Analisis Reproduksi dan Potensi Kerbau di Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur

ANALISIS REPRODUKSI DAN POTENSI KERBAU DI
KECAMATAN CIKALONGKULON
KABUPATEN CIANJUR

DINIS SYIFAUL HAQ

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Reproduksi
dan Potensi Kerbau di Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Dinis Syifaul Haq
NIM D14080139

ABSTRAK
DINIS SYIFAUL HAQ. Analisis Reproduksi dan Potensi Ternak Kerbau di
Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh KOMARIAH dan
LUCIA CYRILLA ENSD.
Kecamatan Cikalongkulon memiliki potensi untuk mengembangkan usaha
ternak kerbau karena wilayah ini banyak dimanfaatkan untuk persawahan dan
perkebunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis performa reproduksi
ternak kerbau, potensi pengembangan ternak kerbau dan pendapatan peternak dari
usaha ternak kerbau di Kecamatan Cikalongkulon. Sifat reproduksi kerbau
diketahui dengan melakukan wawancara, hasil yang diperoleh adalah sebagai
berikut: umur berahi pertama 2.32+0.73 tahun, umur kawin pertama 2.53+0.70
tahun, umur beranak pertama 3.47+0.72 tahun, lama siklus berahi 54.23+30.62
hari, lama berahi 5.19+3.73 hari, lama bunting 11.95+0.20 bulan, berahi dan
kawin setelah beranak 4.00+3.89 bulan, selang beranak 1.96+0.47 tahun. Populasi

ternak kerbau masih bisa ditingkatkan sesuai dengan nilai Kapasitas Peningkatan
Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Kecamatan Cikalongkulon, yaitu sebanyak
121.49 ST. Pendapatan usaha ternak kerbau yang paling tinggi adalah usaha
ternak kerbau milik sendiri dengan skala pemeliharaan 6-10 ekor sebesar
Rp23.793.500.
Kata kunci: analisis pendapatan, kerbau, KPPTR, sifat reproduksi

ABSTRACT
DINIS SYIFAUL HAQ. Reproduction Analysis and Potency of Buffalo in
Cikalongkulon District Cianjur Regency. Supervised by KOMARIAH and
LUCIA CYRILLA ENSD.
Cikalongkulon district has potential to develop buffaloes business because
this region widely used for rice fields and plantations. The purpose of this
research was to analyze the performance of buffalo reproduction, potential
improvement, and farmer’s income from buffalo business. Buffalo reproduction
performance known by doing interviews, the results that obtained were: 2.32+0.73
years old for the first puberty, 2.53+0.70 years old for the first conception,
3.47+0.72 years old for the first calving, 54.23+30.62 days period of estrous
cycle, 4.00+3.89 hari days of estrous cycle, 11.95+0.20 months of gestation time,
estrous and conception after 4,00+3.89 months partus, and 1.96+0.47 months of

calving interval. Population of buffalo can still be improved, according to
Capacity of Additional Ruminant Population (CARP) value of Cikalongkulon
district as much as 121.49 AU. Farmers that own buffalo by themselves received
the highest income, especially in scale 6-10 head. The highest income is
Rp23.793.500.
Keywords: buffalo, CARP, income analysis, reproduction characteristics

ANALISIS REPRODUKSI DAN POTENSI KERBAU DI
KECAMATAN CIKALONGKULON
KABUPATEN CIANJUR

DINIS SYIFAUL HAQ

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Reproduksi dan Potensi Kerbau di Kecamatan
Cikalongkulon Kabupaten Cianjur
Nama
: Dinis Syifaul Haq
NIM
: D14080139

Disetujui oleh

Ir Hj Komariah MSi
Pembimbing I

Ir Lucia Cyrilla ENSD MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri MAgrSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul
Analisis Reproduksi dan Potensi Kerbau di Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten
Cianjur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Hj Komariah MSi dan Ibu
Ir.Lucia Cyrilla ENSD MSi selaku pembimbing. Terima kasih kepada Bapak Edit
Lesa Aditia SPt MSc, Ibu Ir Lilis Khotijah MSi dan Bapak M Sriduresta S Spt
MSc selaku penguji dalam sidang saya. Terima kasih kepada para peternak yang
telah bersedia untuk diwawancara dan memberikan banyak informasi tentang
ternak kerbau di Kecamatan Cikalongkulon. Ungkapan terima kasih penulis
sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada segenap teman-teman

yang telah membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat.si ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Dinis Syifaul Haq

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat
Bahan
Prosedur
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Peternak Kerbau
Manajemen Pemeliharaan Ternak Kerbau
Sistem Pemeliharaan dan Perkandangan
Pakan
Perawatan Ternak Kerbau
Performa Sifat Reproduksi Ternak Kerbau
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR)
Pendapatan Usaha Ternak Kerbau
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
1
1
1
1
2

2
2
2
2
2
3
3
4
6
6
7
8
8
10
10
13
13
14

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7

Karakteristik peternak kerbau
Sifat reproduksi ternak kerbau
Potensi produksi hijauan
Hijauan hasil sisa pertanian (HHSP)
Nilai KPPTR
Nilai KPPTR masing-masing jenis ternak
Penerimaan, biaya dan pendapatan usaha ternak kerbau

5
8
10
10

11
11
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Peta Kecamatan Cikalongkulon
Persentase sistem pemeliharaan ternak kerbau
Bentuk kandang kerbau di Kecamatan Cikalongkulon
Tempat berkubang kerbau di Kecamatan Cikalongkulon
tempat penggembalaan kerbau di Kecamatan Cikalongkulon
Perbandingan pendapatan usaha ternak kerbau selama satu tahun

4

6
7
7
7
12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kecamatan Cikalongkulon merupakan salah satu kecamatan yang terdapat
di sebelah Utara Kabupaten Cianjur. Kecamatan Cikalongkulon memiliki potensi
untuk mengembangkan usaha ternak kerbau karena wilayah Kecamatan
Cikalongkulon ini banyak dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan. Luas
wilayah persawahan di Kecamatan Cikalongkulon adalah 5.197.7 ha (BPS
Kabupaten Cianjur 2012). Selain itu, usaha ternak kerbau juga merupakan usaha
turun temurun masyarakat Kecamatan Cikalongkulon. Jumlah populasi ternak
kerbau di Kabupaten Cianjur pada tahun 2011 adalah 10.464 ekor (BPS
Kabupaten Cianjur 2012) dan jumlah populasi ternak kerbau di Kecamatan
Cikalongkulon pada tahun 2011 adalah 962 ekor (Dinas Peternakan, Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Cianjur 2012).
Usaha ternak kerbau di Kecamatan Cikalongkulon memiliki beberapa
kendala, diantaranya adalah perkembangbiakan kerbau yang tidak teratur, tidak
adanya dokter hewan dan banyaknya pencurian kerbau di daerah Kecamatan
Cikalongkulon, sehingga banyak peternak kerbau yang mengalami kerugian.
Berdasarkan potensi dan kendala usaha ternak kerbau di Kecamatan
Cikalongkulon tersebut, maka perlu adanya penelitian mengenai sifat-sifat
reproduksi ternak kerbau, analisis potensi wilayah untuk pengembangan ternak
kerbau dan analisis pendapatan usaha ternak kerbau di Kecamatan Cikalongkulon,
Kabupaten Cianjur.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sifat reproduksi dan potensi
wilayah untuk pengembangan ternak kerbau. Selain itu, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis rata-rata tingkat pendapatan usaha ternak kerbau di
Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup data performa reproduksi ternak kerbau di
Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur berdasarkan keterangan dari
peternak kerbau pada saat penelitian lapang. Potensi wilayah untuk
pengembangan ternak kerbau di Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur
diketahui dengan menggunakan perhitungan KPPTR (Kapasitas Peningkatan
Populasi Ternak Ruminansia). Selain itu, penelitian ini juga menganalisis
pendapatan rata-rata peternak kerbau di Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten
Cianjur selama satu tahun dengan melakukan pendataan mengenai jumlah ternak
kerbau awal tahun, jumlah kerbau akhir tahun, pembelian ternak kerbau,
penjualan ternak kerbau, pembayaran jasa membajak sawah, kematian ternak
kerbau, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, biaya pakan (singkong dan
garam), biaya kesehatan dan biaya listrik.

2

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan informasi awal tentang lokasi penelitian dilakukan pada bulan
Juli 2012, kemudian dilanjutkan pengambilan data penelitian dari bulan Desember
2012 sampai Februari 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian lapang ini adalah borang
kuesioner, alat tulis dan alat dokumentasi. Alat dokumentasi yang digunakan
berupa camera digital.
Bahan
Objek utama pada penelitian lapang ini adalah ternak kerbau dan peternak
kerbau. Peternak kerbau yang diwawancarai adalah peternak yang memiliki dua
ekor kerbau atau lebih, bersedia untuk diwawancarai dan berdomisili di
Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Jumlah peternak yang
diwawancara sebanyak 47 orang peternak kerbau dengan jumlah total kerbau yang
dipelihara peternak adalah 176 ekor kerbau. Pada analisis usaha pendapatan ternak
kerbau data yang bisa diolah adalah sebanyak 36 peternak.
Prosedur
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap prasurvei dan
tahap survei. Tahap prasurvei dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi
penelitian secara umum sesuai data awal yang didapat dari Dinas Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur, kemudian dilakukan tahap survei
dengan mewawancarai peternak kerbau di daerah Kecamatan Cikalongkulon,
Kabupaten Cianjur untuk mengetahui informasi lebih detail sesuai dengan
pertanyaan yang sudah disiapkan dalam kuesioner.
Analisis Data
Penelitian ini dirancang menggunakan metode survei, yaitu melakukan
wawancara kepada peternak kerbau dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Pengambilan data primer ini dilakukan dengan metode
purposive sampling, yaitu pengambilan contoh dengan tujuan tertentu secara
sengaja. Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Cianjur dan Badan Pusat Statistik Cianjur. Analisis yang dilakukan
adalah analisis deskriptif, analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak
Ruminansia (KPPTR) dan analisis pendapatan.

3
Analisis deskriptif ini didapat dengan menggunakan data sekunder dari
instansi yang mendukung objek penelitian dan data primer yang didapat melalui
proses wawancara. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan keadaan
umum lokasi penelitian, karakteristik peternak dan informasi mengenai reproduksi
ternak kerbau.
Nilai KPPTR dapat dihitung menggunakan metode Nell dan Rollinson
(1974) dengan rumus sebagai berikut:
KPPTR (SL) = KTTR – Populasi Riil
KPPTR (KK) = KT (KK) – Populasi Riil
1. KTTR
=
2. Kapasitas Tampung (KK) = Jumlah Kepala Keluarga (KK) x 3 ST/KK
3. KPPTR efektif / KPPTR (E)
KPPTR (E) = KPPTR (KK), jika KPPTR (KK) < KPPTR (SL)
KPPTR (E) = KPPTR (SL), jika KPPTR (SL) < KPPTR (KK)
Keterangan:
k
Le
j
Li
2,3
3 ST/KK
KTTR
KPPTR (SL)
KPPTR (KK)
15 ton/BK/tahun

: koefisien ketersediaan lahan penghasil hijauan
: lahan penghasil hijauan
: koefisian ketersediaan produksi Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP)
: lahan penghasil Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP)
: kebutuhan ton BK/tahun setiap ST
: setiap KK mampu memelihara 3 ST
: kapasitas tampung ternak ruminansia
: KPPTR berdasarkan sumberdaya lahan
: KPPTR berdasarkan tenaga kerja
: rata-rata produksi padang rumput di Indonesia

Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui pendapatan usaha ternak
kerbau selama satu tahun. Menurut Soekartawi (2002) analisis pendapatan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
π
: Keuntungan usaha (Rupiah)
TR : Total Revenue (Total Penerimaan)
TC : Total Cost (Total Biaya)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Cianjur berada pada kedudukan 6021’-7025’ LS dan 106042’107025’ BT dengan curah hujan per-tahun rata-rata 1.000-1.500 mm dan jumlah
hari hujan rata-rata 150 per-tahun. Suhu di Kabupaten Cianjur berkisar antara
170C-320C dan kelembabannya berkisar antara 70%-80%. Kecamatan
Cikalongkulon merupakan salah satu dari 32 kecamatan yang berada di wilayah
administrasi Kabupaten Cianjur bagian Utara. Batas-batas wilayah Kecamatan
Cikalongkulon adalah sebagai berikut: (1) sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Mande, (2) sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta
dan Kabupaten Bandung, (3) sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Bogor, (4) sebelah Barat berbatasan dengan

4
Kecamatan Sukaresmi dan Kabupaten Bogor. Letak Kecamatan Cikalongkulon
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta Kecamatan Cikalongkulon
Sumber: Google Maps (2012)

Luas wilayah Kecamatan Cikalongkulon adalah 96.4 km2. Pemanfaatan
wilayah Kecamatan Cikalongkulon untuk lahan sawah adalah 5 197.7 ha dan luas
lahan bukan sawah adalah 3 890 ha. Jarak Kecamatan Cikalongkulon ke ibu kota
Kabupaten Cianjur adalah 17 km. Kecamatan Cikalongkulon berada di ketinggian
221-285 mdpl. Keadaan alam Kecamatan Cikalongkulon mendatar dan berbukit;
wilayah sebelah Utara dan Barat merupakan daerah dataran tinggi, sedangkan
sebelah Timur dan Selatan merupakan dataran rendah berupa pesawahan.
Kecamatan Cikalongkulon terdiri dari 18 desa yang terbagi menjadi 64
dusun. Jumlah penduduk Kecamatan Cikalongkulon tahun 2011 adalah sebanyak
97 573 jiwa yang terdiri atas laki-laki 49 513 jiwa dan perempuan 48 060 jiwa
(BPS Kabupaten Cianjur 2012).
Karakteristik Peternak Kerbau
Karakteristik peternak merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
keberhasilan usaha peternakan kerbau. Secara umum beberapa aspek karakteristik
peternak kerbau di Kecamatan Cikalongkulon dapat dilihat pada Tabel 1.

5
Tabel 1 Karakteristik peternak kerbau
Karakteristik peternak
Umur (tahun)
20 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
> 60
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Pengalaman beternak kerbau (tahun)
0 – 10
11 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 50
> 50
Beternak kerbau sebagai
Usaha utama
Usaha sampingan
Tujuan beternak kerbau
Turun temurun
Sumber penghasilan (usaha)
Kebanggaan
Kegemaran
Tabungan

Jumlah responden (orang)

Persentase (%)

10
10
15
7
5

21.3
21.3
31.9
14.9
10.6

9
36
2
0

19.1
76.6
4.3
0

11
12
9
5
6
4

23.4
25.5
19.2
10.6
12.8
8.5

39
8

83.0
17.0

20
15
1
10
1

42.6
31.9
2.1
21.3
2.1

Persentase umur terbesar peternak kerbau di Kecamatan Cikalongkulon
berada pada kisaran 41-50 tahun sebanyak 15 orang (31.9%). Pendidikan
peternak kerbau masih rendah jika dilihat dari segi pendidikan formal, hal ini
terlihat dari tingginya persentase tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 76.6% (36
orang), bahkan ada yang tidak merasakan pendidikan formal sebanyak 9 orang
(19.1%) dan tidak ada peternak yang tingkat pendidikannya melebihi SMP.
Menurut Pahrudin (2000) tingkat pendidikan formal yang umumnya rendah bukan
satu-satunya kriteria untuk menggambarkan tingkat pengetahuan dan keterampilan
peternak, akan tetapi secara relatif faktor ini dapat dijadikan sebagai indikator
untuk menganalisis kemampuan peternak dalam menerima informasi atau inovasi
baru.
Hasil survei menunjukkan bahwa peternak memiliki pengalaman beternak
yang bervariasi dan relatif lama, persentase paling besar adalah selama 11-20
tahun sebesar 25.5% (12 orang). Menurut Dekayanti (2008) semakin lama
peternak menjalankan usaha ternaknya semakin banyak pula pengalaman yang
mereka peroleh sehingga dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi
permasalahan dalam menjalankan usaha ternak tersebut.
Peternak kerbau sebagian besar menjadikan usaha ternak kerbau sebagai
usaha utama dengan persentase sebesar 83% (19 orang) dan sisanya sebanyak
17% (8 orang) sebagai usaha sampingan. Motivasi sebagian besar peternak untuk

6
beternak kerbau adalah sudah menjadi usaha turun temurun, yaitu sebesar 42.6%,
motivasi lainnya beternak kerbau adalah sebagai sumber penghasilan keluarga
(31.9%), kegemaran (21.3%), kebanggaan (2.1%) dan tabungan (2.1%).
Manajemen Pemeliharaan Ternak Kerbau
Sistem Pemeliharaan dan Perkandangan
Sistem pemeliharaan ternak kerbau di Kecamatan Cikalongkulon terbagi
atas tiga sistem pemeliharaan, yaitu ekstensif, semi intensif dan intensif. Menurut
Rahardi (2003) sistem pemeliharaan intensif adalah ternak dipelihara dalam
kandang dan biasanya disebut kereman, sistem pemeliharaan semi intensif adalah
ternak dilepas pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari, sedangkan
sistem pemeliharaan ekstensif adalah ternak dipelihara dengan dilepas pada lahan
atau padang rumput. Sistem yang paling banyak digunakan di Kecamatan
Cikalongkulon adalah sistem pemeliharaan semi intensif, yaitu 76.6%. Persentase
sistem pemeliharaan ternak kerbau dapat dilihat pada Gambar 2.
4.3%
(2 peternak)

19.1%
(9 peternak)
Ekstensif
Semi Intensif

76.6%
(36
peternak)

Intensif

Gambar 2 Persentase sistem pemeliharaan ternak kerbau
Sistem pemeliharaan semi intensif lebih banyak diterapkan dalam
pemeliharaan ternak kerbau karena sistem pemeliharaan secara ekstensif sudah
tidak aman lagi untuk diterapkan di Kecamatan Cikalongkulon. Pencurian ternak
kerbau baik pada siang hari maupun malam hari banyak terjadi di Kecamatan
Cikalongkulon. Pencurian ternak kerbau akan semakin sering terjadi ketika bulan
Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Pada saat melakukan wawancara para
peternak banyak yang merasa ketakutan akan kehilangan ternak kerbau karena ada
beberapa kejadian pencurian ternak kerbau terjadi setelah orang asing mencari
peternak kerbau dan melihat ternak kerbau yang mereka miliki. Hal ini membuat
proses wawancara dan pengumpulan data menjadi sulit karena banyak peternak
yang bersembunyi dan tidak bersedia diwawancara. Pada sistem pemeliharaan
intensif dan semi intensif dibutuhkan kandang sebagai tempat tinggal kerbau
untuk mempermudah penanganan ternak kerbau. Kandang yang dipergunakan
oleh peternak umumnya adalah kandang yang sangat sederhana, dinding terbuat
dari kayu atau bambu, atap terbuat dari plastik, seng atau genteng. Peternak yang
merasa khawatir ternak kerbau akan dicuri pada malam hari akan tidur di kandang
kerbau untuk menjaga ternak kerbau atau kandang kerbau dibuat dibelakang
rumah peternak sehingga peternak lebih mudah untuk mengawasi ternak kerbau
pada saat malam hari. Bentuk kandang kerbau di Kecamatan Cikalongkulon dapat
dilihat pada Gambar 3.

7

Gambar 3 Bentuk kandang kerbau di Kecamatan Cikalongkulon
Kerbau pada siang hari biasanya akan berkubang kurang lebih selama 2-3
jam untuk menurunkan suhu tubuhnya sehingga biasanya para peternak
mempekerjakan kerbau untuk membajak sawah dari pagi sampai siang hari sekitar
pukul 07.00-12.00 WIB atau pukul 08.00-12.00 WIB. Tempat untuk berkubang
kerbau biasanya berupa sungai, danau atau kolam yang dibuat sengaja oleh
peternak. Tempat kerbau berkubang berada dekat disekitar kandang atau tempat
penggembalaan ternak kerbau. Tempat kerbau berkubang dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 4 Tempat berkubang kerbau di Kecamatan Cikalongkulon
Pakan
Pakan yang diberikan sebagian besar peternak untuk ternak kerbau hanya
rumput lapang yang terdapat disekitar tempat pemeliharaan ternak kerbau,
beberapa peternak ada yang memberikan singkong atau bonggol jagung sebagai
pakan ternak dan ada juga yang memberikan garam kepada ternak kerbau dengan
cara ditabur di atas rumput di tempat penggembalaan kerbau. Tempat
penggembalaan ternak kerbau dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Tempat penggembalaan kerbau di Kecamatan Cikalongkulon

8
Pemberian singkong atau bonggol jagung sebagai pakan biasanya tidak
diberikan secara teratur setiap hari, namun pemberian singkong atau bonggol
jagung sebagai pakan akan dilakukan ketika singkong atau bonggol jagung
tersedia disekitar tempat tinggal peternak. Jarang ada peternak yang sengaja
membeli singkong untuk pakan ternak kerbau. Peternak yang memberikan garam
pada ternak kerbau mengatakan bahwa ternak kerbau akan lebih banyak makan
ketika rumput ditaburi dengan garam. Jumlah pemberian pakan ketika ternak
didalam kandang bervariasi baik pada sistem pemeliharaan intensif maupun semi
intensif, tergantung kemampuan peternak mencari pakan. Manajemen pemberian
pakan ternak kebau di Kecamatan Cikalongkulon masih kurang bagus, selain
karena tenaga kerja yang terbatas juga karena sudah lama tidak adanya
penyuluhan dari dinas peternakan terkait manajemen pemeliharaan ternak kerbau.
Kerbau jarang diberi air minum oleh peternak ketika didalam kandang, biasanya
kerbau akan minum pada saat berkubang.
Perawatan Ternak Kerbau
Penyakit yang sering menyerang kerbau adalah panas, para peternak di
Kecamatan Cikalongkulon menyebutnya dengan istilah bangsar. Penyakit lainnya
yang pernah menyerang kerbau adalah antraks, kembung dan batuk. Penyakit
yang sering menyerang anak kerbau adalah cacingan, anak kerbau yang berusia
sekitar tiga bulan biasanya akan terkena penyakit cacingan apabila induk kerbau
dipekerjakan untuk membajak sawah. Hal ini disebabkan di sawah banyak
terdapat telur-telur cacing yang kemungkinan menempel pada ambing induk
kerbau pada saat membajak sawah, oleh karena itu beberapa peternak tidak
mempekerjakan induk kerbau untuk membajak sawah ketika masih menyusui
anaknya. Peternak biasanya memberikan obat cacing yang biasanya terdapat di
warung-warung kepada anak kerbau. Pemberian vitamin jarang dilakukan
peternak, jumlah peternak yang pernah memberikan vitamin atau jamu kepada
kerbau berjumlah 8 orang dari 47 orang peternak yang diwawancara. Kerbau yang
sakit parah dan tidak bisa ditangani oleh peternak biasanya akan segera dijual
dengan harga yang murah ke tengkulak atau jagal sebelum kerbau mati. Peternak
mengobati kerbau yang sakit sendiri atau meminta bantuan peternak lain karena
tidak terdapat mantri dan dokter hewan di Kecamatan Cikalongkulon yang bisa
diminta tolong untuk mengobati ternak kerbau mereka yang sedang sakit.
Performa Sifat Reproduksi Ternak Kerbau
Menurut Toelihere (1981) reproduksi adalah fungsi tubuh yang sangat
penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan. Pengetahuan
sebagian peternak di Kecamatan Ciakalongkulon mengenai reproduksi kerbau
kurang baik. Perkawinan kerbau umumnya dilakukan secara alami dan terkadang
tidak diketahui oleh peternak. Peternak yang tidak memiliki pejantan dengan
sistem pemeliharaan intensif atau semi intensif sering mengalami kesulitan untuk
mengawinkan ternak kerbaunya sehingga perkembangbiakan kerbau sering
terlambat. Hal ini menyebabkan peternak meminjam pejantan dari peternak lain
untuk dikawinkan dengan induk kerbau milik peternak tersebut. Sistem
perkawinan di Kecamatan Cikalongkulon tidak menggunakan inseminasi buatan

9
(IB) karena tidak terdapat dokter hewan di daerah ini. Performa sifat reproduksi
ternak kerbau dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Sifat reproduksi kerbau
Sifat reproduksi
Umur berahi pertama (tahun)
Umur kawin pertama (tahun)
Umur beranak pertama (tahun)
Lama siklus berahi (hari)
Lama berahi (hari)
Lama bunting (bulan)
Berahi setelah beranak (bulan)
Kawin setelah beranak (bulan)
Selang beranak (tahun)
Sumber:

Performa
2.32 + 0.73
2.53 + 0.70
3.47 + 0.72
54.23 + 30.62
5.19 + 3.73
11.95 + 0.20
4.00 + 3.89
4.00 + 3.89
1.96 + 0.47

n
(98)
(94)
(75)
(28)
(69)
(73)
(60)
(60)
(40)

Literatur
2.48 + 0.37 a)
2.76 + 0.29 b)
3.7 c)
17-96 d)
0.5-4 d)
11.05 + 0.31 b)
1 e)
4.96 f)
2.04 + 0.22 a)

a)
f)

Afandi (2011); b)Ibrahim (2008); c)Ismawan (2000); d)Toelihere (1976); e)Lita (2009);
Putu (2003)

Umur berahi pertama dan umur kawin pertama kerbau secara berturut-turut
adalah 2.32+0.73 tahun dan 2.53+0.70 tahun. Umur berahi pertama dan kawin
pertama tidak terlalu berbeda jauh karena peternak menganggap umur berahi dan
kawin pertama terjadi pada umur yang sama. Umur kawin pertama sejalan dengan
hasil penelitian Ibrahim (2008) yang menyatakan bahwa umur kawin pertama
kerbau adalah 2.76+0.29 tahun. Umur beranak pertama kerbau adalah 3.47+0.72
tahun, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ismawan (2000) yang menyatakan
bahwa umur beranak pertama adalah 44.5 bulan (3.7 tahun).
Lama berahi kerbau adalah 5.19+3.73 hari dengan lama siklus berahi
54.23+30.62 hari. Lama berahi berkisar antara waktu penerimaan pertama sampai
penolakan terakhir kerbau betina kepada kerbau jantan. Siklus berahi adalah
interval antara timbulnya satu periode berahi ke permulaan periode berahi
berikutnya (Toelihere 1981).
Lama bunting adalah suatu aspek yang mempengaruhi selang beranak
(Lendhanie 2005). Perbedaan lama kebuntingan bisa disebabkan oleh manajemen,
pakan dan iklim lingkungan (Toelihere 1981). Lama bunting kerbau adalah
11.95+0.20 bulan. Hal ini sama dengan hasil penelitian Toliehere (1981) yang
mendapatkan informasi dari peternak responden pada suatu survei di Jawa
menyatakan bahwa periode kebuntingan pada kerbau lumpur berkisar antara 1112 bulan. Sedangkan pada penelitian Ibrahim (2008) menyatakan bahwa lama
bunting kerbau lumpur adalah 11.05 + 0.31 bulan.
Menurut Lendhanie (2008) apabila masa kebuntingan telah mencukupi
maka akan terjadi fase kelahiran. Setelah peristiwa kelahiran organ reproduksi,
terutama uterus, akan mengalami proses penyembuhan. Proses ini disebut dengan
istilah involunsi uterus. Setelah involusi uterus selesai maka akan terjadi berahi
kembali. Proses berahi setelah melahirkan pada tiap individu berbeda-beda
bergantung kepada lamanya proses involusi uterus. Menurut peternak, berahi
kembali dan kawin kembali kerbau setelah beranak adalah sama, yaitu 4.00+3.89
bulan.
Setelah kerbau mengalami berahi kembali setelah melahirkan maka siklus
reproduksi akan diulang kembali sampai pada kebuntingan berikutnya. Jarak

10
antara dua kebuntingan yang berurutan disebut selang beranak (Lendhanie 2005).
Menurut Herianti dan Pawarti (2010) keberhasilan pemeliharaan ternak berkaitan
dengan reproduksinya terukur dari kemampuannya untuk menghasilkan anak
dalam periode tertentu, artinya semakin pendek jarak beranak performa
reproduksinya semakin baik. Selang beranak kerbau di Kecamatan Cikalongkulon
adalah 1.96+0.47 tahun.
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR)
KPPTR adalah suatu metode pendekatan untuk menunjukkan kapasitas
wilayah dalam penyediaan makanan ternak sehingga diketahui potensi penyediaan
hijauan pakan ternak wilayah tersebut. Metode ini menggunakan kaidah-kaidah
kesetaraan dan nilai asumsi Nell dan Rollinson (1974). Potensi maksimum sumber
daya lahan dipengaruhi oleh potensi produksi hijauan yang terdiri dari lahan
sawah, sawah bera, galengan sawah, tegalan, perkebunan, hutan rakyat, dan hutan
negara. Selain itu, potensi maksimum sumber daya lahan dipengaruhi oleh hijauan
hasil sisa pertanian yang terdiri atas jerami padi, jerami jagung, daun ubi kayu,
daun ubi jalar, jerami kedelai dan daun kacang tanah. Potensi maksimum sumber
daya lahan di Kecamatan Cikalongkulon adalah 4.584.34 ST. Potensi Produksi
hijauan dan hijauan hasil sisa pertanian di Kecamatan Cikalongkulon dapat dilihat
pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3 Potensi produksi hijauan
No
Lahan hijauan
1
Sawah
2
Sawah bera
3
Galengan sawah
4
Tegalan
5
Perkebunan
6
Hutan rakyat
7
Hutan negara

Luas (ha)
1 954.00
390.80
58.62
2 404.00
443.00
4 476.00
3 792.00

Sumber: BPS Kabupaten Cianjur 2012

Tabel 4 Hijauan hasil sisa pertanian (HHSP)
No
Bahan HHSP
Produksi/ha (ton)
1
Jerami padi
5.7
2
Jerami jagung
5.4
3
Daun ubi kayu
17.9
4
Daun ubi jalar
11.5
5
Jerami kedelai
1.5
6
Daun kacang tanah
1.2

Luas panen (ha)
5 605
366
527
64
375
64

Sumber: BPS Kabupaten Cianjur 2012

Populasi ternak ruminansia di Kecamatan Cikalongkulon terdiri dari sapi,
domba, kambing, kerbau dan kuda. Kecamatan Cikalongkulon memiliki populasi
rill sebesar 3.959.32 ST. Nilai KPPTR kerbau Kecamatan Cikalongkulon adalah
121.49 ST yang artinya Kecamatan Cikalongkulon masih mampu menambah

11
populasi kerbau sebesar nilai KPPTR tersebut. Hasil perhitungan nilai KPPTR
dan Nilai KPPTR masing-masing jenis ternak ruminansia di Kecamatan
Cikalongkulon berdasarkan metode Nell dan Rollinson (1974) dapat dilihat pada
Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5 Nilai KPPTR
Peubah
Populasi riil
PMSL
KPPTR (SL)
Keterangan:
Populasi riil
PMSL
KPPTR (SL)

Nilai (ST)
3 959.32
4 584.34
625.02

: populasi riil ternak ruminansia
: Potensi maksimum sumber daya lahan
: Kapasitas peningkatan populasi ternak berdasarkan sumber daya lahan

Tabel 6 Nilai KPPTR masing-masing jenis ternak
Populasi
No
Ternak
1 Sapi
1 821.6
2 Kerbau
769.60
3 Kuda
9.00
4 Kambing dan Domba
1 359.12
Jumlah

KPPTR (ST)
287.56
121.49
1.42
214.55
625.02

Pendapatan Usaha Ternak Kerbau
Usaha ternak di Kecamatan Cikalongkulon masih sangat tradisional dan
biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan rendah. Menurut Bamualin (2002)
sarana dan prasarana dalam sistem agribisnis kerbau belum memadai. Belum ada
pasar hewan kerbau, rumah potong kerbau, toko peternakan kerbau dan
sebagainya untuk mendukung agribisnis kerbau. Sistem produksi masih bersifat
tradisional yang mengarah kepada biaya minimal, bukan pada efisiensi usaha.
Peternak kerbau yang diwawancara pada penelitian ini memelihara kerbau
2-12 ekor sebanyak 47 orang peternak, akan tetapi data yang dapat diolah dalam
analisis pendapatan usaha ternak kerbau adalah peternak yang memelihara ternak
kerbau 2-10 ekor sebanyak 36 peternak. Berdasarkan hal tersebut, perhitungan
usaha ternak kerbau dikelompokan menjadi dua, yaitu pemeliharaan 2-5 ekor
kerbau dan pemeliharaan 6-10 ekor kerbau. Selain itu, dalam usaha ternak kerbau
ini ada tiga macam sistem usaha berdasarkan kepemilikan ternak kerbau, yaitu
usaha ternak kerbau milik sendiri, usaha ternak kerbau gaduhan (bagi hasil) dan
usaha ternak kerbau milik sendiri sekaligus gaduhan. Oleh sebab itu, masingmasing dari kelompok ternak tersebut dikelompokan kembali menjadi tiga
kelompok.
Sumber penerimaan usaha ternak kerbau berasal dari penyediaan jasa
membajak sawah dan penjualan kerbau hidup. Peternak yang memelihara kerbau
dengan sistem gaduhan (bagi hasil) memperoleh penerimaan yang berasal dari
pembagian penjualan anak kerbau dari induk yang dimiliki oleh pemilik kerbau.
Hasil penjualan anak kerbau tersebut dibagi sama rata antara peternak dan pemilik
ternak. Selain itu, penerimaan juga didapat dari jasa membajak sawah, pembagian

12
hasil antara peternak dan pemilik kerbau sekitar Rp20.000 untuk pemilik dan
Rp40.000 untuk peternak, jika pembayaran jasa membajak kerbau Rp60.000 per
hari. Pembayaran jasa membajak sawah bervariasi, yaitu Rp50.000 – Rp90.000
per hari. Menurut Soekartawi (2002) penerimaan usaha tani adalah perkalian
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.
Biaya usaha ternak kerbau meliputi singkong, garam, listrik, biaya
kesehatan, penyusutan kandang dan penyusutan peralatan. Menurut Rahim dan
Hastuti (2007) biaya usaha tani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh
produsen (petani, nelayan dan peternak) dalam mengelola usahanya untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan
usaha ternak kerbau di Kecamatan Cikalongkulon selama satu tahun dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7 Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usaha ternak kerbau
Jumlah peternak Penerimaan (+)
Biaya (-)
Pendapatan
Kelompok
orang
Rp
1A
24
9 825 000
221 271
9 603 729
1B
5
9 120 000
173 250
8 946 750
1C
1
2 200 000
447 000
1 753 000
2A
4
24 050 000
256 500
23 793 500
2B
1
9 600 000
70 000
9 530 000
2C
1
13 000 000
144 000
12 856 000
Keterangan:
1 = pemeliharaan kerbau 2-5 ekor
2 = pemeliharaan kerbau 6-10 ekor
A = kerbau milik sendiri
B = gaduhan
C = kerbau milik sendiri dan gaduhan

Pendapatan usaha ternak kerbau yang paling tinggi adalah usaha ternak
kerbau milik sendiri dengan skala pemeliharaan 2-5 ekor sebesar Rp9.603.729 dan
skala pemeliharaan 6-10 ekor sebesar Rp23.793.500. Peternak kerbau di
Kecamatan Cikalongkulon banyak yang mengalami pencurian kerbau, kerbau
dijual murah karena sakit, kematian kerbau dan penipuan, sehingga peternak
banyak mengalami kerugian dan pendapatan rendah. Menurut Soekartawi (2002)
pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Perbandingan pendapatan usaha ternak kerbau dapat dilihat pada Gambar 4.

Pendapatan

Rp25,000,000
Rp25 000 000
Rp20 000 000
Rp20,000,000
Rp15 000 000
Rp15,000,000

Milik sendiri

Rp10 000 000

Rp10,000,000

Gaduhan

Rp5 000 000

Rp5,000,000

Milik sendiri dan gaduhan

Rp-

Rp2-5 ekor kerbau

6-10 ekor kerbau

Skala pemeliharaan usaha ternak kerbau

Gambar 6 Perbandingan pendapatan usaha ternak kerbau selama satu tahun

13

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Manajemen pemeliharaan dan reproduksi ternak kerbau di Kecamatan
Cikalongkulon perlu ditingkatkan. Performa reproduksi ternak kerbau di
Kecamatan Cikalongkulon belum optimal dengan karakteristik umur berahi
pertama 2.32+0.73 tahun, umur kawin pertama 2.53+0.70 tahun, umur beranak
pertama 3.47+0.72 tahun, lama siklus berahi 54.23+30.62 hari, lama berahi
5.19+3.73 hari, lama bunting 11.95+0.20 bulan, berahi dan kawin setelah beranak
4.00+3.89 bulan, selang beranak 1.96+0.47 tahun. Populasi ternak ruminansia
termasuk kerbau masih bisa ditingkatkan sesuai dengan nilai KPPTR ternak
kerbau Kecamatan Cikalongkulon, yaitu sebanyak 121.49 ST dengan pendapatan
usaha ternak kerbau paling tinggi adalah usaha ternak kerbau milik sendiri skala
pemeliharaan 6-10 ekor.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah pendapatan usaha ternak kerbau di Kecamatan
Cikalongkulon, sehingga kesejahteraan peternak bisa ditingkatkan. Peternak
sebaiknya melakukan usaha ternak kerbau milik sendiri dengan skala
pemeliharaan 6-10 ekor dan membentuk kelompok peternak kerbau. Selain itu,
perlu adanya bantuan dokter hewan dan pemerintah sehingga bisa diadakan
pemeriksaan ternak kerbau secara teratur dan penyuluhan kepada peternak kerbau
di Kecamatan Cikalongkulon tentang manajemen sistem pemeliharaan dan
reproduksi ternak kerbau sehingga para peternak bisa lebih memaksimalkan
pengelolaan usaha ternak kerbau. Pemerintah juga harus segera menangani kasus
pencurian ternak kerbau yang sering terjadi di Kecamatan Cikalongkulon.

DAFTAR PUSTAKA
Afandi HA. 2011. Produktivitas, potensi dan strategi pengembangan kerbau
belang di Kecamatan Sanggalangi’, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi
Selatan (skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2012. Kecamatan Cikalongkulon
dalam Angka 2012. Cianjur (ID): BPS Kabupaten Cianjur.
Bamualim A, Zulbardi M, Talib C. 2009. Peran dan ketersediaan teknologi
pengembangan kerbau di Indonesia. Di dalam: Bamualim A, Talib C,
Herawati T, Muladi, editor. Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak
Kerbau; 2008 Oktober 24-26; Tana Toraja, Indonesia.Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Hlm 1-10.
Dekayanti. 2008. Analisis potensi pengembangan usaha penggemukan sapi
potong di Kota Tangerang (skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

14
Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur. 2012. Arsip:
Populasi Kerbau dan Kuda menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Cianjur.
Cianjur (ID): Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur.
Google Maps. 2012. Peta Kecamatan Cikalongkulon [internet]. [diunduh 2012
Des 21]. Tersedia pada: http://maps.google.com
Herianti I, Pawarti MDM. 2010. Penampilan reproduksi dan produksi kerbau pada
kondisi peternakan rakyat di Pringsurat Kabupaten Temanggung. Di dalam:
Talib C, Herawati T, Matondang RH, Syafitrie C, Muladi, P Rahmawati
Elvianora, Hidajati N, editor. Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau
“Peningkatan Produktivitas Kerbau melalui Aplikasi Teknolohi Reproduksi
dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Peternak”; 2009 November 1113; Brebes, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Hlm 119-127.
Ibrahim L. 2008. Produksi susu, reproduksi dan manajemen kerbau perah di
Sumatera Barat. J. Peternakan. 5 (1): 1-9.
Ismawan AH. 2000. Produktivitas ternak kerbau di Desa Bojong dan Cibunar
Kabupaten Garut (skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lendhanie U. 2005. Karakteristik reproduksi kerbau rawa dalam kondisi
lingkungan peternakan rakyat. Kalimantan Selatan. Bioscientiae. 2(1): 43-48.
Lita M. 2009. Produktivitas kerbau rawa di Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Nell AJ, Rollinson DHL. 1974. The Requirement and Availability of Livestock
Feed in Indonesia. Jakarta (ID): UNDP Project INS/72/009.
Pahrudin A. 2000. Potensi pengembangan ternak kerbau di Desa Bojong dan
Cibunar Kabupaten Garut (skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Putu IGM. 2003. Aplikasi teknologi reproduksi untuk meningkatkan performans
produksi ternak kerbau di Indonesia. Wartazoa (ID). 13 (4): 172-180.
Rahardi F. 2003. Agribisnis Peternakan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Rahim A, Hastuti DRD. 2007. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomi Pertanian.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta (ID): UI-Press.
Toelihere MR. 1976. Pengendalian dan penyerentakan siklus berahi pada kerbau.
Laporan Penelitian Tahap II. Proyek Peningkatan dan Pengembangan
Perguruan Tinggi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Toelihere MR. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung (ID): Angkasa

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Dinis Syifaul Haq, dilahirkan di Cianjur pada
tanggal 1 Januari 1990, anak dari pasangan Abad Badrul Haq dan Lilis Sopiah.
Penulis memiliki dua orang adik laki-laki yang bernama Hamzah Syifaul Haq dan
Fajar Syifaul Haq.
Tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN
Sayang 1 Cianjur. Penulis melanjutkan studi di SMPN 4 Cianjur dan lulus pada
tahun 2005. Tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 1 Cilaku-Cianjur dan pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

15
IPB (USMI). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan.
Selama kuliah, penulis pernah aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa TPB
sebagai bendahara umum, menjadi sekretaris departemen Polkastra dan bendahara
umum Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan, menjadi bendahara 1
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB. Penulis pernah
melaksanakan kegiatan magang di Dinas Peternakan Sumedang. Aktivitas penulis
sekarang mengelola jasa penyediaan makanan LaLaLa Catering.