BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Transformasi atau perubahan dalam dunia pendidikan memerlukan waktu yang tidak pendek, disamping diperlukan anggaran yang cukup dan
petugas-petugas yang memerlukan. Namun demikian harus disadari bahwa dunia pendidikan khususnya dunia pengajaran di negara Indonesia masih
banyak terpengaruh oleh sistem lama yang ada sejak jaman penjajahan. Hal ini cukup sulit untuk dihilangkan begitu saja. Sifat-sifat tradisional dan
konservatif masih begitu dominan pada guru. Tradisional dalam arti melaksanakan proses belajar mengajar dengan usaha untuk memperbaiki
dengan kreasi yang baru, relatif masih kecil dilaksanakan. Konservatif dalam arti bertindak secara kolot menurut cara-cara lama yang kurang atau tidak
sesuai lagi dengan perubahan dan kemajuan jaman. Sampai saat ini, sifat tradisional dan konservatif sudah melekat dan mengakar sebagai karakteristik
mayoritas guru- guru di Indonesia. Padahal sifat-sifat ini bukanlah hal yang baik dan mendukung bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Sifat-sifat
semacam ini harus diubah dan diganti, karena sifat tersebut tidak menuntut siswa untuk mengoptimalkan dan berperan aktif pada proses belajarnya. Hal
ini juga menuntut guru untuk berperan aktif dalam mengoptimalkan kadar keaktifan anak didiknya dalam proses belajar mengajar.
Pendidikan modern sekarang ini berusaha untuk menciptakan proses belajar mengajar yang berlangsung secara wajar dan dinamis, dimana siswa
1
atau anak didik tidak hanya difungsikan sebagai objek semata, melainkan mereka juga berfungsi sebagai subyek. Dalam hal ini, tidak dikehendaki
proses belajar mengajar yang berlangsung secara formal belaka, tanpa dihayati makna dan kebutuhan yang diperlukan, melainkan kedua belah pihak baik
guru maupun siswa harus aktif didalamnya, sehingga terjadi interaksi dan partisipasi yang aktif. Apabila proses belajar mengajar tersebut dapat berjalan
dengan baik maka akan dapat manunjang keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Ibu listiyanti guru matematika SMP N 3 Ngadirojo
Rendahnya prestasi belajar matematika siswa SMP di Indonesia mungkin saja disebabkan karena guru salah dalam menerapkan pendekatan pembelajaran
yang sesuai dengan anak didik dan materi yang sedang diajarkan. Selain itu, mungkin juga dapat dipengaruhi oleh rendahnya minat siswa terhadap materi
pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru tersebut. Matematika merupakan suatu materi pelajaran yang membutuhkan
pemikiran logis dan sistematis untuk memahami dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang terkait dengan matematika. Salah satu materi yang
dirasa cukup sulit, meskipun materi ini telah disampaikan secara sistematis. Kesulitan inilah yang nantinya akan menyebabkan siswa melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terkait dengan materi. Mengajar matematika memang tidak mudah, diperlukan metode yang
tepat. metode konvensional dirasa sudah tidak cocok lagi dipakai untuk mengajar matematika. Karena pada matematika di perlukan proses pemikiran
yang bersifat induktif. Memahami materi ini akan lebih mudah jika kita
memahami hal-hal yang bersifat khusus ke hal-hal yang bersifat umum. Sehingga pendekatan secara induktif dirasa lebih cocok untuk mengajar
matematika. Pendekatan induktif mengajarkan dan membimbing siswa untuk
mengenal dan memahami hal-hal yang bersifat khusus tentang materi matematika., yang kemudian akan membimbing siswa untuk memahami hal-
hal umum mengenai materi matematika. Secara umum proses belajar dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan
diantaranya dengan keikutsertaan siswa dalam aneka ragam kegiatan belajar mengajar dan peningkatan keterlibatan mental siswa dalam proses belajar
mengajar. Pada gilirannya, keterlibatan mental yang optimal ini sekaligus berarti peningkatan motivasi yang optimal pula dipihak siswa untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba sendiri.
Dengan bertumpu pada usaha terciptanya proses belajar mengajar yang wajar dan dinamis, proses ini akan tampak ketika guru sadar akan pribadi anak
didik dengan segala hak dan kewajiban serta kemampuannya. Selain itu, guru harus aktif dalam memberi pelajaran sedangkan anak didik secara kritis dan
kreatif memandang realitas yang dihadapi serta menemukan bagaimana cara berpartisipasi didalamnya.
Partisipasi dalam proses belajar mengajar menunjuk pada keaktifan mental meskipun untuk mencapai maksud ini dalam banyak hal dipersyaratkan
keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. Penggunaan
keaktifan mental merupakan partisipasi siswa yang mungkin tidak dapat diamati sebagai suatu partisipasi aktif. Mungkin siswa yang bersangkutan
hanya diam, padahal ia sedang mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah. Kemampuan untuk memecahkan masalah baru
dapat diamati apabila siswa itu telah bertindak. Padahal tindakan yang dapat diamati merupakan hasil dari upaya keaktifan sebelumnya, bahkan mungkin
tindakan tersebut tidak lagi merupakan bagian penting dalam pemecahan masalah.
Untuk membangkitkan partisipasi siswa dalam berbagai kegiatan belajar secara aktif sehingga meningkatkan keterlibatan mental siswa yang
optinal dalam proses belajar mengajar salah satunya adalah dengan pemberian reinforcement atau penguatan. Reinforcement atau penguatan adalah segala
bentuk respon, baik yang bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa.
Pemberian reinforcement ini bertujuan untuk memberikan ketegasan atau penguatan atas perbuatan siswa sebagai suatu dorongan agar siswa lebih aktif
berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian tentang pendekatan induktif disertai pemberian reinforcement pada pembelajaran matematika ditinjau dari tingkat partisipasi siswa dalam proses
balajar mengajar.
B. Identifikasi Masalah