Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan bahasa yang fungsi estetikanya dominan. Bahasa sastra sebagai media ekspresi karya sastra, dimanfaatkan oleh sastrawan untuk menciptakan efek makna tertentu guna mencapai efek estetis. Bahasa sastra sebagai media ekspresi sastrawan digunakan untuk mencapai efek estetis, dalam hal ini berhubungan dengan style ‘gaya bahasa’ sebagai sarana sastra. Dengan demikian, estetika bahasa menjadi penting dalam karya sastra. Bahasa sastra berhubungan dengan fungsi semiotik bahasa sastra. Bahasa merupakan sistem semiotik tingkat pertama first order semiotics sedangkan sastra merupakan sistem semiotik tingkat kedua second order semiotics Abrams dalam Al Ma’ruf, 2009: 2. Bahasa memiliki arti berdasarkan konvensi bahasa, yang oleh Riffaterre dalam Al Ma’ruf, 2009: 2 arti bahasa disebut meaning arti, sedangkan arti bahasa sastra disebut significance makna. Bahasa sastra sebagai medium karya sastra, berkedudukan sebagai semiotik tingkat kedua dengan konvensi sastra. Bahasa sastra memiliki sifat antara lain: emosional, konotatif, bergaya berjiwa, dan ketidaklangsungan ekspresi. Emosional, berarti bahasa sastra mengandung ambiguitas yang luas yakni penuh homonim, manasuka atau kategori-kategori tak rasional; bahasa sastra diresapi peristiwa-peristiwa sejarah, kenangan dan asosiasi-asosiasi. Bahasa sastra konotatif, artinya bahasa sastra mengandung banyak arti tambahan, jauh dari hanya bersifat referensial Wellek dan Werren, 1989: 22-25. Bahasa sastra bukan sekedar referensial, yang mengacu pada satu hal tertentu. Bahasa sastra mempunyai fungsi ekspresif, menunjukan nada dan sikap pengarangnya. Hal yang terpenting dalam bahasa sastra adalah tanda dan simbolisme kata-kata. Berbagai teknik diciptakan pengarang seperti bahasa figuratif, citraan, alih kode, dan pola suara untuk menarik perhatian pembaca. Itu sebabnya karya sastra di samping disebut dunia dalam imajinasi, juga disebut dalam dunia kata. Apa pun yang dikatakan pengarang atau diinterpretasikan oleh pembaca harus bersangkut paut dengan bahasa. Style ’Gaya bahasa’ adalah cara mengungkapkan gagasan dan perasaan dengan bahasa khas sesuai dengan kreativitas, kepribadian, dan karakter pengarang untuk mencapai efek tertentu, yakni efek estetik atau efek kepuitisan dan efek penciptaan makna Al Ma’ruf, 2009: 9. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra mungkin disengaja dan mungkin pula timbul secara serta merta ketika pengarang mengungkapkan idenya. Bahasa dalam drama, lazimnya menggunakan bahasa dalam bentuk cakapan dialog atau monolog. Bahasa cakapan hendaknya pendek-pendek, mudah dihafal, mudah dipahami, dan enak didengar Satoto, 1995: 117. Penelitian stilistika yang terdapat dalam karya sastra sampai saat ini masih jarang dilakukan atau masih sedikit. Studi ini umumnya masuk ke dalam dua bidang kajian yakni linguistik terapan applied linguistics dan sastra. Oleh sebab itu, penelitian gaya bahasa dalam teks non-sastra dan wacana kehidupan sehari-hari pun disebut stilistika meskipun ada yang memfokuskan kajiannya pada karya sastra. Dalam pengertian extended, stilistika adalah cara untuk mengungkapkan teori dan metodologi analisis formal sebuah teks sastra. Adapun secara restricted, stilistika sebagai linguistik terapan biasanya dikaitkan khusus pada bidang pendidikan bahasa Satoto, 1995: 36. Tulisan ini akan menelaah salah satu naskah drama karya Danarto yang berjudul Obrok Owok-owok, Ebrek Ewek-ewek selanjutnya disingkat OOEE. Penulis tertarik untuk meneliti tentang naskah drama, karena sampai saat ini masih sangat jarang dilakukan. Naskah drama OOEE ini merupakan naskah panjang dengan struktur yang tidak dapat dibilang sederhana. Meskipun secara umum termasuk naskah realis, namun keberadaan Slentem dengan dunia bawah tanahnya adalah hal lain yang bukan berada pada struktur cerita. Dengan karakter underdog-nya, sebenarnya Slentem adalah Tuhan, pengendali dan penentu jalannya cerita. Naskah drama OOEE banyak menggunakan satu dialog untuk diucapkan dua bahkan tiga tokoh sekaligus. Menariknya, dua-tiga tokoh ini tidak berada dalam satu ruang dan waktu yang sama. Ini adalah naskah yang menyatukan dimensi ruang dan waktu. Di satu tempat adalah pasar Beringharjo, tetapi di situ juga rumah Profesor. Jadi tanpa disengaja, dialog- dialog mereka menjadi saling berkaitan. Dalam hal ini, teks mempunyai perlakuan yang sama untuk diinterpretasikan. Setelah dilakukan pembacaan terhadap naskah drama ini, naskah drama ini tampaknya menarik untuk diteliti dari sudut stilistika. Hal ini disebabkan gaya yang ada dalam naskah OOEE sekilas menunjukkan kekhasan gaya bahasa yakni munculnya dominasi gaya perumpamaan, personifikasi, dan simile perbandingan. Gaya tersebut dijadikan sarana pembungkus makna sehingga layak dilakukan pembongkaran guna mengetahui makna, dan citraan yang ditimbulkan dari penggunaan gaya tersebut sehingga menimbulkan pertalian batin antara pembaca dengan pemain atau tokoh yang seolah-olah pembaca berada di tengah-tengah mereka. Selain itu, naskah drama ini menggunakan diksi dengan memanfaatkan kata daerah dan bahasa asing. Danarto merupakan sebagai salah satu sastrawan Indonesia yang bekerja berdasarkan sufisme dan mistik. Hal ini terlihat dari karya-karyanya yang memiliki ciri abstrak sangat imajinatif, dan bersifat keTuhan-an. Tulisannya yang berupa cerpen banyak dimuat dalam majalah Horison seperti Nostalgia, Adam Makrifat, dan Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaekat. Di antara cerpennya, yang berjudul Rintik mendapat hadiah dari majalah Horison tahun 1986. Karyanya bersama-sama dengan pengarang- pengarang lain yaitu Idrus, Pramudya Ananta Toer, A. A Navis, Umar Kayam, Sitor Situmorang, dan Noegroho Soetanto, dimuat dalam sebuah antologi cerpen yang berjudul From Surabaya to Armageddon 1975 oleh Herry Aveling. Karya sastra Danarto yang lain pernah dimuat dalam majalah Budaya dan Westerlu majalah yang terbit di Australia Azwar, 2007. Penghargaan lain yang pernah diterimanya adalah hadiah sastra dari Dewan Kesenian Jakarta dan hadiah dari Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1982 atas cerpennya Adam Makrifat serta hadiah dari Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1987 atas kumpulan cerpennya Berhala. Selain itu, pada tahun 1988 ia mendapat SEA Write Award dari Kerajaan Thailand. Pernah mengikuti lokakarya penulisan “boleh menulis apa saja atau tidak menulis apa-apa” di Lowa City, Amerika Serikat, pada 1976. Ia memperoleh profetional fellowships dari The Japan Foundation untuk menulis novel pada 1990-1991 di Kyoto sampai munculnya Asmaraloka, yang ia tulis secara spontan di Harian Republika, sejak 23 April 1993 Azwar, 2007. Danarto lahir di daerah Mojowetan, Sragen, Jawa Tengah. Sesuai dengan latar cerita OOEE dan latar kehidupan Danarto yang dibesarkan di lingkungan masyarakat Jawa Tengah. Danarto, dalam naskah drama OOEE begitu kental dalam menggunakan kata daerah. Dalam naskah drama ini Danarto mengangkat berbagai persoalan masyarakat desa yang memprihatinkan. Ia begitu tajam menyoroti kehidupan masyarakat kecil. Pemilihan kata dalam naskah drama ini memanfaatkan bahasa daerah dan bahasa asing. Citraan yang diungkapkan oleh pengarang membuat lebih jelas dan memberi suasana khusus kepada pembaca tentang apa yang dilukiskan dalam naskah drama ini. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengamati terdapat makna yang ada dalam naskah drama ini. Selain itu, diksi atau pilihan kata dan citraan yang menarik sangat mendukung terbentuknya stilistika yang terdapat dalam naskah drama OOEE karya Danarto.

B. Pembatasan Masalah

Dokumen yang terkait

DIKSI DAN CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA KAMIT KARYA GUSMEL RIYADH (KAJIAN STILISTIKA) Diksi dan Citraan dalam Naskah Drama Kamit Karya Gusmel Riyadh (Kajian Stilistika).

1 18 19

DIKSI DAN CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA KAMIT KARYA GUSMEL RIYADH (KAJIAN STILISTIKA) Diksi dan Citraan dalam Naskah Drama Kamit Karya Gusmel Riyadh (Kajian Stilistika).

0 4 14

PENDAHULUAN Diksi dan Citraan dalam Naskah Drama Kamit Karya Gusmel Riyadh (Kajian Stilistika).

0 2 6

CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

0 3 13

CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

1 9 20

DIKSI DAN CITRAAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA Diksi Dan Citraan Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 12

DIKSI DAN CITRAAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA Diksi Dan Citraan Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 23

DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN CERPEN Diksi Dan Citraan Dalam Kumpulan Cerpen Manusia Setengah Salmon Karya Raditya Dika: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Pelajaran Bahasa Indonesia Di SMA.

1 5 15

DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN CERPEN Diksi Dan Citraan Dalam Kumpulan Cerpen Manusia Setengah Salmon Karya Raditya Dika: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Pelajaran Bahasa Indonesia Di SMA.

0 2 15

DIKSI DAN CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA DIKSI DAN CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA OBROK OWOK-OWOK, EBREK EWEK-EWEK KARYA DANARTO (Tinjauan Stilistika).

0 2 14