Identifikasi Keselamatan Kerja pada Proses Pembuatan Perahu Fiberglass

IDENTIFIKASI KESELAMATAN KERJA PADA PROSES
PEMBUATAN PERAHU FIBERGLASS

PRORI VITALIANO LATIEF

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi
Keselamatan Kerja pada Proses Pembuatan Perahu Fiberglass adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.


Bogor, Juli 2013
Prori Vitaliano Latief
NIM C44090006

ABSTRAK
PRORI VITALIANO LATIEF. Identifikasi Keselamatan Kerja pada Proses
Pembuatan Perahu Fiberglass. Dibimbing oleh BUDHI HASCARYO
ISKANDAR dan FIS PURWANGKA.
Keselamatan kerja di setiap tempat kerja termasuk di sektor perbengkelan
perlu diperhatikan untuk menekan serendah mungkin risiko kecelakaan kerja.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi secara jelas jenis bahaya pada
aktivitas pembuatan perahu fiberglass, dan membuat analisis keselamatan kerja
tentang potensi bahaya pada aktivitas pembuatan perahu fiberglass. Identifikasi
keselamatan kerja didapatkan melalui metode job safety analysis. Pengelompokan
potensi bahaya berdasarkan tingkat konsekuensinya adalah tidak berbahaya
(pekerjaan tertunda), ringan (tergores, gatal), menengah (tertusuk, iritasi kulit),
berat (terpotong, tertimpa perahu), dan fatal (tersengat listrik). Upaya
pengendalian yang dilakukan adalah pengadaan alat pelindung diri yang cukup
lengkap dan dengan kondisi masih baik, namun masih belum ada kesadaran dari
pekerja untuk menggunakan APD sesuai pekerjaannya. Identifikasi terhadap

proses pembuatan perahu fiberglass menunjukkan bahwa tahap pembuatan
konstruksi kerangka merupakan tahap yang paling berisiko. Tingkat risikonya
beragam dari ringan hingga fatal yang dapat menghilangkan nyawa seseorang.
Analisis keselamatan kerja menunjukkan bahwa proses pembuatan perahu
fiberglass memiliki tingkat risiko yang tinggi dilihat dari sisi keselamatan kerja.
Kata kunci: keselamatan kerja, perahu fiberglass, fiberglass

ABSTRACT
PRORI VITALIANO LATIEF. Safety Identification in Process of making
Fiberglass Boat. Supervised by BUDHI HASCARYO ISKANDAR and FIS
PURWANGKA.
Safety works in any workplace including in the workshop should be noted
to reduce the risk of accidents as low as possible. The purpose of this research to
clearly identify the types of hazards in fiberglass boat building activities, and
make an analysis of the potential safety hazards in fiberglass boat manufacturing
activity. Identification of safety was obtained through job safety analysis method.
Grouping based on the level of potential hazards consequences were harmless
(work pending), mild (scratched, itching), medium (punctured, skin irritation),
severe (cut, hit by boat), and fatal (electric shock). Control efforts was undertaken
procurement the personal protective equipment which fairly complete and in a

good condition, but there is still no awareness of workers to use appropriate PPE
work. Identification of the process of making fiberglass boat showed that
construction of the framework was the most risky phase. Risk levels vary from
mild to fatal that might eliminate a person's life. Safety analysis showed that the
process of making fiberglass boat has a high level of risk in terms of safety.

Key Word: Safety Works, Fiberglass Boats, Fiberglass

IDENTIFIKASI KESELAMATAN KERJA PADA PROSES
PEMBUATAN PERAHU FIBERGLASS

PRORI VITALIANO LATIEF
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

: Identifikasi Keselamatan Kerja pada Proses Pembuatan Perahu
Fiberglass
Nama
: Prori Vitaliano Latief
NRP
: C44090006
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui

Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si
Pembimbing 1

Fis Purwangka, SPi MSi

Pembimbing 2

Diketahui

Dr Ir Budy Wiryawan, M Sc
Ketua Departemen

Tanggal ujian: 25 Juli 2013

Tanggal lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah
keselamatan kerja, dengan judul Identifikasi Keselamatan Kerja pada Proses
Pembuatan Perahu Fiberglass.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah banyak membantu
dan memberikan masukan terutama kepada :
1) Dr.Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si. dan Bapak Fis Purwangka, S.Pi, M.Si.

selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan
saran ;
2) Dr. Ir. Wazir Mawardi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran ;
3) Vita Rumanti Kurniawati S.Pi, MT selaku komisi pendidikan yang telah
memberikan masukan dan saran ;
4) Kedua orang tua dan seluruh keluarga atas doa dan dukungannya ;
5) Kak Eko, Uwok, Pringgo selaku pekerja dalam pembuatan perahu yang telah
banyak membantu kegiatan penelitian ;
6) Adi, Gun, Cahra, Dedi, Tibet, Guntur, Ulfah, Maul, Ine, dan seluruh PSP 46
yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan;
7) Bagus, Gde, Ega, Icha, Ichal, Arvin, Gita, dan Fahrul dan semua yang telah
memberikan masukan dan dukungan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Prori Vitaliano Latief

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Alat
Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Pekerjaan
Persiapan
Pembuatan Cetakan
Pembuatan Badan Perahu
Pembuatan Konstruksi Kerangka
Pengujian
Finishing
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xi
xi
xi
1
1
1
1
2
2
2
2
4
4
5
6

7
9
10
11
15
15
15
16
17
37

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

Lembar data analisis keselamatan kerja
Lembar data analisis keselamatan kerja yang digunakan
Tingkat konsekuensi atau keparahan

Tingkat kemungkinan (likelihood)

3
3
4
4

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bagan alir kegiatan pembuatan perahu Fiberglass
Bagan alir proses persiapan produksi pembuatan perahu Fiberglass
Bagan alir proses pembuatan cetakan perahu Fiberglass
Bagan alir proses pembuatan badan perahu Fiberglass

Bagan alir proses pembuatan konstruksi kerangka perahu Fiberglass
Bagan alir proses pengujian perahu Fiberglass
Bagan alir proses finishing pembuatan perahu Fiberglass

12
12
13
13
14
14
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Gambar proses pembuatan cetakan
Gambar proses pembuatan Gelcoat
Gambar proses pelapisan mat
Gambar proses pelapisan woven roving
Gambar proses pelapisan Gelcoat
Gambar proses persiapan bahan kayu
Tabel Job safety analysis proses persiapan produksi
Tabel Job safety analysis proses pembuatan cetakan
Tabel Job safety analysis proses pembuatan badan perahu
Tabel Job safety analysis proses permbuatan kerangka kontsruksi
Tabel Job safety analysis proses pengujian
Tabel Job safety analysis proses finishing

17
17
17
17
17
17
18
19
23
27
34
35

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap pekerjaan pasti memiliki risiko tersendiri, Pekerjaan terdiri dari
beberapa aktivitas yang sebagiannya berhadapan langsung dengan alat-alat dan
mesin yang kompleks dan dikendalikan oleh tenaga kerja itu sendiri. Dari sana
dapat diperkirakan jenis bahaya yang mengancam jiwa, seperti tergelincir, bahaya
elektrik.
Menurut Anton (1989) definisi kecelakaan kerja adalah sesuatu yang tidak
terencana, tidak terkontrol, dan sesuatu hal yang tidak diperkirakan sebelumnya,
sehingga mengganggu efektivitas kerja seseorang. Secara global, Lingga (2011)
memperkirakan sekitar 337 juta kecelakaan kerja terjadi tiap tahunnya yang
mengakibatkan sekitar 2,3 juta pekerja kehilangan nyawa. Menurut Suma’mur
(1981) 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atas kesalahan manusia
sementara faktor teknis hanya 15-20%. Kecelakaan umumnya diakibatkan karena
berhubungan dengan sumber tenaga misalnya tenaga gerak mesin dan peralatan,
kimia, panas, listrik di atas ambang dari tubuh atau struktur bangunan. Kemajuan
teknologi juga telah merubah sifat dan bentuk pekerjaan. Banyak mesinmesin, bahan maupun proses baru yang kita temui sebagai hasil kemajuan
teknologi. Akan tetapi kemajuan teknologi juga membawa akibat sampingan yang
merugikan bila tidak ditangani dengan baik, yaitu dalam bentuk bahaya-bahaya
baru yang muncul seperti kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, pencemaran
lingkungan dan sebagainya.
Pelaksanaan keselamatan kerja di tempat kerja termasuk di sektor
perbengkelan diperlukan untuk menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan
penyakit yang timbul akibat hubungan kerja. Dalam pelaksanaan pekerjaan seharihari, karyawan/ pekerja akan terpapar dengan risiko bahaya di tempat kerjanya.
Analisis keselamatan kerja diperlukan pada setiap tempat bekerja. Oleh sebab itu,
dengan analisis ini dapat diketahui jenis cedera pekerja dan metode aman untuk
menanggulangi kecelakaan yang lebih efektif.
Pembuatan perahu fiberglass merupakan salah satu pekerjaan yang
berhubungan dengan alat dan bahan kimia yang berbahaya dan memerlukan
penanganan yang baik untuk menghindari potensi kecelakaan. Pembuatan perahu
fiberglass perlu mempertimbangkan aspek keselamatan yang dianggap kurang
aman sehingga perlu diteliti.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi secara jelas jenis bahaya pada
aktivitas pembuatan perahu fiberglass dan membuat analisis keselamatan kerja
tentang potensi bahaya pada aktivitas pembuatan perahu fiberglass.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan adalah sebagai informasi tentang cara analisis
keselamatan kerja dan sebagai informasi bagi instansi atau perorangan yang
memerlukan sesuatu hal yang berhubungan dengan keselamatan kerja khususnya
dalam proses produksi perahu fiberglass.

2

METODE
Metode penelitian menggunakan metode studi kasus. Kasus dalam
penelitian ini adalah proses pembuatan perahu fiberglass. Pengambilan data
dilakukan dengan observasi langsung untuk mendapatkan informasi tentang
potensi bahaya dari sebuah pekerjaan. Pengumpulan data primer dengan cara
pengamatan pada pekerjaan dan lingkungan kerja, serta wawancara langsung
dengan pekerja. Data pendukung yang diperoleh dari penelusuran pustaka.
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013, bertempat di ruang bengkel
bagian kapal dan transportasi perikanan. Proses pengolahan dan analisis data
dilakukan di Laboratorium Keselamatan Kerja dan Observasi Bawah Air,
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB, Bogor.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, peralatan
dokumentasi gambar, dan borang JSA (Job Safety Analysis).
Prosedur Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif yaitu dengan
mengelaborasi sejauh mungkin potensi bahaya dan pencegahan dalam tabel Job
Safety Analysis.
Identifikasi Pekerjaan
Tahapan HIRA (Hazard Identfication and Risk Assessment) pada
penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi aktivitas/ tugas secara rinci dengan
HTA (Hierarchical Task Analysis). Dalam HTA, pekerjaan/aktivitas dibagi
menjadi beberapa level pekerjaan/ aktivitas. Hal ini juga sangat bermanfaat dalam
melihat aktivitas dalam berinteraksi dengan peralatan kerja dan aspek lingkungan
kerja. Pekerjaan/ aktivitas dibagi atas beberapa level berdasarkan tujuan yang
ingin dicapai (Lyons et al., 2004). Level 0 menunjukan aktivitas atau sub-goals
yang ingin dicapai. Pekerjaan ini dipecah menjadi operasi sampai level paling
rendah (Lane et al., 2008).
Analisis Keselamatan Kerja
Menurut Chao (2002), analisis keselamatan kerja merupakan pengkajian
sistematis tentang prosedur kerja suatu pekerjaan untuk mengidentifikasi dan
mengendalikan bahaya sebelum bahaya tersebut mengakibatkan kecelakaan. JSA
difokuskan kepada hubungan antara pekerja, pekerjaan, alat kerja, dan lingkungan
kerja. Melalui kegiatan ini dapat diambil langkah-langkah untuk menghilangkan
atau mengurangi tingkat risiko dari bahaya yang diterima.

3
Terdapat 4 langkah dalam membuat JSA:
1) Memilih (menyeleksi) pekerjaan yang akan dianalisis.
Pekerjaan tidak dapat dipilih secara acak, pekerjaan dengan pengalaman
kecelakaan terburuk seharusnya dianalisis terlebih dahulu. Dalam memilih
pekerjaan untuk dianalisis dan dalam menyusun tata cara analisis, pengawasan
utama yang harus diikuti sebuah departemen adalah:
(a) Banyaknya kecelakaan yang terjadi dalam sebuah pekerjaan;
(b) Kecelakaan yang menghasilkan luka berat;
(c) Kecelakaan yang menghasilkan luka cacat; dan
(d) Pekerjaan baru dengan perubahan didalam peralatan kerja atau proses.
2) Membagi pekerjaan ke dalam beberapa langkah atau kegiatan.
Sebelum penelitian terhadap bahaya dimulai, pekerjaan harus dibagi ke
dalam beberapa langkah yang menggambarkan apa yang telah selesai dikerjakan
untuk menghindari dua kesalahan:
(a) Membagi pekerjaan menjadi terlalu rinci yang seharusnya tidak perlu
menghasilkan sejumlah banyak langkah; dan
(b) Membuat rincian kerja yang terlalu umum, sehingga langkah dasar tidak
tertulis.
3) Melakukan identifikasi terhadap bahaya-bahaya dan kecelakaan yang potensial.
4) Mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk menghilangkan bahayabahaya dan mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Berikut Tabel 1 dan 2 adalah contoh borang analisis keselamatan kerja.
Tabel 1 Lembar data analisis keselamatan kerja
No.
1.
2.
3.
...

Urutan langkah kerja
...
...
...
...

Potensi bahaya/ kecelakaan
...
...
...
...

Tindakan pencegahan
...
...
...
...

Sumber : (CCOHS, 2008)

Tabel 2. Lembar data analisis keselamatan kerja yang digunakan.
a
1
2
3


b





c





Keterangan tabel :
a. Nomor
b. Aktivitas
c. Peralatan
d. Potensi Bahaya
e. Kecelakaan
f. Derajat Risiko

d





e





g.
h.
i.
j.
k.

f





g





Pencegahan yang ada
Risiko
Mitigasi
Derajat Risiko*
Risiko*

h





i





j





k





4
Penilaian Risiko
Menurut Ridley (2004) penilaian risiko adalah cara-cara yang digunakan
pengelola untuk dapat mengelola dengan baik risiko yang dihadapi oleh
pekerjanya dan memastikan bahwa kesehatan dan keselamatan mereka tidak
terkena risiko pada saat kerja.
Penilaian risiko dari suatu hazard yang terjadi, terlebih dahulu harus
ditentukan likelihood dan severity-nya. Severity ditentukan oleh hasil potensial
situasi terburuk yang sangat mungkin terjadi dari penilaian hazard, sedangkan
pengaruh yang lebih ringan mungkin perlu dipertimbangkan secara analitis.
Penentuan dari severity adalah tidak terikat pada likelihood-nya. Tingkat
keparahan atau severity bisa dilihat pada Tabel 3. Dan tingkat kemungkinan atau
probability bisa dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3 dan Tabel 4 merupakan hasil modifikasi dari Mulya (2008).
Modifikasi dilakukan untuk penyederhanaan nilai severity dan likelihood-nya.
Tabel 3 Tingkat konsekuensi atau keparahan
severity
rating
Tidak
berbahaya
Ringan
Menengah
Berat
Fatal

chronic risk
level

efek kesehatan
tidak ada efek kekesehatan
membutuhkan penanganan langsung
membutuhkan waktu penyembuhan
kehilangan anggota tubuh
cacat tetap
kehilangan nyawa

low risk
medium risk
high risk

Tabel 4 Tingkat kemungkinan (likelihood)
Severity

0

0.25

Likelihood
0.5
0.75

1

Tidak berbahaya
Ringan
Menengah
Berat
Fatal

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Pekerjaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pekerjaan pembuatan perahu
fiberglass ini dibagi dalam beberapa tahapan besar yang mencakup keseluruhan
tahapan pengerjaan dari awal hingga selesai. Tahapan pekerjaan pembuatan

5
perahu fiberglass meliputi persiapan produksi yaitu segala hal yang diperlukan
sebelum membuat perahu fiberglass seperti membuat desain perahu, menyediakan
alat dan bahan yang diperlukan, mempersiapkan lokasi dan APD (Alat pelindung
Diri). Tahapan pembuatan cetakan yaitu tahapan yang dilakukan setelah desain
perahu yang inginkan didapatkan. Cetakan perlu didesain terlebih dahulu agar
dapat membentuk badan perahu sesuai dengan yang diinginkan. Cetakan ini hanya
dibuat sekali dan pembuatan badan perahu berikutnya menggunakan cetakan yang
sudah ada. Tahapan pembuatan badan perahu perahu merupakan tahapan lanjutan
setelah cetakan dibuat pembuatan badan perahu dimulai dari bagian bawah/ dasar
perahu mengikuti bentuk cetakan yang diinginkan dibuat dengan cara melapisi
cetakan dengan mirror glaze terlebih dahulu sebelum melapisi dengan fiberglass
agar badan perahu bisa terlepas dari cetakan dengan mudah. Tahapan selanjutnya
adalah pembuatan konstruksi kerangka yang dimaksud kerangka disini adalah
gading-gading dan galar-galar penghubung sisi-sisi perahu agar perahu lebih
kokoh dengan cara menyambung dengan kayu dan polyurethan lalu dilapisi
dengan fiberglass. Tahapan pengujian perahu merupakan tahapan penting untuk
mengetahui kekurangan perahu, pengujian dilakukan di kolam dengan beban
manusia. Tahapan terakhir yaitu finishing, Tahap ini untuk menyempurnakan
perahu setelah diuji, merapikan bentuk perahu, dan melakukan pengecatan untuk
memperindah perahu. Berikut merupakan bagan alir kegiatan pembuatan perahu
fiberglass yang tersaji pada Gambar 1. Tabel Job Safety Analysis proses
pembuatan perahu fiberglass terdapat pada Lampiran 2.
Persiapan
Tahapan satu dimulai dari pra persiapan yaitu kegiatan yang dilakukan
sebelum melakukan tahapan persiapan yaitu toolbox meeting untuk memperjelas
hal apa saja yang dilakukan dan tidak dilakukan serta bagian-bagian pekerjaan,
dan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada tahap persiapan.
Risiko pada tahapan ini termasuk bahan dan peralatan hilang karena seringkali
benda tidak diletakkan kembali termasuk bahan dan peralatan tidak pada
tempatnya. Risiko ini termasuk risiko menengah karena alat dan bahan yang
digunakan berharga cukup mahal. Mitigasi yang disarankan yaitu menyediakan
bahan dan alat cadangan untuk menghilangkan waktu yang terbuang jika alat atau
bahan yang diperlukan tidak ada.
Selanjutnya membuat desain kapal, desain kapal itu sendiri terdiri dari
rencana umum (general arrangement), dimensi utama, tabel offset, rencana garis
(linesplan), parameter hidrostatis dan rencana konstruksi (construction plan).
Risiko yang terjadi bisa dari setiap bagian sendiri-sendiri dan risiko ini
mengakibatkan pekerjaan tertunda. Pekerjaan ini termasuk risiko ringan karena
pekerjaan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidang desain
kapal. Mitigasi yang disarankan yaitu pekerja diharapkan mengikuti pelatihan
pembuatan desain kapal terlebih dahulu untuk mencegah risiko ini terjadi.
Tahapan selanjutnya adalah mendata jenis dan jumlah bahan yang
diperlukan. Setelah diketahui desain kapal yang akan dibuat kemudian dibuat
rencana jenis apa saja bahan yang diperlukan dan jumlah yang diperlukan.
Pendataan ini dapat dikatakan penting karena risiko yang ditimbulkan akibat tidak
merencanakan dengan baik salah satunya bahan yang diinginkan kurang atau tidak

6
ada. Hal tersebut akan mengakibatkan penundaan pekerjaan karena membeli
kembali bahan tersebut diperlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Mitigasi
yang disarankan untuk tahap ini yaitu pekerja memiliki kompeten yang baik
dalam merencanakan pembelian bahan serta mengenal bahan yang diperlukan
dengan baik. Tahap berikutnya adalah mendata jenis dan jumlah peralatan yang
dibutuhkan memiliki risiko yang hampir sama namun perbedaannya terletak pada
faktor tempat seperti perbengkelan biasanya sudah tersedia alat yang cukup
memadai. Namun, diperlukan pengelompokan agar mudah dicari dan disimpan
kembali.
Kesiapan area kerja dan APD (Alat pelindung Diri) sangat diperlukan
untuk memperlancar proses produksi. Maksud dari mempersiapkan adalah
merapikan lingkungan tempat produksi, meletakkan bahan dan peralatan di tempat
yang telah disesuaikan agar pada saat produksi tidak terlalu banyak membuang
waktu hanya untuk mencari alat atau bahan yang tercecer. Hal tersebut merupakan
risiko jika tidak mempersiapkan area kerja dengan benar yaitu dapat menunda
pekerjaan selanjutnya. APD atau alat pelindung diri sangat diperlukan untuk
melaksanakan program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). APD secara
umum terdiri atas helm pengaman (safety helmet), sepatu pelindung (safety shoes),
sarung tangan (glove), penutup telinga (ear plug), kaca mata pengaman (safety
glasses), masker (respirator), pelindung wajah (face shield), dan baju keselamatan
(wearpack). APD sangat diperlukan untuk menekan laju kecelakaan kerja yang
terjadi pada setiap pekerjaan berisiko fisik. Mitigasi yang disarankan untuk tahap
ini yaitu pekerja mengerti jenis-jenis alat keselamatan yang diperlukan dan
kondisi alat keselamatan tersebut.
Tahapan pasca persiapan merupakan tahapan dimana harus dilakukan
melakukan evaluasi pada tahap persiapan. Risiko yang terdapat pada tahap ini
adalah data hilang yang akan menghambat pekerjaan berikutnya. Mitigasi yang
disarankan pada tahap ini adalah membuat data cadangan yang penting dan
mencatat segala hal yang perlu dicatat pada tahap persiapan. Bagan alir proses
persiapan produksi pembuatan perahu fiberglass yang tersaji pada Gambar 2.
Pembuatan Cetakan
Tahapan satu dimulai dari pra pembuatan cetakan, yaitu toolbox meeting
untuk memperjelas hal apa saja yang dilakukan dan tidak dilakukan serta bagianbagian pekerjaan, dan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mempersingkat waktu. Risiko pada tahapan ini termasuk bahan dan peralatan
hilang karena seringkali bahan dan peralatan tidak diletakkan kembali pada
tempatnya. Mitigasi yang disarankan yaitu menyediakan bahan dan alat cadangan
untuk menyelamatkan waktu yang terbuang jika alat atau bahan yang diperlukan
tidak ada.
Tahapan kedua adalah membuat desain cetakan. Cetakan harus dengan
desain yang tepat agar hasil badan perahu sesuai dengan yang diinginkan.
Kegiatan membuat cetakan ini memiliki risiko seperti salah cetakan yang
termasuk risiko menengah karena membuat pekerjaan tertunda dan menghabiskan
bahan serta waktu. Mitigasi yang disarankan pada tahap ini adalah pekerja yang

7
membuat desain cetakan adalah pekerja yang berkompeten di bidang ini serta
memiliki pengalaman dalam membuat cetakan fiberglass sebelumnya.
Tahapan ketiga adalah mempersiapkan bahan kayu yang terbagi dalam
beberapa kegiatan yaitu mengukur kayu, memotong triplek, memotong balok kayu,
melubangi kayu, meratakan kayu (smoothing), dan memasang kayu. Pada setiap
kegiatan memiliki risiko tersendiri. Misalnya, penggunaan benda tajam akan
mengakibatkan luka dari mulai tergores, tertusuk, dan terpotong. Selanjutnya jika
tidak mengetahui cara menggunakan alat dengan benar, alat bisa membahayakan
diri dan orang lain, seperti alat jatuh mengakibatkan tertimpa, dan peralatan rusak,
dan yang lebih membahayakan jika terjadi hubungan arus pendek bisa
mengakibatkan seseorang tersengat listrik atau terjadi kebakaran di area kerja.
Begitupun pada tahap mempersiapkan bahan plat seng risiko yang terjadi pun
hampir sama karena menggunakan alat yang hampir sama cara kerjanya. Mitigasi
yang disarankan disini adalah menggunakan APD lengkap sesuai tugas yang
dikerjakan. Pada tahap ini APD yang digunakan yaitu sarung tangan kain, safety
glasses, wearpack dan safety shoes, lalu pekerja memiliki kompetensi yang baik,
dan mengetahui POB penggunaan alat yang menjadi bagiannya. Perlu
diperhatikan pula aspek kelistrikan berupa kabel-kabel dan stop kontak yang jauh
dari lokasi bahan cair dan mudah terbakar. Dokumentasi proses persiapan bahan
kayu terdapat pada Lampiran 1.
Tahap selanjutnya adalah pemasangan bahan kayu dan plat seng agar
membentuk cetakan yang diinginkan. Pada tahap ini hanya memerlukan paku dan
palu untuk merangkai bahan kayu dan plat seng tersebut, sehingga risiko yang
dapat terjadi pun tidak banyak seperti sebelumnya. Risiko pada tahap ini seperti
penggunaan alat pukul dan benda tajam. Namun walaupun terkesan remeh apabila
tidak dilakukan dengan benar akan mengakibatkan terpukul, tertusuk, tertimpa,
dan peralatan rusak. Mitigasi yang disarankan pada tahap ini adalah pekerja
memiliki kompetensi yang baik serta menggunakan APD yang sesuai pada tahap
ini seperti sarung tangan kain, dan safety shoes. Dokumentasi proses pembuatan
cetakan terdapat pada Lampiran 1.
Tahapan pasca pembuatan cetakan adalah tahap evaluasi pekerjaan. Pada
tahap ini pekerja perlu mengetahui kendala yang diterima dan mendapatkan solusi
secepat mungkin agar mempermudah pekerjaan selanjutnya. Pada tahap ini
pekerja juga merapikan dan membersihkan area kerja agar tidak ada bahan dan
alat yang hilang dan tercecer. Risiko yang terdapat pada tahap ini yaitu peralatan
dan bahan hilang atau peralatan rusak. Mitigasi yang disarankan pada tahap ini
adalah dibuatnya tempat khusus untuk meletakkan bahan dan alat pada tempat
yang aman dan mudah dicari. Bagan alir proses pembuatan cetakan perahu
fiberglass yang tersaji pada Gambar 3.
Pembuatan Badan Perahu
Tahapan pembuatan badan perahu dimulai dari pra pembuatan badan
perahu yaitu aktivitas toolbox meeting untuk memperjelas hal apa saja yang akan
dilakukan dan yang tidak dilakukan dan pembagian pekerjaan dengan jelas, dan
mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan serta lokasi pembuatan badan
perahu Risiko pada tahapan ini termasuk bahan dan peralatan hilang karena

8
seringkali bahan dan peralatan tidak diletakkan kembali pada tempatnya. Mitigasi
yang disarankan yaitu menyediakan bahan dan alat cadangan untuk
menyelamatkan waktu yang terbuang jika alat atau bahan yang diperlukan tidak
ada.
Tahapan selanjutnya yaitu mempersiapkan bahan yang akan digunakan
untuk proses pembuatan badan perahu perahu fiberglass. Pekerjaan yang ada pada
tahap ini adalah menggunting woven roving dan mat sesuai ukuran dan jumlah
yang diinginkan. Risiko yang dapat terjadi pada tahap menggunting mat dan
woven roving adalah penggunaan benda tajam yaitu tergores dan terpotong. Ada
risiko lain yang dapat terjadi karena bersentuhan langsung dengan bahan woven
roving dan mat yaitu menyebabkan gatal pada kulit, perih pada mata. Setelah itu
kita perlu melapisi bagian cetakan yang akan dilapisi fiberglass dengan
mirrorglaze terlebih dahulu agar mudah dilepas dari cetakan. Mitigasi disarankan
untuk tahap ini adalah pekerja memiliki pengetahuan akan bahaya bahan yang
digunakan atau pekerja memiliki kompeten yang baik dan menggunakan APD
yang sesuai pada tahap ini yaitu sarung tangan kain, dan wearpack .
Sebelum mulai membuat fiberglass perlu membuat gelcoat terlebih dahulu.
Gelcoat terbuat dari resin, talc, katalis, dan pigmen warna. Katalis adalah sejenis
bahan yang befungsi sebagai penyebab reaksi kimia. Bahan ini sebagai katalisator
dan akselerator pada proses pengeringan. Bahan katalis ini berisiko menyebabkan
gelcoat berbahaya jika bersentuhan langsung dengan kulit karena bersifat korosif.
Pada pembuatannya menggunakan alat bor yang dimodifikasi menjadi pengaduk
agar mempersingkat waktu karena setelah bercampur dengan katalis hanya
membutuhkan waktu singkat untuk mengeras. Penggunaan alat bor juga memiliki
risiko seperti tertimpa alat, alat rusak, dan hubungan pendek arus listrik yang
sangat berbahaya bagi pekerja. Mitigasi yang disarankan pada tahap ini adalah
pekerja memiliki kompetensi yang baik dan menggunakan APD yang sesuai yaitu
sarung tangan karet, wearpack, dan safety shoes serta lebih menjaga jalur aliran
listrik. Dokumentasi proses pembuatan dan pelapisan gelcoat terdapat pada
Lampiran 1.
Setelah melapisi dengan mirrorglaze tahap selanjutnya adalah melapisi
dengan fiberglass. Fiberglass dibuat dengan menyusun mat dengan woven roving
secara berlapis dengan melapisi gelcoat pada setiap lapisannya. Lapisan pertama
menggunakan mat lalu dilapisi dengan gelcoat, setelah itu woven roving dan
dilapisi gelcoat. Lapisan woven roving memiliki serat yang lebih sulit dibasahi
oleh resin, dengan kandungan resin yang lebih sedikit dibandingkan mat, maka
laminasi serat woven roving ini memiliki ketahanan terhadap resapan air yang
kurang baik. Kondisi ini dapat diperbaiki yaitu dengan laminasi serat woven
roving dilapisi lagi dengan lapisan mat pada sisi luar yang memiliki kandungan
resin polyster yang lumayan banyak. Risiko yang dapat terjadi pada tahap ini
salah satunya adalah interaksi dengan bahan kimia dan debu fiberglass dan serat
dapat menyebabkan iritasi dan gatal ketika digosok pada kulit. Hal ini dapat
terjadi pada orang yang bekerja dengan fiberglass, dan itu terjadi terutama di
lipatan kulit di sekitar pergelangan tangan, kerah dan ikat pinggang. Keringat
dapat memperburuk kondisi tersebut. Selain risiko bahan kimia juga terdapat
risiko fisik yaitu tergores fiberglass yang sudah mengeras. Mitigasi yang
disarankan salah satunya pekerja harus memiliki kompetensi yang baik,
menggunakan APD yang sesuai yaitu sarung tangan karet, masker, wearpack, dan

9
safety shoes, dan diperlukan penjelasan bahaya bahan tersebut agar secara
kebutuhan pekerja menggunakan alat keselamatan demi keselamatan jiwanya.
Dokumentasi pelapisan mat dan woven roving terdapat pada Lampiran 1.
Fiberglass yang dibuat tidak mungkin langsung sempurna, pada tahap
selanjutnya akan meratakan atau merapikan fiberglass. Meratakan atau merapikan
fiberglass adalah kegiatan menghaluskan bagian yang masih kasar dan
menghilangkan bagian yang tidak dibutuhkan dengan gerinda dan amplas. Risiko
yang ada pada tahap ini adalah kontak langsung dengan bahan fiberglass atau
terkena debu fiberglass di udara menyebabkan gatal pada kulit, mata, hidung dan
tenggorokan. Ada kemungkinan bahwa serat menyebabkan kerusakan permanen
pada paru-paru atau saluran pernapasan, atau meningkatkan kemungkinan kanker
paru-paru. Serat debu yang terhirup dapat mengganggu saluran pernapasan,
sehingga mengakibatkan batuk dan mengeluarkan lendir berlebihan. Kondisi ini
disebut bronchitis. Mitigasi yang disarankan salah satunya pekerja harus memiliki
kompetensi yang baik, pekerja menggunakan APD yang sesuai yaitu sarung
tangan kain, masker, safety glasses, wearpack, dan safety shoes serta diperlukan
penjelasan bahaya bahan tersebut agar secara kebutuhan pekerja menggunakan
alat keselamatan demi keselamatan jiwanya.
Tahapan pasca pembuatan badan perahu adalah tahap evaluasi pekerjaan
pada tahap pembuatan badan perahu pekerja perlu mengetahui kendala yang
dihadapi dan mendapatkan solusi secepat mungkin agar mempermudah pekerjaan
selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan juga merapikan dan membersihkan area
kerja agar tidak ada bahan dan alat yang hilang dan tercecer. Mitigasi yang
disarankan pada tahap ini adalah dibuatnya tempat khusus peletakan bahan dan
alat pada tempat yang aman dan mudah dicari. Bagan alir proses pembuatan badan
perahu fiberglass yang tersaji pada Gambar 4.
Pembuatan Konstruksi Kerangka
Tahapan pembuatan konstruksi kerangka dimulai dari pra pembuatan
konstruksi kerangka perahu dimana dilaksanakannya toolbox meeting dan
pembagian jobdesk masing-masing pekerja. Risiko pada tahapan ini termasuk
bahan dan peralatan hilang karena seringkali tidak diletakkan kembali pada
tempatnya. Mitigasi yang disarankan yaitu menyediakan bahan dan alat cadangan
untuk menyelamatkan waktu yang terbuang jika alat atau bahan yang diperlukan
tidak ada.
Tahap berikutnya adalah mendesain cetakan. Berbeda dengan cetakan
pada tahap sebelumnya, cetakan yang dimaksud disini adalah cetakan untuk
memotong kayu dan polyurethane sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Risiko
yang ada pada tahap ini adalah jika bentuk yang didesain tidak sesuai dengan yang
diinginkan akan memperlambat pekerjaan dan akan membuang banyak bahan.
Mitigasi yang disarankan untuk tahap ini adalah pekerja yang bertugas memiliki
kompetensi yang baik dalam pekerjaan mendesain cetakan.
Selanjutnya adalah mempersiapkan bahan kayu dan polyurethane, yaitu
membuat kayu dan polyurethan berbentuk dan berukuran sesuai dengan yang
diinginkan. Risiko yang ada pada tahap ini adalah penggunaan benda tajam bisa
berakibat tergores, tertusuk, dan terpotong. Risiko lainnya adalah salah dalam hal

10
operasional alat yang dapat berakibat jatuhnya alat atau rusaknya alat, dan terjadi
hubungan pendek arus listrik yang dapat membahayakan jiwa pekerja. Mitigasi
yang disarankan dalam tahap ini yaitu pekerja memiliki kompetensi yang baik,
mengerti cara POB alat dengan baik, dan memakai APD yang sesuai yaitu sarung
tangan kain, safety glasses, dan safety shoes.
Tahap selanjutnya yaitu memasang kayu dan polyurethane. Memasang
atau merangkai bahan yang sudah dipersiapkan menjadi suatu konstruksi kerangka
seperti galar-galar dan gading-gading. Risiko yang terdapat pada tahap ini adalah
penggunaan benda tajam dan alat pemukul bisa berakibat seperti tertusuk, tergores
dan tertimpa alat atau bahan. Mitigasi yang disarankan adalah pekerja memiliki
kompetensi yang baik dan penggunaan APD yang sesuai yaitu sarung tangan kain,
dan safety shoes.
Tahap selanjutnya yaitu melapisi dengan fiberglass. Sudah dijelaskan
sebelumnya cara pembuatan fiberglass sehingga menjadi lapisan yang kuat dan
kokoh. Pertama membuat gelcoat lalu dilapisi mat dan woven roving. Risiko yang
terdapat pada tahap ini adalah penggunaan bahan kimia yang dapat menyebabkan
iritasi pada kulit, gatal dan jika terhirup akan menyebabkan sesak dan bronchitis.
Mitigasi yang disarankan yaitu pekerja mempunyai kompetensi yang baik,
mengerti bahaya setiap bahan kimia yang digunakan, dan memakai APD yang
sesuai yaitu sarung tangan kain, safety glasses, wearpack, dan safety shoes.
Tahapan pasca pembuatan konstruksi kerangka adalah tahap evaluasi
pekerjaan. Pada tahap pembuatan konstruksi kerangka, pekerja perlu mengetahui
kendala yang dihadapi dan mendapatkan solusi secepat mungkin agar
mempermudah pekerjaan selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan juga merapikan
dan membersihkan area kerja agar tidak ada bahan dan alat yang hilang dan
tercecer. Mitigasi yang disarankan pada tahap ini adalah dibuatnya tempat khusus
untuk meletakkan bahan dan alat pada tempat yang aman dan mudah dicari.
Bagan alir proses pembuatan konstruksi kerangka perahu fiberglass yang tersaji
pada Gambar 5.
Pengujian
Tahap pertama yaitu tahap pra pengujian, pada tahap ini dilakukan toolbox
meeting membahas perencanaan dan pembagian tugas dalam hal pengujian ini.
Membahas cara memindahkan, alat bantu apa yang digunakan, dan mengadakan
percobaan apa saja. Risiko yang dapat terjadi pada tahap pra pengujian ini adalah
tidak adanya kolam yang siap digunakan untuk pengujian. Mitigasi yamg
disarankan yaitu dengan melakukan pengecekan lokasi terlebih dahulu sebelum
memindahkan perahu.
Tahap selanjutnya adalah pemindahan perahu, aktivitas pemindahan ini
memliki risiko memindahkan benda berat yang dapat berakibat salah satunya
tertimpa, keseleo, dan tergores. Risiko lainnya yaitu adanya bagian perahu yang
masih kasar dapat menyebabkan gatal dan iritasi di kulit karena bahan fiberglass.
Mitigasi yang disarankan dalam tahap ini adalah jumlah pekerja cukup dalam
proses pengangkatan, mengetahui POB pemindahan benda berat, menggunakan
alat bantu yang sesuai, dan menggunakan APD yang sesuai yaitu sarung tangan
kain, wearpack,dan safety shoes.

11
Tahap pengujian kolam adalah saat dimana perahu diuji dengan beberapa
faktor uji. Risiko yang terdapat dalam adalah saat bekerja diatas air salah satunya
adalah tercebur, terhimpit, dan perahu terbentur. Mitigasi yang disarankan pada
tahap ini adalah bekerja diarea aman dari potensi tercebur, menggunakan metode
pengujian yang tepat.
Tahapan pasca pengujian adalah tahap evaluasi pekerjaan, pekerja perlu
mengetahui kendala yang diterima dan mendapatkan solusi secepat mungkin agar
mempermudah pekerjaan selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan juga merapikan
dan membersihkan area kerja agar tidak ada bahan dan alat yang hilang dan
tercecer. Mitigasi yang disarankan pada tahap ini adalah dibuatnya tempat khusus
peletakan bahan dan alat ditempat yang aman dan mudah dicari. Bagan alir proses
pengujian perahu fiberglass yang tersaji pada Gambar 6.
Finishing
Pada tahap finishing dimulai dengan pra finishing yaitu aktivitas toolbox
meeting dan pembagian job desk masing-masing pekerja dan persiapan area kerja
termasuk perlistrikan. Risiko pada tahapan ini termasuk bahan dan peralatan
hilang karena seringkali bahan dan peralatan tidak diletakkan kembali pada
tempatnya. Mitigasi yang disarankan yaitu menyediakan bahan dan alat cadangan
untuk menyelamatkan waktu yang terbuang apabila alat atau bahan yang
diperlukan tidak ada.
Selanjutnya adalah pendempulan. Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki
kondisi badan perahu yang belum sesuai dengan keinginan. Dempul dibuat
dengan bahan talc, resin, pigmen warna, dan katalis. Risiko yang dapat terjadi
dalam tahap ini adalah penggunaan bahan kimia berbahaya yang dapat
menyebabkan iritasi, gatal, dan keracunan. Mitigasi yang disarankan untuk tahap
ini adalah pekerja memiliki kompetensi yang baik, mengetahui bahaya bahan yang
digunakan, serta menggunakan APD yang sesuai yaitu sarung tangan karet,
masker, dan wearpack.
Tahap selanjutnya adalah menghaluskan badan perahu. Setelah
pendempulan masih perlu dihaluskan. Penghalusan badan perahu dilakukan
dengan alat sander. Risiko yang dapat terjadi pada tahap ini adalah cara
memegang alat yang tidak benar akan mengakibatkan alat terjatuh dan alat
mengalami kerusakan. Risiko lainnya jika terjadi hubungan pendek arus listrik
akan membahayakan pekerja di sekitar lokasi alat listrik. Mitigasi yang disarankan
untuk tahap ini adalah pekerja memiliki kompetensi yang baik, mengetahui POB
penggunaan alat, tidak lupa merapikan kelistrikan, serta menggunakan APD yang
sesuai yaitu sarung tangan karet, masker, safety shoes dan wearpack.
Proses pengecatan dilakukan karena pada saat pembuatan gelcoat tidak
menggunakan pigmen warna. Risiko yang dapat terjadi pada tahap ini adalah
penggunaan bahan kimia yang dapat berakibat iritasi, gatal, dan keracunan.
Mitigasi yang disarankan pada tahap ini adalah pekerja memiliki kompetensi yang
baik, mengetahui bahaya bahan yang digunakan, dan menggunakan APD yang
sesuai yaitu sarung tangan karet, masker, safety shoes dan wearpack.
Selanjutnya adalah pemasangan tali yang dilakukan dengan cara memberi
lubang pada badan perahu untuk memasang tali. Risiko yang dapat terjadi yaitu

12
penggunaan benda putar yang akan mengakibatkan tergores, tertusuk, dan
tertimpa alat. Mitigasi yang disarankan pada tahap ini adalah pekerja memiliki
kompetensi yang baik, mengetahui bahaya bahan yang digunakan, serta
menggunakan APD yang sesuai yaitu sarung tangan kain, wearpack, dan safety
shoes.
Tahapan pasca pembuatan konstruksi kerangka adalah tahap evaluasi
pekerjaan. Pada tahap pembuatan konstruksi kerangka, pekerja perlu mengetahui
kendala yang dihadapi dan mendapatkan solusi secepat mungkin agar
mempermudah pekerjaan selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan juga merapikan
dan membersihkan area kerja agar tidak ada bahan dan alat yang hilang dan
tercecer. Mitigasi yang disarankan pada tahap ini adalah dibuatnya tempat khusus
untuk meletakkan bahan dan alat pada tempat yang aman dan mudah dicari.
Bagan alir proses finishing perahu fiberglass yang tersaji pada Gambar 7.
Berikut adalah bagan alir setiap tahapan kegiatan proses pembuatan perahu
fiberglass
Mulai
persiapan produksi
pembuatan cetakan
pembuatan badan
perahu perahu
pembuatan konstruksi kerangka

Mulai
pra persiapan
membuat desain perahu
mendata jenis dan jumlah
bahan yang diperlukan
mendata jenis dan jumlah
alat yang diperlukan

pengujian perahu
finishing perahu
Selesai
Gambar 1.Bagan alir kegiatan
produksi pembuatan perahu fiberglass

mempersiapkan area
kerja dan APD
pasca persiapan
Selesai

Gambar 2. Bagan Alir kegiatan
Persiapan
pembuatan
perahu
fiberglass

13
Mulai

Mulai

pra pembuatan cetakan

pra pembuatan badan
perahu

mendesain cetakan

mempersiapkan bahan

mempersiapkan bahan
kayu

membuat gelcoat
melapisi fiberglass

mempersiapkan bahan plat
seng
merapikan fiberglass
memasang kayu dan
plat seng
pasca pembuatan
cetakan

pasca pembuatan
badan perahu
Selesai

Selesai
Gambar 3. Bagan alir kegiatan
pembuatan cetakan

Gambar 4. Bagan alir kegiatan
permbuatan badan perahu

14
Mulai

Mulai

pra pembuatan konstruksi
perahu

pra pengujian

mendesain cetakan

pemindahan perahu

mempersiapkan bahan kayu dan
polyurethan

pengujian dikolam

memasang kayu dan polyurethan

pasca pengujian

melapisi fiberglass

Selesai

pasca pembuatan konstruksi
perahu
Selesai
Gambar 5. Bagan alir kegiatan
pembuatan konstruksi perahu

Gambar 6. Bagan alir kegiatan
pengujian perahu
Mulai
persiapan finishing
mendempul badan perahu
menghaluskan badan perahu
mengecat badan perahu
memasang tali
pasca finishing
Selesai
Gambar 7. Bagan alir kegiatan
finishing perahu

15

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Identifikasi terhadap proses pembuatan perahu fiberglass menunjukkan
bahwa tahap pembuatan konstruksi kerangka merupakan tahap yang paling
berisiko. Tingkat risikonya beragam mulai dari ringan seperti gatal, menengah
seperti iritasi kulit, berat seperti terpotong, dan fatal seperti tersengat listrik yang
dapat menghilangkan nyawa seseorang. Analisis keselamatan kerja menunjukkan
bahwa proses pembuatan perahu fiberglass memiliki tingkat risiko yang tinggi
dilihat dari sisi keselamatan kerja.
Saran
Risiko keselamatan kerja yang tinggi dapat diturunkan dengan menjalankan
mitigasi dan pelaksanaan POB sesuai tahap pekerjaan pada proses pembuatan
perahu tersebut.

16

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad DF.2010. Identifikasi Bahaya dan Upaya Pengendalian yang Dilakukan
pada Pekerja Railing di PT. PP (PERSERO) Proyek Gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jakarta Tahun 2009. Skripsi. Jakarta (ID)
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Hal 67
Anton TJ. 1989. Occupational Safety and Health Management (2nd Edition) New
York. (US) :McGrawhill.
Chao EL. 2002. Job Safety Analysis OSHA 3071. Occupational Safety and Health
Administration: (US)
Lingga G. “Hari Keselamatan dan Kesehatan se-Dunia: Mencegah kecelakaan
kerja melalui pelaksanaan manajemen risiko K3”. http:// www.ilo.org
/jakarta/info/public/pr/WCMS_155174/lang--en/index.htm. (ID) Press
release 26 April 2011 (diakses 4 Februari 2013)
Mulya A. 2008. Analisis dan Pengendalian Risiko Keselamatan Kerja dengan
Metode Semi Kuantitatif pada Pekerja Pengelasan di Bengkel Pabrik PT.
ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor Tahun 2008. Skirpsi. (ID)
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Hal 45
Lane R, Stanton N. & Harisson, D. 2008. Hierarchical Task Analysis to
Medication Administration Errors, Kingston Lane Uxbridge, (UK)
Departemen of Design and Information System Brunel University.
Lyons M, Adams S, Woloshynowych M. & Vincent C. 2004. Human Relibility
Analysis in Healthcare: A Review of Technique. International Journal of
Risk & Safety in Medicine, (UK) 16, 223-237.
Ridley J.2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Erlangga.Jakarta.
(ID) hal 45
Suma’mur PK, Dr. 1981. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta
(ID) : CV Haji Masagung
[CCOHS]. Canadian Centre of Occupational health and Safety.2008. Job Safety
Analysis. (CA) http://www.ccohs.ca/oshanswers/ hsprograms/jobhaz.
html#tphp. (diakses 4 Februari 2013)

17

LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi pekerjaan
Gambar 8 . proses pembuatan cetakan

Gambar 10 . proses pelapisan mat

Gambar 12 . proses pelapisan gelcoat

Gambar 9. proses pembuatan Gelcoat

Gambar 11. proses pelapisan woven roving

Gambar 13. proses persiapan bahan kayu

Lampiran 2. Tabel Job Safety Analysis
Tabel 1 persiapan
no.
1

aktivitas
pra persiapan

peralatan
laptop

potensi
bahaya
peralatan
hilang

bahan hilang

2

3

4

membuat desain
kapal

laptop

mendata jenis dan
jumlah bahan
yang diperlukan

laptop

mendata jenis dan
jumlah alat yang
diperlukan

alat tulis

alat tulis

laptop
alat tulis
alat hitung

5

6

mempersiapkan
area kerja dan
APD

sapu

pasca persiapan

laptop

kecelakaan
pekerjaan
tertunda

pekerjaan
tertunda

derajat
risiko
menengah

menengah

pencegahan yang ada
pekerja miliki
kompetensi yang
beragam

risiko

mitigasi
pekerja berkompeten

derajat
risiko*
ringan

sediakan alat cadangan
mengikuti POB bengkel

pekerja miliki
kompetensi yang
beragam

pekerja berkompeten

ringan

pekerja cukup
kompeten

pekerja berkompeten

pekerja cukup
kompeten

pekerja berkompeten

ringan

mengetahui kebutuhan jumlah
bahan
pekerja berkompeten

ringan

sediakan bahan cadangan
mengikuti POB bengkel

desain kurang
tepat

pekerjaan
tertunda

ringan

jenis bahan
kurang

pekerjaan
tertunda

ringan

tidak paham
jenis bahan

pekerjaan
tertunda

ringan

jumlah alat
kurang

pekerjaan
tertunda

ringan

tidak paham
jenis alat

pekerjaan
tertunda

ringan

peralatan
tercecer

pekerjaan
tertunda
menambah
biaya
pekerjaan
tertunda

ringan

pekerja memiliki
kompetensi yang
beragam

mengerti jenis APD yang
diperlukan
mempunyai peralatan cadangan

ringan

ringan

pekerja memiliki
kompetensi yang

pekerja berkompeten

ringan

kain pel
data hilang

pekerja cukup
kompeten
pekerja cukup
kompeten
pekerja cukup
kompeten

ringan

mengikuti prosedur pembuatan
desain kapal
mengikuti training desain kapal

mengerti jenis bahan
pekerja berkompeten

ringan

mengetahui kebutuhan jumlah
alat
pekerja berkompeten

ringan

mengerti jenis alat

risiko*

19
alat tulis

menambah
biaya

beragam

membuat data cadangan
meletakan pada tempat sesuai
peruntukannya

Tabel 2 pembuatan cetakan
no. aktivitas
peralatan
1

2

3

pra pembuatan
cetakan

daftar alat

mendesain
cetakan

alat tulis

memotong triplek

cutter &
penggaris

potensi
bahaya
peralatan
hilang

kecelakaan

bahan hilang

pekerjaan
tertunda

menengah

pekerjaan
tertunda

menengah

tergores

ringan

tertusuk

menengah

terpotong

berat

tertimpa

menengah

salah gambar

penggunaan
benda tajam

benda jatuh

pekerjaan
tertunda

derajat
risiko
menengah

pencegahan yang ada
pekerja miliki
kompetensi yang
beragam
pekerja miliki
kompetensi yang
beragam
pekerja miliki
kompetensi yang
beragam
pekerja miliki
kompetensi yang
beragam
tidak mengikuti
petunjuk penggunaan
alat
tidak menggunakan
alat pelindung
pekerja miliki
kompetensi yang
beragam
tidak menggunakan alat
pelindung

risiko

mitigasi
pekerja berkompeten

derajat
risiko*
ringan

sediakan alat cadangan
pekerja berkompeten

ringan

sediakan bahan cadangan
pekerja berkompeten

ringan

mengikuti POB mendesain kapal
menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain)

ringan

mengikuti POB penggunaan alat

ringan

pekerja berkompeten

ringan

menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain)

ringan

mengikuti POB penggunaan alat

ringan

pekerja berkompeten
4

memotong kayu

gergaji
mesin

penggunaan
benda tajam

tergores

ringan

pekerja miliki
kompetensi yang
beragam

menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain, safety
glasses, dan safety shoes)

ringan

risiko*

20

gergaji
manual

salah
memegang
gergaji

hubungan
pendek

tertusuk

menengah

terpotong

berat

tertimpa

menengah

terlepas

ringan

peralatan
rusak
tersengat
listrik

menengah
fatal

tidak mengikuti
petunjuk penggunaan
alat
tidak menggunakan
alat pelindung
pekerja miliki
kompetensi yang
beragam
tidak mengikuti
petunjuk penggunaan
alat
tidak menggunakan
alat pelindung
tidak menggunakan
alat pelindung

mengikuti POB penggunaan alat

ringan

pekerja berkompeten

ringan

menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain, safety
glasses, dan safety shoes)
mengikuti POB penggunaan alat

ringan

pekerja berkompeten

ringan

menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain, safety
glasses, dan safety shoes)
mengikuti POB penggunaan alat

ringan

ringan

pekerja berkompeten
merapikan kelistrikan
5

melubangi kayu

bor mesin

penggunaan
benda
berputar
salah
memegang
bor

hubungan
pendek

terkena
hamburan
material
tertimpa

menengah

terlepas

ringan

peralatan
rusak
tersengat
listrik

menengah

menengah

fatal

pekerja miliki
kompetensi yang
beragam
tidak mengikuti
petunjuk penggunaan
alat
tidak menggunakan
alat pelindung

tidak menggunakan
alat pelindung

menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain, safety
glasses, dan safety shoes)
menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain, safety
glasses, dan safety shoes)
mengikuti POB penggunaan alat

ringan

pekerja berkompeten

ringan

menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain, safety
glasses, dan safety shoes)
mengikuti POB penggunaan alat

ringan

ringan

ringan

21
pekerja berkompeten
merapikan kelistrikan
6

menghaluskan
kayu (smoothing)

sander

ketam
listrik

salah
memegang
sender
salah
memegang
ketam

hubungan
pendek

terlepas

menengah

tertimpa

menengah

terlepas

ringan

peralatan
rusak
tersengat
listrik

menengah
fatal

pekerja miliki
kompetensi yang
beragam
tidak mengikuti
petunjuk penggunaan
alat
tidak menggunakan
alat pelindung

menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain, safety
glasses, dan safety shoes)
menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain, safety
glasses, dan safety shoes)
mengikuti POB penggunaan alat

ringan

ringan

ringan

pekerja berkompeten
tidak menggunakan
alat pelindung

menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain, safety
glasses, dan safety shoes)
mengikuti POB penggunaan alat

ringan

pekerja berkompeten
merapikan kelistrikan
7

memasang kayu

palu

penggunaan
alat pukul dan

terpukul

menengah

paku

benda tajam

tertusuk

menengah

benda jatuh

tertimpa

menengah

pekerja miliki
kompetensi yang
beragam
tidak menggunakan
alat pelindung

menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain, dan safety
shoes)
mengikuti POB penggunaan alat

ringan

ringan

pekerja berkompeten
pekerja miliki
kompetensi yang
beragam
tidak menggunakan alat
pelindung

menggunakan APD standar kerja
(sarung tangan kain, dan safety
shoes)
mengikuti POB penggunaan alat

ringan

pekerja berkompeten
8

mengukur plat
seng

penggaris

salah ukur

peker