Uji Daya Hasil Lanjutan 30 Galur Padi Tipe Baru Generasi F6 Hasil dari 7 Kombinasi Persilangan

UJI DAYA HASIL LANJUTAN 30 GALUR PADI TIPE BARU
GENERASI F6 HASIL DARI 7 KOMBINASI PERSILANGAN

RAFIATUL RAHMAH

DEPERTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Daya Hasil
Lanjutan 30 Galur Padi Tipe Baru Generasi F6 Hasil dari 7 Kombinasi
Persilangan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Rafiatul Rahmah
NIM A24080002

ABSTRAK
RAFIATUL RAHMAH. Uji Daya Hasil Lanjutan 30 Galur Padi Tipe Baru
Generasi F6 Hasil dari 7 Kombinasi Persilangan. Dibimbing oleh HAJRIAL
ASWIDINNOOR.
Padi merupakan tanaman penting di Indonesia. Salah satu proses untuk
menghasilkan padi varietas baru adalah dengan menguji saya hasil lanjutan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT).
bahan yang digunakan adalah 30 galur padi tipe baru serta empat varietas
pembanding yaitu Ciherang, Inpari 13, IPB 4S dan IR 64. Hasil menunjukkan
bahwa tinggi tanaman berkisar 95-126.5 cm, jumlah gabah total per malai berkisar
114-251, persentase gabah isi berkisar 57-91% dan bobot 1000 butir berkisar
24.541-31.047 gram. Galur IPB159-F-1, IPB159-F-13 dan IPB160-F-1 memiliki
potensi hasil masing-masing 8.1 ton ha-1, 7.9 ton ha-1 dan 7.8 ton ha-1.
Kata kunci: galur padi IPB, padi tipe baru, kombinasi persilangan


ABSTRACT
RAFIATUL RAHMAH. Advanced Yield Trials of 30 F6 Line New Plant Type
With 7 Crosses Combination. Supervised by HAJRIAL ASWIDINNOOR.
Rice is an important crop in Indonesia. Advanced yield trial is one procedur
in the process of producing new varieties. This experiment used Randomized
Complete Block Design. Plant materials were 30 F6 lines of new type and four
check varieties i.e Ciherang, Inpari 13, IPB 4S, and IR 64. The result showed that
plant height ranged from 95-126.5 cm, number of grain per penicle from 114-251,
percentage of filled grain from 57-91% and weight of 1000 grains ranging from
24.541-31.047 gram. The yield of IPB159-F-1, IPB159-F-13 and IPB160-F-1 line
were 8.1 ton ha-1, 7.9 ton ha-1 and 7.8 ton ha-1, respectively.
Keywords: IPB rice lines, crosses combination, line new plant type

UJI DAYA HASIL LANJUTAN 30 GALUR PADI TIPE BARU
GENERASI F6 HASIL DARI 7 KOMBINASI PERSILANGAN

RAFIATUL RAHMAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPERTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Uji Daya Hasil Lanjutan 30 Galur Padi Tipe Baru Generasi F6
Hasil dari 7 Kombinasi Persilangan
Nama
: Rafiatul Rahmah
NIM
: A24080002

Disetujui oleh

(Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc)

Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

(Dr. Ir. Agus Purwito M.Sc, Agr.)
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 sampai September 2012 ini
ialah pemuliaan tanaman padi, dengan judul Uji Daya Hasil Lanjutan 30 Galur
Padi Tipe Baru Generasi F6 Hasil dari 7 Kombinasi Persilangan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor,
MSc selaku pembimbing skripsi, serta Bapak Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro selaku
pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran dan bimbingan. Di
samping itu, penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada Eka
Setiyani, Arina Saniyati, Siti Nurhidayah, Indra Kurniawati, Tri Rahayu, Meutia

Bukhari, Rifa Rusiva, dan khususnya kepada suamiku Muhamad Reza Pahlevi
yang telah banyak membantu dan mendampingi selama penelitian di lapang serta
teman-teman Indigenous45, teman-teman Ikatan Mahasiwa Tanah Rencong
(IMTR) dan saudara/i yang senantiasa membantu dan mendoakan penulis.
Ungkapan terima kasih juga tentunya disampaikan kepada Bapak Rafiuddin
(ayah) dan Ibu Nyak Cut (ibu) serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Rafiatul Rahmah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2


Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Produksi padi

2

Padi tipe baru

3

Metode pemuliaan tanaman

4


Uji daya hasil lanjutan

4

Heritabilitas

5

METODE

6

Bahan

6

Alat

8


Prosedur Analisis Data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Kondisi umur percobaan

8

Karekter galur-galur padi tipe baru

8

Produktivitas

9


Karakter agronomi vegetatif dan generatif tanaman padi

12

Keragaan genetik dan heritabilitas

17

KESIMPULAN DAN SARAN

18

Kesimpulan

18

Saran

19


DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1 Galur Padi Tipe Baru (PTB) hasil seleksi dari 7 kombinasi persilangan
dan 4 varietas pembanding
2 Rekapitulasi sidik ragam
3 Rekapitulasi nilai tengah hasil dan komponen hasil
4 Rekapitulasi nilai tengah beberapa karakter agronomi vegetatif dan
generatif
5 Nilai komponen ragam, heritabilitas, dan koefisien keragaman genetik

7
9
10
16
17

DAFTAR GAMBAR
6
7
8
9
10

Sebaran jumlah galur padi berdasarkan tinggi tanaman
Penampilan malai beberapa galur dan varietas pembanding
Sebaran jumlah galur menurut panjang malai
Sebaran jumlah galur berdasarkan panjang daun bendera
Sebaran jumlah galur berdasarkan jumlah anakan produktif

12
13
13
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi varietas IPB 4S

22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penduduk Indonesia sebagian besar mengonsumsi nasi sebagai makanan
pokok sehari-hari dan hal ini menjadikan padi (Oryza sativa) sebagai komoditas
pangan terbesar di Indonesia. Peningkatan suplai beras sebesar 70% dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan hingga 2025 (IRRI 1993). Laju pertumbuhan
penduduk sebesar 1.49% selama 10 dekade terakhir (BPS 2012) mengharuskan
tingginya produktivitas padi untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Las et al. (2003) menyatakan bahwa potensi hasil Padi Tipe Baru (PTB)
10-25% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini.
Abdullah et al. (2008) menambahkan bahwa PTB merupakan padi yang
mempunyai arsitektur atau tipe baru dengan sifat batang yang kuat, sistem
perakaran yang dalam dan banyak, memiliki jumlah anakan sedang (9-12) dan
semua produktif, malai panjang dengan 200-300 butir gabah/malai, persentase
gabah isi besar (90%), daun tegak, tebal, dan berwarna hijau tua, tinggi tanaman
sedang pendek (100-110 cm), umur genjah (110-120 hari). Sifat-sifat PTB
tersebut mampu memberikan potensi hasil 20% lebih tinggi daripada varietas
unggul yang ada. Oleh karena itu, pembentukan PTB perlu dilakukan untuk
mendukung peningkatan produktivitas dan produksi padi.
Pembentukan PTB tahun 2001 lebih diintensifkan pada penggunaan
berbagai sumber gen atau sifat dari indica, japonica dan padi liar. Program
persilangan tersebut telah menghasilkan galur-galur harapan yang mempunyai
sifat-sifat lebih baik, seperti kehampaan yang lebih rendah dan memiliki
ketahanan yang lebih baik terhadap serangan hama dan penyakit (Abdullah et al.
2008)
Pembentukan galur-galur PTB masih perlu dilakukan hingga saat ini untuk
dapat dilepas sebagai varietas unggul tipe baru. Tahapan pembentukan galur PTB
sebelum dilepas sebagai varietas antara lain hibridisasi, seleksi, uji daya hasil
pendahuluan, uji daya hasil lanjutan dan uji multilokasi. Pada penelitian ini
dilakukan uji daya hasil lanjutan pada generasi F6. Galur-galur yang diuji
diharapkan berpotensi hasil tinggi dibandingkan varietas unggul yang ada saat ini.
Perumusan Masalah
Menurut data Badan Pusat Statistik (2011) produksi padi di Indonesia
tahun 2011 diperkirakan sebesar 65 390 000 ton Gabah Kering Giling (GKG),
mengalami penurunan sebanyak 1 080 000 ton (1.63%) dibandingkan tahun 2010.
Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 29
700 hektar (0.22%) dan produktivitas sebesar 0.71 kuintal ha-1 (1.42%). Produksi
padi pada tahun 2012 sebesar 69 060 000 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau
mengalami kenaikan sebesar 3 300 000 ton (5.02%) dibandingkan tahun 2011
(BPS 2012). Kenaikan produksi terutama dapat dicapai melalui tersedianya
varietas unggul baru (Makarim dan Suhartatik 2006).
Sejak tahun 1950-an, hasil padi di negara berkembang di Asia mengalami
stagnasi pada tingkat produktivitas sangat rendah (6 ton ha-1 (BPS 2012).
Perakitan PTB penting untuk dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang jumlahnya semakin meningkat. Karakter PTB yang memiliki
hasil tinggi berpotensi untuk dikembangkan.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji daya hasil 30 galur padi tipe
baru generasi F6 dari hasil 7 kombinasi persilangan dan 4 varietas pembanding di
Desa sindang Barang Kecamatan Laladon, Bogor, Jawa Barat. Galur yang berdaya
hasil baik akan diseleksi untuk pembentukan varietas unggul yang memberikan
manfaat terhadap peningkatan produktivitas dan produksi padi.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup pelaksanaan penelitian di lapang mulai dari
persiapan benih, penyemaian, penanaman dan pemanenan. Kegiatan penting
lainnya di lapang yaitu pengamatan dan pemeliharaan. Kegiatan selanjutnya
adalah pemanenan dan penghitungan hasil.
Pengolahan data hasil pengamatan karakter vegetatif dan generatif dari galur
yang diuji untuk dikategorikan atau diambil kesimpulan sesuai dengan tujuan
penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA
Produksi Padi
Sejak tahun 1950-an, hasil padi di negara berkembang di Asia mengalami
stagnasi pada tingkat produktivitas sangat rendah (6 ton ha-1 (BPS 2012).
Permintaan yang tinggi terhadap beras terus mengalami peningkatan dan
mengalami banyak kendala dalam pemenuhannya. Kebutuhan tersebut harus dapat
dipenuhi dengan peningkatan produksi padi. Pengembangan penelitian dilakukan
untuk pemuliaan tanaman padi yang menghasilkan varietas berdaya hasil tinggi
(Lestari 2010). Menurut Yoshida (1981), potensial hasil varietas padi berdaya

3
hasil tinggi di daerah tropis adalah 10 ton ha-1 pada musim kemarau dan 6.5 ton
ha-1 pada musim hujan.
Padi Tipe Baru
Pengembangan penelitian dilakukan untuk pemuliaan tanaman padi yang
menghasilkan varietas berdaya hasil tinggi (Lestari 2010) untuk dapat memenuhi
kebutuhan terhadap beras yang sangat tinggi. Program pemuliaan tanaman padi di
Indonesia untuk meningkatkan potensial hasil dilakukan dengan pengembangan
padi hibrida dan padi tipe baru dengan perkiraan produktivitas mencapai
10-20% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas yang telah ada (Suhartatik
2003). Varietas padi dengan potensi produksi yang tinggi dengan manajemen
pengelolaan yang baik diperlukan untuk mencapai tujuan peningkatan produksi.
International Rice Research Institut (IRRI) mencanangkan prioritas utama untuk
meningkatkan genetik potensial hasil padi (IRRI 1989). Potensi hasil PTB
10-25% tebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini (Las
et al. 2003).
Siregar (1981) menyatakan bahwa sifat tanaman padi yang dapat
berproduksi tinggi memiliki kriteria morfologi, yaitu daun yang tegak (sudut daun
± 300), warna daun hijau tua, dan batang yang kokoh. Daun yang tegak
memungkinkan sinar matahari mengenai seluruh permukaan daun. Abdullah, et al.
(2008) mengemukakan bahwa padi tipe baru khususnya pada lahan irigasi sangat
penting untuk dikembangkan karena padi sawah irigasi adalah penghasil utama
produksi beras nasional sehingga padi sawah tipe baru dapat meningkatkan
produktivitas, produksi, dan pendapatan petani. Padi tipe baru merupakan varietas
padi inbrida yang benihnya mudah untuk diproduksi sehingga harga benih dapat
terjangkau oleh petani.
Program pemuliaan Padi Tipe Baru (PTB) diinisiasi oleh IRRI sejak tahun
1989. Terdapat sekitar dua ribu plasma nutfah dari IRRI yang dikembangkan
untuk mengidentifikasi tetua atau donor untuk keragaman sifat. Tetua yang di
dapat memiliki sifat anakan sedikit, malai banyak, batang tebal, sistem perakaran
yang banyak, dan daun hijau tua yang tebal (Khush 2000). Balai Penelitian Padi
(Balitpa) telah merintis pembentukan PTB sejak 1995, namun baru diintensifkan
pada tahun 2000. Materi genetik yang digunakan sebagai tetua persilangan adalah
varietas introduksi, varietas lokal Indonesia dan padi liar. Saat ini telah dihasilkan
varietas dan sejumlah galur PTB dalam beberapa generasi. Program awal
pembentukan PTB telah dihasilkan sejumlah galur semi PTB, yang sebagian sifatsifatnya menyerupai sifat PTB yang sebenarnya, antara lain jumlah anakan yang
relatif sedikit (10-12 batang/rumpun) dan potensi hasil 5-10% lebih tinggi
dibanding varietas IR 64 dan Ciherang. Galur-galur tersebut antara lain adalah
BP-10384-MR-1-8-3 yang dilepas pada tahun 2001 dengan nama Cimelati dan
BP-50F-MR-30-5 yang dilepas pada tahun 2002 dengan nama Gilirang (aromatik)
(Las et al. 2003).
Metode Pemuliaan Tanaman
Pemuliaan padi bertujuan untuk menghasilkan varietas-varietas baru yang
lebih baik dari varietas-varietas standar yang banyak ditanam petani. Varietas

4
tersebut lazimnya disebut varietas unggul yang memiliki kelebihan sifat dibanding
varietas yang umum ditanam petani saat ini, misalnya tentang potensi hasil, umur,
ketahanann terhadap hama dan penyakit utama, toleransi terhadap tekanan
lingkungan, mutu beras dan rasa nasi (Harahap 1982). Menurut Susanto et al.
(2003) upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan untuk menciptakan
varietas yang berdaya hasil tinggi dan sesuai untuk kondisi ekosistem, sosial,
budaya, serta minat masyarakat.
Pemuliaan suatu tanaman biasanya dimulai dengan pembentukan populasi
yang selanjutnya dilakukan seleksi terhadap populasi tersebut dan diakhiri dengan
pengujian terhadap tanaman hasil seleksi tersebut. Menurut Harahap (1982)
pembentukan populasi dilakukan dengan mengadakan persilangan antara beberapa
varietas tetua untuk menggabungkan sebanyak mungkin sifat-sifat yang baik ke
dalam suatu populasi hibrida. Beberapa tipe persilangan yang biasa dilakukan
antara lain: silang tunggal (persilangan antara dua tetua), silang balik (persilangan
antara F1 dengan salah satu tetuanya), silang puncak (persilangan antara F1
dengan suatu varietas atau galur lain) dan silang ganda (persilangan antara dua
hibrida).
Populasi yang telah dibentuk melalui proses di atas lalu diseleksi. Menurut
Harahap dan Silitonga (1993) metode seleksi yang umum dipakai pada pemuliaan
padi adalah bulk dan pedigree dan selain kedua metode tersebut terdapat metode
lain yaitu metode bulk tanam rapat dan metode back cross. Roy (2000) menytakan
metode bulk merupakan metode seleksi yang relatif mudah dan tidak memerlukan
tenaga ahli. Pemilihan tanaman pada metode bulk dilakukan pada F6 sesudah
dilakukan observasi galur-galur terpilih selama 2-3 musim. Metode pedigree
efektif digunakan dalam seleksi terhadap tanaman yang memiliki sifat dengan
heritabilitas tinggi seperti umur, tinggi tanaman, serta ketahanan terhadap hama
dan penyakit. Pemilihan tanaman dilakukan pada F2 berdasarkan penampilan
tanaman yang menonjol. Pemilihan pada generasi berikutnya (F3-F6) selalu
berdasarka penampilan lapang. Metode pedigree perlu didukung oleh tenaga
terlatih. Metode seleksi bulk sangat sederhana dibandingkan denngan metode
seleksi pedigree, tidak memerlukan tenaga kerja banyak, penurunan segregasinya
cepat, dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit.
Tujuan pemuliaan tanaman pada umumnya untuk meningkatkan
produktivitas, salah satunya dengan meningkatkan jumlah bulir per malai (Purohit
dan Mujumder 2009). Perkembangan pemuliaan tanaman saat ini, selain pada
peningkatan produksi juga mengarah pada pembentukan tanaman yang toleran
terhadap cekaman lingkungan dan ketahanan terhadap serangan organisme
penggangu tanaman serta peningkatan kualitas (mutu) (Saniyati 2012).
Uji Daya Hasil Lanjutan
Uji daya hasil lanjutan adalah salah satu tahapan penelitian dalam rangkaian
kegiatan pemuliaan padi tipe baru. Pengujian daya hasil ditujukan untuk
mengidentifikasi potensi hasil dan kemampuan adaptasi galur-galur harapan dari
berbagai tetua persilangan terhadap berbagai kondisi lingkungan tumbuh. Hasil
pengujian akan memberikan informasi mengenai berbagai karakter unggul yang
dimiliki galur-galur yang kemudian menjadi karakter seleksi.

5
Biasanya pada tahap pengujian masih dilakukan seleksi terhadap galur-galur
homozigot unggul yang lebih baik yang telah terbentuk. Tujuannya adalah
memilih satu atau beberapa galur yang akan dilepas sebagai kultivar unggul baru.
Kriteria penilaiannya biasanya berdasarkan sifat yang memiliki arti ekonomi
seperti hasil dan mutu (Nasir 2001).

Heritabilitas
Karakter tanaman yang mencakup produksi, kadar protein, dan kualitas hasil
dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing mempunyai pengaruh yang
kecil terhadap karakter tersebut. Karakter demikian banyak dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan disebut karakter kuantitatif. Permasalahannya adalah
seberapa jauh suatu karakter dipengaruhi oleh aksi gen dan seberapa jauh suatu
karakter dipengaruhi oleh lingkungan (Syukur et al. 2012). Poespodarsono (1998)
menambahkan, masing-masing peranan langsung dari pengaruh genetik dan
pengaruh lingkungan sulit untuk diketahui. Pengaruh genetik memiliki arti
penting terhadap penentuan nilai pemuliaan tanaman. Semakin tinggi perbedaan
nilai genetik yang dihasilkan maka seleksi akan semakin efektif.
Karakter yang muncul dari suatu tanaman merupakan hasil pengaruh
genetik dan pengaruh lingkungan, yaitu P= G + E. Ragam fenotipe terdiri dari
ragam genetik (2g) dan ragam lingkungan (2p) serta interaksi antara keduanya
yang secara matematis dapat dituliskan: 2p = 2G + 2E + 2GxE. Ragam genetik
suatu populasi sangat penting dalam program pemuliaan sehingga pendugaan
peranannya penting untuk dilakukan. Pengaruh seberapa besar ragam fenotipe
yang diwariskan dan diukur oleh parameter dinamakan heritabilitas.
Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genotipe dan total
ragam fenotipe dari suatu karakter. Hubungan ini menggambarkan seberapa jauh
fenotipe yang tampak merupakan refleksi dari genotipe. Heritabilitas dibedakan
menjadi heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit (Syukur et al. 2012).
Mc. Whriter dalam Alnopri (2004) menyebutkan bahwa nilai heritabilitas
dikatakan tinggi (bernilai >50%), sedang (bernilai 20-50%) dan rendah
(bernilai 50%, sedang apabila nilai heritabilitas
20-50% dan rendah apabila nilai heritabilitas 50% kecuali karakter panjang malai dan produktivitas (Tabel 5).
Saniyati (2012) menyatakan bahwa seleksi berdasarkan karakter dengan nilai
heritabilitas tinggi memerlukan waktu singkat untuk mendapatkan galur yang
diinginkan.
Tabel 5 Nilai komponen ragam, heritabilitas, dan koefisien keragaman genetik
Karakter
Tinggi tanaman
Panjang malai
Panjang daun bendera
Jumlah anakan produktif
Gabah isi
Gabah total
Persentase gabah isi
Persentase gabah hampa
Bobot 1000 butir
Produktivitas
Umur berbunga
Umur panen

g

f

113.80
6.09
45.36
12.84
2977.56
5522.28
185.36
54
4.21
0.82
41.71
14.53

147.39
14.60
71.08
20.34
3846.63
6598.09
281.50
85
7.82
1.89
50.83
20.59

h2bs
77.21
41.73
63.82
63.09
77.41
83.69
65.85
63.52
53.82
43.64
82.05
70.59

KKG
9
8
17
19
3
32
16
33
7
14
12
3

g(ragam genetik), f (ragam fenotipe), h2bs (nilai heritabilitas), KKG
(Koefisien keragaman genetik)
Koefisien keragaman genetik merupakan nisbah antara akar dari ragam
genetik dengan nilai rata-rata karakter yang bersangkutan. Berdasarkan luas dan
sempitnya koefisien keragaman dibagi menjadi 3 yaitu: sempit (0-10%), sedang
(10-20%), dan luas (>20%) (Alnopri 2004). Karakter yang termasuk ke dalam
KKG sempit adalah tinggi tanaman, panjang malai, jumlah gabah isi, bobot 1000
butir dan umur panen. karakter yang termasuk dalam KKG sedang yaitu panjang
daun bendera, jumlah anakan produktif, persentase gabah isi, umur berbunga dan
produktifitas. Karakter yang termasuk KKG luas yaitu jumlah gabah isi dan
persentase gabah hampa. Seleksi galur efektif dilakukan pada karakter dengan
KKG luas.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Galur IPB159-F-1 dan IPB159-F-13 memiliki hasil yang lebih tinggi dari
varietas pembanding. Galur IPB158-F-2, IPB159-F-3, IPB159-F-6, IPB159-F-12,
IPB165-F-2, IPB167-F-2, IPB158-F-1, IPB159-F-2, IPB160-F-1 memiliki hasil

19
yang setara dengan varietas pembanding galur-galur tersebut juga memiliki
karakter yang sesuai karakter seleksi, sehingga berpotensi untuk pengujian
lanjutan untuk dikembangkan menjadi varietas unggulan.
Saran
Pengujian terhadap ketahanan penyakit perlu dilakukan dalam pengujian
lanjutan terhadap galur-galur yang terseleksi pada penelitian ini. Penting juga
dilakukan pengujian terhadap karakter lain yang berpengaruh terhadap karakter
agronomi, seperti lingkar batang yang berpengaruh terhadap kemampuan topang
tanama