Diagnosis Ekstraksi Tinjauan Pustaka 1. Diabetes melitus

12 dalam aliran darah untuk menurunkan kadar glukosa darah kembali Jorgens, dkk., 1994. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat Suyono, 2005.

5. Diagnosis

Diagnosis klinis diabetes mellitus umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas diabetes melitus berupa poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritis vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu • 200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa • 126 mgdl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan dianosis DM. Oleh karena itu, pasien perlu pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa • 126 mgdl, kadar glukosa darah sewaktu • 200 mgdl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral TTGO didapat kadar glukosa darah pasca pembebanan • 200 mgdl Soegondo, dkk., 2005.

6. Simplisia

13

a. Pengertian simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu ; pertama, simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang spontan dikeluarkan dari sel murni; kedua, simplisia hewani atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat-zat kimia murni dan ketiga adalah simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari bumi, baik telah diolah atau belum, tidak berupa zat kimia murni Anonim, 1985.

b. Pengeringan simplisia

Proses pengeringan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar air, dengan demikian dapat dicegah terjadinya reaksi enzimatik atau pertumbuhan bakteri dan cendawan sehingga penurunan mutu dapat dicegah, selain itu mudah dihaluskan dan mudah dalam penyimpanan. Pengeringan bagian-bagian tanaman atau tanaman sendiri yang telah dipanen dan dibersihkan, dapat dilakukan secara langsung di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam atau diangin-anginkan di tempat yang teduh ataupun dipanaskan pada suhu tertentu di ruang pengeringan. Suhu pengeringan tergantung pada bahan simplisia dan cara pengeringan. Suhu yang terbaik tidak melebihi 60 C Anonim, 1985.

7. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut. Bahan 14 mentah obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan atau dikeringkan Ansel, 1989. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Kriteria cairan penyari haruslah memenuhi syarat antara lain murah dan mudah didapat, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak menguap dan mudah terbakar, selektif yaitu menarik zat yang berkhasiat Anonim b , 1995. Metode dasar penyarian yang dapat digunakan adalah infundasi, maserasi, perkolasi, penyarian dengan soxhlet. Pemilihan terhadap metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik. Pemilihan terhadap metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik Ansel, 1989. Dalam penyarian sokhletasi, bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantung ekstraksi kertas, karton dan sebagainya di bagian dalam alat ekstraksi dan gelas yang bekerja kontinyu perkolator. Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan diantara labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik memalui pipet, berkondensasi di dalamnya, menetes di atas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke dalam labu. Dengan demikian, zat yang terekstraksi terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni berikutnya Voigt, 1995. 15 Kelebihan sokhletasi adalah bahan pelarut yang digunakan dalam jumlah kecil dan penyari selalu baru artinya suplai bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung secara terus menerus. Kekurangan cara sokhletasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama sehingga kebutuhan energinya tinggi Voigt, 1995.

8. Tanaman a. Sistematika tanaman

Dokumen yang terkait

UJI PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH INFUSA HERBA DAUN SENDOK (Plantago mayor L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA.

1 2 84

UJI PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK ETANOL HERBA DAUN SENDOK (Plantago mayor L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA.

0 2 26

UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK HEKSANA DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA.

0 1 19

UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK HEKSANA HERBA DAUN SENDOK (Plantago mayor L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA.

0 1 19

UJI EFEK INFUSA DAUN SENDOK (Plantago major L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH KELINCI JANTAN.

0 0 15

UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK HEKSANA HERBA DAUN SENDOK (Plantago mayor L.) PADA UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK HEKSANA HERBA DAUN SENDOK (Plantago mayor L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA.

1 3 14

UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAKHEKSANA DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK HEKSANA DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA.

0 2 7

PENDAHULUAN UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK HEKSANA DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA.

0 2 18

DAFTAR ISI UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK HEKSANA DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA.

0 1 8

PENDAHULUAN UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH(Averrhoa bilimbi L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA.

0 1 16