Perancangan Promosi Sekolah Sepak Bola Viking Bandung

(1)

(2)

ii


(3)

(4)

55 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rio Prasetyo

Tempat/tanggal lahir : Bandung, 21 Oktober 1993

Alamat : Jl. Pamekar Timur II No. 37 Kelurahan Mekarmulya Kecamatan Panyileukan Kota Bandung 40613

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Lajang

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

No. Telepon : 085860438020


(5)

56 Riwayat pendidikan :

No. Tahun masuk Nama sekolah

1 2001-2006 SD Negeri Panghegar 2 2006-2009 SMP Negeri 49 Bandung

3 2009-2012 SMK Teknik Informatika Bandung 4 2012-2016 Universitas Komputer Indonesia

Hobi : Membaca, browsing internet

Keahlian : Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, Adobe InDesign, Adobe Premiere, 3dsmax, CorelDraw


(6)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN PROMOSI SEKOLAH SEPAK BOLA VIKING BANDUNG

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Rio Prasetyo NIM. 51912014

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(7)

iii KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T., yang telah memberi berkah, hidayah, dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan pengantar tugas akhir yang berjudul “Perancangan Promosi Sekolah Sepak Bola Viking Bandung”.

Laporan pengantar tugas akhir ini akan membahas tentang fenomena, permasalahan yang terjadi, pengertian beserta profil, hasil penelitian yang dilakukan terhadap Sekolah Sepak Bola Viking, serta solusi atas masalah yang sudah diketahui.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk menulis laporan pengantar ini. Orang tua yang memberikan dukungan terhadap penulis untuk melakukan penulisan laporan ini. M. Syahril Iskandar, S.Sn. M.Ds., selaku ketua program studi Desain Komunikasi Visual, Gema Arifrahara, M.Sn., selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam mengerjakan laporan pengantar ini. Agus Atha dan Yayan Sundana selaku pelatih dari Sekolah Sepak Bola Viking, dan para pengurus, siswa, dan orang tua siswa Sekolah Sepak Bola Viking.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang juga mendukung penulisan laporan pengantar tugas akhir ini. Apabila ada kesalahan dan kekurangan, penulis mengharapkan bantuannya untuk masukan dan saran. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semuanya.

Bandung, 16 Agustus 2016 Penulis,


(8)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

Bab I : PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4. Batasan Masalah ... 3

I.6. Tujuan Perancangan ... 3

Bab II : SEKOLAH SEPAK BOLA VIKING ... 4

II.1 Landasan Teori ... 4

II.1.1 Pengertian Sepak Bola ... 4

II.1.2 Pelatihan Sepak Bola Usia Dini ... 4

II.1.3 Pembinaan Sepak Bola Usia Dini... 5

II.1.4 Sekolah Sepak Bola ... 7

II.2 Objek Penelitian ... 7

II.2.1 Profil Sekolah Sepak Bola Viking ... 7

II.2.2 Pengertian Promosi ... 12

II.2.3 Bauran Promosi ... 13

II.2.4 Periklanan ... 13

II.2.5 Penjualan Langsung... 14

II.2.6 Personal Selling... 14


(9)

vii

II.3 Data Lapangan ... 15

II.3.1 Teori ... 15

II.3.2 Observasi dan Wawancara ... 15

II.4 Analisa ... 16

II.4.1 Hasil Wawancara ... 16

II.4.2 Analisa 5W+1H ... 16

II.4.3 Analisa SWOT... 17

II.5 Target Audience... 18

II.5.1 Demografi ... 18

II.5.2 Geografis ... 18

II.5.3 Psikografis ... 18

II.6 Resume ... 19

Bab III : STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN ... 20

III.1 Strategi Perancangan ... 20

III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 20

III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 20

III.1.2.1 Pendekatan Visual ... 20

III.1.2.2 Pendekatan Verbal ... 21

III.1.3 Materi Pesan ... 21

III.1.4 Gaya Bahasa ... 21

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan... 21

III.1.5.1 Consumer Journey ... 21

III.1.6 Strategi Kreatif ... 22

III.1.6.1 Pendekatan Kreatif ... 22

III.1.6.2 Positioning ... 23

III.1.6.3 Copywriting ... 23

III.1.6.4 Visualisasi ... 24

III.1.7 Strategi Media ... 24

III.1.7.1 Media Utama ... 24

III.1.7.1 Media Pendukung... 24


(10)

viii

III.2 Konsep Visual ... 28

III.2.1 Format Desain ... 28

III.2.2 Tata Letak... 30

III.2.3 Huruf ... 30

III.2.4 Ilustrasi ... 31

III.2.5 Warna ... 31

Bab IV : MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI ... 33

IV.1 Tahapan Produksi... 33

IV.1.1 Pra-Produksi ... 33

IV.1.2 Produksi ... 33

IV.1.3 Pasca-Produksi ... 33

IV.2 Teknis Produksi ... 34

IV.2.1 Media Utama ... 34

IV.2.2 Media Pendukung ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 43

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... 54


(11)

41 DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Centhini, S., & Russel, T. (Tanpa tahun). Buku Pintar Sepak Bola. Jakarta: Penerbit Inovasi.

Hahn, F. E., & Mangun, K. G. (1999). Beriklan dan Berpromosi Sendiri (Waskito, J.J., Trans.) Jakarta: PT Grasindo.

Hapsari, Niken Tri. (2010). Seluk-Beluk Promosi & Bisnis: Cerdas Beriklan untuk Usaha Kecil dan Menengah. Yogyakarta: A+Plus Books.

Kasali, Rheinald. (2007). Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Nugraha, Andi Cipta. (2013). Mahir Sepak Bola. Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia.

Nuradi, Noradi, W., Kridalaksana, H., Utorodewo, F., & Indrati, N. (1996). Kamus Istilah Periklanan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Scheunemann, Timo. (2012). Kurikulum & Pedoman Dasar Sepak Bola Indonesia.

Jakarta: Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.

Wihara, D., & Suhendra, E. (2007). Persib Aing. Bandung: Forum Diskusi Wartawan Bandung.

Wright, J. S., Warner, D. S., Winter, Jr., W. L., & Zeigler, S. K. (1981). Advertising: Fourth Edition. New Delhi: Tata McGrawHill Publishing Company.

Sumber Artikel Internet

Bahri, Asep Pupu Saepul. (2015). SSB Viking Siap Cetak Pemain Profesional. Diambil dari: http://m.inilah.com/news/detail/2195785/ssb-viking-siap-cetak-pemain-profesional. (9 April 2016).

Chapman, S., Derse, E., & Hansen, J. (Ed.). (2012). Soccer Coaching Manual. Diambil dari:http://library.la84.org/3ce/CoachingManuals/LA84soccer.pdf . (16 Januari 2016).

FIFA Education and Technical Development Department. (Tanpa tahun). Grassroots. Diambil dari:


(12)

42 http://grassroots.fifa.com/fileadmin/assets/pdf/grassroots_en.pdf. (16 Januari 2016).

Ivonna, Astrid. (2015). Sejarah Sepak Bola di Indonesia. Diambil dari: http://www.astalog.com/4678/sejarah-sepak-bola-di-indonesia.htm. (25 Januari 2016).

Koninklijke Nederlandse Voetbalbond. (2010). Talent Development in the Netherlands. Diambil dari:

http://www.mainlandfootball.co.nz/fileadmin/user_upload2/Players/talentde velopmentnetherlands.pdf. (11 April 2016).

Scheunemann, Timo. (2013). Analisa Basic Blue Print Pembinaan Sepak Bola Indonesia. Diambil dari: http://coach-timo.blogspot.co.id/2013/03/analisa-basic-blue-print-pembinaan.html. (27 Oktober 2015).

Tohir, Muhammad. (2014). Pengertian Promosi Mix. Diambil dari:


(13)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sepak bola merupakan olah raga yang paling populer dan paling sering dimainkan oleh masyarakat di seluruh dunia. Sangat banyak orang yang memainkan sepak bola, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. Sepak bola tidak hanya dimainkan oleh pria, tetapi saat ini banyak wanita yang memainkan sepak bola. Sepak bola di Indonesia sendiri sudah ada sejak zaman dahulu, dimana beberapa suku bangsa di Indonesia juga diketahui telah memainkan permainan sepak bola, seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang Bugis (Nugraha, 2013). Sepak bola terus berkembang di Indonesia dan salah satunya, ditandai dengan berdirinya sebuah klub sepak bola di Bandung, yaitu Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung, atau disingkat Persib Bandung.

Kelompok suporter Viking Persib Club adalah salah satu kelompok pendukung klub sepak bola Persib Bandung yang berdiri pada tanggal 17 Juli 1993. Viking Persib Club memiliki banyak cabang yang tersebar di seluruh Jawa Barat, bahkan ada yang berasal dari luar Jawa Barat dan luar negeri. Viking Persib Club didirikan oleh sekelompok penggemar Persib yang biasa menghuni Tribun Selatan. Selain mendukung Persib di dalam stadion, Viking Persib Club juga aktif dalam kegiatan-kegiatan lainnya seperti bakti sosial, sunatan massal, mengadakan turnamen futsal, bahkan ikut aktif dalam melakukan pembinaan dalam sepak bola, salah satunya dengan mendirikan Sekolah Sepak Bola Viking.

Sekolah sepak bola (atau disingkat SSB) adalah sebuah institusi pendidikan nonformal yang mengajarkan teknik-teknik sepak bola untuk anak-anak usia dini hingga remaja. Sekolah sepak bola termasuk wadah perkumpulan yang bertujuan untuk mendeteksi, mengumpulkan, dan mendidik anak-anak yang memiliki bakat dalam bermain sepak bola, serta memiliki tujuan untuk menghasilkan pesepak bola yang kuat, tangguh, dan dapat bersaing. Teknik-teknik yang diajarkan di sekolah sepak bola antara lain teknik dasar menendang, menyundul bola, pertahanan, penyerangan, strategi, fisik, kerjasama tim, dan lain-lain.


(14)

2 Sekolah Sepak Bola Viking adalah salah satu sekolah sepak bola yang tergolong baru di kota Bandung. Sekolah Sepak Bola Viking didirikan sekitar bulan April 2015 dan baru memulai latihannya pada tanggal 19 November 2015. Tujuan didirikannya Sekolah Sepak Bola Viking adalah untuk melatih dan menyalurkan bakat-bakat pesepak bola yang tidak tertampung, serta sebagai bentuk kepedulian untuk membina talenta-talenta muda sepak bola yang ada di kota Bandung. Diharapkan dengan berdirinya Sekolah Sepak Bola Viking, pemain yang dibina di sekolah ini akan menjadi pemain profesional dan bisa bermain di luar Indonesia, seperti di Asia, bahkan keseluruh dunia.

Beberapa masalah komunikasi yang ditemukan di dalam Sepak Bola Viking, salah satunya adalah sebagian masyarakat belum paham tentang pentingnya sekolah sepak bola, padahal itu diperlukan untuk menyalurkan bakat sepak bola, daripada bermain di gang-gang atau lapangan dekat rumah. Selama ini informasi mengenai sekolah sepak bola ini masih dilakukan dari mulut ke mulut, dan hanya dilakukan oleh sebagian anggota kelompok suporter Persib yang tergabung ke dalam Viking Persib Club saja.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah disampaikan, masalah-masalah yang ditemukan adalah sebagai berikut:

1. Sepak bola sudah menjadi olah raga yang sejak dulu digemari, namun sampai saat ini belum diarahkan atau dilanjutkan oleh generasi selanjutnya.

2. Munculnya kelompok supporter dari klub sepak bola yang mulai sadar terhadap pembinaan sepak bola, lalu kemudian membentuk badan usaha untuk mendirikan sekolah sepak bola.

3. Kurikulum sekolah sepak bola tidak diketahui sebagian masyarakat.

4. Sekolah Sepak Bola Viking tergolong masih baru dan belum terkenal, selain itu Sekolah Sepak Bola Viking juga memiliki banyak kekurangan, seperti dana dan sarana latihan.


(15)

3 I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dikumpulkan, terdapat beberapa pertanyaan yang muncul seperti:

1. Bagaimana cara untuk membangun komunkasi aktif (seperti pertemuan rutin) yang dilakukan Sekolah Sepak Bola Viking dan masyarakat pecinta sepak bola, khususnya bobotoh Persib agar terjadi relasi yang saling menguntungkan?

2. Bagaimana cara untuk memperkenalkan Sekolah Sepak Bola Viking agar masyarakat dapat mengenal lebih dalam dan tertarik untuk memasukkan anaknya ke SSB ini?

I.4 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disebutkan, nantinya fenomena yang diangkat sebagai objek ditentukan berdasarkan lokasi, yaitu berada di wilayah Bandung Raya, dalam kurun waktu setahun terakhir dan dikhususkan untuk masyarakat yang memiliki kecintaan terhadap sepak bola.

I.5 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan promosi Sekolah Sepak Bola Viking adalah terjadinya hubungan timbal balik antara sekolah sepak bola dengan masyarakat menjadi lebih baik, serta dapat memudahkan pencarian informasi tentang Sekolah Sepak Bola Viking di masyarakat.


(16)

4 BAB II. SEKOLAH SEPAK BOLA VIKING

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Pengertian Sepak Bola

Sepak bola merupakan sebuah olah raga yang paling populer dan paling sering dimainkan oleh masyarakat di seluruh dunia. Sangat banyak orang yang memainkan sepak bola, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. Sepak bola tidak hanya dimainkan oleh pria, tetapi saat ini banyak wanita yang memainkan sepak bola. Banyak cara yang ditempuh untuk memajukan sepak bola di suatu tempat, salah satunya adalah mendatangkan pelatih atau tim berkualitas, mengadakan kompetisi seperti liga atau piala, dan melakukan pembinaan sepak bola secara berjenjang, khususnya untuk usia dini.

Sepak bola adalah salah satu olah raga yang dimainkan oleh dua tim, masing-masing berjumlah sebelas orang, dan dipimpin oleh wasit dan dua hakim garis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), sepak bola adalah sebuah permainan beregu di lapangan, menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan, yang masing-masing kelompok terdiri atas sebelas pemain, berlangsung selama 2 x 45 menit, dan kemenangannya ditentukan oleh selisih gol yang masuk ke gawang lawan.

II.1.2 Pelatihan Sepak Bola Usia Dini

Pelatihan sepak bola adalah salah satu proses untuk menghasilkan pemain sepak bola secara berjenjang sejak usia dini (grassroot). Pembinaan sepak bola biasanya dilakukan oleh klub sepak bola profesional, akademi sepak bola, sekolah sepak bola, sekolah formal, dan komunitas. Pembinaan sepak bola bisa diikuti oleh setiap anak-anak yang ingin bermain sepak bola, tanpa mengenal asal-usul seperti usia, warna kulit, jenis kelamin, kondisi fisik, agama, suku, atau ras. Tujuan dari pembinaan sepak bola menurut Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah terbentuknya tim nasional yang tangguh dan berprestasi. Semua program pembinaan yang dilakukan dan direncanakan ke depan sudah seharusnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu terbentuknya sebuah tim nasional yang kuat.


(17)

5 Organisasi sepak bola dunia, FIFA, sudah merumuskan aturan-aturan yang berkaitan dengan pembinaan sepak bola usia dini yang diberi nama “FIFA Grassroots”. Tujuan lain dari pembinaan sepak bola usia dini adalah sebagai bagian dari regenerasi sepak bola, dimana pemain sepak bola yang sudah tua, sudah saatnya diganti dengan yang lebih muda.

Menurut Scheunemann (2012), fondasi pembinaan yang berkualitas ada tiga, yaitu program pembinaan sehari-hari, fasilitas/faktor pendukung, dan pembina. Fasilitas atau faktor pendukung terdiri dari lapangan yang memadai, pengetahuan gizi, dukungan orang tua, liga dan turnamen yang tertata rapi, jumlah pemain/grup yang dibatasi, ketersediaan bola, cones, rompi, dan peralatan bantu lainnya. Sedangkan pembina (pelatih) harus mengutamakan kualitas (bersertifikasi dan sering mengikuti pelatihan), kuantitas (kursus kepelatihan), keteladanan, motivasi, mengutamakan pendidikan formal, mengelompokkan kualitas masing-masing pemain, dan memiliki jiwa pemimpin.

II.1.3 Pembinaan Sepak Bola Usia Dini

Dalam pelaksanannya, pembinaan sepak bola memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah menambah banyak teman, menjalin persaudaraan, meningkatkan kerja sama tim, mengasah soft skill, dan menambah pengalaman. Pada saat pelaksanaan pembinaan sepak bola usia dini berlangsung, dibutuhkan pelatih yang memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami keinginan anak-anak asuhnya. Selain hal-hal tersebut, pelatih juga harus memahami dan mengetahui perkembangan setiap anak didiknya.

Jenis-jenis pembinaan sepak bola menurut kebutuhan dibagi menjadi dua oleh Timo Scheunemann, yaitu pembinaan masa dan pembinaan elit. Pembinaan masa adalah suatu proses pembinaan yang dilakukan oleh Sekolah Sepak Bola dan tim-tim sekolah formal. Pemain yang dimaksud dalam kategori ini umumnya bermain sepak bola mulai usia enam hingga berumur tujuh belas tahun. Pembinaan tersebut tetap dilakukan karena pemain berbakat pada awalnya dididik lalu kemudian dibina di dalam kelompok ini. Apabila pembinaan masa ditinggalkan,


(18)

6 dasar-dasar bermain sepak bola yang baik dan benar serta pengetahuan terkait, seperti gizi, taktik, dan penanganan cedera, tidak akan didapat sejak usia dini sehingga potensi pemain berbakat tidak bisa diraih secara maksimal. Sedangkan pembinaan elit adalah jenis pembinaan yang dikhususkan untuk pemain dengan bakat sedang (sekelas amatir kota atau divisi satu sampai liga amatir nasional/Liga Nusantara) dan bakat kelas atas (divisi utama, liga tertinggi/Liga Super Indonesia dan tim nasional). Beberapa teknik dasar yang diajarkan di dalam pembinaan sepak bola, antara lain :

1. Teknik menyerang, yang meliputi:

a. Mengumpan dan menerima umpan b. Dribbling (mengoper bola)

c. Speed dribbling (berlari dengan bola) d. Membalik (turning)

e. Menembak bola f. Kontrol bola g. Menyundul

h. Menyerang satu lawan satu i. Melindungi bola

j. Umpan silang dan penyesuaian akhir

2. Teknik bertahan

a. Pertahanan satu lawan satu

b. Penempatan posisi dan sikap tubuh c. Melakukan antisipasi

d. Reaksi e. Mencegat

f. Mencegah lawan berbalik g. Melakukan tekel

3. Situasi bola mati (Set piece), terdiri dari penalti, tendangan bebas, tendangan penjuru, dan sepak mula (kick-off).


(19)

7 II.1.4 Sekolah Sepak Bola

Sekolah sepak bola adalah sebuah institusi pendidikan nonformal yang mengajarkan teknik-teknik sepak bola dasar untuk anak-anak dan remaja, mulai dari usia dini sampai tujuh belas tahun. Sekolah sepak bola berfungsi sebagai institusi yang bertujuan untuk mendeteksi, mengumpulkan, dan mendidik anak-anak yang memiliki bakat dalam bermain sepak bola, serta menghasilkan pemain-pemain yang tangguh dan siap untuk menghadapi persaingan di dunia sepak bola. Beberapa materi yang diajarkan di sekolah sepak bola antara lain teknik dasar menendang, menyundul bola, menangkap bola (untuk kiper), pertahanan, set pieces, strategi, latihan fisik, dan lain-lain.

Sekolah sepak bola di Bandung banyak dan berkembang. Sebagian besar sekolah sepak bola sudah berdiri sejak lama, dan ada juga yang baru didirikan. Sudah banyak sekolah sepak bola di kota Bandung yang mulai mengikuti kejuaraan sepak bola usia dini, baik tingkat kota, tingkat provinsi, tingkat nasional, sampai ke tingkat internasional. Ada juga sekolah sepak bola di Bandung yang menghasilkan pemain yang berhasil masuk ke klub Persib Bandung, dan tim nasional Indonesia. Beberapa contoh pemain dari sekolah sepak bola di kota Bandung yang pernah bermain di Persib maupun di tim nasional Indonesia adalah Atep Rizal, Dedi Kusnandar, dll.

II.2 Objek Penelitian

II.2.1 Profil Sekolah Sepak Bola Viking

Gambar II.1. Logo Sekolah Sepak Bola Viking Sumber:

https://pbs.twimg.com/profile_images/597710627411374083/eEbhsPb3_400x400.jpg (Diakses pada 12/01/2016)


(20)

8

Nama : SSB Viking

Alamat Sekretariat : Viking Original Merchandise Store (Kawasan Stadion Persib) Jl. Ahmad Yani Bandung

Ketua Umum : Tedi Ekek

Tim pelatih : Sujana, Yayan Sundana, Yadi Mulyadi, Agus Atha

Jadwal dan tempat latihan : Selasa-Kamis (14.00-16.00), Minggu (08.00-10.00) di Lapangan Lodaya dan Stadion Persib

Kelompok umur : Usia 8th, 10th, 12th, 14-15th

Sekolah Sepak Bola Viking adalah salah satu sekolah sepak bola yang baru di kota Bandung. Sekolah Sepak Bola Viking berdiri dan memulai latihan perdananya pada 19 November 2015. Tujuan dari berdirinya Sekolah Sepak Bola Viking adalah untuk menyalurkan bakat-bakat yang tidak tertampung, serta sebagai bentuk kepedulian pengurus Viking Persib Club untuk membina talenta-talenta muda sepak bola di Bandung. Selain itu, Sekolah Sepak Bola Viking mengharapkan para pemain binaanya menjadi pemain profesional dan tidak hanya bermain di Indonesia, melainkan ke Asia, ke Eropa, bahkan keseluruh dunia.

Pendirian SSB ini tidak lepas dari tujuan dan cita-cita salah satu tokoh Viking Persib Club, almarhum Ayi Beutik. Ketika masih hidup, Ayi Beutik menginginkan Viking tidak hanya membuat kelompok suporter sendiri, tetapi ia ingin Viking Persib Club memiliki sekolah sepak bola. Dalam perkembangannya, pendirian sekolah sepak bola ini menemui banyak hambatan. Pada awalnya Sekolah Sepak Bola Viking dibentuk pada bulan April 2015, namun senpat mengalami kendala sampai akhirnya bisa terealisasi pada bulan November 2015. Tujuan lain dari pendirian Sekolah Sepak Bola Viking adalah menjadi “pemain ke-13” dari Persib Bandung, setelah Viking Persib Club yang menjadi pemain ke-12 untuk Persib, serta menjadi penghubung dengan Persib Bandung. Sekolah Sepak Bola Viking menjadi pelopor sekaligus satu-satunya sekolah sepak bola yang didirikan oleh kelompok suporter klub sepak bola di Indonesia.


(21)

9 Jumlah siswa Sekolah Sepak Bola Viking semakin bertambah. Pada bulan Januari 2016, jumlah siswanya sebanyak 45 orang, lalu kemudian bertambah menjadi sekitar 50-60 orang pada bulan April 2015, dan diberi target oleh pembina untuk merekrut lebih banyak siswa pada bulan Oktober 2016. Selain itu, pembina juga menginginkan adanya keseimbangan kualitas dan kuantitas. Jenis latihan yang diajarkan Sekolah Sepak Bola Viking adalah dasar-dasar bermain sepak bola seperti passing, dribbling, mengontrol bola, menyundul, dan menendang bola. Pada awalnya, pola pengajarannya hanya mengajarkan dasar-dasar sepak bola, karena Sekolah Sepak Bola Viking belum berencana untuk membuat suatu tim, sedangkan pembagian umurnya masih belum dilakukan, mengingat jumlah siswa yang sedikit. Namun lama kelamaan jumlah siswa Sekolah Sepak Bola Viking meningkat dan mulai mengikuti kompetisi sepak bola antar sekolah sepak bola di tingkat kota, salah satu tujuannya untuk meningkatkan eksistensi sekolah ini. Untuk mempersiapkan diri menghadapi turnamen yang diikuti, Sekolah Sepak Bola Viking melakukan uji coba dengan sekolah lainnya di kota Bandung.

Biaya pendaftarannya sebesar Rp. 500.000,-, sudah termasuk kaus, tas khusus sepatu, dan kaus kaki, serta iuran bulanan. Pendaftaran bisa dilakukan di sekretariat SSB Viking, di kantor Official Viking Merchandise, di komplek Stadion Persib, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, serta datang langsung ke tempat latihan di Lapangan Lodaya.

Gambar II.2. Lapangan Lodaya. Sumber: Dokumentasi pribadi


(22)

10 Sekolah Sepak Bola Viking melakukan kegiatan latihannya di Lapangan Lodaya, yang terletak di Jalan Lodaya, Kota Bandung. Kegiatan berlangsung di tempat ini pada hari Selasa dan Kamis (14.00-16.00), serta pada hari Minggu (08.00-10.00).

Gambar II.3. Suasana pemanasan sebelum melakukan latihan. Sumber: Dokumentasi pribadi

Setelah siswa terkumpul, semua siswa harus melaksanakan kegiatan awal sebelum melakukan latihan, yaitu berdoa, kemudian melakukan pemanasan dengan cara berlari mengelilingi lapangan Lodaya selama satu putaran. Pelatihan di Sekolah Sepak Bola Viking dibagi menjadi tiga sesi, yaitu sesi pertama yang berisi pelatihan dasar, istirahat, dan sesi kedua yang berisi pelatihan atau uji coba.

Gambar II.4. Salah satu kegiatan di Sekolah Sepak Bola Viking. Sumber: Dokumentasi pribadi


(23)

11 Setelah melakukan pemanasan, para siswa diajari beberapa teknik dasar, seperti mengoper bola, dribbling, dan lain-lain dengan tingkat kesulitan yang bertambah. Setelah sesi pertama dilakukan para siswa beristirahat sebentar, sebelum melaksanakan sesi kedua.

Gambar II.5. Siswa SSB Viking melakukan gim internal. Sumber: Dokumentasi pribadi

Setelah beristirahat, para siswa kembali melakukan latihan. Di sesi kedua ini, para siswa akan diajari lagi teknik dasar bermain sepak bola, atau melakukan simulasi untuk mempersiapkan diri apabila ada turnamen atau kompetisi yang diikuti oleh Sekolah Sepak Bola Viking.

Gambar II.6. Pelatih SSB Viking sedang memberikan arahan. Sumber: Dokumentasi pribadi


(24)

12 Setelah sesi kedua, biasanya diadakan pendinginan untuk melemaskan otot, atau melakukan briefing untuk mempersiapkan diri menghadapi sebuah turnamen. Setelah itu, para siswa melakukan kegiatan berdoa setelah melakukan latihan, dilanjutkan dengan keluar ke tepi lapangan, kemudian membayar iuran terlebih dahulu, atau langsung mandi setelah latihan, dan dilanjutkan dengan pulang ke rumah masing-masing.

II.2.2 Pengertian Promosi

Biasanya dalam melakukan penjualan dan memasarkan produk barang maupun jasa, suatu perusahaan, baik kecil, hingga besar, selalu melakukan promosi terlebih dahulu, agar produknya bisa dikenal luas dan membuat masyarakat tertarik dan mau untuk menggunakan produk tersebut. Kata promosi berasal dari bahasa Latin “Promovere”, yang berarti melangkah ke depan, sedangkan sasaran dari promosi secara fungsional adalah merangsang pembelian di tempat (immediately stimulating purchase). Selain iklan, ada banyak jenis-jenis promosi lainnya yang sama pentingnya di dalam strategi pemasaran (Kasali, 2007). Promosi merupakan salah satu alat komunikasi antara penjual dan pembeli yang sangat diperlukan dalam kegiatan bisnis. Dengan berpromosi, penjual dapat menyebarkan informasi bisnisnya, mempengaruhi, atau membujuk konsumen agar produk yang dijual tidak dilupakan oleh konsumen. Selain itu, sebuah usaha semakin dikenal dan dapat diketahui banyak orang. Jika sudah dikenal, maka kemungkinan pembeli barang/jasa akan semakin banyak (Hapsari, 2010).

Menurut Kamus Istilah Periklanan Indonesia (1996), promosi adalah usaha-usaha di dalam komunikasi yang menjembatani kesenjangan antara produsen dan konsumen. Usaha komunikasi tersebut dapat dibagi dalam bagian-bagian yang terdiri dari atas periklanan publisitas, hubungan masyarakat (humas), dan proyek khusus seperti pintu ke pintu/door to door, direct mail (pos langsung), dan sampling (per contoh). Sedang menurut Hahn dan Mangun (1999), promosi adalah semua yang dilakukan untuk membantu penjualan suatu produk atau jasa di tiap tempat jaringan penjualan.


(25)

13 II.2.3 Bauran Promosi

Bauran promosi, atau disebut juga dengan promotion mix, menurut Kamus Istilah Periklanan Indonesia (1996), adalah empat jenis promosi yang mendukung tercapainya tujuan pemasaran, termasuk didalamnya periklanan, penjualan langsung, publisitas, promosi penjualan memajang, dan pemakaian produk, pameran dagang, dan promosi lain.

Keempat komponen yang termasuk ke dalam bauran promosi antara lain: 1. Periklanan,

2. Penjualan Langsung, 3. Personal Selling, 4. Publisitas.

II.2.4 Periklanan

Periklanan adalah satalah satu cabang dari bauran promosi. Promosi periklanan sangat mudah ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari, dan bisa dilihat setiap orang kapan saja, dan dimana saja. Kehadiran iklan dapat menarik perhatian dan minat orang. Promosi periklanan adalah salah satu kegiatan untuk melakukan promosi di bermacam-macam layanan yang menerima jasa iklan, seperti radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Philip Kotler (seperti dikutip Hapsari, 2010), mendefinisikan periklanan sebagai bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara nonpersonal oleh sponsor yang memerlukan pembayaran. Selain itu, fungsi dalam periklanan dapat dilihat pada dua sisi, yaitu sebagai alat pemasaran dan sebagai alat komunikasi. (Wright, 1981).

Tujuan dari periklanan secara umum ada tujuh, yaitu: 1. Menciptakan pengenalan merek dan perusahaan. 2. Memosisikan produk di mata konsumen.

3. Mendorong konsumen untuk mencoba barang/jasa yang ditawarkan. 4. Mendukung terjadinya pembelian ulang.

5. Membina loyalitas pelanggan.

6. Menginformasikan keistimewaan barang/jasa. 7. Meningkatkan citra.


(26)

14 Sedangkan tujuan periklanan ditinjau berdasarkan sasarannya ada lima, yaitu:

1. Iklan informatif, berisikan informasi-informasi mendalam yang ditawarkan sebuah produk. Iklan informatif biasanya berisikan pengumuman mengenai produk baru, keunggulan produk, harga, alamat, gambar produk, dan informasi lainnya.

2. Iklan persuasif, berfungsi untuk membujuk pembeli agar mau membeli produk yang ditawarkan. Iklan persuasif berisikan informasi-informasi mengenai kelebihan produk dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi konsumen.

3. Iklan pengingat (reminding), berfungsi untuk menginformasikan kembali sebuah produk kepada konsumen, dan biasanya iklan pengingat dibuat oleh suatu perusahaan yang sudah mapan.

4. Iklan penambah nilai, bertujuan untuk meningkatkan nilai merek dalam persepsi konsumen dengan melakukan inovasi, perbaikan kualitas, dan penguatan persepsi.

5. Iklan bantuan aktivitas lain, bertujuan untuk memantau dan memfasilitasi usaha lainnya dalam proses komunikasi pemasaran sebuah produk (Hapsari, 2010).

II.2.5 Penjualan Langsung

Penjualan langsung (direct selling) adalah satu strategi penjualan yang dilakukan secara langsung kepada pelanggan. Pemasaran langsung tidak harus dilakukan dengan tatap muka, tetapi pemasarannya ditujukan secara langsung kepada seseorang. Penjualan langsung bisa dilakukan dengan melalui surat, telepon, faksimile, e-mail, dan alat penghubung nonpersonal lain untuk mendapatkan tanggapan dari calon pelanggan (Hapsari, 2010).

II.2.6 Personal Selling

Personal selling adalah strategi penjualan yang hanya dilakukan secara personal dan biasanya dilakukan seorang diri, seperti yang dilakukan sales promotion girl (SPG), penjual pakaian, dan penjual suatu produk yang menjajakan jualannya


(27)

15 dengan cara keliling. Sifat dari penjualan pribadi lebih luwes karena penjualnya bisa bertatap muka secara langsung.

II.2.7 Publisitas

Publisitas adalah salah satu bagian dari bauran promosi yang mempunyai tujuan membangun komunikasi antara perusahaan dengan publik. Contoh-contoh dari publisitas antara lain sebuah perusahaan membuat editorial mengenai profil atau kegiatan sosial perusahaanya di media cetak maupun televisi.

II.3 Data Lapangan

Dalam melakukan penelitian terhadap Sekolah Sepak Bola Viking, dibutuhkan data lapangan yang berasal dari beberapa metode, yaitu mencari teori dari sumbernya (studi literatur dan mencari dari internet), observasi lapangan, dan wawancara dengan orang-orang yang terlibat didalamnya.

II.3.1 Teori

Pencarian teori yang berhubungan langsung dengan masalah dan fenomena yang diangkat dilakukan melalui studi literatur, yaitu mencari buku atau makalah yang memuat topik-topik yang berkaitan dengan sepak bola, berikut tata cara pembinaannya, serta fenomena yang sedang terjadi, mencari buku yang berhubungan dengan promosi produk dan periklanan. Sedangkan cara lain yang digunakan untuk mencari teori tersebut adalah mencari artikel atau makalah dari internet.

II.3.2 Observasi dan Wawancara

Pencarian data lapangan juga dilakukan melalui observasi dan wawancara di lapangan. Diharapkan dengan melakukan kedua cara tersebut, maka akan diketahui fenomena dan permasalahan yang timbul di lapangan. Observasi dilakukan pada hari-hari yang dilakukan pada saat Sekolah Sepak Bola Viking melaksanakan latihannya, yaitu pada hari Selasa, Kamis, dan Minggu. Sedangkan untuk wawancara, ditentukan empat narasumber yang dipilih, yaitu dari staf


(28)

16 pelatih (Agus Atha), pengurus SSB (Tedi Ekek), orang tua siswa, dan masyarakat sekitar SSB Viking.

II.4 Analisa

II.4.1 Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data lapangan dan mengumpulkan teori-teori, didapat beberapa pernyataan dan data-data yang telah disusun, antara lain :

1. Pola pelatihan yang dilakukan di Sekolah Sepak Bola Viking sesuai dengan kurikulum yang diterapkan.

2. Masyarakat paham terhadap adanya Sekolah Sepak Bola Viking, meskipun hanya disampaikan antar sesama pendukung Persib, serta adanya animo masyarakat yang tinggi untuk masuk. Hal tersebut sesuai dengan target yang dicapai Sekolah Sepak Bola Viking, yaitu merekrut pemain-pemain usia dini sebanyak-banyaknya. Hal itu ditunjukkan dengan peningkatan jumlah siswa, dimana pada bulan Januari 2016 jumlahnya sekitar 45 orang, sedangkan pada bulan April 2016, bertambah menjadi sekitar 50 orang. Para pembina memperkirakan jumlah siswa akan bertambah pada bulan Oktober 2016.

3. Keempat responden memiliki kesamaan pandangan mengenai sepak bola, khususnya sepak bola nasional. Keempatnya menginginkan sepak bola Indonesia maju dengan pembinaan dan kompetisi. Selain itu, keempat responden juga memiliki kesamaan mengenai perkembangan Sekolah Sepak Bola Viking, yang semakin berkembang.

II.4.2 Analisa 5W+1H

Selain dengan melakukan pengumpulan data dan teori, analisa juga dilakukan dengan menggunakan analisa 5W+1H.

What : Sekolah Sepak Bola Viking Bandung.

Who : Pendukung Persib (bobotoh) yang sudah berkeluarga, dan mempunyai anak kecil yang memiliki bakat bermain sepak bola.


(29)

17 Where : Sekretariat SSB Viking di kantor pusat Viking Persib Club, dan

latihannya bertempat di Lapangan Lodaya.

When : Bulan April 2015, tapi baru melaksanakan latihan pada bulan November 2016.

Why : Menampung bakat-bakat sepak bola di kota Bandung.

How : Mengajarkan kurikulum sepak bola dan mendidik pemain sepak bola untuk bersaing di tingkat nasional.

II.4.3 Analisa SWOT

Untuk menentukan kekuatan dan kelemahan, analisa juga dilakukan dengan analisa SWOT.

Strength : Didirikan dan dijalankan oleh kelompok suporter Persib Bandung, Viking Persib Club, serta staf pelatihnya berasal dari mantan pemain Persib Bandung, seperti Yayan Sundana dan Agus Atha. Weakness : Sekolah Sepak Bola Viking memiliki jumlah siswa yang cukup

sedikit, dikarenakan perkembangannya yang masih perlahan-lahan.

Opportunity : Sekolah Sepak Bola Viking bisa menjadi sekolah sepak bola yang dapat menghasilkan pemain bertalenta yang bisa bermain di Persib Bandung, tim nasional, bahkan bermain di luar negeri. Threat : Banyaknya sekolah sepak bola lainnya di Bandung yang sudah

mapan dan memiliki banyak prestasi serta pelatih yang berkualitas.

Tabel II.1 Analisis SWOT

Strength : Weakness

Opportunity Menambah jumlah pelatih berlisensi, serta SSB Viking membuka jalan untuk masuk ke dalam Diklat Persib.

Melakukan perekrutan calon siswa dengan cara seleksi dan latihan, serta peningkatan sarana dan prasarana.


(30)

18 Threat Melakukan uji coba dan

kerjasama dengan beberapa SSB lain di Kota Bandung yang lebih mapan.

Melakukan roadshow ke beberapa sekolah pilihan, serta ikut berpartisipasi di dalam kegiatan yang dilakukan Viking Persib Club.

Dari tabel analisis SWOT yang telah dikemukakan di atas, disimpulkan bahwa Sekolah Sepak Bola Viking memiliki keunggulan seperti memiliki pelatih yang pernah menjadi pemain Persib Bandung, tetapi memiliki kelemahan seperti masih berkembang secara perlahan-lahan dan kurangnya infrastruktur.

II.4 Target Audience

Dalam mementukan sasaran khalayak yang akan menjadi sasaran komunikasi, perlu adanya penentuan target audience.

II.4.1 Demografi

 Orang tua berusia 25-45 tahun.  Sudah berkeluarga.

 Status ekonomi menengah ke bawah hingga menengah.  Memiliki anak berusia 5-15 tahun.

II.4.2 Geografis

 Tinggal di wilayah Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat).

II.4.3 Psikografis

 Memiliki perhatian yang lebih terhadap masa depan anaknya.  Memiliki passion yang besar terhadap Persib Bandung.

 Memiliki anak yang memiliki cita-cita menjadi pemain sepak bola profesional, khususnya menjadi pemain Persib Bandung.


(31)

19 II.5 Resume

Berdasarkan analisa yang telah disusun, disimpulkan bahwa agar terjadinya hubungan yang erat antara Sekolah Sepak Bola Viking dengan masyarakat, perlu adanya media khusus untuk memperkenalkan sekolah ini. Hal tersebut bertujuan untuk membangun komunikasi dengan tepat dan terarah, serta memudahkan masyarakat mencari informasi mengenai Sekolah Sepak Bola Viking.


(32)

20 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang akan dipakai dalam membuat media informasi mengenai Sekolah Sepak Bola Viking adalah menampilkan visual yang menarik dan kalimat-kalimat yang dapat menggugah minat masyarakat, khususnya orang tua yang mendukung Persib (bobotoh) untuk mendaftarkan anaknya ke Sekolah Sepak Bola Viking. Visual dan kalimat-kalimat yang dipakai akan menyesuaikan dengan target audience yang telah ditentukan.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan dari perancangan promosi Sekolah Sepak Bola Viking adalah untuk mengenalkan dan memperkenalkan sekolah ini kepada khalayak ramai, khususnya orang tua yang memiliki anak kecil. Diharapkan dengan tercapainya tujuan perancangan promosi ini, masyarakat bisa mencari tahu dan mengenal lebih dekat tentang sekolah sepak bola ini, serta tertarik untuk mendaftarkan anak kecilnya untuk masuk sekolah sepak bola ini, serta hubungan timbal balik antara pihak sekolah dengan orang tua siswa menjadi semakin kuat.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan yang dipakai dalam membuat perancangan untuk Sekolah Sepak Bola Viking menggunakan unsur-unsur pendekatan persuasif, namun masih menggunakan unsur informatif. Dalam perancangan promosi sekolah sepak bola ini, diperlukan dua pendekatan komunikasi yang dipakai, yaitu melalui visual dan verbal.

III.1.2.1 Pendekatan Visual

Pendekatan visual dalam perancangan promosi ini menggunakan unsur tipografi dan fotografi. Kedua unsur tersebut dipilih agar pesan-pesan yang dimuat di dalam materi promosi mudah dimengerti target audience dan dapat menimbulkan kesan-kesan tertentu di dalamnya.


(33)

21 III.1.2.2 Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal yang dipakai menggunakan bahasa-bahasa yang biasa dipakai oleh target audience, yaitu bahasa Indonesia, agar penyampaiannya lebih cepat dan mudah dimengerti khalayak ramai. Pendekatan ini juga menyesuaikan dengan perilaku dan keinginan target audience.

III.1.3 Materi Pesan

Materi pesan yang disampaikan di dalam materi promosi ini berisikan ajakan, keterangan-keterangan mengenai Sekolah Sepak Bola Viking, serta pesan-pesan pendukung lainnya. Materi-materi yang ada bisa berupa kalimat-kalimat (pesan ataupun informasi yang berhubungan dengan SSB Viking), maupun gambar visual.

III.1.4 Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang dipakai di dalam promosi ini menggunakan gaya bahasa yang sesuai dengan demografis target audience, yaitu sederhana, mudah dimengerti dan dicerna, menarik minat, dan dapat menggugah kesadaran target konsumen sehingga tertarik untuk mendaftarkan anaknya ke SSB ini.

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan

Untuk menentukan khalayak sasaran dalam perancangan promosi ini, diperlukan dua cara, yaitu menggunakan consumer insight dan consumer journey. Kedua cara tersebut dibutuhkan agar diperoleh media-media yang sesuai dan penyampaian pesan yang jelas dan terarah.

III.1.5.1 Consumer Journey

Consumer journey adalah salah satu cara menentukan media promosi dengan mengetahui kebiasaan dan kegiatan salah satu target audience. Dengan mengetahui dan memahami kegiatan orang yang dijadikan target, maka media-media yang cocok dapat ditentukan dan pesan-pesan akan lebih dekat dan mudah dipahami. Target dari perancangan ini yaitu orang tua rata-rata berusia 25-45 tahun, dan anak yang berusia 5-15 tahun.


(34)

22 Tabel III.1 Tabel aktivitas target audience

Waktu Aktivitas Tempat Point of Contact

05.00-05.30 Bangun tidur, shalat, beres-beres rumah

Rumah Televisi, radio

06.00-06.30 Membantu istri ke pasar Pasar Baliho, spanduk, poster

06.30-08,00 Mengantar anak Jalanan, sekolah Baliho, spanduk, poster, umbul-umbul, X-banner 08.00-11.00 Pulang, shalat dhuha,

kerja

Rumah Internet, koran

11.00-13.00 Istirahat, shalat, makan, menonton televisi

Rumah Televisi

13.00-16.00 Kerja Rumah Internet

16.00-17.30 Shalat, berkumpul di lapangan, makan

Rumah dan

lapangan

Internet, spanduk, poster

17.30-19.00 Berkumpul dengan keluarga, shalat, membantu istri masak

Rumah Televisi

19.00-23.00 Menonton televisi, tidur Rumah Televisi

III.1.6 Strategi Kreatif III.1.6.1 Pendekatan Kreatif

Dalam menjalankan perancangan promosi, strategi kreatif dibutuhkan agar pesan cepat tersampaikan. Metode yang dipakai dalam penentuan strategi kreatif ini salah satunya menggunakan metode AISAS (Attention, Interest, Search, Action, Share).

Attention

Memberikan informasi dan perhatian terhadap khalayak sasaran dengan cara membuat teaser atau semacamnya, dengan menonjolkan segi visual, pesan-pesan yang mencolok, dan pengaruh dari pesan yang disampaikan.


(35)

23  Interest

Menjadikan khalayak ramai lebih tertarik terhadap produk atau jasa yang akan dipromosikan dengan cara merubah perhatian menjadi minat terhadap produk, agar khalayak sasaran mencari tahu lebih dalam tentang SSB Viking.

Search

Khalayak sasaran akan mencari informasi dan melakukan penelusuran terhadap produk atau jasa yang telah dipromosikan. Informasi bisa didapatkan melalui mulut ke mulut ataupun melalui media internet.

Action

Tahap action yaitu mengajak khalayak sasaran untuk menjadi calon siswa dari SSB Viking, denga cara mendaftarkan anaknya dan setelah mendaftar, calon siswa tidak hanya mendapatkan seragam atau tas saja, tetapi mendapatkan reward seperti merchandise resmi Persib atau SSB Viking.  Share

Khalayak sasaran yang sudah mendapatkan hasil positif selama berada di SSB Viking akan menyebarkan pesannya (sharing) dengan cara memberitahu orang tua lainnya yang memiliki anak untuk mendaftar ke SSB Viking.

III.1.6.2 Positioning

Setelah melalui proses identifikasi melalui analisa 5W+1H, analisa SWOT, preferensi konsumen, dan hal-hal lainnya, telah ditentukan positioning yang cocok untuk SSB Viking, adalah sebagai sekolah sepak bola pertama yang dimiliki oleh kelompok suporter dan siap mewujudkan mimpi anak-anak untuk masuk Persib Bandung.

III.1.6.3 Copywriting

Dalam pembuatan promosi SSB Viking, penentuan slogan dan headline penting agar dapat menarik minat calon siswa dan pesan cepat sampai. Headline yang

dipakai dalam promosi SSB Viking adalah “Wujudkan Mimpimu Bersama SSB


(36)

24 bermain dengan Persib Bandung atau menjadi pemain sepak bola profesional. Sedangkan sub-headline yang dipakai dalam promosi SSB Viking adalah “Kami siap mewujudkan cita-cita menjadi pemain Persib Bandung”.

III.1.6.4 Visualisasi

Visualisasi yang dipakai dalam promosi ini menggambarkan seorang anak yang ingin menggapai cita-citanya untuk menjadi pesepak bola profesional, serta gambar seorang anak yang giat berlatih sepak bola, sesuai dengan posisi yang diinginkan anak itu. Untuk pemilihan warnanya, dipilih dan disesuaikan supaya memberi kesan tertentu dan dapat menarik perhatian khalayak sasaran.

III.1.7 Strategi Media

Dalam melakukan promosi terhadap SSB Viking, diperlukan strategi media. Penggunaan strategi media penting agar pesan-pesan yang tersampaikan di dalam media dapat diterima oleh target audience. Pemilihan media serta penempatan media di tempat yang sudah ditentukan merupakan langkah-langkah strategi media.

III.1.7.1 Media Utama

Pemilihan media merupakan langkah yang paling penting dalam mempromosikan produk atau jasa. Dalam menentukan media utama, harus dipikirkan secara matang supaya proses komunikasi berjalan lancar. Untuk Sekolah Sepak Bola Viking, media utama yang dipilih adalah poster, dikarenakan media tersebut memiliki kedekatan terhadap target audience.

III.1.7.1 Media Pendukung

Media pendukung dalam promosi berkaitan erat dengan media utama. Penggunaan media pendukung diperlukan untuk menarik minat target audience dan sebagai tambahan dalam penyebaran media utama.

1. X-banner

Media x-banner termasuk media yang biasanya dipasang di dalam ruangan. X-banner biasa dipakai pada saat promosi maupun acara-acara


(37)

25 tertentu. Tujuan dari penggunaan x-banner adalah untuk mengingatkan yang melihatnya agar ingat terhadap tempat yang ia kunjungi.

2. Spanduk

Media spanduk adalah salah satu media promosi yang efektif, karena media ini bisa dipasang di tempat-tempat yang banyak dijangkau oleh masyarakat, seperti jalanan maupun jembatan penyeberangan.

3. Brosur

Brosur termasuk media yang paling banyak dipakai dalam mempromosikan suatu barang, jasa, maupun event, dikarenakan ukurannya yang relatif kecil dan dapat memuat informasi yang cukup banyak.

4. Flyer

Flyer adalah salah satu media promosi yang hanya berupa secarik kertas, dan dapat memuat infomasi mengenai barang, jasa, maupun sebuah event. Ukuran flyer kecil, tetapi untuk bahannya mirip dengan brosur ataupun leaflet.

5. Leaflet

Leaflet termasuk media yang cukup mirip dengan pamflet, tetapi ukurannya lebih kecil. Leaflet biasanya memuat informasi-informasi mengenai hal-hal tertentu, seperti pengenalan dasar mengenai sepak bola, profil singkat salah satu produk, dan lain-lain.

6. Billboard

Media billboard termasuk media luar ruangan yang dapat menjangkau lebih banyak orang, dikarenakan ukurannya yang cukup besar. Ukuran billboard bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan.

7. Pin

Pin termasuk media pendukung yang berbentuk lingkaran, memiliki lebar bermacam-macam, dan di bagian belakangnya terdapat peniti untuk memasangkan pin di tempat-termpat tertentu.

8. Stiker

Berfungsi untuk menempelkan sebuah gambar di permukaan tertentu. Terbuat dari kertas yang sudah diberi perekat dan dapat menjadi media pendukung.


(38)

26 9. Kartu Iuran

Kartu iuran digunakan untuk mencatat pembayaran yang dilakukan oleh siswa SSB Viking.

10.Iklan Koran

Iklan koran atau surat kabar merupakan media lain dalam melakukan promosi SSB Viking. Pemasangannya ditujukan untuk orang tua yang masih membaca koran dan ukurannya disesuaikan.

11.Kartu Anggota

Kartu anggota berfungsi sebagai tanda pengenal dan dapat pula digunakan sebagai kartu promosi yang bisa diperlihatkan ketika ada promosi tertentu.

III.1.8 Strategi Distribusi

Strategi distribusi dalam promosi diperlukan agar penyebaran media semakin luas. Distribusi media, baik media utama maupun media pendukung, dilakukan secara terus menerus, seperti pendistribusian media utama (poster) di sekolah-sekolah dan penempatan media pendukung, seperti x-banner dan spanduk di tempat yang sudah ditentukan. Sedangkan untuk flyer akan dibagikan ke sekolah-sekolah ataupun diberikan di tempat pendaftaran, dan untuk billboard, pemasangannya dilakukan di sekretariat SSB Viking (Komplek Stadion Persib) dan tempat latihan (Lapangan Lodaya). Strategi distribusi dilakukan melalui empat tahapan, yaitu ketika anak menerima informasi dari sekolah atau tempat lain, melakukan kunjungan ke sekretariat, melakukan pendaftaran, dan setelah diterima menjadi siswa SSB Viking. Strategi ini dipilih dikarenakan pendaftaran siswa baru di SSB Viking tidak tergantung oleh waktu.

Tabel III.2 Tabel persebaran media

No. Media Tahapan persebaran

Penerimaan informasi

Kunjungan Pendaftaran Setelah diterima 1 Poster

2 X-Banner 3 Spanduk


(39)

27 4 Brosur

5 Flyer 6 Leaflet 7 Billboard 8 Pin 9 Stiker 10 Kartu Iuran 11 Iklan koran 12 Kartu anggota

Untuk penempatan media luar ruang dan media lainnya, penempatannya dilakukan di dua wilayah, yaitu di sekitar lokasi pendaftaran (Stadion Persib), dan di sekitar lokasi tempat latihan SSB Viking (Lapangan Lodaya). Untuk billboard, ditempatkan di putaran Jl. Ahmad Yani, perempatan Jl. Buah Batu, depan Stadion Persib, Jl. Pelajar Pejuang 45, dan di dekat Lapangan Lodaya.

Gambar III.1. Peta persebaran media untuk wilayah sekitar Stadion Persib. Sumber: Dokumentasi pribadi


(40)

28

Gambar III.1. Peta persebaran media untuk wilayah sekitar Lapangan Lodaya. Sumber: Dokumentasi pribadi

III.2 Konsep Visual

Konsep visual yang dipakai didalam materi promosi SSB Viking ini dibuat dengan menggunakan campuran antara fotografi dengan digital imaging. Di dalamnya terdapat seorang anak yang memiliki mimpi menjadi pemain sepak bola profesional dan berada di dalam stadion yang megah. Hal tersebut dimaksudkan agar memberi kesan agar anak-anak yang memiliki bakat dan impian menjadi pesepak bola profesional tertarik untuk masuk kedalam sekolah ini.

III.2.1 Format Desain

Format-format desain yang digunakan dalam promosi SSB Viking disesuaikan dengan media dan kebutuhan.

1. Poster

Untuk poster, ukuran yang dipakai menggunakan format A3 portrait (29,7 x 42 cm). Bahan yang dipakai menggunakan art paper 120 gram, dan


(41)

29 memiliki dua versi, seperti penjaga gawang dan pemain yang sedang melihat lapangan.

2. Spanduk

Spanduk yang dipakai menggunakan format 300 cm x 100 cm dan dipasang di jalanan dan di depan sekretariat SSB Viking. Terdapat tiga jenis spanduk yang dibuat, yaitu pengumuman siswa baru, lokasi pendaftaran, dan lokasi latihan.

3. Brosur

Ukuran brosur menggunakan kertas berukuran A4 (29,7 x 21 cm) dan menggunakan kertas art paper 120 gram.

4. Flyer

Untuk flyer, ukuran yang dipakai menggunakan format A5 portrait (14,8 x 21 cm). Bahan yang dipakai sama seperti bahan untuk pembuatan brosur. 5. Leaflet

Ukuran leaflet sama seperti dengan ukuran brosur, yaitu menggunakan kertas berukuran A4 (29,7 x 21 cm) dan menggunakan kertas art paper 120 gram. Untuk pelipatannya dibagi menjadi tiga lipatan. Isi leaflet terdiri dari pengenalan dasar sepak bola, tata tertib, teknik dasar, dan sebagainya. 6. Billboard

Ukuran billboard yang digunakan disesuaikan dengan panjang dan lebar bilboard, salah satunya ukuran 4 x 6 meter. Billboard dicetak menggunakan digital printing.

7. X-banner

Ukuran untuk x-banner adalah 60 x 130 cm dan dicetak menggunakan digital printing dengan bahan fronlite.

8. Pin

Pin yang dipakai berdiameter 4 cm dan memiliki dua warna, yaitu warna biru muda dan putih.

9. Stiker

Stiker yang dipakai berukuran 12 x 3 cm dan di dalamnya terdapat gambar latar belakang berwar biru muda, logo, dan tulisan SSB Viking. Bahannya menggunakan kertas khusus stiker.


(42)

30 10.Kartu Iuran

Ukuran untuk kartu iuran memakai kertasA5 portrait (14,8 x 21 cm), dan bahannya memakai kertas art paper tebal.

11.Iklan Koran

Ukuran iklan koran disesuaikan dengan surat kabar, sedangkan bahan yang dipakai tetap kertas koran.

12.Kartu Anggota

Ukuran yang dipakai untuk kartu anggota adalah 8,5 x 5,5 cm, serta bahannya menggunakan kertas art paper tebal.

III.2.2 Tata Letak

Perancangan dalam pembuatan promosi ini menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah menyeimbangkan antara teks headline dengan tulisan lainnya, sedangkan menambahkan elemen-elemen visual secara seimbang agar mudah dibaca, dimengerti, dan dipahami oleh khalayak sasaran. Orientasi yang digunakan dalam perancangan ini menggunakan portrait (poster, billboard) dan landscape (spanduk).

III.2.3 Huruf

Huruf yang digunakan dalam pembuatan promosi disesuaikan dengan khalayak sasaran, mudah dibaca, dan dapat memberikan kesan tertentu. Huruf yang digunakan untuk perancangan ini adalah :

1. OldSansBlack

Jenis huruf ini dipilih karena jenis huruf ini berbentuk sans serif, mudah dibaca dan dapat diterima oleh khalayak sasaran. Bentuk huruf yang cukup tebal membuat huruf ini dijadikan pertimbangan dalam pemilihan huruf.

Gambar III.3.Font OldSansBlack. Sumber: Dokumentasi pribadi


(43)

31 2. Futura Md Bt

Jenis huruf ini dipilih untuk sub-headline dan body text dikarenakan ukurannya yang tidak terlalu kecil maupun terlalu besar, dan cocok untuk dijadikan jenis huruf untuk badan teks. Dalam pemakaiannya, terdapat dua jenis huruf yang dipakai di dalam perancangan ini, yaitu medium dan bold.

Gambar III.4.Font Futura Md Bt Medium Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar III.5.Font Futura Md Bt Bold Sumber: Dokumentasi pribadi

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi yang dipakai dalam perancangan ini berupa gambar stadion yang sudah diberi efek khusus dan diwarnai ulang. Maksud dari penggunaan ilustrasi ini adalah menggambarkan impian anak-anak yang ingin menjadi pesepak bola profesional.

III.2.5 Warna

Pemilihan warna sangat penting untuk memberikan kesan terhadap produk-produk tertentu. Untuk promosi SSB Viking, warna yang dipakai dalam perancangan ini adalah menggunakan warna-warna yang cukup cerah, dan bisa diterima khalayak sasaran. Untuk warnanya sendiri dipilih empat warna yang dianggap sesuai dengan promosi yang dilakukan. Warna yang dipakai menggunakan format CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Key (Black)), dikarenakan format ini sangat


(44)

32 cocok untuk percetakan. Warna-warna yang dipakai di dalam perancangan promosi ini adalah sebagai berikut:

1. Biru muda

Warna biru muda melambangkan komunikasi, ketenangan, dan ketenangan. Warna biru muda juga merupakan warna yang ada di seragam dan warna korporat dari SSB Viking.

2. Biru

Warna biru melambangkan loyalitas, kesetiaan, ketenangan, dan profesionalisme. Warna biru merupakan warna dominan dari Persib Bandung dan dipakai juga sebagai warna korporat dari SSB Viking. 3. Merah

Warna merah dipilih dikarenakan warna ini menampilkan kesan berani untuk mengambil resiko, perjuangan, dan pencapaian-pencapaian dalam menentukan tujuan, yaitu menjadi pemain sepak bola profesional. 4. Hijau

Warna hijau melambangkan kesegaran, keterbukaan, kesehatan, dan jiwa muda. Warna hijau lebih banyak ditemukan sebagai warna rumput di lapangan sepak bola.

Gambar III.6. Warna-warna yang dipakai Sumber: Dokumentasi pribadi


(45)

33 BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Tahapan Produksi

Dalam melakukan produksi media-media promosi Sekolah Sepak Bola Viking, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui dan dijalankan. Beberapa tahapan yang dilalui dalam melakukan produksi media-media SSB Viking antara lain pra-produksi, pra-produksi, dan pasca-produksi.

IV.1.1 Pra-Produksi

Di tahap pra-produksi, langkah-langkah yang dilakukan adalah melakukan observais dan wawancara, mengumpulkan data-data penting mengenai SSB Viking, dilanjutkan dengan melakukan studi literatur dan mengumpulkan bahan-bahan yang terkait di internet, lalu kemudian digabungkan menjadi bahan-bahan-bahan-bahan mentah yang akan diolah dalam proses berikutnya.

IV.1.2 Produksi

Untuk selanjutnya di dalam proses produksi, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui, dimulai dengan menentukan positioning berdasarkan metode-metode yang tersedia, menentukan konsep visual, menentukan media utama dan media pendukung, melakukan perancangan dengan banyak alternatif melalui sketsa, kemudian dikerjakan menggunakan program komputer Adobe Photoshop CS5, setelah itu dilakukan penilaian sebelum direvisi, setelah itu didesain ulang dan pada akhirnya desain yang sudah jadi, diaplikasikan ke dalam media-media yang sudah ditentukan sebelumnya.

IV.1.3 Pasca-Produksi

Setelah proses produksi selesai, media-media promosi yang sudah jadi akan diperiksa dan dicek, sebelum dilanjutkan ke proses produksi media. Setelah diproduksi, nantinya media-media yang sudah diproduksi akan didistribusikan ke tempat-tempat yang sudah ditentukan, namun khusus untuk beberapa media luar ruang, akan dipasang di tempat-tempat yang sudah ditentukan juga.


(46)

34 IV.2 Teknis Produksi

Teknis produksi untuk promosi SSB Viking sebagian besar menggunakan program perangkat lunak pengolah gambar, yaitu Adobe Photoshop CS5. Program tersebut dipilih karena penggunaannya sangat mudah, bisa memperbaiki kualitas gambar, dan dapat mengolah gambar dengan baik.

IV.2.1 Media Utama

Media utama yang digunakan dalam promosi SSB Viking adalah poster. Proses pencetakan poster ini menggunakan digital printing dan memakai mesin offset. Kertas yang dipakai menggunakan jenis Art paper 120 gram dan berukuran A3. Pemasangannya dilakukan di beberapa tempat yang mudah dijangkau khalayak sasaran, seperti papan pengumuman sekolah-sekolah dan tempat ramai.

Gambar IV.1. Poster Sumber: Dokumentasi pribadi IV.2.2 Media Pendukung

Selain media utama, penggunaan media-media pendukung untuk promosi SSB Viking, sangat penting. Beberapa media pendukung yang dipakai untuk promosi ini adalah sebagai berikut.

1. X-Banner

Untuk media x-banner, ukuran yang dipakai adalah 60 x 130 cm dengan bahan fronlite. X-banner nantinya akan diletakkan di tempat pendaftaran SSB Viking dan kegiatan-kegiatan lainnya.


(47)

35

Gambar IV.2.X-banner

Sumber: Dokumentasi pribadi 2. Spanduk

Media spanduk menggunakan ukuran 300 x 100 cm. Pemasangannya dilakukan di jalanan (seperti depan sekolah maupun tanah lapang) dan di depan sekretariat SSB Viking. Pembuatannya dibedakan berdasarkan tempat pemasangannya.

Gambar IV.3. Spanduk Sumber: Dokumentasi pribadi 3. Brosur

Ukuran brosur menggunakan kertas berukuran A4 (29,7 x 21 cm) dan menggunakan kertas art paper 80 gram. Brosurnya hanya akan dibagikan di tempat pendaftaran.


(48)

36

Gambar IV.4. Brosur tampak depan dan belakang Sumber: Dokumentasi pribadi

4. Flyer

Untuk flyer, ukuran yang dipakai menggunakan format A5 portrait (14,8 x 21 cm). Bahan yang dipakai sama seperti bahan untuk pembuatan brosur, yaitu kertas art paper 80 gram. Cara distribusinya sama dengan pembagian brosur.

Gambar IV.5.Flyer

Sumber: Dokumentasi pribadi 5. Leaflet

Ukuran leaflet sama seperti dengan ukuran brosur, yaitu menggunakan kertas berukuran A4 (29,7 x 21 cm) dan menggunakan kertas art paper 120 gram. Untuk pelipatannya dibagi menjadi tiga lipatan. Untuk


(49)

37 pembagian leaflet hanya akan dibagikan di tempat pendaftaran, apabila pendaftar diterima menjadi siswa SSB Viking.

Gambar IV.6.Leaflet

Sumber: Dokumentasi pribadi 6. Pin

Ukuran pin yang dipakai berbentuk lingkaran berdiameter 4 cm dan ukurannya dapat disesuaikan. Pin dicetak menggunakan digital printing dan terdiri dari dua variasi, yaitu warna biru dan putih. Pin diberikan sebagai merchandise ketika pendaftar diterima menjadi siswa SSB Viking.

Gambar IV.7. Pin Sumber: Dokumentasi pribadi 7. Billboard

Ukuran billboard yang digunakan disesuaikan, namun ukuran yang disarankan yaitu sebesar 4 x 6 meter dan dicetak menggunakan digital printing. Nantinya billboard akan dipasang di dekat sekretariat SSB Viking (Komplek Stadion Persib) dan dekat tempat latihan (Lapangan Lodaya).


(50)

38

Gambar IV.8. Contoh penggunaan billboard

Sumber: Dokumentasi pribadi 8. Stiker

Ukuran stiker yang dipakai yaitu sebesar 12 x 3 cm dan dicetak menggunakan digital printing. Stiker diberikan sebagai merchandise ketika pendaftar diterima menjadi siswa SSB Viking.

Gambar IV.9. Stiker Sumber: Dokumentasi pribadi 9. Kartu Iuran

Kartu iuran dicetak menggunakan kertas art paper 120 gram dan berukuran A5 portrait (14,8 x 21 cm). Kartu iuran diberikan setelah pendaftar diterima menjadi siswa SSB Viking.


(51)

39

Gambar IV.9. Kartu iuran Sumber: Dokumentasi pribadi 10. Iklan Koran

Untuk ukuran iklan koran akan disesuaikan dengan kolom surat kabar dan bahannya tetap menggunakan kertas koran. Pemuatan iklan koran ini dilakukan di surat kabar olah raga atau surat kabar lokal, seperti Inilah Koran, Galamedia, Tribun Jabar, Pikiran Rakyat, Top Skor, dan Tabloid BOLA.

Gambar IV.10. Contoh penggunaan iklan koran Sumber: Dokumentasi pribadi

11. Kartu Anggota

Kartu anggota dicetak menggunakan kertas art paper 120 gram dan berukuran 8,5 x 5,5 cm. Kartu anggota diberikan setelah pendaftar diterima menjadi siswa SSB Viking.


(52)

40

Gambar IV.11. Kartu anggota Sumber: Dokumentasi pribadi


(1)

Gambar IV.2. X-banner Sumber: Dokumentasi pribadi 2. Spanduk

Media spanduk menggunakan ukuran 300 x 100 cm. Pemasangannya dilakukan di jalanan (seperti depan sekolah maupun tanah lapang) dan di depan sekretariat SSB Viking. Pembuatannya dibedakan berdasarkan tempat pemasangannya.

Gambar IV.3. Spanduk Sumber: Dokumentasi pribadi 3. Brosur

Ukuran brosur menggunakan kertas berukuran A4 (29,7 x 21 cm) dan menggunakan kertas art paper 80 gram. Brosurnya hanya akan dibagikan di tempat pendaftaran.


(2)

Gambar IV.4. Brosur tampak depan dan belakang Sumber: Dokumentasi pribadi

4. Flyer

Untuk flyer, ukuran yang dipakai menggunakan format A5 portrait (14,8 x 21 cm). Bahan yang dipakai sama seperti bahan untuk pembuatan brosur, yaitu kertas art paper 80 gram. Cara distribusinya sama dengan pembagian brosur.

Gambar IV.5. Flyer Sumber: Dokumentasi pribadi 5. Leaflet

Ukuran leaflet sama seperti dengan ukuran brosur, yaitu menggunakan kertas berukuran A4 (29,7 x 21 cm) dan menggunakan kertas art paper 120 gram. Untuk pelipatannya dibagi menjadi tiga lipatan. Untuk


(3)

Gambar IV.6. Leaflet Sumber: Dokumentasi pribadi 6. Pin

Ukuran pin yang dipakai berbentuk lingkaran berdiameter 4 cm dan ukurannya dapat disesuaikan. Pin dicetak menggunakan digital printing dan terdiri dari dua variasi, yaitu warna biru dan putih. Pin diberikan sebagai merchandise ketika pendaftar diterima menjadi siswa SSB Viking.

Gambar IV.7. Pin Sumber: Dokumentasi pribadi

7. Billboard

Ukuran billboard yang digunakan disesuaikan, namun ukuran yang disarankan yaitu sebesar 4 x 6 meter dan dicetak menggunakan digital printing. Nantinya billboard akan dipasang di dekat sekretariat SSB Viking (Komplek Stadion Persib) dan dekat tempat latihan (Lapangan Lodaya).


(4)

Gambar IV.8. Contoh penggunaan billboard Sumber: Dokumentasi pribadi

8. Stiker

Ukuran stiker yang dipakai yaitu sebesar 12 x 3 cm dan dicetak menggunakan digital printing. Stiker diberikan sebagai merchandise ketika pendaftar diterima menjadi siswa SSB Viking.

Gambar IV.9. Stiker Sumber: Dokumentasi pribadi 9. Kartu Iuran

Kartu iuran dicetak menggunakan kertas art paper 120 gram dan berukuran A5 portrait (14,8 x 21 cm). Kartu iuran diberikan setelah pendaftar diterima menjadi siswa SSB Viking.


(5)

Gambar IV.9. Kartu iuran Sumber: Dokumentasi pribadi 10. Iklan Koran

Untuk ukuran iklan koran akan disesuaikan dengan kolom surat kabar dan bahannya tetap menggunakan kertas koran. Pemuatan iklan koran ini dilakukan di surat kabar olah raga atau surat kabar lokal, seperti Inilah Koran, Galamedia, Tribun Jabar, Pikiran Rakyat, Top Skor, dan Tabloid BOLA.

Gambar IV.10. Contoh penggunaan iklan koran Sumber: Dokumentasi pribadi

11. Kartu Anggota

Kartu anggota dicetak menggunakan kertas art paper 120 gram dan berukuran 8,5 x 5,5 cm. Kartu anggota diberikan setelah pendaftar diterima menjadi siswa SSB Viking.


(6)

Gambar IV.11. Kartu anggota Sumber: Dokumentasi pribadi