PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

(1)

DIVIDEN

THE EFFECT OF PROFITABILITY, LEVERAGE, LIKUIDITY, INSTITUTIONAL OWNERSHIP AND GROWTH OPPORTUNITIES TO DIVIDEND POLICY

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

SOIMAH MUNAWAROH 20120410345

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

THE EFFECT OF PROFITABILITY, LEVERAGE, LIKUIDITY, INSTITUTIONAL OWNERSHIP AND GROWTH OPPORTUNITIES TO

DIVIDEND POLICY

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

SOIMAH MUNAWAROH 20120410345

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii Dengan ini saya,

Nama : Soimah Munawaroh NIM : 20120410345

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Kepemilikan Inttusional dan Pertumbuhan Perusahaan, Terhadap Keijakan Dividen” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 27 Agustus 2016


(4)

iii

“Barang siapa yang keluar dalam menuntut ilmu maka ia adalah seperti berperang di jalan Allah hingga pulang”

(H.R. Tirmidzi)

“Alloh akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan”

(Al-Mujadillah:11)

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah: 153)

“Kecerdasan bukanlah tolak ukur kesuksesan, tetapi dengan menjadi cerdas kita bisa menggapai kesuksesan”


(5)

iv

Segala puji atas bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya telah Engkau jadikan aku manusia yang senantiasa berfikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku. Dengan segenap ketulusan hati, skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Untuk sosok malaikat bagiku, skripsi ini kupersembahkan untuk ibu Watijah. Terimakasih atas semangat dan doa yang selalu kau lantunkan dalam sholatmu, terimakasih sudah jadi pendengar yang baik atas semua keluhku dan solusi yang kau berikan

 Untuk sosok yang selalu menjadi panutanku, yang selalu mengajariku arti hidup. Bapak Mustami, skripsi ini kupersembahkan untukmu. Terimakasih atas dukungan moril dan materil, terimakasih atas diskusi-diskusi tentang semua.

 Untuk kedua kakakku Muhammad Basir dan Muhammad Mundir, terimakasih telah menjadi kakak terbaik, selalu mendengarkan keluh kesahku, selalu memberikan dukungan penyemangat dan memberikan perhatian, terimakasih juga atas dukungan secara materil.

 Untuk nenekku Watini, terimakasih telah memberikan do’a,, nasehat dan tak henti-hentinya mengingatkan untuk menjaga diri dengan baik.


(6)

v

 Untuk kekasihku Nur Rahman terimakasih telah mendampingiku selama ini, memberikan nasehat, penyemangat dan dukungannya. Terima kasih telah memberikan warna yang indah dalam hidupku. Terimakasih sayang.

 Untuk Sahabat terbaikku Ika Mawarni, terimakasih sudah jadi sahabat terbaik didunia, terimakasih atas dukungannya.

 Untuk Sahabatku As Jannah Verawati, Winda Wulandari, Melani Nur Aziziah dan Rina Romadhani terimakasih atas dukungannya.

 Untuk teman-temanku Rokhimah, Putri, Rofah, Rema, Lia, Triharyani, Heny, Untung dan keluarga besar Akuntansi B SMK Muhammadiyah Kutowinangun, terimakasih atas dukungan dan kekocakannya selama ini.

 Untuk bapak Wihandaru yang telah membimbing saya dengan baik. Terimakasih dan minta maaf atas kesalahannya.

 Untuk dosen-dosen di manajemen yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu terimakasih untuk semangat dan ilmu yang telah diberikan.

 Untuk keluarga besar kelas i Manajemen 2012 dan keluarga besar Seminar Kelas C, terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

 Untuk teman KKN 92, terimakasih atas kebersamaan selama sebulan, walau hanya sebulan itu sudah cukup menjadikan kita keluarga.

 Untuk Almamater kebanggaanku, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(7)

vi

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Kepemilikan Institusional dan Pertumbuhan Perusahaan, Terhadap Kebijakan Dividen”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyarata dalam memperoleh gelar Sarjana Strata-1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Selama penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat arahan, bimbingan, petunjuk, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih yang mendalam kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberi berbagai kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

2. Bapak Wihandaru SP., Drs., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran dan kesabaran dalam memberikan bimbingan dan pengarahan yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.


(8)

vii

4. Bapak dan Ibu serta keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis serta doa untuk keberhasilan penulis.

5. Teman-teman yang telah memberikan semangat, perhatian, pengertian, dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ini.

6. Seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna mengembangkan penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta,27 Agustus 2016


(9)

viii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PENYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah Penelitian ... 5

C. Rumusan Masalah Peneitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan teori ... 8

1. Dividen ... 8

2. Kebijkan Dividen... 9


(10)

ix

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 16

1. Profitabilitas ... 16

2. Leverage ... 16

3. Likuiditas ... 17

4. Kepemilikan Institusional ... 18

5. Pertumbuhan Perusahaan... 18

C. Penelitian Terdahulu ... 19

D. Rumusan Hipotesis ... 23

1. Profofitabilitas terhadap Kebijakan Dividen ... 23

2. Leverage terhadap Kebijakan Dividen ... 25

3. Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen ... 27

4. Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Dividen ... 28

5. Pertumbuhan Perusahaan terhadap kebiajakan Dividen ... 31

E. Model Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Objek Penelitian ... 34

B. Teknik pengambilan Sampel ... 34

C.Jenis Data ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35


(11)

x

2. Profitabilitas ... 36

3. Leverage ... 36

4. Likuiditas ... 36

5. Kepemilikan Institusional ... 37

6. Pertumbuhan Perusahaan... 37

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran UmumObjek Penelitian ... 43

B. Hasil Uji Kualitas Data ... 44

1. Analisis Deskriptif ... 44

2. Uji Asumsi Klasik ... 47

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)... 53

D. Pembahasan ... 60

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 66

A. Simpulan... 66

B. Saran ... 68

C. Keterbatasan Penelitian ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

(13)

xii

4.1 Proses Seleksi Sampel ... 44

4.2 Statistik Deskriptif ... 45

4.3 Uji Normalitas ... 48

4.4 Uji Multikolinieritas ... 49

4.5 Uji Autokorelasi ... 51

4.6 Uji Heteroskedastisitas ... 52

4.7 Hasil Analisis Regresi Berganda... 54

4.8 Uji Nilai F ... 58


(14)

(15)

(16)

i

likuiditas, kepemilikan institusional dan pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai dengan 2014. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 249 perusahaan yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Analisis Berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Kata kunci: profitabilitas, leverage, likuiditas, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dan kebijakan dividen.


(17)

ii

This study aimed to examine the effect of profitability, leverage, liquidity, institutional ownership and growth opportunities to dividen policy. The object of this research are manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange period 2010 to 2014. The sample in this study amounted 249 enterprise selected by using purposive sampling method. The analysis tool used in this study is multiple linear regression

The result of this study indicate that: profitability has positif and significant influence to dividend policy, leverage has positif and significant influence to dividend policy, likuidity insignificant influence to dividend policy, linstitutional ownership has positif and significant influence to dividend policy, Growth opportunities has negatif and significant influence to dividend policy.

Keywords: Profitability, Leverage, Likuidity, institutional ownership, Growth


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Investasi adalah kegiatan menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh return atau keuntungan di masa depan. Investasi dapat dilakukan pada aset nyata dan aset finansial. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit di prediksi oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan risiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan (Faujimi, 2013).

Masalah dalam kebijakan dan pembayaran dividen mempunyai dampak yang sangat baik bagi para investor maupun bagi perusahaan yang akan membayar dividennya. Pada umumnya para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gains. Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk


(19)

mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang saham. Kebijakan dividen sangat penting untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividen dan dari satu sisi juga tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan. Selanjutnya dividen diterima pada saat ini akan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gains yang akan diterima dimasa yang akan datang. Dengan demikian investor yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih menyukai dividen dari pada capital gains (Sari, 2012).

Kebijakan dividen merupakan keputusan yang harus diambil oleh manajemen untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan deviden di ukur menggunakan rasio dividend payout ratio (DPR). Penentuan Dividend Payout Ratio akan mempengaruhi keputusan investasi investor dan sisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Semakin besar dividen yang dibagikan oleh perusahaan maka akan semakin menarik bagi calon investor (Dewi dan Sedana, 2012).

Kinerja keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam mengukur prestasi perusahaan dan menggunakan modal secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan perusahaan. Rasio keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi laba bersih dan dividen pada masa yang akan datang.


(20)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Laba perusahaan tersebut akan menjadi acuan dalam pembayaran dividennya. Besarnya tingkat laba akan mempengaruhi besarnya tingkat pembayaran dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar diterima dalam bentuk dividen.

Leverage adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan bahwa semakin besar kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan, sebaliknya semakin rendah rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi utang maka akan semakin rendah tingkat dividen yang akan dibagikan.

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin likuid sebuah perusahaan, kemungkinan pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan tersebut akan semakin besar. Likuiditas yang semakin meningkat akan mengakibatkan Divident Payout Ratio (DPR) meningkat begitu pula sebaliknya, apabila likuiditas menrun maka akan mengakibatkan Divident Payout Ratio (DPR) menurun.

Kepemilikan institusional adalah proporsi pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik institusional, seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan lain. Adanya kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak


(21)

manajemen diharapkan pihak manajemen dapat membuat keputusan-keputusan yang tidak merugikan pemegang saham dengan mengacu pada tujuan awal perusahaan, yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Kepemilikan institusional dalam perusahaan juga diharapkan mampu memperkuat fungsi pengawasan terhadap manajemen sehingga penyimpangan yang dilakukan manajemen dalam perusahaan dapat diminimalkan (Wati, 2014).

Pertumbuhan sebuah perusahaan akan berhubungan langsung dengan kebutuhan pendanaan. Jika perusahaan lebih memfokuskan pada pertumbuhan perusahaan, maka kebutuhan dana pun akan semakin tinggi yang memaksa manajemen menahan keuntungan dan berdampak pada rendahnya dividen (Pribadi dan Sampurno, 2012). Pertumbuhan perusahaan yang semakin meningkat maka Divident payout Ratio (DPR) akan menurun, sebaliknya pertumbuhan perusahaan yang semakin menurun mengakibatkan Divident Payout Ratio (DPR) meningkat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul “Pengaruh profitabilitas, leverage, likuiditas, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen”. Penelitian ini adalah pengembangan dari Sari dan Sudjarni (2015) dengan judul pengaruh likuiditas, leverage, pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di BEI, dan penelitian Firmanda et al., (2014) dengan judul pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilias, ukuran perusahaan dan cash position terhadap kebijakan


(22)

dividen. Perbedaan dalam penelitian ini adalah terletak pada variabel yang digunakan dan periode sampel.

B. Batasan Masalah Penelitian 1. Jenis variabel

a. Variabel independen: profitabilitas, leverage, likuiditas, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan.

b. Variabel dependen: kebijakan dividen. 2. Periode mulai tahun 2010-2014.

3. Objek pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

C. Perumusan Masalah Penelitian

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen? 2. Apakah leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen? 3. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen? 5. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

D. Tujuan Penelitian

1. Menguji pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen. 2. Menguji pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen. 3. Menguji pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen.


(23)

4. Menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen. 5. Menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dapat menjadi pembuktian kebenaran teori dibidang manajemen keuangan pada umumnya yang berhubungan dengan pengaruh pengaruh profitabilitas, leverage, likuiditas, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen pada khususnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan informasi bagi mahasiswa untuk penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan bahan pertimbangan dalam memprediksi dan mengambil keputusan investasi agar dividen yang akan diterima sesuai dengan yang diharapkan.

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan dalam pengambilan keputusan terutama dalam kebijakan dividen.

c. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Sebagai tambahan informasi pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan.


(24)

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis dalam mengamati masalah yang diteliti.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil analisis ini dapat menjadi referensi dasar perluasan penelitian dan penambahan wawasan untuk pengembangannya pada penelitian mendatang.


(25)

8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Dividen

Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain (Hanafi, 2004). Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan.

Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham ditinjau dari bentuknya ada 3 (tiga) macam, yaitu (Tandelilin, 2010) :

1) Dividen tunai (cash dividend). Pada umumnya, dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham adalah rupiah tunai yang disebut dividen tunai (cash dividend). Namun pembagian dan besarnya dividen tidaklah dijamin. Dari tahun ke tahun, besarnya rupiah dividen tunai yang dibagikan bisa berubah naik-turun ataupun tetap dab bahkan juga bisa tidak dibagikan.

2) Dividen saham (stock dividend). Selain tunai, perusahaan juga dapat membagikan dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk saham


(26)

baru sehingga meningkatkan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham. Jenis dividen ini disebut dividen saham (stock dividend).

3) Saham bonus (bonus share). Pada kasus lain agak mirip dengan pembagian dividen saham yang memperbesar jumlah saham bagi pemegangnya. Perusahaan Indonesia yang tercatat di bursa efek juga sering memberikan saham bonus (bonus share). Saham bonus merupakan saham baru yang diberikan kepada pemegang saham dan berasal dari kapitalisasi agio saham. Bedanya adalah dividen saham berasal dari laba perusahaan.

2. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang harus diambil oleh manajemen untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan.

Menurut Brigham dan Houston (2010) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi investor yaitu:

1) Teory ketidakrelevanan dividen (Dividend irrelevance theory) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (MM) yang menyatakan


(27)

bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan.

2) Teori burung di tangan (bird in the hand theory). Teori yang dikemukakan oleh Gordon dan Lintner. Mereka berpendapat bahwa tingkat pengembalian atas ekuitas akan turun apabila rasio pembagian dividen dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dividen daripada pendapatan dari keuntungan modal (capital gain). Menurut MM, nilai perusahaan akan dimaksimalkan dengan menentukan rasio pembagian dividen yang tinggi. 3) Teori prefensi pajak (tax preference theory) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih menyukai keuntungan modal (capital gains) karena dapat menunda pembayaran pajak. Investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham dan menerima sebagian besar saham dan menerima sebagian besar dividen yang dibayarkan) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba dianggap menghasilkan kenaikan harga


(28)

saham dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi.

3. Signalling Theory

Menurut (Ross 1977) dalam Hanafi (2004) mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan utang) merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik dan karenanya ingin agar saham meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik atau buruk. Agar signal tersebut baik maka harus dapat ditangkap pasar dan dipresepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang memiliki kualitas yang buruk.

Sinyal ini bisa berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Signal dapat berupa promosi atau informasi lain yang mengatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Disamping itu, manajer ingin memberikan signal yang lebih dipercaya (credible). Manajer bisa menggunakan utang lebih banyak sebagai signal yang lebih dipercaya.

Dalam keadaan ada pajak pribadi dan pajak perusahaan, dividen tidak disukai hampir semua pemegang saham yang membayar pajak atau pemegang saham bersikap sama apakah berupa dividen atau capital gain. Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, mungkin diartikan oleh


(29)

pemodal sebagai sinyal harapan manajemen tentng akan membaiknya kinerja perusahaan dimasa yang akan datang.

4. Teori Pecking Order

Perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi dalam penggunaan dana. Skenario dalam Pecking Order Theory adalah sebagai berikut ini (Hanafi, 2004):

1) Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.

2) Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi. Perusahaan berusaha menghindari perubahan dividen yang tiba-tiba. Dengan kata lain, pembayaran dividen diusahakan konstan atau kalau berubah terjadi secara gradual dan tidak berubah dengan signifikan.

3) Karena kebijakan dividen yang konstan (sticky), digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat-saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.

4) Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dahulu. Perusahaan akan memulai dengan utang, kemudian dengan surat berharga campuran (hybrid) seperti


(30)

obligasi konvertibel dan kemudian barangkali saham adalah pilihan terakhir.

Theory pecking order menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa (Myers & majluf, 1984). Teori tersebut tidak mengindikasikan target struktur modal. Teori tersebut menjelaskan urutan-urutan pendanaan. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Perusahaan akan mulai dengan dan internal dan sebagai pilihan terakhir adalah menerbitkan saham. Pembayaran dividen akan menyebabkan dana kas berkurang, maka perusahaan akan menerbitkan saham baru.

Theory pecking order bisa menjelaskan kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil. Tingkat utang yang kecil tersebut tidak dikarenakan perusahaan mempunyai target tingkat utang yang kecil, tetapi karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana internal mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi. 5. Aliran Kas Bebas(Agency Free Cash Flow)

Menurut teori ini, manajer akan berusaha memegang sumberdaya perusahaan agar tetap dalam kendali manajer. Jika perusahaan memperoleh keuntungan atau kas masuk yang tinggi, maka manajer akan berusaha agar keuntungan/kas masuk tinggi, maka manajer akan berusaha agar


(31)

keuntungan/kas masuk tersebut tetap berada di tangan manajer. Meskipun sebenarnya pemegang saham mungkin akan diuntungkan jika kas tersebut dibagikan ke mereka (missal dalam bentuk dividen), kemudian pemegang saham dibiarkan menginvestasikan kas tersebut ke alternatif investasi lain yang juga menguntungkan. Manajer berusaha menahan kas tersebut dengan berbagai cara, misal tidak membayar dividen, melakukan akuisisi (membeli) perusahaan lain. Dengan akuisisi, sumber daya masih berada ditangan manajer.

Jensen (1986) mendefinisikan aliran kas bebas (free cash flow) sebagai aliran kas yang tersisa setelah semua proyek dengan NPV positif didanai. Free cash flow lebih baik dibagikan kepada pemegang saham, bukannya ditahan, karena perusahaan sudah tidak mempunyai kesempatan investasi yang menguntungkan. Kemudian pemegang saham dibiarkan memanfaatkan kas yang diterima tersebut. Dengan cara semacam itu pemegang saham bisa memaksimumkan kemakmurannya (Hanafi, 2004).

6. Teori Keagenan ( Agency Theory)

Agency Theory adalah teori yang menjelaskan agency relationship dan masalah-masalah yang ditimbulkannya (Jensen dan Meckling, 1976). Hubungan keagenan adalah suatu kontrak dimana satu orang atau lebih pihak prinsipal yang melibatkan agen untuk melakukan layanan atas nama mereka yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada agen (Jensen & Meckling 1976). Teori Keagenan menjelaskan adanya hubungan antara pemilik dengan pihak manajer (agent). Pemegang


(32)

saham mayoritas akan mengambil keputusan untuk lebih mensejahterakan pemegang saham mayoritas daripada pemegang saham minoritas. Hal ini disebabkan karena pemegang saham mayoritas memiliki hak dalam menetapkan kebijakan dividen yang berlawanan dengan kepentingan pemegang saham minoritas (Wijayanti & Supatmi, 2009). Ketika pemegang saham mayoritas menetapkan untuk tidak membagikan laba ditahan sebagai dividen maka kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya konflik keagenan. Menurut teori arus kas bebas, dana yang tersedia setelah membiayai semua proyek yang memiliki net present value (NPV) positif dapat mengakibatkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (Jensen, 1976). Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham adalah hasil dari kecenderungan masing-masing pihak untuk memberikan prioritas untuk kepentingan pribadi mereka. Pemegang Obligasi ingin para pemegang saham untuk meninggalkan uang tunai sebanyak mungkin dalam perusahaan sehingga uang ini akan tersedia untuk membayar pemegang obligasi selama masa kesulitan keuangan. Pemegang saham ingin menjaga uang ekstra untuk diri mereka sendiri. Sementara itu, manajer, dapat membayar dividen hanya untuk menyimpan uang tunai jauh dari pemegang obligasi. Manajer juga dapat mengejar kepentingan pribadi mereka dengan mengorbankan pemegang saham terutama ketika korporasi memiliki banyak aliran kas bebas.


(33)

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen 1. Profitabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu (Hanafi, 2004). Keuntungan perusahaan tersebut akan menjadi acuan dalam pembayaran dividennya. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Dividen yang diambil dari keuntungan akan mempengaruhi besarnya devidend payout ratio. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

Seringkali dalam pengamatan yang dilakukan investor menunjukan bahwa sebuah perusahaan dengan tingkat pengembalian (profit) yang tinggi atas investasi biasanya tidak banyak menggunakan pendanaan dengan utang, dengan demikian maka perusahaan dapat membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal atau dengan keuntungan yang dihasilkan sendiri.

2. Leverage

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Hanafi, 2004). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Leverage mencerminkan kemampuan


(34)

perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban. Semakin besar proporsi utang yang digunakan dalam struktur modal maka semakin besar pula kewajiban (beban tetap) yang ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan.

Penggunaan utang yang terlalu besar dalam kegiatan oprasional memberikan dampak yang kurang baik terhadap perusahaan karena perusahaan harus membayar kewajiban-kewajibannya yang nantinya akan mengurangi keuntungan yang diperoleh. Menurunnya keuntungan yang didapat perusahaan akan menurunkan pembagian dividen kepada para pemegang saham.

3. Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya aktiva lancar relative terhadap utang lancarnya (Hanafi, 2004). Semakin likuid sebuah perusahaan kemungkinan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen tersebut akan semakin besar. Keadaan seperti itu akan membuat investor tertarik dalam menanamkan modalnya untuk membagikan keuntungan berupa dividen. Menurut Hanafi (2004) perusahaan yang mempunyai aliran kas yang baik, bisa membayar dividen atau meningkatkan dividennya. Perusahaan dalam membayar dividen memerlukan aliran kas keluar sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.


(35)

4. Kepemilikan institusional

Kepemilikan institusional adalah proporsi pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan lain. Kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan (Kurniawati et al, 2015).

Pada tahun 1999 Crutchley et al. mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negative terhadap kebijakan dividen. semakin tinggi kepemilikan institusioanla maka semakin kuat krontrol ekternal terhadap perusahaan sehingga mengurangi kos keagenan dan perusahaan akan cenderung membayar dividen yang rendah.

5. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemapuan perusahaan untuk megembangkan perusahaan dari waktu ke waktu atau mempertahankan posisi perusahaannya. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari total asset perusahaan, semakin besar asset yang dimiliki perusahaan akan menambah hasil operasi dan meningkatkan laba. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk


(36)

membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen.

C. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dibuat bedasarkan pada penelitian terdahulu yang hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Sari dan Sudjarni (2015) dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh Likiditas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan dan Profitabilitas terhadap kebijakan Dividen pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan metode observasi non-participant dan penelitian kepustakaan Prosedur penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan manufaktur yang tercatat aktif di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 hingga 2013 dengan sampel 10 perusahaan. teknik analisis yang digunakan Analisis berganda. Hasil penelitian Likuiditas (CR), Leverage (DER), Growth (TA) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan maufaktur di Bursa Efek Indonesia dan Profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan maufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2. Bansaleng et al. (2014) dalam penelitiannya dengan judul Kebijakan Hutang, Struktur Kepemilikian, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Metode analisis yang digunakan adalah metode asosiatif dengan teknik analisis


(37)

Regresi Linier Berganda. Populasi penelitian berjumlah 18 perusahaan dan sampel sebanyak 5 perusahaan. Hasil analisis menunjukan Kebijakan Hutang, Struktur Kepemilikan, dan Profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan secara parsial, kebijakan hutang dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, sementara struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Manajemen sebaiknya lebih meningkatkan kinerja perusahaan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampulabaan agar dapat membayarkan dividen serta kewajiban perusahaan lainnya.

3. Firmanda et al. (2014) dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijkaan Hutang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Cash Positon terhadap kebijakan Dividen. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa fek Indonesia tahun 2009-2013. Hasil penelian kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil pengujian profitabilitas dan posisi kas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

4. Dewi (2008), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijkaan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan, terhadap kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2002-2005. Hasil penelian kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang,


(38)

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil pengujian ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

5. Dewi dan Sedana (2012), dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas, dan Pertumbuhan terhadap Kebijakan Dividen di BEI”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal mempunyai pengaruh negarif signifikan terhadap kebijakan dividen. Likuiditas mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh negarif signifikan terhadap kebijakan dividen.

6. Sari (2012), melakukan penelian yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio (DPR)”. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan dari 18 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007 sampai dengan 2011. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, dan kepemilikan institusional baik secara simultan maupun secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).

7. Kurniawati et al. (2015), dalam peneliannya yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Dividend an Harga Saham”. Dalam penelitian ini menggunakan sampel persahaan Property dan Real Estate.


(39)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara kepemilikan institusional dan kebijakan dividen. Terdapat hubungan yang signifikan positif antara kepemilikan institusional dan harga saham. 8. Suprihati (2010), pengaruh cash ratio,debt to equity ratio, market to book value

ratio,institutional ownership dan return on asset terhadap dividend pay-out ratio khususnya pada perusahaan yang termasuk tertiary sectors di Bursa Efek Indonesia. Teknik sampling dilakukan dengan purposive sampling dengan kriteria yaitu perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007 hingga 2009. Hasil pengujian menunjukkan bahwa cash ratio dan MTBV berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Sedangkan DER, institusional ownership dan ROA berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

9. Pribadi dan Sampurno (2012), melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh cash position, frim size, growth opportunities, ownership, dan return on asset terhadap dividen payout ratio. Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan pusposive sampling dari 134 yang listing, hanya 15 perusahaan yang memenuhi kriteria, dari tahun 2008-2011. Hasil pengujian menunjukkan bahwa cash ratio, frime size, dan growth berpengaruh negative terhadap kebijakan dividen. Sedangkan ownership dan ROA berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

10.Faujimi (2013), dalam penelitian dengan judul pengaruh profitabilitas, leverage, likuiditas, ukuran perusahaan, terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun


(40)

2010-2012. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 34 perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa profitbilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan leverage, likuiditas dan ukuran perusahaan menunjukkan bahwa tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen,

11. Idawati dan Sudiartha (2012), dengan judul pengaruh profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, terhadap kebijakan dividen perusahaan manufaktur di BEI. Purposive sampling digunakan dalam teknik pengambilan sampel dengan perolehan sebanyak 31 perusahan sebagai sampel penelitian. Secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Uji secara parsial menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil berbeda ditunjukkan oleh variabel ukuran perusahaan, yakni ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

D. Hipotesis

1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu (Hanafi, 2004). Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka berpengaruh pada tingginya ketersediaan dana yang dialokasikan pada dividen untuk dibagikan kepada para pemegang saham. Bird in the hand theory menyimpulakan bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang pasti berupa


(41)

dividen daripada pendapatan yang belum pasti dari keuntungan modal (capital gain). Meningkatnya profitabilitas akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen kepada para pemegang saham.

Bansaleng et al. (2014) mengungkapkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi profitabilitas yang dihasilkan perusahaan, maka akan semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Sebaliknya, semakin rendah profitabilitas yang dihasilkan perusahaan maka akan semakin rendah pula dividen yang dapat dibayarkan perusahaan. Pribadi dan Sampurno (2012), mengungkapkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen. ROA adalah salah satu proxy dari rasio profitabilitas perusahaan. Dengan semakin besar ROA maka menunjukkan semakin baiknya tingkat profitabilitas perusahaan tersebut, yang ditunjukkan dengan tingkat kembalian investasi yang besar terkait dengan kinerja perusahaan yang semakin baik. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suprihati (2014), Faujimi (2013), Idawati dan Sudiartha (2012), Hadiwidjaja dan Triani (2009) dan yang menyatakan bahwa profitablitas berpengaruh signifikan positif terhadap kebijakan dividen.

Hasil lain ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Dewi (2008), mengatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah kebijakan dividen. Apabila perusahaan memiliki laba yang semakin tinggi


(42)

maka perusahaan akan menggunakan laba tersebut untuk kegiatan operasi perusahaan atau untuk investasi sehingga akan mengurangi pembagian dividen. Hasil ini sesuai dengan packing order theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan cenderung menggunakan dana internal untuk mendanai investasi-investasinya. Sejalan dengan penelitian Swastyastu et al., (2014), Firmanda et al. (2014), dan Wijayanti dan Supatmi (2009), yang menyatakan bahwa profitabililitas mempunyai pengaruh terhadap negatif terhadap kebijakan dividen.

Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1 = Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan

dividen.

2. Pengaruh Leverage Terhadap Kebijakan Dividen

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Hanafi, 2004). Semakin tinggi rasio leverage menunjukan bahwa semakin besar kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan, sebaliknya semakin rendah rasio leverage menunjukan bahwa perusahaan mampu memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan dengan modal sendiri. Tingginya kewajiban yang harus dibayarkan akan mengurangi laba yang didapat perusahaan, tentunya akan berdampak pada pembagian dividen. Penggunaan utang yang terlalu besar memberikan dampak yang kurang baik terhadap perusahaan, karena perusahaan harus membayar


(43)

kewajiban-kewajiban yang nantinya akan mengurangi keuntungan yang diperoleh perusahaan. Dengan hal tersebut akan menurunkan pembagian dividen kepada para pemegang saham.

Sari dan Sudjarni (2015), mengatakan bahwa leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pembagian dividen kepada para pemegang saham dikarenakan laba yang didapatkan perusahaan akan digunakan untuk membayar kewajiban-kewajibannya. Firmanda et al. (2014), menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini berarti bahwa bahwa pada tingkat penggunaan utang yang tinggi ,perusahaan cenderung membayar dividen rendah. Dengan keputusan ini perusahaan masih memiliki laba ditahan yang digunakan sebagai cadangan menutup utang, sehingga berdampak positif bagi kreditor karena kepentingan mereka tetap diperhatikan oleh perusahaan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bansaleng et al. (2014), Dewi (2008) dan Wati (2014) yang menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap kebijakan dividen.

Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2= Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.


(44)

Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap utang lancarnya (Hanafi, 2004). Semakin tinggi likuiditas akan memberikan gambaran bahwa perusahaan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Hal tersebut akan membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya untuk memberikan keuntungan berupa dividen. Semakin tinggi tingkat likuiditas maka semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen kepada para pemegang saham. Current Ratio (CR) merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (current assets) dengan hutang atau kewajiban lancar (current liability). Semakin besar Curent Ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya Curent Ratio menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan untuk membayarkan deviden yang dijanjikan.

Dalam teori bird in the hand dinyatakan bahwa pembayaran dividen akan mengurangi ketidakpastian dan risiko yang dihadapi investor. Sesuai dengan teori ini perusahaan harus mampu membagikan dividen kepada investor dan diperlukan ketersediaan dana dalam hal ini kas yang dimiliki perusahaan. Perusahaan harus dalam keadaan likuid untuk memnuhi hal tersebut.

Sari dan Sudjarni (2015), mengatakan bahwa likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR) berpengaruh positif signifikan


(45)

terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Perusahaan yang mampu menjaga likuiditas keuangannya akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk membagikan dividen karena perusahaan tidak terbebani oleh kewajiban jangka pendeknya. Idawati dan Sudiartha (2012), menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Semakin likuid sebuah perusahaan, kemungkinan pembayaran dividen yang dilakukan oleh perusahaan akan semakin besar. Meningkatnya likuiditas juga dapat meningkatkan harapan investor terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Didukung oleh penelitian Dewi dan Sedana (2012), Faujimi (2013) dan Sari (2012) yang menyatakan bahwa Likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H3: Likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

4. Pengaruh Kepemilikan Institusioanl Terhadap Kebijakan Dividen

Kepemilikan institusional adalah proporsi pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan lain. Kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor


(46)

institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan (Kurniawati et al, 2015).

Pada penelitian yang dilakukan Kurniawati et al. (2015), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara kepemilikan institusional dan kebijakan dividen, artinya kenaikan kepemilikan institusional biasanya juga diikuti kenaikan kebijakan dividen. Hal ini disebabkan oleh besar kecilnya kepemilikan institusional pada perusahaan yang setiap tahunya berubah-ubah. Pada akhirnya, perbedaan hasil dapat terjadi, artinya apabila kepemilikan institusional naik, kebijakan dividen belum tentu mengalami kenaikan juga. Secara teori, kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Pribadi dan Sampurno (2012) menyatakan bahwa Variabel ownership mempunyai pengaruh yang positif serta signifikan terhadap variabel DPR. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi berdampak pada semakin baiknya kinerja manajemen guna meningkatkan laba perusahaan karena diawasi secara optimal oleh institutional ownership. Dengan peningkatan laba perusahaan, berdampak langsung pada meningkatnya dividen payout ratio (DPR) yang juga akan berdampak pada peningkatan kemakmuran dari pemegang saham. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Firmanda et al., (2013), Suprihati (2015), dan Prabowo (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.


(47)

Hasil lain muncul dari penelitian Crutchley et al. (1999) mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Semakin tinggi kepemilikan institusioanla maka semakin kuat krontrol ekternal terhadap perusahaan sehingga mengurangi kos keagenan dan perusahaan akan cenderung membayar dividen yang rendah. Kegiatan memonitoring yang efektif oleh kepemilikan institusioanal maka akan menyebabkan penggunaan utang yang menurun. Perusahaan akan melakukan pemenuhan dana dengan modal sendiri khususnya dana internal dari laba ditahan. Karena pemenuhan dana diambil dari dana internal maka dana yang dibagikan sebagai dividen akan berkurang. Sesuai dengan teori packing order yang menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan dari internal dibandingkan pendanaan eksternal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Apabila semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan sehingga dapat mengurangi kos keagenan dan perusahaan akan cenderung memberikan deviden yang rendah. Kepemilikan institusioanl berpengaruh negative terhadap kebijakan dividen dikarenakan investor institusi tersebut mengharapkan pihak manajemen perusahaan dengan menahan laba perusahaan untuk tidak dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen tetapi dimanfaatkan dalam pengembalian perusahaan yang nanti akan memberikan hasil yang lebih dimasa depan. Didukung oleh penelitian wati


(48)

(2014), Putri dan Nasir (2009) dan Sari (2012), yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen.

Berdasarkan uraian diatas maka didapat hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H4: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap

kebijakan dividen.

5. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemapuan perusahaan untuk megembangkan perusahaan dari waktu ke waktu atau mempertahankan posisi perusahaannya. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari pertumbuhan asset yang dimiliki perusahaan dari tahun ke tahun. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaliknya tidak membagikan laba sebagai dividen, tetapi lebih baik digunakan untuk pembiayaan investasi.

Perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan dana dari modal eksternal. Selain itu, baiya emisi yang berkaitan dengan penjualan saham biasa akan melebihi biaya emisi yang terjadi ketika perusahaan menjual utang, mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih mengandalkan diri pada utang. Namun,


(49)

pada waktu yang bersamaan, perusahaan tersebut sering kali menghadapi ketidakapastian yang lebih tinggi, cenderung akan menurunkan keinginan mereka untuk menggunakan utang (Brigham dan Houston, 2011).

Sari dan Sudjarni (2015), mengatakan bahwa growth berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Perusahaan yang memerlukan asset yang tinggi dalam oprasionalnya akan memilih menggunakan laba yang diperoleh untuk berinvestasi pada asset perusahaan dan akan mengurangi pembagian dividen. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai total asset perusahaan, sehingga perusahaan akan lebih senang menahan labanya untuk membiayai ekspansi atau pertumbuhan perusahaan daripada dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012), Dewi dan Sedana (2012), yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal tersebut sesuai dengan teori signalling yang mengatakan bahwa perusahaan yang tumbuh maka akan membayar dividen yang rendah, hal tersebut akan menjadikan signal yang positif terhadap investor.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H5= pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap


(50)

E. Model penelitian

Variabel Independen

2.1 Gambar 1 Profitabilitas (ROI)

X1

Leverage (DER) X2

Likuiditas (CR) X3

Kepemilikan Institusional (INST) X4

Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) X5

Variabel Dependen

Kebijakan Deviden (DPR)


(51)

34

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. B. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan, penarikan atau pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2014. b. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan selama periode

2010-2014.

c. Perusahaan yang membayarkan dividennya selama periode penelitian. d. Perusahaan yang memiliki laba positif selama periode 2010-2014.

e. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan positif selama periode 2010-2014 f. Perusahaan yang memiliki utang, laporan kepemilikan serta data-data yang

diperlukan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan selama periode 2010-2014.


(52)

C. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder kuantitatif yaitu data yang diukur dalam data numerik (angka). Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuanagan tahunan perusahaan, periode 2010-2014.

Data tersebut berupa laporan keuangan yang dapat diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), yahoo finance, website BEI www.idx.co.id, serta dari berbagai sumber-sumber lain yang dapat mendukung penelitian ini. D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu berupa laporan keuangan yang dapat diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), yahoo finance, website BEI www.idx.co.id, serta dari berbagai sumber-sumber lain yang dapat mendukung penelitian ini.

E. Definisi Operasional 1. Variabel Dependent

Dividen yang dimaksud adalah bagian dari laba bersih yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham. Dividend Payout Ratio digunakan sebagai proksi dari kebijakan dividen. Secara sitematis DPR dirumuskan sebagai berikut (Hanafi 2004):

DPR= � ℎ


(53)

2. Variabel Independent : a. Profitabilitas (X1)

Rasio yang digunakan untuk mengukur variabel profitabilitas adalah rasio Return on Investment (ROI). Rasio ROI dihitung dengan menggunakan rumus (Hanafi, 2004):

ROI = ℎ � �

3. Leverage (X2)

Variabel leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt to equity ratio (DER). DER diukur dengan membandingkan total utang dengan jumlah modal sendiri.

Rumus menurut Brigham dan Houston (2011):

DER = �

� ℎ

4. Likuiditas (X3)

Rasio yang digunakan untuk mengukur variabel likuiditas adalah rasio Current Asset yang dihitung dari membangdingkan asset lancar perusahaan dengan utang lancarnya. Rasio likuiditas dihitung dengan menggunakan rumus (Hanafi, 2004):

CR = �


(54)

5. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan oleh investor institusi seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Pengukuran ini mengacu pada penelitian Chen dan Steiner (1999).

INST = ℎ

6. Pertumbuhan Perusahaan

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:

GROWTH= Penj alan ah n – Penj alan ah n −1

� ℎ −1

F. Uji Analisa dan Data 1. Uji Statistik Deskriptif

Uji Statistik Deskriptif digunakan untuk memberikan penjelasan gambaran umum atau deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian untuk mengetahui distribusi frekuensi absolut yang menunjukkan minimal, maksimal,


(55)

rata-rata (mean), dan penyimpangan baku (standar deviasi) dari masing-masing variabel penelitian.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik digunakan untuk memperoleh hasil yang akurat dalam sebuah penelitian. Dalam pengujian asumsi klasik terdapat beberapa jenis antara lain adalah: uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji normalitas. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah dalam model penelitiannya, data yang dimiliki berdistribusi normal atau tidak, dan apakah dalam penelitian terjadi penyimpangan atau tidak. a. Uji Multikolonieritas

Multikolonieritas artinya antara independent variable yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau atau = 1). Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemuka adanya korelasi antar variabel bebas (independent) (Rahmawati et al., 2013).

b. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Pengujian


(56)

normalitas data ini dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Dasar pengambilan keputusan adalah:

1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel dinyatakan normal.

2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, dependent variable, independent variable atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Rahmawati et al., 2013).

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas artinya varians variabel dalam model tidak sama (konstan). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika variance residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika diberbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi keteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang rtmewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar) (Rahmawati et al., 2013).


(57)

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi berarti terjadi korelasi antara anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan ini muncul pada observasi yang menggunakan data time series. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Rahmawati et al., 2013).

G. Uji Hipotesis dan Analisa Data

1. Model Persamaan Regresi Berganda

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS untuk mengolah data. Teknik ini digunakan untuk mengetahui keterkaitan atau hubungan variabel bebas dengan variabel terikatnya. Variable bebas terdiri dari profitabilitas, likuiditas, leverage, kepemilikan institusional dan pertumbuhan perusahaan.

Pengujian hipotesis menggunakan regresi berganda model penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

DPR= a+b1ROI+b2DER +b3CR +b4 INST +b5 GRWOTH +�

Keterangan:

DPR : Dividend Payout Ratio


(58)

b1, b2, b3, b4, b5 : koefisien regresi

ROI : Profitabilitas

DER : Leverage

CR : Likuiditas

INST : kepemilikan institusional GRWOTH : Pertumbuhan Perusahaan

∈ : error term yang merupakan variable lain di luar model penelitian

2. Pengujian Hipotesa

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).


(59)

b. Uji Regresi Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel (independen) secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji t dilakukan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh dari H1, H2, H3, H4 dan H5 secara parsial terhadap variabel terikat.

c. Uji Signifikan F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2005).


(60)

43

A.Gambaran Umum Objek Penelitian

Perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diakses langsung melalui web resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id selama periode tahun 2010-2014.

Perusahaan dipilih dengan menggunakan metode purposive judgement sampling berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan proses seleksi sampel yang telah dilakukan, maka diperoleh 249 yang termasuk perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel.

Penelitian ini menggunakan lima variabel independen yaitu profitabilitas, leverage, likuiditas, kepemilikan institusional, dan pertumbuhan perusahaan sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen.

Deskriptif variabel atas data yang dilakukan selama 5 tahun penelitian 2010-2014, terdiri dari 249. Data tersebut diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), yahoo finance, website BEI www.idx.co.id, serta dari berbagai sumber-sumber lain yang dapat mendukung penelitian ini.


(61)

Tabel 4.1

Proses Seleksi Sampel

Keterangan Tahun jumlah

2010 2011 2012 2013 2014 Perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEI

128 130 132 136 141 667

Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan dan tidak memiliki data lengkap untuk penelitian

(13) (11) (16) (29) (32) (101)

Perusahaan tidak membayarkan dividen

(57) (58) (59) (62) (67) (303)

Data outlier (2) (2) (1) (5) (4) (14)

Total Perusahaan yang dijadikan sampel

56 59 56 40 38 249

Sumber: www.idx.co.id

B.Hasil Uji Kualitas Data 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif data dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Statistik deskritif dapat dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varians, nilai maksimum dan minimum


(62)

serta range. Berikut adalah ringkasan hasil analisis deskriptif dari variabel profitabilitas, leverage, likuiditas, kepemilikan institutional dan pertumbuhan perusahaan serta kebijakan dividen disajikan dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

DPR 249 -.68343 2.03250 .2815845 .39453057

ROI 249 -.17236 .50550 .0710924 .07999926

DER 249 -3.34316 9.26099 .6225089 1.01782909

CR 249 -.72888 8.91710 1.5133409 1.34264644

INST 249 -.20155 .86141 .4482313 .15613063

GROWTH 249 -1.15660 3.45986 .1401282 .38000685 Valid N

(listwise)

249

Sumber: Hasil Olah Data

Berdasarkan hasil pengolahan data tabel 4.2 diatas dijelaskan N atau jumlah data pengamatan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 yang valid adalah 249 perusahaan. Rasio Kebijakan Dividen yang ditunjukkan oleh propsi Dividend Payout Ratio


(63)

(DPR) yaitu dividen per lembar saham dibagi laba per saham. Berdasarkan tabel 4.2, hasil uji statistik deskriptif menunjukkan besarnya nilai minimum -0,68343 dan maksimum sebesar 2,03250. Nilai standar deviasi menunjukkan angka sebesar 0,39453057 lebih besar dari nilai rata-rata dari DPR yakni sebesar 0,2815845.

Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) laba bersih setelah pajak dibagi dengan total asset. Berdasarkan tabel 4.2, hasil uji statistik deskriptif besarnya ROA dari 249 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum -0,17236 dan maksimum sebesar 0,50550. Nilai standar deviasi menunjukkan angka sebesar 0,07999926 lebih besar dari nilai rata-rata dari ROA yakni sebesar 0,0710924.

Variabel leverage yang diproksikan dengan Dividen Payout Ratio (DER) total utang dibagi dengan total modal sendiri. Berdasarkan tabel 4.2, hasil uji statistik deskriptif besarnya DER dari 249 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum -3,34316 dan maksimum sebesar 9,26099. Nilai standar deviasi menunjukkan angka sebesar 1,01782909 lebih besar dari nilai rata-rata dari DER yakni sebesar 0,6225089.

Variabel likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR) aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Berdasarkan tabel 4.2, hasil uji statistik deskriptif besarnya CR dari 249 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum -0,72888 dan maksimum sebesar 8,91710. Nilai standar deviasi


(64)

menunjukkan angka sebesar 1,34264644 lebih besar dari nilai rata-rata dari CR yakni sebesar 1,5133409.

Variabel kepemilikan institusional yang diproksikan dengan INST yaitu jumlah saham institusi dibagi dengan jumlah saham beredar. Berdasarkan tabel 4.2, hasil uji statistik deskriptif besarnya INST dari 249 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum -0,20155 dan maksimum sebesar 0,86141. Nilai standar deviasi menunjukkan angka sebesar 0,15613063 lebih besar dari nilai rata-rata dari INST yakni sebesar 0,4482313.

Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan GROWTH penjualan tahun t dikurangi penjualan tahun t-1 dibagi dengan penjualan tahun t-1. Berdasarkan tabel 4.2, hasil uji statistik deskriptif besarnya GROWTH dari 249 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum -1,15660 dan maksimum sebesar 3,45986. Nilai standar deviasi menunjukkan angka sebesar 0,38000685 lebih besar dari nilai rata-rata dari GROWTH yakni sebesar 0,1401282.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah asumsi-asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi linier terpenuhi. Uji asumsi klasik ini meliputi uji normalitias, uji multikolonearitas, uji autokolerasi, dan uji heteroskidasitas. a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya berdistribusi normal


(65)

atau tidak. Uji normalitas data residual dilakukan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorof-Smirnov (K-S). Uji K-S untuk menguji normalitas data residual, apabila nilai signifikasi uji K-S lebih besar dari 0,05 berarti data berdistribusi normal (Ghozali,2011). Hasil uji K-S tampak seperti dalam tabel berikut:

Tabel 4.3 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 249

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000

Std. Deviation .36445489

Most Extreme Differences Absolute .120

Positive .120

Negative -.086

Kolmogorov-Smirnov Z 1.894

Asymp. Sig. (2-tailed) .002

Sumber: Hasil Olah Data

Hasil perhitungan dalam tabel 4.3 uji Kolmogorof-Smirnov (K-S) diperoleh hasil 0, 002 lebih kecil dari 0,05 atau 0,002 <0,05 hal ini dapat


(66)

disimpulkan bahwa residual tidak berdistribusi normal. Namun karena jumlah data cukup besar (n=249), memenuhi asumsi (n >30), maka berdasarkan Cental Limit Theorm dapat diasumsikan bahwa data tersebut berdisitribusi normal.

b. Uji multikolonearitas

Uji multikolonearitas merupakan uji yang digunakan untuk mengguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen pada nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF) dalam collinearity statistics. Nilai cut off yang dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolonearitas adalah nilai VIF < 10 atau nilai tolerance> 0,1. Tabel 4.4 menunjukan ringkasan hasil uji multikolonearitas.

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolonearitas Variabel

independen

Collinearity Statistics

Keterangan Tolerance VIF

RO1 0.892 1.122 Tidak terjadi Multikolonearitas DER 0.796 1.256 Tidak terjadi Multikolonearitas CR 0.800 1.249 Tidak terjadi Multikolonearitas INST 0,982 1.018 Tidak terjadi Multikolonearitas GROWTH 0.994 1.006 Tidak terjadi Multikolonearitas


(67)

Hasil tabel 4.4 menunjukkan tidak ada variable independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Hasil perhitungan dari nilai VIF juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas didalam model regresi.

c. Uji Autokolerasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada kolerasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode t-1. Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada problem autokolerasi (Ghozali, 2011). Hasil uji autokolerasi dengan menggunakan Durbin-Watson (DW test). Nilai Durbin Watson yang berada diantara du dan du/dl < d < 4-du menunjukkan model yang tidak terkena masalah autokolerasi. Setelah dilakukan transformasi dengan menghilangkan data outlayer, ternyata persamaan regresi terkena gejala autokorelasi. Untuk mengobati gejala autokorelasi digunakan metode Theil Nagar dengan rumus sebagai berikut:

Pertama-tama mencari nilai dari p

P2 = � − d k

� − k

Dimana:

N = banyaknya jumlah sampel d = Durbin-Watson


(68)

Mencari nilai p dengan perhitungan sebagai berikut:

P = 9 − , 7 +

9 − P =

− , +

P = , 9

P = 0,365

P digunakan untuk mencari nilai dari rumus dibawah ini: � = √ − �

= √ − ,3

= √ − , 33 = √ , = 0,931

Setelah diketahui nilai dari persamaan diatas, maka data pertama dari sampel diturunkan terlebih dahulu menjadi data sampel kedua. Setelah diketahui hasil dari perhitungan sebesar 0,931 maka angka ini digunakan untuk menghitung data 1 dengan rumus y (0,931) dan x (0,931) , untuk data kedua dan seterusnya menggunakan rumus y-( �− ,3 ) dan x-( �− ,3 ).

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokolerasi Setelah Theil-Nagar Uji Autokolerasi dU DW-test 4-Du Keterangan

Durbin Watson 1,8199 1.969 2.1801

Tidak terdapat masalah autokolerasi Sumber: Hasil Olah Data


(1)

dan memiliki nilai t sebesar -2,848 dengan nilai signifikasi sebesar 0,005 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian � diterima yang berarti pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen

Hipotesis pertama menguji variabel profitabilitas terhadap kebijakan dividen, diperoleh nilai koefisien regresi konstanta dengan arah positif dan signifikan. Dengan demikian H1 diterima yang berarti profitabilitas yang diproksikan dengan ROI berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (dividend payout ratio). Hal tersebut artinya apabila ROI meningkat maka Dividend Payout Ratio (DPR) juga meningkat. Tingkat profitabilitas perusahaan akan berdampak pada peningkatan pembagian dividen yang dilakukan perusahaan. Perusahaan yang memiliki laba tinggi akan cenderung membagikan labanya dalam bentuk dividen.

Hal ini sesuai Teori Burung di Tangan (Bird in the Hand Theory) yang menyimpulkan bahwa investor akan senang dengan pendapatan pasti berupa dividen daripada pendapatan yang belum pasti seperti capital gains. Meningkatnya profitabilitas akan meningkatnya kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya.

Hasil penelitian yang sama dikemukakan oleh Suprihati (2014), Faujimi (2013), Idawati dan Sudiartha (2012), serta Hadiwidjaja dan Triani (2009) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.


(2)

2. Pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen

Hipotesis kedua menguji variabel leverage terhadap kebijakan dividen, diperoleh nilai koefisien regresi konstanta dengan arah positif signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel leverage yang diproksikan dengan DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian H ditolak, yang berarti leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Hal tersebut diasumsikan bahwa dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang membayar dividen. Apabila perusahaan membayar dividen maka akan mengakibatkan laba ditahan menurun sehingga perusahaan memerlukan dana dari hutang, karena dana internal tidak mencukupi untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Hal tersebut dikarenakan untuk mempertahankan para investor untuk berinvesatasi dan memeberikan sinyal yang baik bagi pasar.

Apabila dikaitkan dengan teori kebijakan dividen maka bisa dikatakan bahwa para investor mendukung signalling theory yang menyatakan perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, mungkin diartikan oleh pemodal sebagai sinyal harapan manajemen tentang akan membaiknya kinerja perusahaan dimasa yang akan datang.

3. Pengaruh Likuiditas terhadap kebijakan dividen

Hipotesis ketiga menguji variabel likuiditas terhadap kebijakan dividen, diperoleh nilai koefisien regresi konstanta dengan arah negatif dan signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel likuiditas yang diproksikan dengan CR


(3)

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian H ditolak yang berarti likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen.

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendanai operasi perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Variabel likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen disebabkan karena ada kemungkinan tingkat likuiditas yang tinggi oleh emiten tidak digunakan untuk membayarkan dividen tetapi dialokasikan untuk pembelian asset tetap atau untuk memanfaatkan kesempatan berinvestasi. Tinggi rendanya likuiditas tidak mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Oleh karena itu perusahaaan yang memiliki likuiditas yang baik tidak berarti pembayaran dividennya akan lebih baik pula.

4. Pengaruh kepemikan institusional terhadap kebijakan dividen

Hipotesis keempat menguji variabel kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen, diperoleh nilai koefisien regresi konstanta dengan arah positif dan signifikan. Dengan demikian H diterima yang berarti kepemikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi berdampak pada semakin baiknya kinerja manajemen guna meningkatkan laba perusahaan, berdampak langsung pada meningkatnya dividend payout ratio (DPR) yang juga akan berdampak pada peningkatan kemakmuran dari pemegang saham. Kepemilikan institusional akan meningkatkan pengawasasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen pada perusahaan sehingga akan berdampak pada peningkatan keuntungan


(4)

perusahaan. Kenaikan keuntungan ini akan berdampak pada peningkatan kebijakan dividen. Dengan adanya pembayaran dividen yang tinggi maka akan mengurangi biaya yang disebut dengan agency cost.

Hasil tersebut didukung oleh penelitian Firmanda et al., (2013), Pribadi dan Sampurno (2012), Suprihati (2015) dan Prabowo (2013) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

5. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen

Hipotesis kelima menguji variabel kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen, diperoleh nilai koefisien regresi konstanta dengan arah negatif dan signifikan. Dengan demikian H diterima yang berarti pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Hal ini kemungkinan karena perusahaan yang memerlukan asset yang tinggi dalam operasionalnya akan memilih menggunkan laba yang diperoleh untuk berinvestasi pada asset perusahaan dan akan mengurangi pembagian dividen. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka akan semakin tingkat kebutuhan dana untuk membiayai asset perusahaan, sehingga perusahaan akan lebih senang menahan labanya untuk membiayai ekspansi atau pertumbuhan perusahaan daripada dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham. Hasil tersebut sesuai dengan teori signalling yang mengatakan bahwa perusahaan yang tumbuh maka akan membayar dividen yang rendah, hal tersebut akan menjadikan signal yang positif terhadap investor.


(5)

Penelitian ini juga didukung oleh Sari (2012), Sari dan Sudjarni (2015), serta Dewi dan Sedana (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data mengenai pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Kepemilikan Institusional dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dapat disimpulkan bahwa:

1. Profitabilitas yang diproksikan dengan ROI berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen ( DPR). Semakin tinggi profitabilitas maka semakin besar dividen yang dibagikan. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki laba tinggi akan cenderung membagikan labanya dalam bentuk dividen.

2. Leverage yang diproksikan dengan DER berpengaruh berpengaruh positif dan signifika terhadap Kebijakan Dividen. Semakin tinggi Leverage maka semakin tinggi pula dividen yang dibagikan. Hal ini disebabkan karena apabila perusahaan membayar dividen maka mengakibatkan laba ditahan menurun sehingga perusahaan memerlukan dana dari hutang untuk pertumbuhan perusahaan.

3. Likuiditas yang diproksikan dengan CR tidak berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Meningkat atau menurunnya likuiditas maka tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya dividen yang dibayarkan, hal ini berarti apabila memiliki likuiditas yang baik tidak berarti pembayaran dividen akan baik pula.


(6)

4. Kepemilikan Institusional yang diproksikan dengan INST berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Kepemilikan institusional yang tinggi akan meningkatkan pengawasasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen pada perusahaan sehingga akan berdampak pada peningkatan keuntungan perusahaan.

5. Pertumbuhan Perusahaan yang diproksikan dengan GROWTH negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka akan semakin tingkat kebutuhan dana untuk membiayai asset perusahaan, sehingga perusahaan akan lebih senang menahan labanya untuk membiayai ekspansi atau pertumbuhan perusahaan daripada dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham.

Saran

a. Penelitian selanjutnya perlu menambah jenis perusahaan tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja, akan tetapi dapat menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Menambah variabel independen lain yang mempengaruhi kebijakan dividen.

c. Memperpanjang periode penelitian dengan sampel yang lebih luas agar sampel lebih akurat bila menggunakan data tahunan yang lebih lama.