Hubungan Klasifikasi Industri dengan Leverage

B. Hubungan Klasifikasi Industri dengan Leverage

Menurut Foster 1986 laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila dapat diperbandingkan, baik untuk periode waktu berurutan time series pada satu perusahaan maupun dengan perusahaan lainnya pada periode yang sama cross sectional. Kriteria yang digunakan sebagai pembanding menurut Foster adalah: 1. Kesamaan dalam hal penawaran supply. Perusahaan dikelompokkan atas dasar kesamaan bahan baku, proses produksi, jaringan distribusi 2. Kesamaan dalam hal permintaan demand. Pengelompokkan didasarkan pada persamaan waktu produk akhir dan persepsi konsumen terhadap kemampuan produk tersebut sebagai produk pengganti. 3. Kesamaan pada atribut pasar modal. Dari perspektif investasi, perusahaan dikelompokkan atas dasar kesamaan atribut saham yang serupa seperti risiko, price to earnings ratio, atau pengkapitalisasian pasar. 4. Kesamaan pada kepemilikan yang sah legal ownership. Penting bagi pihak manajemen untuk menganalisis cross sectional antar cabang atau lini bisnis, dimana cabang-cabang yang berlainan dalam karakteristik permintaan dan penawaran dimiliki sekelompok shareholder yang sama. Asumsi penting dari analisis rasio industri adalah terdapat perbedaan yang signifikan di dalam distribusi rasio keuangan. Foster 1986 menyatakan bahwa tidak ada definisi tunggal untuk ”industri” yang diterima secara universal. Menurut Brown and Ball 1967 banyak kejadian yang mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan dalam ekonomi, perusahaan-perusahaan dalam industri yang berbeda dan perusahaan individual. Jika angka akuntansi merefleksikan kejadian-kejadian tersebut, dan jika industri telah diklasifikasikan bersama atas dasar kesamaannya, kemudian lumrah untuk mengasumsikan suatu hubungan antara laba perusahaan tertentu dengan rata-rata semua perusahaan yang ada dalam suatu industri dan rata-rata semua perusahaan dalam industri. Penelitian yang dilakukan Foster 1981 mengemukakan bahwa terjadi transfer informasi antar perusahaan dalam satu industri intra-industry information transfer, dengan memberi bukti adanya reaksi harga saham perusahaan pesaing terhadap pengumuman laba yang keluarkan oleh perusahaan lain dalam satu industri. Penelitian lain yang dilakukan Ramnath 2002 menguji apakah terjadi penyesuaian 7 peramalan oleh investor dan analis ketika salah satu perusahaan dalam industri mengumumkan labanya untuk pertamakali terhadap peramalan yang mereka buat untuk perusahaan lain dalam industri yang sama. Machfoedz 1999 menguji apakah krisis moneter yang melanda Indonesia mempengaruhi profitabilitas perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ. Perusahaan- perusahaan tersebut dibagi menjadi empat sektor untuk melihat sektor mana yang paling terpengaruh oleh krisis moneter. Dengan menggunakan tiga kategori ratio, profitabilitas, likuiditas dan operasi dan leverage, hasilnya mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ terpengaruh krisis moneter. Karena semua rasio yang digunakan lebih buruk dibanding periode sebelum krisis, kecuali current ratio dan Debt to equity Ratio, hal ini dikarenakan dampak krisis moneter tidak mempengengaruhi rasio tersebut dalam jangka pendek. Tiga sektor industri memperlihatkan hasil yang seragam, sedangkan sektor keempat belum mengalami perubahan, karena belum terkena imbas krisis. Nugraheni 2002 meneliti apakah Price earnings ratio PER antar sektor industri manufaktur berbeda sebelum dan sesudah krisis tahun 1997. Dengan analisis twoway ANOVA, terhadap 79 perusahaan sampel, yang dibagi menjadi tiga sektor, hasilnya memperlihatkan bahwa sebelum dan sesudah tahun 1997, PER antar industri sektor manufaktur berbeda, dimana perbedaan ini timbul karena pengaruh krisis moneter. Scott, JR dan Martin 1975 menguji apakah klasifikasi industri mempengaruhi struktur keuangan perusahaan. Mereka mengatakan bahwa tidak ada satu formula penilaian yang secara tepat menentukan struktur keuangan yang tepat bagi suatu perusahaan. Keputusan pandanaan dapat diputuskan untuk suatu perusahaan dengan memperhatikan struktur keuangan perusahaan sejenis. Pembandingan dapat dilakukan dengan membandingkan perusahaan yang bergerak di industri yang sama. Dengan menggunakan pengujian parametrik dan non parametrik, mereka menemukan bahwa variansi leverage muncul sebagai indikasi klasifikasi industri merupakan determinan struktur keuangan perusahaan. Bowen dkk. 1982 melakukan studi yang bertujuan untuk memberikan bukti empiris hubungan antara leverage dengan klasifikasi industri secara cross sectional dan time series. Leverage diukur dengan dua proksi yaitu rasio saham biasa dibagi total asset dan utang jangka 8 panjang ditambah utang jangka pendek dibagi dengan total asset. Bowen dkk. menganalisis leverage perusahaan berdasarkan manfaat pajak yang diperoleh dengan membayar bunga pinjaman. Hasil penelitian ini memperlihatkan penurunan pembayaran pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat utang dalam struktur modal perusahaan, di level industri yang berbeda. Dari penelitian-penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa klasifikasi industri mempengaruhi keputusan yang akan diambil menejer suatu perusahaan karena adanya intra- industry information transfers. Berdasarkan teori tersebut, penulis menduga bahwa perilaku menejer dalam memutuskan struktur pendanaan perusahaan dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang terjadi pada perusahaan sejenis atau dalam kelompok yang sama dimana perusahaan berada. Selain itu, karena peraturan yang berlaku dalam suatu industri cenderung sama maka dapat dikatakan bahwa antara industri berbeda akan memiliki rasio-rasio keuangan, termasuk leverage, berbeda pula. Biasanya dalam suatu industri ada satu perusahaan yang dijadikan acuan oleh perusahaan lain dalam industri tersebut karena dianggap memiliki kinerja yang baik. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan pada industri yang berbeda akan memiliki tingkat leverage yang tidak sama. Klasifikasi industri merupakan pengelompokkan perusahaan-perusahaan berdasarkan suatu kesamaan tertentu, misalnya berdasarkan proses operasi perusahaan. Klasifikasi industri memiliki pengaruh terhadap keputusan pendanaan perusahaan. Karena dengan pengelompokkan perusahaan dapat melihat risiko perusahaan, melalui persaingan, semakin banyak anggota suatu kelompok industri maka risiko bisnisnya akan semakin besar, dan perusahaan akan lebih berhati- hati dalam melakukan keputusan pendanaan. Jika perusahaan berada dalam klasifikasi industri yang produk atau jasa yang dihasilkan sangat dibutuhkan konsumen dan tidak memiliki banyak pesaing maka, maka perusahaan ini akan cenderung mudah mendapat sumber dana eksternal. Sebaliknya perusahaan dalam kelompok banyak pesaing cenderung lebih sulit memperoleh dana. Perusahaan manufaktur cenderung memiliki leverage lebih tinggi dibandingkan perusahaan dagang, jasa dan investasi kerena memiliki asset tetap yang lebih tinggi yang dapat dijadikan jaminan kredit. Selain itu risiko operasi perusahaan manufaktur lebih tinggi, karena siklus yang lebih panjang sehingga perputaran dana menjadi lebih lama dan dibutuhkan dana operasional yang lebih besar untuk menjalankan operasai perusahaan. Klasifikasi industri ini 9 telah diuji dalam penelitian terdahulu, penelitian ini menguji kembali dengan menggunakan variabel dummy untuk melihat apakah klasifikasi industri manufaktur lebih tinggi dibandingkan perusahaan dagang, jasa dan investasi serta apakah klasifikasi industri berpengaruh terhadap leverage. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H2: perusahaan manufaktur memiliki leverage lebih tinggi dibanding perusahaan dagang, jasa, dan investasi.

C. Hubungan Pertumbuhan dengan leverage

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan intellectual capital pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2014

0 14 135

Pengaruh Kepemilikan Institutional, Risiko Perusahaan, Dan Leverage terhadap Tindakan Tax Avoidance

1 18 99

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

3 20 135

PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE DAN CORPORATE GOVERNANCE Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Asimetri Informasi, Leverage, Dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Per

0 4 17

PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE DAN Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Asimetri Informasi, Leverage, Dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Ya

0 4 17

PENGARUH LEVERAGE OPERASI DAN LEVERAGE FINANSIAL TERHADAP RISIKO SISTEMATIK SAHAM (Studi Kasus Industri Semen Di Indonesia).

0 0 16

pengaruh konsentrasi kepemilikan institusional dan leverage

0 1 45

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, KEPEMILIKAN PUBLIK, PERUBAHAN HARGA SAHAM DAN RISIKO BISNIS TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PUBLIK SEKTOR KEUANGAN

0 0 7

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN K

0 2 80

PENGARUH KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK,LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

0 1 14