay Nat J
33:105-112.
Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique.
New York: McGraw-Hill.
Metcalfe CR, Chalk L. 1979. Anatomy of the
Dicotyledons, Volume 1: Systematic
Anatomy of Leaf and Steam, with a
Brief History of the Subject. Oxford:
Clarendon Pr.
Mitani M, Watanabe K, Gurmaya KJ,
Megantara EN, Purnama AR, Syarif
YS. 2009. Plant species list from the
Pananjung
Pangandaran
Nature
Reserve, West Java, Indonesia,
sampled in the El Nino-Southern
Oscillation year of 1997. Humans
and Nature 20:113-120.
Mitani M, Watanabe K. 2009. The situation
of the Pangandaran nature reserve in
West Java, Indonesia in 2008, with
special reference to vegetation and
the population dynamics of primates.
Primate Research 25:5-13.
Richard AF, Goldstein SJ, Dewar RE. 1989.
Weed macaques: the evolutionary
implications of macaque feeding
ecology. Int J Primatol 10(6):569594.
Sass JE. 1951. Botanical Microtechique.
Lowa: The Lowa State Coll Pr.
Hadi I. 2001. Pemilihan makanan oleh
monyet karier buta warna [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Su H, Lee L. 2001. Food habit of Formosan
rock macaques (Macaca cyclopis) in
Jentse, Northeastern Taiwan, assesed
by fecal analysis and behavioral
observation.
Int J Primatol
22(3):359-377.
Hanya G, Noma N, Agetsuma N. 2003.
Altitudial and seasonal variations in
the diet of Japanese macaques in
Yakushima. Primates 44:51-59.
Willmer CM. 1983. Stomata. London:
Longman Group limited.
Hasanbahri S, Djuwantoko, Ngariana IN.
1996. Komposisi jenis tumbuhan
pakan kera ekor panjang (Macaca
Yeager CP. 1996. Feeding ecology of longtailed macaque (Macaca fascicularis)
in Kalimantan Tengah, Indonesia. Int
J Primatol 17(1):51-62.
LAMPIRAN
11
Lampiran 1 Komposisi larutan seri Johansen
Komposisi
Air
Etanol 95%
Etanol 100%
Tertier butil alkohol
Minyak parafin
I
50%
40%
10%
-
II
30%
50%
20%
-
Larutan Johansen
III
IV
V
15%
50%
45%
25%
35%
55%
75%
-
Lampiran 2 Komposisi larutan Gifford
Komposisi
Alkohol 60%
Asam asetat glacial
Gliserin
VI
100%
-
VII
50%
50%
Volume (ml)
80
20
5
Lampiran 3 Tumbuhan pangkalan data yang berhasil diinventarisasi
No. Nama sunda
Nama ilmiah
Famili
Daun
Bunga
Buah
√
1
Dahu
Dracohtomelon mangiferum
Anacardiaceae
2
Mangga
Mangifera indica
Anacardiaceae
3
Popohan
Buchanania arboresecens
Anacardiaceae
4
Burahol
5
Kananga
Stelechocarpus burahol
Cananga odorata
Annonaceae
Annonaceae
6
Sauheun
Polyalthia lateriflora
Annonaceae
√
7
Nyamplung
Calophyllum inophyllum
Clusiaceae
√
8
Katapang
Terminalia cattapa
Combretaceae
√
9
Kisegel
10
Dempol
Dillenia excelsa
Glochidion philippicum
Dilleniaceae
Euphorbiaceae
√
11
Huni
Antidesma bunius
12
Kihuut
13
Menteng
Glochidion macrocarpum
Baccaurea javanica
Euphorbiaceae
Euphorbiaceae
14
Kateng kateng
15
√
√
√
√
√
√
√
√
Euphorbiaceae
√
Cynometra ramiflora
Fabaceae
√
Kikukupu
Bauhinia sp.
Fabaceae
16
Sono keling
Dalbergia latifolice
Fabaceae
17
Kiminyak
18
Rukem
Casearia sp.
Flacourtia rukam
Flacourtiaceae
Flacourtiaceae
19
Borogondolo
Hernandia peltata
20
Katulampa
Litsea resinosa
Hernandiaceae
Lauraceae
21
Huru
Litsea glutinosa
Lauraceae
√
√
22
Huru batu
Litsea sp.
√
√
23
Kibuaya
√
√
24
-
Leea indica
-
Lauraceae
Leeaceae
25
Bungur
26
Benger
Lagerstroema ovaliforia
Lagerstroemia speciosa
27
Hibiscus
Hibiscus sp.
Liliaceae
Lythraceae
Lythraceae
Malvaceae
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
12
√
28
Wali kukun
Schoutenia ovata
Malvaceae
29
Waru laut
Hibiscus tiliaceus
Malvaceae
√
30
Kedoya
Dysoxyllum alliaceum
Meliaceae
√
31
Kokosan monyet
Dysoxyllum caulostachyum
Meliaceae
32
Mahoni
Swietenia macrophylla
Meliaceae
33
Benda
Artocarpus elasticus
Moraceae
34
Beringin
Ficus benjamina
Moraceae
35
Ficus 1
Ficus sp. 1
Moraceae
36
Ficus 2
Ficus sp. 2
Moraceae
37
Kiara
Ficus microcarpa
Moraceae
38
Kiara beas
Moraceae
39
Kiara kebo
Ficus sumatrana
Ficus sp. 3
40
Kiara koneng
Ficus annulata
Moraceae
41
Kiara lutung
Ficus sp. 4
Moraceae
42
Kiara munding
Ficus elastica
Moraceae
43
Kiara taplok
Ficus sp. 5
Moraceae
44
Kiciat
Ficus septica
Moraceae
45
Kondang
Ficus variegata
Moraceae
√
46
Kopeng
47
Kimokla
Ficus pubinervis
Knema glauca
Moraceae
Myristicaceae
√
48
Ipis kulit
Decospermum fruticosum
Myrtaceae
49
Jambu air
Myrtaceae
50
Jambu alas
Syzygium aqueum
Syzygium densiflora
51
Kipancar
Syzygium sp.
Myrtaceae
52
Kopo
Syzygium kicemosum
Myrtaceae
√
53
Salam
54
Pandan
Eugenia polyantha
Pandanus sp.
Myrtaceae
Pandanaceae
√
55
Rumput A
Digitaria sanguinalis
Poaceae
√
√
*
56
Rumput B
Paspalum conjugatum
Poaceae
√
√
*
57
Rumput C
-
Poaceae
√
√
*
58
Rumput D
Cynodon dactylon
Poaceae
√
59
Rumput E
-
Poaceae
√
60
Cangcaratang
Nauclea exelsa
Rubiaceae
√
61
Kelepu
Nauclea orientalis
Rubiaceae
62
Kihapit
Rubiaceae sp.
Rubiaceae
√
63
Kikores
Physchotria viridiflora
64
Kilalayu
√
65
Kilalayu batu
Arytera littoralis
Arytera sp.
Rubiaceae
Sapindaceae
66
Kosambi
67
Moraceae
Myrtaceae
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Sapindaceae
√
Schlerchera oleosa
Sapindaceae
√
Caruy
Pterospermum javanicum
Sterculiaceae
68
Dungun
Heritiera littoralis
Sterculiaceae
69
Hantap haulang
Sterculia coccinea
Sterculiaceae
√
√
√
√
13
√
70
Tangkolo
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
71
Umpang
Ternstroemia jaoquianum
Theaceae
√
72
Laban
73
Kibesi
Vitex pubescens
-
Verbenaceae
-
√
74
Kipala
-
-
√
75
Pacok gaok
-
-
√
-
-
√
76 Pereng
Keterangan:
*
: Bulir
√
√
MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN
WISATA ALAM PANGANDARAN
PUSPA LARASATI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK
PUSPA LARASATI. Identifikasi Anatomi Sisa Pakan dalam Feses Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran. Dibimbing oleh DORLY dan
ISLAMUL HADI.
Studi pakan monyet ekor panjang (M. fascicularis) dilakukan untuk mendapatkan informasi
komposisi pakan yang dikonsumsi pada waktu tertentu di suatu habitat. Metode yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan informasi tersebut yaitu dengan pegamatan lapangan dan analisis
feses. Penelitian tentang analisis feses dengan mengamati remahan sisa pakan dalam feses secara
anatomi belum pernah dilakukan. Sisa pakan yang tidak tercerna digunakan untuk
mengidentifikasi spesies tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang. Penelitian ini bertujuan
mengetahui keefektifan studi anatomi sisa pakan dalam feses monyet ekor panjang dengan
pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitatnya. Pengambilan sampel feses dan
tumbuhan pangkalan data dilakukan pada bulan Januari-Juli 2012 dengan menyusuri satu
kelompok monyet Goa Parat di Taman Wisata Alam Pangandaran. Total pangkalan data tumbuhan
berjumlah 76 spesies yang terbagi menjadi 25 Famili. Feses yang berhasil dikoleksi berjumlah 58
botol feses. Komposisi feses dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu, buah dan biji, bunga, dan
remahan epidermis. Remahan epidermis dapat diidentifikasi dan dipisahkan dari epidermis buah
dan daun dengan pendekatan anatomi. Metode studi anatomi memiliki keefektifan
mengidentifikasi spesies tumbuhan sisa pakan dalam feses sebesar 43.90%. Bagian yang tidak
dapat diidentifikasi dalam feses diduga monyet ekor panjang memperoleh sumber pakan selain
berasal dari vegetasi alam di sekitar habitatnya.
Kata kunci: Macaca fascicularis, Anatomi, Feses, Taman Wisata Alam Pangandaran.
ABSTRACT
PUSPA LARASATI. Anatomical Identification of Feed Residue in Fecal of Long-Tailed Macaque
(Macaca fascicularis) at Pangandaran Nature Park. Supervised by DORLY dan ISLAMUL HADI.
Feeding study of long-tailed macaque (M. fascicularis) was conducted to get information of
feed composition that had been consumed for some time at the habitat. The methods to get the
information of feed composition were field observations and fecal analysis. The research on fecal
analysis by observing the crumbs of feed residue of the fecal anatomically has never been carried
out before. Undigested feed residue was used to identify the species of plants which were the
source of feed for the long-tailed macaque. This study was aimed to observe the effectiveness of
the feed residue by anatomical studies in long-tailed macaque fecal with comparing database of
plants around the habitat. The fecal and plant database sampling was conducted from January until
July 2012 by tracking one group of long-tailed macaque along Parat Cave at Pangandaran Nature
Park. Total plant databases were 76 species, divided into 25 Family. About 58 bottles of fecal were
successfully collected during sampling. The composition of fecal was separated into three sections:
fruits and seeds, flowers, and epidermis crumbs. Epidermis crumbs could be identified and
separated from fruit and leaf epidermis by using anatomical approach. Methods of anatomical
studies had effectiveness of identify plant spesies feed residue in fecal around 43.90%. Parts that
could not be identified in the long-tailed macaque fecal were allegedly obtained from other than
natural feed sources around their habitat.
Keywords: Macaca fascicularis, Anatomical, Fecal, Pangandaran Nature Park.
IDENTIFIKASI ANATOMI SISA PAKAN DALAM FESES
MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN
WISATA ALAM PANGANDARAN
PUSPA LARASATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul : Identifikasi Anatomi Sisa Pakan dalam Feses Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran
Nama : Puspa Larasati
NRP : G34080096
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Dorly, M.Si.
NIP 19640416 199103 2 002
Islamul Hadi, S.Si., M.Si.
NIP 19760813 200501 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Biologi
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
NIP 19641002 198903 1 002
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Identifikasi Anatomi Sisa Pakan
dalam Feses Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pangandaran”.
Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Mikroteknik
Departemen Biologi, FMIPA, IPB pada bulan Januari sampai Juli 2012.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Dorly, M.Si. dan Bapak Islamul Hadi,
S.Si., M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama
menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih pula kepada Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si selaku penguji
dari wakil Komisi Pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan karya
ilmiah ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga tercinta, Ibu, Bapak, dan adik-adik
yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat. Terima kasih kepada Pak Naryo, Pak Joni,
Bu Eti, dan segala pihak yang telah membantu. Terima kasih kepada Nitra, kak Heni, kak Nisful,
Evi, Aldi, Hafiz, Khoerani, Ririn, Gina, Azizah, Nia, Shinta, Dini dan teman-teman di
Laboratorium Mikroteknik, serta kepada teman-teman tersayang di Biologi angkatan 45 yang
selalu memberikan semangat.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2012
Puspa Larasati
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Desember 1990, putri dari Bapak Zainal Falah
dan Ibu Puasati Mulyana. Penulis adalah anak pertama dari enam bersaudara.
Penulis lulus dari SD Negeri Bambu Apus 05 tahun 2002 dan lulus dari SMP Negeri 49
Jakarta tahun 2005. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Depok dan pada tahun yang
sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota Kementerian Pendidikan
dan Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM IPB, serta anggota Bioworld Himabio IPB. Penulis
juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar, Biologi Alga dan Lumut, Ilmu
Lingkungan, Anatomi dan Morfologi Tumbuhan, dan Mikroteknik. Penulis melaksanakan kegiatan
studi lapangan (2010) di Pangandaran dengan judul Inventarisasi Lumut Hati dan Lumut Sejati di
Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pangandaran yang dibimbing oleh Dra. Hilda Akmal.
Penulis melakukan kegiatan praktik lapangan (2011) di Bogor dengan judul Produksi Yoghurt di
Unit Peternakan Darul Fallah yang dibimbing oleh Ibu Ir. Agustin Wydia Gunawan, M.S. dan
Bapak Joko Hendri Suyono, A.Md. Penulis mengambil Supporting Course (SC) untuk mata kuliah
Peraturan Pangan, Dasar-Dasar Komunikasi, Manajemen Keuangan Konsumen, Keamanan dan
Sanitasi Pangan, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Pengelolaan Lingkungan Pesisir.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..............................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................
viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..............................................................................................................
Tujuan ...........................................................................................................................
1
1
METODE
Waktu dan Tempat ........................................................................................................
Metode Penelitian..........................................................................................................
Pengambilan Tumbuhan Sumber Pakan dan Pembuatan Pangkalan Data ...............
Pengambilan Feses ...................................................................................................
Pembuatan Sediaan Mikroskopis .............................................................................
Pengamatan dan Pemotretan Sediaan Mikroskopis ..................................................
1
1
1
2
2
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pangkalan Data Tumbuhan ...........................................................................................
Komposisi Feses............................................................................................................
Identifikasi Sisa Pakan dalan Feses secara Anatomi ....................................................
3
3
4
SIMPULAN .......................................................................................................................
8
SARAN ..............................................................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
9
LAMPIRAN .......................................................................................................................
10
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Nilai frekuensi setiap bagian yang ditemukan dalam feses sebelum dan setelah pembuatan
sediaan mikroskopis ................................................................................................................
2 Nama tumbuhan dan bagiannya yang berhasil teridentifikasi dalam feses M. fascicularis .....
3 Hasil foto sediaan anatomi pakan dominan monyet ekor panjang dalam feses dengan
pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitat ........................................................
4 Perbandingan Pakan dominan monyet ekor panjang yang berasal dari vegetasi alami pada
periode pengamatan yang berbeda...........................................................................................
4
5
6
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Peta persebaran kelompok monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam Pangandaran .........
2 Komposisi pakan dominan M. fascicularis..............................................................................
2
5
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Komposisi larutan seri Johansen .............................................................................................
2 Komposisi larutan Gifford .......................................................................................................
3 Tumbuhan pangkalan data yang berhasil diinventarisasi ........................................................
11
11
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) merupakan salah satu primata
yang mempunyai daerah persebaran yang
sangat luas di Asia Tenggara. Persebaran
monyet ekor panjang di Indonesia meliputi
pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali,
Lombok, Sumbawa, dan Timor (BrandonJones et al. 2004). Habitat primata ini
bervariasi, mulai dari hutan magrove (Hock
& Sasekumar 1979), hutan jati (Hasanbahri
et al. 1996), sampai daerah yang di kelilingi
pemukiman manusia, misalnya makam
keramat, kebun, pura, dan hutan wisata
(Hadi et al. 2007; Djuwantoko et al. 2008).
Macaca fascicularis juga dilaporkan sebagai
salah satu primata yang terdapat di Taman
Wisata Alam Pangandaran (Mitani &
Watanabe 2009).
M. fascicularis mampu beradaptasi di
berbagai habitat ditunjukkan dengan
kemampuan memilih pakan sesuai dengan
ketersediaannya di alam. Monyet ekor
panjang umumnya bersifat frungivora karena
57-67% dari total makanannya adalah buah
(Yeager 1996). Pakan yang dimakan oleh
monyet tersebut antara lain bunga, buah,
kulit kayu, biji, daun, serangga, getah, dan
makanan yang berasal dari manusia (Richard
et al. 1989). Habitat yang bervariasi akan
mengubah perilaku makannya menjadi
omnivora (Hadi et al. 2007).
Studi pakan monyet ekor panjang
dilakukan untuk mengetahui komposisi
pakan yang dikonsumsi pada waktu tertentu
sesuai habitatnya. Studi pakan pada monyet
ekor panjang telah dilakukan di beberapa
tempat, misalnya Kalimantan (Yeager 1996),
Cikakak, Jawa Tengah (Hadi et al. 2007),
dan Yogyakarta (Djuwantoko et al. 2008).
Studi pakan di beberapa daerah ini bertujuan
melihat keragaman jenis pakan dengan
penekanan pada aktivitas perilaku makan.
Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah
menganalisis kandungan sisa pakan yang
terdapat pada feses. Sisa pakan yang tidak
tercerna digunakan untuk mengidentifikasi
spesies tumbuhan sumber pakan monyet
ekor panjang.
Penelitian analisis feses pada monyet
formosan (M. cyclopis) dan monyet jepang
(M. fuscata) telah dilakukan (Su & Lee
2001; Hanya et al. 2003). Analisis feses
tersebut ditekankan pada pemisahan
komposisi remahan feses secara morfologi.
Pada M. fascicularis, metode pendekatan
secara anatomi analisis spesies tumbuhan
pakan pada remahan feses belum pernah
dilaporkan. Pengamatan anatomi remahan
sisa pakan yang ditemukan dalam feses
menjadi salah satu alternatif untuk
mengetahui spesies tumbuhan sumber pakan
yang dikonsumsi. Identifikasi remahan sisa
pakan dalam feses M. fascicularis mengacu
pada pangkalan data anatomi tumbuhan
sumber pakan yang dijumpai di sekitar
habitatnya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui
keefektifan studi anatomi sisa pakan dalam
feses monyet ekor panjang (M. fascicularis)
dengan pembanding pangkalan data
tumbuhan di sekitar habitat.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Januari-Juli 2012. Hadi et al. (2011)
melaporkan bahwa terdapat lima kelompok
monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam
Pangandaran. Kelompok tersebut terdiri atas
kelompok Goa Jepang, Kantor, Goa Parat,
Cikamal, dan kelompok Goa Panggung.
Sampel feses dan pangkalan data tumbuhan
diambil dari satu daerah jelajah monyet ekor
panjang Goa Parat di Taman Wisata Alam
Pangandaran. Analisis feses dilakukan di
Laboratorium Mikroteknik Departemen
Biologi, FMIPA, IPB.
Metode Penelitian
Pengambilan Tumbuhan Sumber
Pakan dan Pembuatan Pangkalan Data.
Tumbuhan sumber pakan yang diambil
adalah tumbuhan yang terlihat pada jarak ± 5
m ke arah kanan dan kiri di sepanjang jalan
setapak daerah jelajah (Hanya et al. 2003).
Bagian tumbuhan sumber pakan dimasukkan
ke dalam botol berisi alkohol 70% dan diberi
label lokasi serta waktu pengambilan.
Daun dan buah yang dikoleksi dibuat
sediaan mikroskopis secara mikroskopis,
kemudian diidentifikasi karakter anatominya
menggunakan buku Metcalfe & Chalk
(1979) dan buku Fahn (1991). Karakter
anatomi sediaan mikroskopis sayatan
paradermal adalah tipe stomata, kerapatan,
ukuran stomata dan trikoma, bentuk,
susunan dan ukuran sel epidermis. Karakter
2
anatomi sediaan mikroskopis sayatan
transversal dan longitudinal meliputi
struktur, ukuran, dan ciri khas jaringan
penyusun organ bunga, buah, dan biji.
Sediaan mikroskopis dan karakter anatomi
tumbuhan sumber pakan tersebut akan
dijadikan pangkalan data. Kerapatan stomata
dihitung dengan rumus (Willmer 1983)
sebagai berikut:
Σ Stomata
KR*) =
Luas bidang pandang (mm2)
Keterangan:
KR : Kerapatan stomata
*) rumus yang sama digunakan untuk data
trikoma
Pengambilan Feses. Feses monyet
ekor panjang diambil dari lapangan
berdasarkan hasil penelusuran satu daerah
jelajah kelompok monyet ekor panjang Goa
Parat yang terdapat di Taman Wisata Alam
Pangandaran. Kelompok Goa Parat dipilih
karena memiliki daerah jelajah yang cukup
panjang dan irisan daerah jelajah yang
paling sedikit dengan daerah jelajah lainnya
(Gambar 1). Pengambilan feses dilakukan 3
kali, pada bulan Januari, Maret, dan April
2012.
Feses yang berhasil dikoleksi selama
periode pengambilan sampel berjumlah 58
Keterangan:
: Kelompok Cikamal
: Kelompok Goa Jepang
: Kelompok Kantor
: Kelompok Goa Panggung
botol feses dan 8 botol di antaranya dalam
kondisi segar. Satu botol feses hanya berisi
satu produksi feses yang ditemukan. Feses
dicuci dan disaring untuk dipisahkan
menjadi 3 bagian yaitu, buah dan biji,
remahan epidermis, dan bunga. Perhitungan
frekuensi keberadaan masing-masing bagian
dihitung sebelum dan setelah proses
pembuatan sedian mikroskopis. Frekuensi
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Σ botol ditemukan suatu bagian tumbuhan
Σ botol sampel total
Pembuatan Sediaan Mikroskopis.
Sediaan mikroskopis remahan sisa pakan
dalam feses dan tumbuhan sumber pakan M.
fascicularis yang berada di sekitar kawasan
Taman Wisata Alam Pangandaran dibuat
dengan metode parafin (Johansen 1940)
berupa sayatan transversal dan longitudinal
serta sayatan paradermal dengan metode
whole mount (Sass 1951).
Buah, biji, dan bunga dalam feses
maupun tumbuhan sumber pakan dibuat
sediaan mikroskopisnya dengan metode
parafin. Sampel difiksasi dalam larutan FAA
(formaldehid : asam asetat glasial : alkohol
70% = 5:5:90), kemudian dicuci dengan
alkohol 50%.
: Kelompok Goa Parat
: Daerah Taman Wisata Alam Paangandaran
: Daerah Cagar Alam Pangandaran
Gambar 1 Peta persebaran kelompok monyet ekor panjang di Taman Wisata Alam Pangandaran.
Sampel kemudian didehidrasi dengan
larutan seri Johansen I – VII (Lampiran 1).
Sampel diinfiltrasi parafin dengan titik lebur
58oC secara bertahap di dalam oven. Sampel
ditanam (embedding) ke dalam blok yang
berisi parafin murni.
Blok parafin yang berisi sampel
dilunakkan dalam larutan Gifford (Lampiran
2). Blok dirapikan, kemudian ditempel pada
holder dan disayat setebal 10 µm dengan
mikrotom putar Yamato RV-240 dan pita
parafin direkatkan pada gelas objek dengan
albumin-gliserin. Tahap selanjutnya sampel
diwarnai dengan Safranin 2% dan fast green
0.5%. Pewarna safranin berfungsi untuk
mewarna bagian kutikula dan bagian yang
mengandung lignin, sedangkan pewarna fast
green untuk mewarna sitoplasma. Preparat
yang telah diwarnai ditetesi dengan entelan
lalu ditutup dengan gelas penutup dan
diamati di bawah mikroskop.
Sampel berupa remahan epidermis
yang berasal dari feses, sampel daun dan
buah dari tumbuhan sumber pakan M.
fascicularis dibuat sediaan mikroskopis
berupa sayatan paradermal. Sampel difiksasi
dengan alkohol 70%, kemudian dicuci
dengan akuades dan direndam dalam asam
nitrat 50%. Tahap selanjutnya penyayatan
bagian adaksial dan abaksial daun serta
epidermis buah menggunakan silet. Hasil
sayatan direndam dalam natrium hipoklorit
dan dibilas dengan akuades, lalu diwarnai
dengan safranin 1% dan diletakkan di gelas
objek yang telah diberi gliserin 30%, setelah
itu ditutup dengan gelas penutup untuk
diamati di bawah mikroskop.
Pengamatan
dan
Pemotretan
Sediaan Mikroskopis. Sediaan mikroskopis
diamati menggunakan mikroskop Olympus
tipe CH20 dan difoto dengan mikroskop
Olympus BX51. Hasil foto sediaan
mikroskopis tumbuhan sumber pakan sekitar
Taman Wisata Alam dijadikan pangkalan
data. Pangkalan data tersebut yang dijadikan
acuan dalam proses identifikasi spesies
tumbuhan remahan sisa pakan dalam feses.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pangkalan Data Tumbuhan
Bagian tumbuhan yang dikoleksi
untuk pangkalan data terdiri atas daun,
bunga, dan buah. Bagian tumbuhan tersebut
tidak semua dikoleksi dalam satu spesies.
Koleksi yang memiliki hanya bagian daun
berjumlah 50 spesies, bunga 3 spesies dan
yang terdiri atas buah saja 4 spesies. Koleksi
spesies yang memiliki bagian tumbuhan
daun dan buah terdiri atas 15 spesies,
sedangkan yang memiliki koleksi berupa
daun dan bunga terdiri atas 4 spesies. Total
keseluruhan tumbuhan pangkalan data
berjumlah 76 spesies yang terbagi menjadi
25 Famili (Lampiran 3).
Mitani et al. melakukan inventarisasi
dan identifikasi tumbuhan yang terdapat di
Taman Wisata Alam (TWA) dan Cagar
Alam (CA) Pangandaran pada tahun 1997
dan mempublikasikannya pada tahun 2009.
Tumbuhan yang berhasil teridentifikasi saat
itu sebanyak 85 spesies dari 34 famili
tumbuhan. Hasil yang diperoleh berbeda
karena Mitani et al. (2009) melakukan
inventarisasi sebelum bencana tsunami dan
diduga saat ini terdapat beberapa spesies
yang hilang. Perbedaan lokasi pengambilan
juga dapat mempengaruhi jumlah tumbuhan
yang berhasil diinventarisasi. Penelitian ini
hanya mengambil tumbuhan di sekitar
daerah jelajah kelompok monyet ekor
panjang Goa Parat di kawasan TWA,
sedangkan Mitani et al. (2009) mengambil
di seluruh kawasan TWA dan CA
Pangandaran.
Tumbuhan pangkalan data yaang
dimiliki akan menjadi acuan untuk proses
identifikasi remahan sisa pakan yang
terdapat dalam feses yang ditemukan.
Pangkalan data yang dibuat terdiri atas data
karakter khusus seperti stomata dan trikoma
serta foto sediaan anatomi setiap spesies
sebagai pendukung pangkalan data yang
dimiliki.
Komposisi Feses
Feses yang berhasil dikoleksi selama
tiga bulan berjumlah 58 botol. Perbedaan
komposisi pakan setiap bulan tidak dapat
dibandingkan karena jumlah sampel feses
yang dikoleksi tidak sama pada setiap bulan.
Komposisi feses dipisahkan menjadi tiga
bagian untuk setiap botol fesesnya yaitu,
buah dan biji, remahan epidermis, dan
bunga. Buah dan biji pengelompokannya
tidak dipisahkan karena belum jelas yang
dimakan oleh M. fascicularis daging buah
atau bijinya. Pemisahan bagian dalam feses
hanya dilakukan berdasarkan pengamatan
secara morfologi. Pengelompokkan ini
hanya dapat mengidentifikasi spesies jika
secara morfologi pada feses masih terlihat
utuh dan berukuran besar. Remahan
epidermis tidak dapat diidentifikasi sampai
4
tingkat spesies karena epidermis daun atau
buah tidak dapat dibedakan jika dalam
bentuk remahan. Pengamatan anatomi
diperlukan untuk memastikan spesies
tumbuhan pakan yang terkandung dalam
remahan epidermis dalam feses.
Penelitian yang dilakukan Su dan Lee
(2001) serta Hanya et al. (2003) ditemukan
adanya bagian tubuh hewan yang
terkandung dalam feses. Sementara seluruh
sampel feses yang dikoleksi pada penelitian
ini tidak ditemukan bagian tubuh hewan.
Kalaupun ada bagian hewan yang ditemukan
hanya serangga pengunjung feses, untuk itu
faktor bagian hewan yang ditemukan
ditiadakan.
Nilai frekuensi keberadaan ketiga
bagian tumbuhan tersebut dihitung setelah
proses pemisahan komposisi feses. Nilai
frekuensi keberadaan buah dan biji, bunga,
dan remahan epidermis dalam feses berturutturut adalah 0.896, 0.776, 1 (Tabel 1). Nilai
frekuensi tersebut menggambarkan frekuensi
keberadaan setiap komponen dalam feses.
Remahan epidermis memiliki nilai frekuensi
1 artinya remahan epidermis ditemukan di
semua botol feses yang dikoleksi. Pemisahan
secara morfologi ini tidak mampu untuk
membedakan remahan epidermis daun dan
buah.
Pengamatan struktur anatomi pada
remahan epidermis dapat membantu proses
identifikasi spesies tumbuhan berdasarkan
karakter anatomi spesifik yang dimiliki
(Metcalfe & Chalk 1979). Sediaan
mikroskopis remahan epidermis diamati
karakter spesifiknya, misalnya stomata dan
trikoma. Hasil pengamatan dicocokkan
dengan pangkalan data yang dimiliki. Proses
tersebut ternyata dapat membedakan antara
epidermis buah dan daun.
Nilai frekuensi ditemukannya bunga
dalam feses sebelum dan setelah proses
pembuatan sediaan tetap yaitu 0.776. Nilai
frekuensi remahan epidermis berubah dari 1
menjadi 0.603. Remahan epidermis yang
ditemukan ternyata terdiri atas epidermis
buah, daun dan bagian yang tidak dapat
teridentifikasi. Nilai frekuensi buah dan biji
naik dari 0.896 menjadi 0.931. Daun bisa
teridentifikasi setelah pembuatan sediaan
mikroskopis, nilai frekuensi keberadaanya
mencapai 0.966 (Tabel 1). Metode sediaan
anatomi
ini
sangat
efektif
untuk
mengidentifikasi
organ
daun
yang
ditemukan dalam bentuk remahan di feses.
Bagian yang tidak teridentifikasi
masih ditemukan setelah proses pembuatan
sediaan mikroskopis. Beberapa faktor yang
menyebabkan hal tersebut antara lain,
keterbatasan pangkalan data, remahan
epidermis yang sangat hancur, dan diduga
M. fascicularis memperoleh sumber pakan
selain dari vegetasi alam.
Hadi (2001) melaporkan bahwa M.
fascicularis di kawasan Taman Wisata Alam
Pangandaran mendapatkan makanan sebesar
54.33% dari wisatawan. Pangkalan data
yang dimiliki hanya mencakup tumbuhan
pada vegetasi alam dan mengabaikan faktor
sumber pakan lainnya. Hal ini dapat
menyulitkan proses identifikasi spesies
sumber pakan jika hanya melihat kandungan
fesesnya.
Metode lain dibutuhkan untuk dapat
membantu melengkapi data pakan hewan
tersebut. Metode yang dapat digunakan
misalnya pengamatan aktivitas pakan harian
secara langsung di lapangan. Metode
pelengkap berfungsi untk melengkapi data
informasi pakan monyet ekor panjang yang
tidak teramati dari hasil analisis feses. Hasil
pengamatan aktivitas harian secara langsung
di lapangan tidak hanya dapat mengetahui
frekuensi makan dan banyaknya spesies
tanaman yang dimakan, tetapi dapat juga
mengetahui aktivitas harian lainnya seperti
waktu bergerak, beristirahat, selisik,
agonistik, bermain dan seksual.
Identifikasi Sisa Pakan dalam Feses
secara Anatomi
Jumlah spesies tumbuhan pakan
dalam feses yang berhasil teridentifikasi
sebanyak 18 spesies dari 41 komponen jenis
total yang ditemukan. 23 komponen lainnya
yang tidak teridentifikasi ditemukan dalam
bentuk remahan epidermis.
Tabel 1 Nilai frekuensi setiap bagian yang ditemukan dalam feses sebelum dan setelah pembuatan
sediaan mikroskopis
Frekuensi
Sebelum pembuatan sediaan mikroskopis
Sesudah pembuatan sediaan mikroskopis
Buah dan biji
Bunga
Daun
0.896
0.931
0.776
0.776
0.966
Remahan tidak
teridentifikasi
1
0.603
5
Bagian tumbuhan yang ditemukan
dalam feses meliputi buah dan biji, bunga,
dan daun. Famili yang dominan dari 18
spesies tersebut yaitu, Moraceae dan
Poaceae (Tabel 2). Bunga Ficus sp. yang
ditemukan dalam feses tidak dapat
diidentifikasi sampai tingkat spesies karena
secara anatomi sulit untuk dibedakan antar
spesies dalam satu familinya.
Monyet ekor panjang di kawasan
Taman Wisata Alam Pangandaran tidak
hanya mengambil pakan di atas pohon,
tetapi turun ke daratan. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya rumput-rumputan dari
famili Poaceae dalam feses.
Komposisi pakan dominan M.
fascicularis pada periode bulan JanuariApril 2012 adalah Bunga Ficus sp., Rumput
A (Digitaria sanguinalis), Huni (Antidesma
bunius), Kondang (Ficus variegata),
Kibuaya (Leea indica), rumput B (Paspalum
conjugatum), dan Kiara koneng (Ficus
annulata) (Gambar 2). Jenis pakan dominan
dipilih karena memiliki komposisi lebih dari
5% dari keseluruhan feses. Pakan lain-lain
yang teridentifikasi ada 11 jenis antara lain,
Kiara
(Ficus
microcarpa),
Kikores
(Physchotria viridiflora), Huru (Litsea
glutinosa),
Bungur
(Lagerstroema
ovaliforia),
Borogondolo
(Hernandia
Tabel 2
peltata), Kipacar (Syzygium sp.), Kokosan
monyet
(Dysoxyllum
caulostachyum),
Rumput C, Rumput D (Cynodon dactylon),
Rumput E, dan wali kukun (Schoutenia
ovata).
17.24%
17.24%
6.51%
16.86%
6.90%
6.90%
11.88%
Ficus sp.
Antidesma bunius
Leea indica
Ficus annulata
Gambar 2
16.48%
Digitaria sanguinalis
Ficus variegata
Paspalum conjugatum
Lain-lain
Komposisi pakan dominan M.
fascicularis.
Nama tumbuhan dan bagiannya yang berhasil teridentifikasi di dalam feses M.
fascicularis
Famili
Euphorbiaceae
Hernandiaceae
Lauraceae
Leeaceae
Lythraceae
Malvaceae
Meliaceae
Moraceae
Moraceae
Moraceae
Moraceae
Myrtaceae
Poaceae
Poaceae
Poaceae
Poaceae
Poaceae
Rubiaceae
Keterangan:
*
: Bulir
Spesies
Antidesma bunius
Hernandia peltata
Litsea glutinosa
Leea indica
Lagerstroema ovaliforia
Schoutenia ovata
Dysoxyllum caulostachyum
Ficus variegata
Ficus microcarpa
Ficus annulata
Ficus sp.
Syzygium sp.
Digitaria sanguinalis
Paspalum conjugatum
Tidak teridentifikasi
Cynodon dactylon
Tidak teridentifikasi
Physchotria viridiflora
Nama lokal
Huni
Borogondolo
Huru
Kibuaya
Bungur
Wali kukun
Kokosan monyet
Kondang
Kiara
Kiara koneng
Ficus
Kipancar
Rumput A
Rumput B
Rumput C
Rumput D
Rumput E
Kikores
Buah dan biji
√
Bunga
√
√
√
√
√
√
√
*
√
*
√
√
Daun
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
6
Metode studi anatomi memiliki
keefektifan
mengidentifikasi
spesies
tumbuhan dalam feses sebesar 43.90%,
karena 56.10% komposisi feses lainnya tidak
dapat teridentifikasi spesiesnya. Nilai
keefektifan metode ini bisa meningkat jika
didukung oleh metode lain, agar setiap
kekurangan dalam setiap metode tertutupi
oleh metode lainnya, seperti pengamatan
secara langsung di lapangan, percobaan pola
makan, dan analisis konten usus.
Pemotretan sediaan dilakukan untuk
menambah informasi pangkalan data dan
mendukung hasil identifikasi remahan sisa
pakan dalam feses. Tujuh spesies pakan
dominan yang ditemukan dalam feses difoto.
Tabel 3 merupakan hasil foto sayatan
anatomi tumbuhan pakan dominan yang
ditemukan dalam feses yang dibandingkan
dengan foto pangkalan data yang dimiliki.
Tabel 3 Hasil foto sediaan anatomi pakan dominan monyet ekor panjang dalam feses dengan
pembanding pangkalan data tumbuhan di sekitar habitat
Sediaan Anatomi dalam feses
Pangkalan Data Tumbuhan
Keterangan
Bunga Ficus sp.
Daun Rumput A
(Digitaria sanguinalis)
Tipe stomata : Sel penjaga
berbentuk halter didampingi
dua sel tetangga yang sejajar
Tipe trikoma : Simple short
glandular
Kerapatan stomata :
Abaksial : 438.01 /mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 20.0
Lebar : 9.56
Kerapatan trikoma :
Abaksial : 36.86 /mm2
Ukuran trikoma (µm):
Panjang : 32.25
Lebar : 13.25
Epidermis buah Huni
(Antidesma bunius)
Tipe stomata : Paracytic
Kerapatan stomata epidermis
buah : 23.86 /mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 48
Lebar : 34.9
7
Epidermis buah Kondang
(Ficus variegata)
Tipe stomata : Anisocytic
Tipe trikoma : Simple short
uniseriate
Kerapatan stomata epidermis
buah : 37.76 /mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 21.25
Lebar : 17.50
Kerapatan trikoma epidermis
buah: 29.37 /mm2
Ukuran trikoma (µm):
Panjang : 38.0
Lebar : 9.50
Epidermis buah Kibuaya
(Leea indica)
Tipe stomata : Cyclocytic
Kerapatan stomata epidermis
buah : 29.37/mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 21.20
Lebar : 17.80
Daun rumput B
(Paspalum conjugatum)
Tipe stomata : Sel penjaga
berbentuk halter didampingi
dua sel tetangga yang sejajar
Kerapatan stomata :
Abaksial :198.80 / mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 30.28
Lebar : 18.36
Epidermis buah Kiara
koneng (Ficus annulata)
Tipe stomata : Cyclocytic
Tipe trikoma : Simple long
glandular
Kerapatan stomata epidermis
buah : 51.24 /mm2
Ukuran stomata (µm):
Panjang : 34.70
Lebar : 25.80
Kerapatan Trikoma epidermis
buah : 20.13/mm2
Ukuran Trikoma (µm):
Panjang : 90.36
Lebar : 21.07
Jenis pakan dominan bisa berbeda
jika pengambilan sampel feses dilakukan
pada bulan yang berbeda. Hal ini karena
ketersediaan sumber pakan di alam di
pengaruhi musim sehingga kelimpahannya
tidak akan sama untuk tiap periodenya,
misalnya pada bulan Agustus-Oktober 2001
pakan dominan monyet ekor panjang yang
berasal dari vegetasi alaminya adalah Ficus
sumatrana dan Litsea resinosa (Hadi 2001).
Kiara beas (Ficus sumatrana)
merupakan spesies tumbuhan yang menjadi
salah satu pakan dominan hasil pengamatan
secara langsung di lapangan pada tahun
2001 dan
2012. Perbedaan waktu
pengamatan 11 tahun ini tidak membuat
monyet ekor panjang kehilangan selera
untuk menjadikan tumbuhan Kiara beas (F.
sumatrana) sebagai pakan dominannya.
Tiga belas spesies tumbuhan teramati
oleh Hadi pada periode Januari-Maret 2012
sebagai pakan dominan monyet ekor
panjang kelompok Goa Parat (Hadi I 10 Juli
2012,
Komunikasi
pribadi).
Hasil
identifikasi anatomi sisa pakan dalam feses
periode Januari-April 2012 pada penelitian
ini mendapatkan 7 jenis pakan dominan
yang ditemukan dalam feses (Tabel 4).
Tabel 4 Perbandingan pakan dominan dan sisa pakan dominan monyet ekor panjang yang berasal
dari vegetasi alami pada periode pengamatan yang berbeda
Periode Januari-Maret 2012**
Periode Agustus-Oktober
2001*
Katulampa (L. resinosa)
Kiara beas (F. sumatrana)
Sumber : *
Periode Januari-April 2012
pada penelitian ini
Beringin ( F. benjmina)
Kiara beas (F. sumatrana)
Kiara koneng (F. annulata )
Rumput A (D. sanguinalis )
Rumput B (P. Conjugatum)
Kondang (F. variegata)
Kiara koneng (F. annulata)
Bunga (Ficus sp.)
Rumput A (D. sanguinalis )
Rumput B (P. Conjugatum)
Rumput C
Rumput D (Cynodon dactylon )
Rumput E
Kikores (Physchotria viridiflora)
Pandan (Pandanus sp.)
Songgom (Baringtonia insignis)
Kibuaya (Leea indica)
Huni ( Antidesma bunius)
Kibuaya (Leea indica)
Huni ( Antidesma bunius)
: Hadi 2001, **
: Hadi I 10 Juli 2012, Komunikasi pribadi
Jika dibadingkan antara pengamatan
Hadi pada periode Januari-Maret 2012 dan
penelitian ini ternyata terdapat 5 spesies
yang sama. Spesies tumbuhan pakan yang
sama tersebut antara lain, Kiara koneng (F.
annulata),
Rumput
A
(Digitaria
sanguinalis),
rumput
B
(Paspalum
conjugatum), Kibuaya (Leea indica), dan
Huni (Antidesma bunius).
Hasil penelitian Hadi (2001) dan
tahun 2012 yang melakukan pengamatan
aktivitas makan serta penelitian ini yang
menggunakan metode identifikasi secara
anatomi menunjukan genus Ficus dari famili
Moraceae selalu menjadi salah satu pakan
dominan oleh monyet ekor panjang.
Tumbuhan bergenus Ficus selalu tersedia
sepanjang tahun dan jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh musim. Buah Ficus
memiliki kandungan serat yang tinggi
sehingga disukai oleh monyet ekor panjang.
SIMPULAN
Metode identifikasi anatomi remahan
feses monyet ekor panjang memiliki
keefektifan sebesar 43.90%. Metode
pendukung
lain
dibutuhkan
untuk
melengkapi informasi tentang komposisi
pakan. Sumber pakan selain berasal dari
vegetasi alam diduga berpengaruh terhadap
komposisi pakan monyet ekor panjang.
SARAN
Studi anatomi untuk mengetahui
kandungan feses monyet ekor panjang tidak
dapat berdiri sendiri, untuk itu diperlukan
metode pendukung seperti pengamatan
langsung di lapangan untuk mengamati
sumber pakan yang bukan berasal dari
vegetasi alam di suatu kawasan yang diteliti.
Melengkapi pangkalan data juga perlu
dilakukan untuk semua organ tumbuhan
setiap spesiesnya, agar pangkalan data yang
dimiliki lebih baik jika akan digunakan di
kemudian hari. Periode watu pengamatan
yang berbeda diperlukan untuk mendapatkan
informasi variasi pakan per periodenya.
DAFTAR PUSTAKA
Brandon-Jones D, Eudey AA, Geissmann T,
Groves CP, Melnick DJ, Morales JC,
Shekelle M, Stewart CB. 2004. Asian
primate classification. Int J Primatol
25(1):97-164.
Djuwantoko, Utami RN, Wiyono. 2008.
Perilaku Agresif Monyet, Macaca
fascicularis (Raffles, 1821) terhadap
wisatawan di Hutan Wisata Alam
Kaliurang, Yogyakarta. Biodiversitas
9(4) : 301-305.
Hadi I, Suryobroto B, Dorly, Aryanti NA,
Widayanti KA. 2011. Ekologi
Mamalia di TWA/CA Pangandaran
[laporan penelitian]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Hadi I, Suryobroto B, Perwitasari-Farajallah
D. 2007. Food preference of semiprovisioned macaques based on
feeding duration and foraging party
size. Hayati 14(1):13-17.
fascicularis) di habitat hutan jati.
Biota 2(1):1-6.
Hock
LB, Sasekumar A. 1979. A
preliminary study on the feeding
biology of mangrove forest primates,
Kuala Selangor.
Malay Nat J
33:105-112.
Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique.
New York: McGraw-Hill.
Metcalfe CR, Chalk L. 1979. Anatomy of the
Dicotyledons, Volume 1: Systematic
Anatomy of Leaf and Steam, with a
Brief History of the Subject. Oxford:
Clarendon Pr.
Mitani M, Watanabe K, Gurmaya KJ,
Megantara EN, Purnama AR, Syarif
YS. 2009. Plant species list from the
Pananjung
Pangandaran
Nature
Reserve, West Java, Indonesia,
sampled in the El Nino-Southern
Oscillation year of 1997. Humans
and Nature 20:113-120.
Mitani M, Watanabe K. 2009. The situation
of the Pangandaran nature reserve in
West Java, Indonesia in 2008, with
special reference to vegetation and
the population dynamics of primates.
Primate Research 25:5-13.
Richard AF, Goldstein SJ, Dewar RE. 1989.
Weed macaques: the evolutionary
implications of macaque feeding
ecology. Int J Primatol 10(6):569594.
Sass JE. 1951. Botanical Microtechique.
Lowa: The Lowa State Coll Pr.
Hadi I. 2001. Pemilihan makanan oleh
monyet karier buta warna [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Su H, Lee L. 2001. Food habit of Formosan
rock macaques (Macaca cyclopis) in
Jentse, Northeastern Taiwan, assesed
by fecal analysis and behavioral
observation.
Int J Primatol
22(3):359-377.
Hanya G, Noma N, Agetsuma N. 2003.
Altitudial and seasonal variations in
the diet of Japanese macaques in
Yakushima. Primates 44:51-59.
Willmer CM. 1983. Stomata. London:
Longman Group limited.
Hasanbahri S, Djuwantoko, Ngariana IN.
1996. Komposisi jenis tumbuhan
pakan kera ekor panjang (Macaca
Yeager CP. 1996. Feeding ecology of longtailed macaque (Macaca fascicularis)
in Kalimantan Tengah, Indonesia. Int
J Primatol 17(1):51-62.
LAMPIRAN
11
Lampiran 1 Komposisi larutan seri Johansen
Komposisi
Air
Etanol 95%
Etanol 100%
Tertier butil alkohol
Minyak parafin
I
50%
40%
10%
-
II
30%
50%
20%
-
Larutan Johansen
III
IV
V
15%
50%
45%
25%
35%
55%
75%
-
Lampiran 2 Komposisi larutan Gifford
Komposisi
Alkohol 60%
Asam asetat glacial
Gliserin
VI
100%
-
VII
50%
50%
Volume (ml)
80
20
5
Lampiran 3 Tumbuhan pangkalan data yang berhasil diinventarisasi
No. Nama sunda
Nama ilmiah
Famili
Daun
Bunga
Buah
√
1
Dahu
Dracohtomelon mangiferum
Anacardiaceae
2
Mangga
Mangifera indica
Anacardiaceae
3
Popohan
Buchanania arboresecens
Anacardiaceae
4
Burahol
5
Kananga
Stelechocarpus burahol
Cananga odorata
Annonaceae
Annonaceae
6
Sauheun
Polyalthia lateriflora
Annonaceae
√
7
Nyamplung
Calophyllum inophyllum
Clusiaceae
√
8
Katapang
Terminalia cattapa
Combretaceae
√
9
Kisegel
10
Dempol
Dillenia excelsa
Glochidion philippicum
Dilleniaceae
Euphorbiaceae
√
11
Huni
Antidesma bunius
12
Kihuut
13
Menteng
Glochidion macrocarpum
Baccaurea javanica
Euphorbiaceae
Euphorbiaceae
14
Kateng kateng
15
√
√
√
√
√
√
√
√
Euphorbiaceae
√
Cynometra ramiflora
Fabaceae
√
Kikukupu
Bauhinia sp.
Fabaceae
16
Sono keling
Dalbergia latifolice
Fabaceae
17
Kiminyak
18
Rukem
Casearia sp.
Flacourtia rukam
Flacourtiaceae
Flacourtiaceae
19
Borogondolo
Hernandia peltata
20
Katulampa
Litsea resinosa
Hernandiaceae
Lauraceae
21
Huru
Litsea glutinosa
Lauraceae
√
√
22
Huru batu
Litsea sp.
√
√
23
Kibuaya
√
√
24
-
Leea indica
-
Lauraceae
Leeaceae
25
Bungur
26
Benger
Lagerstroema ovaliforia
Lagerstroemia speciosa
27
Hibiscus
Hibiscus sp.
Liliaceae
Lythraceae
Lythraceae
Malvaceae
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
12
√
28
Wali kukun
Schoutenia ovata
Malvaceae
29
Waru laut
Hibiscus tiliaceus
Malvaceae
√
30
Kedoya
Dysoxyllum alliaceum
Meliaceae
√
31
Kokosan monyet
Dysoxyllum caulostachyum
Meliaceae
32
Mahoni
Swietenia macrophylla
Meliaceae
33
Benda
Artocarpus elasticus
Moraceae
34
Beringin
Ficus benjamina
Moraceae
35
Ficus 1
Ficus sp. 1
Moraceae
36
Ficus 2
Ficus sp. 2
Moraceae
37
Kiara
Ficus microcarpa
Moraceae
38
Kiara beas
Moraceae
39
Kiara kebo
Ficus sumatrana
Ficus sp. 3
40
Kiara koneng
Ficus annulata
Moraceae
41
Kiara lutung
Ficus sp. 4
Moraceae
42
Kiara munding
Ficus elastica
Moraceae
43
Kiara taplok
Ficus sp. 5
Moraceae
44
Kiciat
Ficus septica
Moraceae
45
Kondang
Ficus variegata
Moraceae
√
46
Kopeng
47
Kimokla
Ficus pubinervis
Knema glauca
Moraceae
Myristicaceae
√
48
Ipis kulit
Decospermum fruticosum
Myrtaceae
49
Jambu air
Myrtaceae
50
Jambu alas
Syzygium aqueum
Syzygium densiflora
51
Kipancar
Syzygium sp.
Myrtaceae
52
Kopo
Syzygium kicemosum
Myrtaceae
√
53
Salam
54
Pandan
Eugenia polyantha
Pandanus sp.
Myrtaceae
Pandanaceae
√
55
Rumput A
Digitaria sanguinalis
Poaceae
√
√
*
56
Rumput B
Paspalum conjugatum
Poaceae
√
√
*
57
Rumput C
-
Poaceae
√
√
*
58
Rumput D
Cynodon dactylon
Poaceae
√
59
Rumput E
-
Poaceae
√
60
Cangcaratang
Nauclea exelsa
Rubiaceae
√
61
Kelepu
Nauclea orientalis
Rubiaceae
62
Kihapit
Rubiaceae sp.
Rubiaceae
√
63
Kikores
Physchotria viridiflora
64
Kilalayu
√
65
Kilalayu batu
Arytera littoralis
Arytera sp.
Rubiaceae
Sapindaceae
66
Kosambi
67
Moraceae
Myrtaceae
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Sapindaceae
√
Schlerchera oleosa
Sapindaceae
√
Caruy
Pterospermum javanicum
Sterculiaceae
68
Dungun
Heritiera littoralis
Sterculiaceae
69
Hantap haulang
Sterculia coccinea
Sterculiaceae
√
√
√
√
13
√
70
Tangkolo
Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
71
Umpang
Ternstroemia jaoquianum
Theaceae
√
72
Laban
73
Kibesi
Vitex pubescens
-
Verbenaceae
-
√
74
Kipala
-
-
√
75
Pacok gaok
-
-
√
-
-
√
76 Pereng
Keterangan:
*
: Bulir
√
√