Identifikasi Keselamatan Kerja Nelayan pada Aktivitas Payang di Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat

IDENTIFIKASI KESELAMATAN KERJA NELAYAN PADA
AKTIVITAS PAYANG DI PALABUHANRATU,
SUKABUMI JAWA BARAT

AGUNG SAFRUDDIN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi
Keselamatan Kerja Nelayan pada Aktivitas Payang di Palabuhanratu, Sukabumi
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.


Bogor, Juli 2013

Agung Safruddin
NIM C44080053

ABSTRAK
AGUNG SAFRUDDIN, Identifikasi Keselamatan Kerja Nelayan pada Aktivitas
Payang di Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Dibimbing oleh WAZIR
MAWARDI dan SULAEMAN MARTASUGANDA.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas penangkapan
dengan menggunakan payang dan mengidentifikasi risiko kerja atau potensi
bahaya pada pengoperasian payang di Palabuhanratu. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian studi kasus keselamatan kerja pada salah satu alat tangkap
payang di Palabuhanratu. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan
kegiatan dari pra, proses hingga pasca pengoperasian payang. Deskripsi secara
rinci meliputi unit penangkapan ikan, aktivitas nelayan pada perikanan payang.
Analisis keselamatan kerja (JSA) digunakan untuk memeriksa metode kerja dan
menentukan potensi bahaya pada setiap langkah aktivitas payang. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan pengoperasian dengan alat tangkap

payang terdiri dari 13 aktivitas, yang dibagi dalam 3 tahapan. Pertama pra operasi,
yaitu dari persiapan di darat, pemindahan ke atas kapal, berlayar menuju daerah
penangkapan ikan dan persiapan alat tangkap. Kedua operasi, yaitu dari
penurunan jaring dan pengangkatan jaring. Ketiga pasca operasi, yaitu dari
penanganan hasil tangkapan, berlayar menuju pelabuhan dan pemindahan
perlengkapan serta hasil tangkapan dari kapal ke darmaga. Hasil analisis JSA
menunjukkan bahwa risiko yang timbul adalah kategori kecelakaan tidak parah,
parah dan sangat parah. Potensi bahaya yang teridentifikasi pada aktivitas payang
adalah sebesar 92% berada pada kategori tidak parah. Potensi bahaya pada
kategori parah memiliki presentase sebesar 8% dan persentase kategori sangat
parah sebesar 0%. Risiko potensi bahaya tersebut disebabkan oleh minimnya alat
keselamatan kerja, alat bantu pengoperasian dan keterampilan nelayan payang.
Kata kunci : Keselamatan, payang, Palabuhanratu

ABSTRACT
AGUNG SAFRUDDIN. Identification of Fishermen’s Safety on the Boat Seine
Fishery in Palabuhanratu, Sukabumi, West Java. Supervised by WAZIR
MAWARDI and SULAEMAN MARTASUGANDA.
The study aimed to describe the fishing activity of the boat seine also
to identify the potential hazard or the working risk on the operating of the boat

seine in Palabuhanratu. A case study of safety was used on one of the boat seines
in Palabuhanratu. Descriptive analysis was used to describe the activities of preoperation, operation process until post-operation process of the boat seine. Detail
description included of the fishing unit and the fishing activity on the boat
seine fishery. Job safety analysis (JSA) was used to examine the working
method and to determine the potential hazards at every step of the boat seine
activity. Based on the result, it was known that the activity of the operation
of the boat seine consisted of 13 events, which was divided into 3 stages. The first
was pre-operation, which were from preparation on the fishing
base, transfer to the ship, sailing to the fishing ground and the gear preparation.
The second was operation process, which were setting and hauling the fishing
gear. The third was post-operation, which were handling the
catch, sailing towards the harbor and then transferring the equipment and the
catch from the ship to the dock. JSA analysis result showed that the risk arising
was the category of accident which were not severe, severe and very severe.
The risk caused by the lack of safety equipment, the tool operation and the skill of
the boat seine fisherman. Identified potential hazards at payang activity is 92% in
the minor accident class category. Potential hazards in accident
class category have a percentage of 8% and the percentage of severe accident
class category is 0%. The risks of potential hazards in boat seine operation
are caused by the lack of safety equipment, tools and fishermen skills.

Keywords: safety, the boat seine, Palabuhanratu

IDENTIFIKASI KESELAMATAN KERJA NELAYAN PADA
AKTIVITAS PAYANG DI PALABUHANRATU,
SUKABUMI JAWA BARAT

AGUNG SAFRUDDIN

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi
Nama
NRP
Program Studi

: Identifikasi Keselamatan Kerja Nelayan pada Aktivitas
Payang di Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat
: Agung Safruddin
: C44080053
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr.Ir. Wazir Mawardi, M.Si
Pembimbing I

Dr. Sulaeman Martasuganda, M.Sc.
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.
Ketua Departemen

Tanggal lulus:

Judul Skripsi
Nama
NRP
Program Studi

: Identifikasi Keselamatan Kerja Nelayan pada Aktivitas
Payang di Palabuhanratu, Sukabumi J awa Barat
: Agung Safruddin
: C44080053
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr.Ir. Wazir awardi M.Si

Pembimbing I

Dr. Sulaeman Martasuganda, M.Sc.
Pembimbing II

Diketahui oleh

Tanggallulus:

1l

u 'P

2Jl

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan di Palabuhanratu, Sukabumi pada bulan Februari
sampai bulan Maret 2013 ini adalah “Identifikasi Keselamatan Kerja Nelayan
pada Aktivitas Payang di Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat”.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Dr. Ir. Wazir Mawardi, M.Si dan Dr. Sulaeman Martasuganda, M.Sc selaku
dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan, bimbingan dan
motivasi penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si selaku penguji.
3. Ahkmad Solihin S.Pi M.H selaku pembimbing akademik.
4. Fis Purwangka, S.Pi, M.Si, Ka Hamba Ainul Mubarok, S.Pi, M.Si, Ka Suci
Nurhadini Handayani, S.Pi, Ka Panji, Ka Maman Suparman dan civitas
Laboratorium MOBA.
5. Dosen-dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu
yang telah diberikan selama ini.
6. Papa (Ir. Maman Suryaman), Mama (Sri Ayu Nurto’ati) dan kakak-kakak
kandung yang selalu memberikan doa, motivasi, inspirasi dan semangat
kepada penulis.
7. Bapak Wawan beserta ABK kapal payang “AC.Milan” yang telah
membantu dan mengizinkan untuk ikut ke kapalnya dalam mengumpulkan
data selama melakukan penelitian.
8. Chandrasari Dyah Mumpuni beserta kedua orang tuanya yang selalu

memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis.
9. Alfin Yuwana Putra yang telah menemani selama penelitian, Ka Eko
Sulkhani Yulianto, Ka Risnandar, Ka Soraya Gigantika, Yadudin, Kusnadi,
Cut Pinta, Rosyiddin, Dwi Putra, Oktavianto, Ristiani dan teman
seperjuangan PSP 45 lainnya.
10. Adik-adik kelas PSP 46, PSP 47, PSP 48 serta civitas PSP lainnya yang
telah memberikan doa, dukungan dan semangatnya.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa depan. Demikian skripsi ini disusun. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Agung Safruddin

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
PENDAHULUAN ............................................................................................1
Latar Belakang ...........................................................................................1

Tujuan Penelitian .......................................................................................1
Manfaat Penelitian .....................................................................................1
METODE PENELITIAN ..................................................................................2
Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................2
Metode Pengumpulan Data ........................................................................2
Analisis Data ..............................................................................................2
Analisis deskriptif ......................................................................................2
Analisis keselamatan kerja (Job Safety Analysis – JSA) ..........................2
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................4
Analisis Deskriptif .....................................................................................4
Alat Tangkap Payang ..........................................................................4
Nelayan Payang ..................................................................................5
Kapal Payang ......................................................................................5
Metode Operasi Penangkapan Payang ................................................6
Analisis Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis – JSA).........................7
Pra Operasi ..........................................................................................9
Persiapan di darat..............................................................................9
Pemindahan (loading) ke atas kapal ...............................................10
Berlayar menuju daerah penangkapan ikan (navigasi) ...................11
Persiapan alat tangkap ....................................................................12

Presentase risiko kerja pada tahap pra operasi payang ...................13
Operasi ..............................................................................................14
Penurunan jaring (setting) ..............................................................14
Pengangkatan jaring (hauling) .......................................................16
Presentase risiko kerja pada tahap operasi payang .........................17
Pasca Operasi ....................................................................................18
Penanganan hasil tangkapan ...........................................................18
Berlayar menuju pelabuhan (fishing base) .....................................19
Pemindahan (unloading) dari atas kapal ........................................20
Presentase risiko kerja pada tahap pasca operasi payang ...............21
Total presentase risiko kerja pada aktivitas payang .......................22
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................23
Kesimpulan ..............................................................................................23
Saran ........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................24
RIWAYAT HIDUP .........................................................................................26

i

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Lembar kerja analisis keselamatan kerja. .................................................. 3
2. Kemungkinan dari kecelakaan .................................................................. 3
3. Konsekuensi dari kecelakaan .................................................................... 3
4. Aktivitas payang di Pelabuhanratu. ........................................................... 8
5. Identifikasi keselamatan kerja pada aktivitas persiapan di darat............... 9
6. Identifikasi keselamatan kerja pada aktivitas pemindahan ke atas
kapal. ....................................................................................................... 10
7. Identifikasi keselamatan kerja pada aktivitas berlayar menuju daerah
penangkapan ikan (navigasi). .................................................................. 12
8. Identifikasi keselamatan kerja pada aktivitas persiapan alat tangkap. .... 13
9. Identifikasi keselamatan kerja pada aktivitas penurunan jaring
(setting). ................................................................................................... 15
10. Identifikasi keselamatan kerja pada aktivitas pengangkatan jaring
(hauling) .................................................................................................. 16
11. Identifikasi keselamatan pada aktivitas penanganan hasil tangkapan. .... 18
12. Identifikasi keselamatan pada aktivitas berlayar menuju pelabuhan
(fishing base). .......................................................................................... 19
13. Identifikasi keselamatan pada aktivitas pemindahan dari atas kapal. ..... 20

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kontruksi alat tangkap payang .................................................................. 4
2. Kapal payang di Palabuhanratu, Sukabumi ............................................... 6
3. Cara pengoperasian payang ....................................................................... 7
4. Tata ruang alat dan ABK pada kapal payang di Palabuhanratu ................ 9
5. Persiapan es ............................................................................................... 9
6. Loading mesin tempel ke atas kapal ........................................................ 10
7. Kondisi kapal keluar dari pelabuhan ....................................................... 11
8. Persiapan alat tangkap di atas kapal ........................................................ 13
9. Diagram risiko kerja pada tahap pra operasi dari 25 kegiatan ................ 14
10. Proses ketika penurunan jaring................................................................ 15
11. Proses pengangkatan jaring (hauling) ..................................................... 16
12. Diagram risiko kerja pada tahap operasi payang dari 14 kegiatan .......... 18
13. Penyortiran hasil tangkapan .................................................................... 18
14. Proses unloading hasil tangkapan ........................................................... 20
15. Diagram risiko kerja pada tahap pasca operasi payang dari15 kegiatan . 21
16. Diagram total presentase risiko kerja payang dari 54 kegiatan ............... 22

ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menyebutkan bahwa banyak
terjadinya kecelakaan ketika pengoperasian alat tangkap, yang paling disayangkan
ialah faktor penyebab utamanya adalah faktor kesalahan manusia atau nelayan itu
sendiri yang sering disebut human error (43,67%), faktor alam (23,37%) dan
faktor teknis (23,94%) (FAO, 2009). Namun dengan sosialisasi dalam
meningkatkan faktor kualitas nelayan itu sendiri kecelakaan dapat dihindari atau
diminimalkan. Adapun untuk meminimalisir terjadi kecelakaan ketika
pengoperasian alat tangkap perlu didukung adanya aturan atau SOP (Standar
Oprational Procedure) kerja nelayan ketika pengoperasian alat tangkap.
Alat tangkap payang merupakan salah satu alat tangkap yang dioperasikan
di Teluk Palabuhanratu, dimana perairan tersebut memiliki intensitas gelombang
air laut yang tinggi. Payang merupakan alat tangkap ikan berupa jaring yang
bentuknya seperti kantong dengan pengoperasian alat tangkap dilakukan
sepenuhnya oleh nelayan. Metode operasi penangkapan ikan payang yaitu dengan
cara menurunkan jaring melingkari scholling ikan dengan kapal bermesin motor
tempel, setelah itu pengangkatan jaring secara manual oleh seluruh nelayan tanpa
menggunakan alat bantu maupun alat keselamatan kerja. Dengan metode
penangkapan seperti itu, sejauh ini belum ada data mengenai kecelakaan yang
dialami nelayan payang.
Memperhatikan karakteristik pekerjaan di atas kapal penangkap ikan,
kepedulian terhadap keselamatan baik oleh awak kapal maupun pemilik kapal dan
penguasaan kompetensi yang berkaitan dengan keselamatan bagi awak kapal
penangkap ikan sangat penting. Kesadaran akan keselamatan tersebut dilihat
kurang mendapat respon positif oleh nelayan payang di Palabuhanratu. Kurangnya
informasi, ketidaktahuan dan kurangnya keterampilan dapat menimbulkan risiko
hingga kecelakaan dalam bekerja. Maka dari itu, perlu adanya identifikasi
mengenai keselamatan kerja nelayan payang dengan melihat aktivitas-aktivitas
penangkapan alat tangkap payang di Palabuhanratu, Sukabumi.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan aktivitas-aktivitas penangkapan alat tangkap payang di
Palabuhanratu; dan
2. Mengidentifikasi risiko kerja atau potensi bahaya pada kegiatan perikanan
payang di Palabuhanratu.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang upaya
keselamatan kerja kepada nelayan dan pemerintah setempat dalam menjaga serta
meminimalkan kecelakaan nelayan payang Palabuhanratu, Sukabumi. Lebih jauh
hasil studi ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi kajian lanjutan
tentang anilisis keselamatan kerja nelayan pada pengoperasian alat tangkap
lainnya, khususnya di Indonesia.

2

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2013.
Pengambilan data dilakukan di daerah Palabuhanratu, Sukabumi.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian dengan metode studi
kasus keselamatan kerja pada salah satu alat tangkap payang di Palabuhanratu.
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan responden dan dari hasil
pengamatan operasi penangkapan ikan payang dengan cara mengetahui urutan
aktivitas payang serta mengikuti trip kapal payang yang diberi nama “AC Milan”
hingga 3 kali trip. Responden dalam penelitian ini adalah 11 orang nelayan
payang. Data sekunder merupakan data penunjang yang diperoleh dari berbagai
sumber seperti literatur, dokumen serta arsip.
Analisis Data
Analisis deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara terperinci
kegiatan dari pra, proses hingga kegiatan pasca pengoperasian payang di
Palabuhanratu. Deskripsi secara rinci meliputi unit penangkapan ikan, aktivitasaktivitas kegiatan nelayan pada perikanan payang.
Analisis keselamatan kerja (Job Safety Analysis – JSA)
Menurut Soeripto (1997), Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu cara yang
digunakan untuk memeriksa metode kerja dan menentukan bahaya yang
sebelumnya telah diabaikan dalam merencanakan pabrik atau gedung dan di
dalam rancang bangun mesin-mesin, alat-alat kerja, material, lingkungan tempat
kerja dan proses kerja. Proses kerja yang diterapkan dalam JSA yaitu tentang
keselamatan kerja nelayan pada aktivitas payang di Palabuhanratu.
Menurut Colling (1990), JSA berisikan beberapa informasi yang berkaitan
dengan suatu proses pekerjaan, yaitu :
1. Job (Pekerjaan), berisikan mengenai jenis pekerjaan yang dilakukan
dalam unit produksi untuk diidentifikasi risikonya;
2. Task (Rincian Kegiatan), berisikan penjelasan mengenai rincian kegiatan
yang dilakukan untuk masing-masing tahapan kegiatan yang dapat
menggambarkan faktor-faktor terjadinya dampak;
3. Hazard (Bahaya), untuk mengetahui jenis bahaya apa yang ditimbulkan
dari kegiatan pekerjaan;
4. Probability (Kemungkinan), berisikan tentang kemungkinan pekerja
untuk terkena cidera dari bahaya yang ditimbulkan oleh kegiatan
pekerjaan; dan
5. Consequency (Konsekuensi), berisikan penjelasan mengenai dampak
yang ditimbulkan dari setiap kegiatan kerja.

3

JSA dilakukan setelah setiap tahapan dalam aktivitas payang diidentifikasi
secara rinci, termasuk peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam operasi
penangkapan ikan tersebut. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui potensi
bahaya yang mungkin timbul pada setiap aktivitas payang dan untuk
merekomendasikan metode yang paling aman untuk melakukan operasi
penangkapan ikan tersebut.
Terdapat 4 langkah dalam membuat JSA :
1. Menyeleksi pekerjaan yang akan dianalisa;
2. Membagi pekerjaan ke dalam beberapa kegiatan;
3. Melakukan identifikasi terhadap potensi bahaya yang akan timbul; dan
4. Mengembangkan tindakan pencegahan untuk menghilangkan bahaya dan
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Langkah pekerjaan dicatat di kolom sebelah kiri, potensi bahaya dituliskan
pada kolom tengah tabel, diberi nomor untuk mencocokkan dengan langkah
pekerjaan, seperti disajikan pada Tabel 1:
Tabel 1 Lembar kerja analisis keselamatan kerja.
No
Urutan Kegiatan
Potensi Bahaya
1
...
...
2
...
...
3
...
...
...
...
...
Sumber : CCOHS (2008)

Tindakan Pencegahan
...
...
...
...

Menurut Cross (1998), identifikasi risiko bahaya dimulai dengan melakukan
identifikasi semua sumber bahaya pada area konsekuensi atau dampak. Dalam
melakukan sebuah identifikasi dibutuhkan urutan aktivitas yang benar untuk
memastikan bahwa tidak ada area lain yang terlewatkan. Aktivitas tersebut
dijadikan sebagai dasar untuk menanyakan pertanyaan dengan cara yang
imajinatif tentang apa yang mungkin terjadi dan bagaimana hal itu dapat terjadi
sesuai kelas yang dibagi dalam kemungkinan dan konsekuensi dari kecelakaan
yang disajikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Kemungkinan dari kecelakaan
Class
Probability
A
High probability
1 per year
B
Medium probability
1 in 10 years
C
Low probability
1 in 100 years
Sumber : IMO (2007)
Tabel 3 Konsekuensi dari kecelakaan
Class Accident
Description
Example
1
Minor
Injuries; No
Minor accident with lost of catch and
accident
fatalities
good as well as injuries
2
Accident
Several injuries and Minor accident with 1 or 2 person
few fatalities
killed and vessel damaged
3
Severe
Several fatalities
Major accident with loss of people
accident
and vessel
Sumber : IMO (2007)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Alat Tangkap Payang
Hasil deskripsi perikanan payang di Palabuhanratu memiliki kontruksi
seperti kantong dan memiliki 3 bagian inti, yaitu bagian sayap, badan dan kantong
jaring. Panjang total alat tangkap payang ini adalah 202,5 m yang dilengkapi
pelampung dan pemberat. Pelampung disini terbuat dari bahan bambu, styrofoam
dan jerigen. Pelampung bambu yang digunakan sebanyak 14 buah pada bagian
kiri dan kanan pada bagian sayap jaring. Bambu yang digunakan sebagai
pelampung panjangnya berkisar 1 m dengan diameter 9 cm. Pada bagian kantong
jaring dipasang sebanyak 4 buah pelampung, dimana 1 buah jirigen dan 4 buah
styrofoam. Pelampung jirigen oleh nelayan sering disebut unyul-unyul,
pelampung ini diletakkan pada bagian atas tengah mulut jaring. Pelampung
styrofoam diletakkan di samping kanan dan kiri unyul-unyul. Pemberat yang
digunakan sebanyak 26 buah, terbuat dari bahan timah, baja dan batu dengan berat
masing-masing kurang lebih 2 kg. Ada satu pemberat yang diletakkan pada bagian
tengah bawah mulut jaring, yang sering disebut batu cakel.
Payang ini juga dilengkapi dengan tali selambar, tali ris atas dan tali ris
bawah. Tali selambar pada alat tangkap payang memiliki panjang sekitar 300 m
dengan diameter tali antara 15 sampai 16 mm. Tali ris atas memiliki panjang
sekitar 200 m dengan diameter tali 3 sampai 4 mm sedangkan tali ris bawah
memiliki panjang sekitar 175 m dengan diameter tali 5 sampai 6 mm.

Gambar 1 Kontruksi alat tangkap payang
Terlihat pada Gambar 1, kontruksi payang ini pada bagian sayap jaring
memiliki panjang sekitar 148,5 m dengan ukuran mata jaring 33 cm. Pada bagian
badan jaring alat payang ini yang memiliki panjang sekitar 34 m dengan ukuran
mata jaringnya 21 cm dibuat seperti mulut yang disebut mulut jaring. Mulut jaring
terbagi dua bagian yaitu mulut jaring bagian atas dan mulut jaring bagian bawah

5

yang dimana mulut jaring bagian bawah lebih panjang atau lebih menonjol
dibandingkan mulut jaring bagian atas. Pada bagian kantong sendiri berfungsi
sebagai wadah ikan atau tempat terperangkapnya ikan agar tidak dapat keluar atau
dapat meloloskan kembali. Kantong ini sendiri memiliki panjang 20 m dan ukuran
mata jaring sekitar 5 cm.
Nelayan Payang
Nelayan yang mengoperasikan payang pada saat penelitian berjumlah 11
orang, dimana menurut Subani dan Barus (1989), pengoperasian alat tangkap
payang berjumlah 6 orang untuk payang yang berukuran kecil dan 16 orang untuk
alat tangkap payang berukuran besar, jadi perikanan payang di Palabuhanratu
umumnya berukuran besar. Tingkat pendidikan nelayan payang masih relatif
rendah, kebanyakan nelayan mengenyam pendidikan sekolah sampai tingkat SD,
bahkan tidak sekolah sama sekali. Usia nelayan payang berkisar antara 25 tahun
sampai 65 tahun, mayoritas berusia antara 30 tahun sampai 40 tahun.
Tugas nelayan payang dibagi-bagi dalam mengoperasikan alat tangkap
payang ini, diantaranya ada yang bertugas mengawasi untuk melihat tanda-tanda
adanya gerombolan ikan, bertanggung jawab atas kelancaran pengoperasian,
mengecek jaring ketika alat di setting, menguras air di kapal selama melaut,
mempersiapkan segala kelengkapan melaut dan mengarahkan kapal. Pembagian
tugas-tugas sesuai menurut Ayodhyoa (1981) mengungkapkan bahwa nelayan
telah membentuk satu kesatuan kerja yang tetap dan dipimpin oleh juru mudi yang
sekaligus bertindak sebagai fishing master. Pembagian tugas tersebut adalah
1. Tekong, merupakan kapten kapal yang bertanggung jawab atas keberhasilan
operasi penangkapan ikan;
2. Juru mudi, bertugas mengemudikan kapal menuju fishing ground sampai
kembali ke fishing base, serta bertanggung jawab terhadap kondisi mesin
kapal;
3. Juru bantu, bertugas dalam merapikan alat tangkap sebelum atau sesudah
hauling di atas kapal;
4. Pengawas, bertugas mengawasi keberadaan ikan target penangkapan; dan
5. Tukang renang, bertugas menakut-nakuti ikan agar tidak lolos melewati bagian
bawah kapal dan sayap payang. Tukang renang akan meloncat ke dalam air dan
dilakukan berulang-ulang.
Kapal Payang
Kapal yang digunakan dalam pengoperasian payang adalah perahu berbahan
kayu dengan ukuran 10,90 x 2,65 x 1,00 meter (p x l x t) yang memiliki kapasitas
5 GT. Mesin penggeraknya menggunakan mesin tempel (outboard engine)
berdaya 40 PK dengan bahan bakarnya menggunakan solar yang dicampur oli.
Kapal payang ini memiliki keunikan yaitu tidak memiliki palka sebagai tempat
penyimpanan ikan, akan tetapi sekat antar gading-gading kapal dimanfaatkan
sebagai tempat penyimpanan ikan dengan menggunakan tong atau sering disebut
blong. Karakteristik kapal payang yaitu memiliki tiang kakapa yang digunakan
sebagai tempat berpijak atau berdiri fishing master saat mengamati keadaan
daerah penangkapan ikan dan jalannya operasi penangkapan (Diniah, 2008).
Kapal payang di Palabuhanratu dapat dilihat pada Gambar 2.

6

Gambar 2 Kapal payang di Palabuhanratu, Sukabumi
Metode Operasi Penangkapan Payang
Ayodyoa (1981), menyatakan bahwa payang biasanya dioperasikan di
lapisan permukaan air (water surface), dengan tujuan menangkap ikan pelagis
yang membentuk kelompok (schooling). Pengoperasian payang dapat dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu persiapan, penurunan jaring dan pengangkatan jaring.
Operasi penangkapan ikan dengan payang ini merupakan operasi
penangkapan one day fishing, dalam satu minggu nelayan melakukan lima sampai
enam trip. Nelayan payang biasanya bila melihat hasil tangkapan nelayan lain
yang diperoleh sedikit maka merekapun tidak melaut, ataupun dikarenakan cuaca
yang buruk. Kondisi cuaca buruk biasanya terjadi pada bulan Desember sampai
bulan Januari, yang merupakan puncaknya musim angin barat.
Menurut Subani dan Barus (1989), payang adalah pukat kantong lingkar
yang secara garis besar terdiri atas bagian kantong (bag/belly), badan/perut (body)
dan kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat, sedangkan pada bagian atas
pada jarak tertentu diberi pelampung. Bagian-bagian tersebut sama halnya dengan
alat tangkap payang yang digunakan selama penelitian yang dimiliki nelayan di
Palabuhanratu, yaitu alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring berbahan PA
multifilamen dan bentuknya menyerupai kantong yang digunakan untuk
menangkap jenis ikan pelagis.
Pelampung merupakan salah satu alat pelengkap pada alat tangkap payang
yang berfungsi agar tetap terapung selama pengoperasian, sedangkan fungsi
dipasangnya pemberat pada alat tangkap payang yaitu untuk memberikan daya
tenggelam. Kelengkapan lainnya pada payang yaitu tali selambar yang merupakan
tali yang menghubungkan sayap ke kapal, adapun tali ris atas dan tali ris bawah,
yang berfungsi untuk menarik alat tangkap payang ke atas kapal.
Nelayan payang memulai aktivitas pada pagi hari sekitar jam 6 pagi waktu
setempat dengan mempersiapkan perlengkapan dan kebutuhan ketika melaut.
Setelah semua sudah dipersiapkan lalu dipindahkan ke atas kapal, seperti: motor
tempel, persedian BBM, dan yang lainnya. Ketika berlayar menuju fishing ground
para ABK mempersiapkan alat tangkap disisi kiri kapal, dengan menyusun sayap
jaring, badan dan kantong jaring. Setelah terlihat tanda-tanda adanya scolling ikan
juru mudi mengarahkan kapal lalu melingkarinya. vont Brandt (2005) menyatakan

7

bahwa payang merupakan salah satu dari seine net yang dioperasikan dengan cara
melingkari kawanan ikan lalu ditarik ke atas kapal yang tidak bergerak.
Kapal mengelilingi gerombolan ikan, sekaligus penurunan jaring (setting)
secara perlahan dengan urutan dari penurunan pelampung tanda yang pertama,
diikuti sayap jaring, badan jaring dan kantong jaring. Proses selanjutnya dilakukan
pengangkatan jaring (hauling) pada sisi kiri lambung kapal atau buritan kapal.
Ketika sayap jaring sedang ditarik ke atas kapal, 2 orang nelayan yang bertugas
melompat-lompat dari atas kapal ke permukaan laut lalu menepuk-nepuk
permukaan air yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menakut-nakuti
scholling ikan agar tidak melewati bagian bawah kapal, dibantu pula oleh juru
mudi dengan menarik pedal gas mesin. Selama penarikan jaring bagian sayap,
ABK yang menarik bagian atas jaring menyusun pelampung bambu sedangkan
yang menarik bagian bawah jaring menyusun pemberat. Setelah itu hauling
dilanjutkan penarikan kantong jaring dan menaikkan kantong tersebut ke atas
kapal. Menurut BBPPI (2007), payang termasuk ke dalam klasifikasi alat
penangkapan ikan pukat tarik berkapal. Pengoperasian payang dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3 Cara pengoperasian payang
(sumber: An 2010; ICES 2010)
Analisis Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis – JSA)
Kapal perikanan dapat menjadi lingkungan kerja yang berbahaya maka dari
itu perlu diawasi. Karena memilik potensi bahaya, langkah-langkah pencegahan
harus dilakukan untuk mengeliminir atau bahkan menghilangkan potensi risiko
bahaya atau kecelakaan tersebut. Menurut Suma’mur (1995), definisi kecelakaan
adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan cacat
dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Langkah-langkah dalam
meningkatkan standar keselamatan dalam usaha perikanan terus dilakukan, tetapi
standar keselamatan kapal perikanan tetap saja masih lebih rendah dibandingkan
dengan kapal komersial lainnya. Keselamatan merupakan segala sarana dan upaya
untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan kerja (Bannet dan Rumondang,
1995). Peningkatan standar keselamatan juga diikuti dengan meningkatnya biaya
untuk memenuhi standar tersebut. Solusi mudah untuk masalah ini diantaranya
adalah memastikan kapal ‘layak laut’, awak yang kompeten, alat-alat keselamatan
yang cukup, serta kesadaran baik nelayan maupun pihak pengelola perikanan
untuk menerapkan prosedur-prosedur keselamatan (Petursdottir, at all , 2001).

8

Sebuah penelitian tentang keselamatan kerja di laut Indonesia, dilakukan
dengan mengambil contoh dari 66 unit kapal perikanan di Tegal (pukat tarik),
Pekalongan (pukat cincin) dan Cilacap (longline mini dan jaring insang). Hasilnya
menunjukkan bahwa 68 orang nelayan meninggal dunia karena kecelakaan di laut.
Kecelakaan yang terjadi antara lain ; kapal tenggelam (46 %), tercebur ke laut
(27 %), sakit dan kelelahan (20 %) serta kecelakaan ketika operasi penangkapan
ikan (7 %). Kecelakaan yang terjadi ketika operasi penangkapan ikan dilakukan
dapat disebabkan oleh kurangnya kompetensi nelayan dalam mengoperasikan alat
tangkap, kurang atau tidak adanya informasi dan latihan penanggulangan keadaan
darurat serta kurangnya penerangan dalam operasi penangkapan ikan di malam
hari (Suharyanto, 2010 diacu dalam Chokesanguan, at all, 2010).
Syahbandar Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Palabuhanratu merupakan
lembaga pengawas administrasi perizinan berlayar kapal perikanan, keluar
masuknya kapal di PPN Palabuhanratu harus memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Pihak Syahbandar dan nelayan payang sama-sama mengakui bahwa
untuk kapal payang dalam perizinan dilakukan dalam kurun waktu 1 tahun sekali,
maka dari itu apabila terjadi kecelakaan nelayan maupun kerabat tidak ada yang
memberi kabar ke pada pihak Syahbandar. Sosialisasi yang diberikan dalam salah
satu upaya meningkatkan standar keselamtan kerja diakui masih kurang tepat
sasaran, dimana umumnya yang mendapatkan sosialisasi bukannya nelayan
payang melainkan pemilik kapalnya.
Kapal payang di Palabuharatu di bagi dalam beberapa armada, dimana
terdata ada 40 armada payang yang terdiri dari 20 kapal penangkapan. Dalam satu
kali trip penangkapan ikan, nelayan payang melakukan 5 sampai 9 kali
pengoperasian alat tangkap. Aktivitas payang pada saat penelitian, secara urut
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Aktivitas payang di Pelabuhanratu.
No
Aktivitas
1
Persiapan di darat
2
Pemindahan (loading) ke atas kapal
3
Berlayar menuju daerah penangkapan ikan (navigasi)
4
Persiapan alat tangkap
5
Pengoperasian alat tangkap, penurunan jaring (setting) pertama
6
Pengangkatan jaring (hauling) alat tangkap pertama
7
Penanganan hasil tangkapan pertama
8
Persiapan alat tangkap ke-dua dan seterusnya
9
Pengoperasian alat tangkap, setting ke-dua dan seterusnya
10 Hauling ke-dua dan seterusnya
11 Penanganan hasil tangkapan ke-dua dan seterusnya
12 Berlayar menuju pelabuhan asal (fishing base)
13 Unloading hasil tangkapan, alat tangkap
Urutan langkah kerja dalam setiap aktivitas operasi penangkapan ikan
dimasukkan dan kemudian dianalisis potensi bahaya yang mungkin timbul serta
tindakan pencegahan apa yang perlu dilakukan untuk menghilangkan atau
meminimalisir potensi bahaya tersebut. Dapat dilihat tata ruang alat dan ABK
serta ruang gerak ABK pada kapal payang di Palabuhanratu pada Gambar 4.

9

Gambar 4 Tata ruang alat dan ABK pada kapal payang di Palabuhanratu
Pra Operasi
Persiapan di darat
Aktivitas payang yang pertama yaitu persiapan di darat, dimana pemilik
kapal beserta ABK mempersiapkan kebutuhan melaut. Salah satunya aktivitas
persiapan di darat yang memiliki potensi bahaya yaitu persiapan es, dapat dilihat
pada Gambar 5 dan untuk urutan kegiatan secara rinci beserta risikonya masingmasing disajikan pada Tabel 5.

Gambar 5 Persiapan es
Tabel 5 Identifikasi keselamatan kerja pada aktivitas persiapan di darat.
No
1
2

3

Peralatan yang
Potensi bahaya
digunakan
Mendata nelayan • Alat
• Kerusakan alat
(pemilik kapal)
komunikasi
komunikasi
Pengecekan
• Kurangnya
peralatan (manual)
perbekalan
& kebutuhan
melaut
Persiapan BBM & • Sepeda motor
• Kecelakaan
oli samping
kapasitas 2
(tabrakan dgn
jirigen
kendaraan lain)
• 3 jirigen (1
• Jirigen jatuh
jirigen isi 30 L)
mengenai
anggota tubuh
• Corong
• Bocor/ rusak• Oli samping 3
nya jirigen &
plastik @1 liter
plastik oli
Urutan kegiatan

• Kecil

Kategori
kecelakaan
• Tidak parah

• Sedang

• Tidak parah

• Kecil

• Parah

• Sedang

• Tidak parah

• Sedang

• Tidak parah

Kemungkinan

Pencegahan/
solusi
• komunikasi
yang layak
• Membuat chek
list
• Menggunakan
alat angkut
yang aman
• Memakai Alat
Pelindung Diri
(APD)
• Kelayakan
jirigen : baik

10

No
4

5

6

7

8

Peralatan yang
Potensi bahaya
digunakan
Persiapan mesin
• Kunci-kunci
• Rusak mesin
oleh 2 orang juru
pas
• Kunci pas
bantu
jatuh mengenai
anggota tubuh
Persiapan tong• Alat angkut
• Tangan terluka
tong (blong) &
(gerobak
• Bocor/ rusakcool box oleh 3
kapasitas 3
nya blong &
orang ABK
blong)
cool box
• Jatuhnya blong
& cool box
mengenai
angota tubuh
Persiapan air
• 1 jirigen (isi
• Bocor/rusakminum oleh 2
15 liter)
nya jirigen
orang juru bantu
• Air tercecer/
tumpah
Persiapan es oleh 1 • Alat
• Alat pemotong
orang juru bantu
pemotong es
mengenai
(ganco)
anggota tubuh
• Es membasahi
jalan
Pengecekan
• Tercebur ke
alat/jaring diatas
kolam
kapal oleh 1 orang
pelabuhan
juru bantu

• Sedang

Kategori
kecelakaan
• Tidak parah

Pencegahan/
solusi
• Service rutin

• Besar

• Tidak parah

• Memakai APD

• Besar
• Kecil

• Tidak parah
• Tidak parah

• Sedang

• Tidak parah

• Sedang

• Tidak parah

• Sedang

• Tidak parah

• Besar

• Tidak parah

• Memakai APD
• Kelayakan
blong & cool
box : baik
• Menggunakan
alat angkut
yang aman &
diikat
• Kelayakan
jirigen : baik
• Menggunakan
corong/selang
• Memakai APD

• Besar

• Tidak parah

• Memakai alas

• Kecil

• Tidak parah

• Memakai APD

Urutan kegiatan

Kemungkinan

Pemindahan (loading) ke atas kapal
Pemindahan ke atas kapal pada aktivitas payang di Palabuhanratu masih
dikatakan sangat minim peralatan keselamatan bagi ABK. Terlihat pada Gambar 6,
ketika ABK memindahkan mesin kapal hanya dengan alat bantu dari bambu.
Untuk lebih jelasnya dari urutan kegiatan pemindahan perlengkapan dan
kebutuhan melaut dapat dilihat pada Tabel 6.

Gambar 6 Loading mesin tempel ke atas kapal
Tabel 6 Identifikasi keselamatan kerja pada aktivitas pemindahan ke atas kapal.
No
1

Peralatan yang
digunakan
Pemindahan &
Bambu

pemasangan motor
(ukuran 3

tempel ke kapal oleh meter dengan •
3 orang ABK
diameter 7

cm)

Urutan kegiatan

Potensi bahaya
Tangan terluka
Bahu memar
Terbentur
Tergelincir
Mesin jatuh
mengenai
anggota tubuh

Kemungkinan






Sedang
Besar
Besar
Besar
Kecil







Kategori
kecelakaan
Tidak parah •
Tidak Parah
Tidak parah
Tidak parah •
Parah


Pencegahan /
solusi
Memakai APD

Membersihkan
jalan yang dilalui
Menggunakan
katrol

11

No
2

3

4

5

Peralatan yang
Potensi bahaya
digunakan
Pemindahan 3 blong
• Tangan terluka
& 1 cool box ke
• Terbentur
kapal oleh 5 orang
• Blong/cool box
ABK
jatuh mengenai
anggota tubuh
• Tergelincir
• ABK tercebur ke
kolam pelabuhan
Pemindahan 3 jirigen
• Terbentur
berisi BBM & 1
• Jirigen jatuh
jirigen berisi air
mengenai
minum ke atas kapal
anggota tubuh
oleh 2 orang ABK
• Tergelincir
• ABK jatuh ke
kolam pelabuhan
Para ABK naik ke
• Perbekalan • Tergelincir
atas kapal 11 orang
masing• Terbentur
awak kapal
masing
• ABK tercebur ke
kolam pelabuhan
Pemindahan es oleh
• Tangan terluka
1 orang juru bantu
• Terbentur
• Tergelincir
• ABK/es jatuh ke
kolam pelabuhan
• Pecahan es
tercecer
Urutan kegiatan

Kategori
Pencegahan /
kecelakaan
solusi
• Tidak parah • Memakai APD
• Tidak parah
• Tidak parah • Menggunakan
katrol

Kemungkinan
• Besar
• Besar
• Kecil

• Besar
• Kecil

• Tidak parah • Membersihkan
jalan yang akan
• Tidak parah
dilalui
• Tidak parah • Memakai APD
• Tidak parah

• Sedang
• Kecil

• Tidak parah • Membersihkan
jalan yang dilalui
• Tidak parah

• Besar
• Besar
• Kecil

• Tidak parah • Membersihkan
jalan yang dilalui
• Tidak parah
• Tidak parah • Memakai APD











• Sedang
• Kecil

Besar
Besar
Besar
Kecil

• Sedang

Tidak parah • Memakai APD
Tidak parah • Membersihkan
jalan yang dilalui
Tidak parah
Tidak parah • Menggunakan
alat penyerut es
& dimasukkan
• Tidak parah
cool box

Berlayar menuju daerah penangkapan ikan (navigasi)
Peralatan dan kebutuhan melaut sudah dipindahkan ke atas kapal
dilanjutkan dengan berlayar menuju daerah penangkapan atau fishing ground.
Pada aktivitas ini yang memiliki risiko bahaya yaitu pada saat juru mudi
mengarahkan kapal keluar dari pelabuhan, dimana terlihat pada Gambar 7 badan
kapal mengenai badan kapal lainnya yang sedang bersandar. Kondisi seperti ini
dapat mengakibatkan kapal terbalik maupun menimbulkan kebocoran pada badan
kapal. Urutan kegiatan berlayar menuju daerah penangkapan dapat dilihat pada
Tabel 7.

Gambar 7 Kondisi kapal keluar dari pelabuhan

12

Tabel 7 Identifikasi keselamatan kerja pada aktivitas berlayar menuju daerah
penangkapan ikan (navigasi).
No
1

2

3

4

Peralatan yang
Potensi bahaya
digunakan
Melepas tali
• Tali PE
• Tangan terluka
tambat kapal oleh
besar
• Terbentur
juru bantu
• ABK tercebur
Nahkoda (juru
• Mesin
• Tangan terluka
mudi)
tempel
• Juru mudi
menyalakan
tercebur ke
mesin
perairan
• Gangguan
pernapasan akibat
asap dari mesin
Juru mudi
• Menabrak dinding
mengarahkan
kolam pelabuhan/
kapal keluar dari
kapal lain/ break
pelabuhan
water
menuju fishing
• Kapal bocor/
ground
tenggelam
• Baling-baling
mesin tersangkut
sampah
• Juru mudi
tercebur ke laut
• Hilang arah
Membuang air
• Ember
• Tangan terluka
dari lambung
potongan • Alat mengenai diri
kapal ke laut 1
jirigen
sendiri/orang lain
orang juru bantu
• Juru bantu
tercebur ke laut
• Pegal-pegal
Urutan kegiatan

5

Masing-masing
ABK mengganti
pakaian

6

Masing-masing
ABK makan
perbekalan

• Pakaian
• Tiang
kapal

• Terbentur
• ABK tercebur
kelaut
• Pakaian basah
• Kertas nasi • Jatuhnya makanan
dan minuman
• Gelas
plastik

Kemungkinan






Besar
Besar
Kecil
Besar
Kecil







Kategori
Pencegahan/
kecelakaan
solusi
Tidak parah • Memakai APD
Tidak parah
Tidak parah
Tidak parah • Memakai APD
Tidak parah • Memakai leaf
jacket

• Besar

• Tidak parah • Memakai
masker

• Besar

• Tidak parah • ABK lain
membantu
mengarahkan
kapal
• Kelayakan
• Parah
kapal: baik
• Tidak parah • Menjaga
kebersihan
periaran
• Tidak parah • Memakai leaf
jacket
• Membawa GPS
• Parah
• Tidak parah • Memakai APD
• Tidak parah

• Kecil
• Sedang
• Kecil
• Kecil
• Besar
• Sedang
• Kecil
• Besar
• Besar
• Kecil
• Sedang
• Kecil

• Tidak parah • Menyediakan
life ring
• Tidak parah • Menggunakan
alat pompa air
• Tidak parah • Sebelumnya
sudah berganti
• Tidak parah
pakaian
• Tidak parah
• Tidak parah • Menggunakan
kotak nasi &
botol minum

Persiapan alat tangkap
Persiapan alat tangkap dilakukan ketika perjalanan menuju daerah
penangkapan, seperti menyusun bagian-bagian jaring dari pelampung, pemberat,
sayap jaring, badan jaring, kantong jaring beserta tali selambar yang terlihat pada
Gambar 8. Pada kegiatan ini risiko bahaya yang timbul yaitu ABK dapat tercebur
kelaut, untuk secara rinci urutan kegiatan dan risiko bahayanya dapat dilihat pada
Tabel 8.

13

Gambar 8 Persiapan alat tangkap di atas kapal
Tabel 8 Identifikasi keselamatan kerja pada aktivitas persiapan alat tangkap.
No

Urutan kegiatan

1

Menyusun bagian
kantong jaring &
pelampungnya
oleh 2 orang ABK
Menyusun
pelampung dan
pemberat oleh 2
orang ABK

2

4

Mempersiapkan
pelampung tanda
oleh 1 orang
tekong

Peralatan yang
digunakan



-

-









5

Membuang air dari
lambung kapal ke
laut 1 orang juru
bantu

• Ember
potongan
jirigen






6

Mengawasi tandatanda ikan berada
1 orang pengawas

• Tiang
pengawas
• Capping

Potensi bahaya Kemungkinan
Tangan terluka
Terbentur
ABK tercebur ke
laut
Tangan terluka
Pelampung/
pemberat jatuh
mengenai anggota
tubuh
Sakit punggung
Tangan terluka
Pelampung tanda
jatuh mengenai
anggota tubuh
ABK tercebur ke
laut
Tangan terluka
Alat mengenai diri
sendiri/orang lain
Juru bantu
tercebur ke laut
Pegal-pegal

• Pengawas jatuh
ke dek kapal/
tercebur ke laut
• Apabila terjadi
hujan petir dapat
tersambar petir/
terkena air hujan
• Sakit pinggul

• Besar
• Besar
• Kecil
• Besar
• Sedang

• Sedang
• Besar
• Kecil
• Kecil
• Besar
• Sedang
• Kecil
• Besar
• Sedang
• Kecil

• Besar

Kategori
Pencegahan/
kecelakaan
solusi
• Tidak parah • Memakai APD
• Tidak parah
• Tidak parah • Menyediakan
life ring
• Tidak parah • Memakai APD
• Tidak parah • Menggunakan
pelampung
sintetis
• Dilakukan
• Tidak parah
bergantian
• Tidak parah • Memakai APD
• Tidak parah
• Tidak parah • Menyediakan
life ring
• Tidak parah • Memakai APD
• Tidak parah
• Tidak parah • Menyediakan
life ring
• Tidak parah • Menggunakan
alat pompa air
• Tidak parah • Memakai tali
pengaman
(safety belt)
• Tidak parah • Dipasang alat
penangkal petir
• Memakai APD
• Dilakukan
• Tidak parah
bergantian

Presentase risiko kerja pada tahap pra operasi payang
Pada tahap pra operasi payang dari aktivitas persiapan di darat,
memindahkan peralatan dan kebutuhan melaut, berlayar menuju daerah
penangkapan hingga persiapan alat tangkap di atas kapal terlihat pada Gambar 9
memiliki kategori kecelakaan dengan 94% tidak parah, 6% parah dan untuk

14

kategori sangat parah pada tahap ini tidak ada. Jadi untuk akitivitas-aktivitas pada
tahap pra operasi payang masih dirasa kurang aman, upaya meningkatkan
keselamatan kerja pada aktivitas ini para ABK seharusnya menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD).
Sangat parah

Parah

Tidak parah

0%
6%

94%

Gambar 9 Diagram risiko kerja pada tahap pra operasi dari 25 kegiatan
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peraturan yang mengatur mengenai
semua peralatan yang digunakan oleh suatu individu ditempat kerja untuk
melindungi individu dari satu atau lebih risiko kesehatan dan keselamatan.
(SOLAS, 1974). Maka dari itu peralatan dan bahan yang digunakan harus
diperhatikan kelayakan dan perawatannya, dimana peralatan dan bahan
merupakan penunjang keberhasilan aktivitas payang untuk menghasilkan hasil
tangkapan yang optimal. Para nelayan pun ketika melakukan persiapan sebaiknya
membuat catatan kecil untuk perlengkapan yang harus mereka bawa, terutama
yang harus diperhatikan ransum, pakaian ganti dan perlengkapan perlindungan
diri yang harus lengkap mulai dari alat pelindung kepala, sarung tangan, jas hujan
(warepack), life jacket dan sepatu.
Operasi
Penurunan jaring (setting)
Proses penangkapan payang dimulai dengan penurunan jaring atau setting
alat, terlihat pada Gambar 10 para ABK sedang melakukan setting alat tangkap
dengan perlahan dan secara manual atau tanpa alat bantu. Proses ini memiliki
risiko bahaya seperti pemberat maupun pelampung mengenai anggota tubuh
ABK, untuk lebih lengkapnya urutan kegiatan dan risiko bahaya dapat dilihat
pada Tabel 9.

15

Gambar 10 Proses ketika penurunan jaring
Tabel 9 Identifikasi keselamatan kerja pada aktivitas penurunan jaring (setting).
No

Urutan kegiatan

1

Penurunan
pelampung tanda
& tali selambar
oleh 1 orang
(tekong)

2

3

4

Penurunan
pelampung &
pemberat (bagian
sayap jaring kiri)
yang pertama
oleh 2 orang
ABK

Penurunan bagian
kantong jaring &
pelampungpelampunnya
oleh 2 orang
ABK

Penurunan
pelampung,
pemberat, tali
selambar (bagian
sayap jaring
kanan) yang
kedua oleh 2
orang ABK

Peralatan yang
Potensi bahaya Kemungkinan
digunakan
• Kecil

• Mengenai ABK
lain
• Besar

• Tangan terluka
• Kecil

• Tekong tercebur
ke laut

• Besar
• Tali selambar
tersangkut

• Tangan terluka
• Besar
• Pelampung/

• Sedang
pemberat mengenai
anggota tubuh diri
sendiri/orang lain
• ABK tercebur ke

• Sedang
laut
• Rusak/ hilangnya • Kecil

pelampung &
pemberat
• Besar

• Tangan terluka
• Sedang

• Pelampung
mengenai anggota
tubuh diri sendiri
/orang lain
• Sedang

• ABK tercebur ke
laut

• Rusak/ hilangnya • Kecil
pelampung

• Tangan terluka
• Besar
• Pelampung/

• Sedang
pemberat mengenai
anggota tubuh diri
sendiri/orang lain
• ABK tercebur ke

• Sedang
laut
• Rusak/ hilangnya • Kecil

pelampung &
pemberat

Kategori
Pencegahan/
kecelakaan
solusi
Tidak parah • Memakai APD
Tidak parah
Tidak parah • Menyediakan
life ring
Tidak parah • Dilakukan
perlahan
Tidak parah • Memakai APD
Tidak parah • Menggunakan
pelampung
sintetis
Tidak parah • Menyediakan
life ring
Tidak parah • Dilakukan
pengecekan
rutin
Tidak parah • Memakai APD
Tidak parah • Menggunakan
pelampung
sintetis
Tidak parah • Menyediakan
life ring
Tidak parah • Dilakukan
pengecekan
Tidak parah • Memakai APD
Tidak parah • Menggunakan
pelampung
sintetis
Tidak parah • Menyediakan
life ring
Tidak parah • Dilakukan
pengecekan
rutin

16

No

Urutan kegiatan

5

Pengecekan
pelampung &
jaring oleh 1
orang juru bantu

6

Mengarahkan &
memposisikan
kapal oleh juru
mudi

Peralatan yang
Potensi bahaya
digunakan
• Ban dalam
• Tangan terluka
(ban
• Terbentur badan
pelampung)
kapal/tersangkut
jaring
• Hilangnya ban
• Terbawa
arus/ombak
• Kedinginan
• Tenggelam
• Mesin
• Kapal terbalik
penggerak
• Kapal bocor
• Sakit pinggul

Kemungkinan
• Sedang
• Sedang
• Sedang
• Besar






Besar
Besar
Kecil
Besar
Kecil

Kategori
Pencegahan/
kecelakaan
solusi
• Tidak parah • Memakai APD
• Tidak parah
• Tidak parah • Menggunakan
sekoci dalam
• Tidak parah
pengecekan
• Menyediakan
• Parah
life ring
• Parah
• Parah
• Menghindari
ombak besar
• Parah
• Tidak parah • Dilakukan
bergantian

Pengangkatan jaring (hauling)
Operasi penangkapan payang dilakukan tanpa alat bantu apapun, pada saat
peng