Faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi dan tingkat kepuasan ukm terhadap kbmt. kasus: koperasi baitul maal wattamwil (kbmt) wasilah kota Bogor

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PARTISIPASI DAN
TINGKAT KEPUASAN UMK TERHADAP KBMT
Kasus: Koperasi Baitul Maal Wattamwil (KBMT) Wasilah Kota Bogor

INTANIA CAHYA SARI

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan skripsi berjudul Faktor-faktor yang
Memengaruhi Partisipasi dan Tingkat Kepuasan UMK (Usaha Mikro Kecil)
Terhadap KBMT Wasilah adalah benar karya saya denga arahan dari komisi
pembimbing dan belum dianjurkan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Intania Cahya Sari
NIM H54100044

ABSTRAK
INTANIA CAHYA SARI. Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi dan
Tingkat Kepuasan UKM terhadap KBMT. Kasus: Koperasi Baitul Maal
Wattamwil (KBMT) Wasilah Kota Bogor. Dibimbing oleh YETI LIS
PURNAMADEWI dan RANTI WILIASIH.
Koperasi syariah merupakan soko guru perekonomian Indonesia yang
dapat dijadikan alternatif sumber pembiayaan bagi UMK dimana salah satu
permasalahan UMK adalah permodalan. Koperasi aktif Kota Bogor mengalami
peningkatan dari 225 unit pada tahun 2010 menjadi 301 unit pada tahun 2014,
namun di sisi lain terjadi penurunan jumlah unit usaha mikro dan kecil dari 911
unit pada tahun 2010 menurun menjadi 682 unit pada tahun 2013. Dengan
demikian, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi partisipasi dan tingkat kepuasan UMK terhadap pembiayaan KBMT

Wasilah Kota Bogor. Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang dikumpulkan dari responden UMK anggota KBMT yang dipilih
secara puposive, sementara metode analisis yang digunakan adalah metode regresi
logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi UMK dan
metode Importance Performance Analysis untuk menganalisis persepsi dan
tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan pembiayaan KBMT Wasilah. Hasil
penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi anggota
terhadap layanan pembiayaan adalah lama usaha, total aset, jumlah anggota, dan
umur anggota yang berhubungan positif kecuali umur anggota. Sebagian besar
atribut pelayanan yang dianggap penting oleh anggota dinilai anggota sudah
memiliki kinerja yang baik sesuai harapannya dan atribut pelayanan KBMT yang
dianggap penting tetapi masih harus ditingkatkan kinerjanya adalah tingkat
keterampilan petugas dalam meyakinkan anggota untuk tidak melakukan
kesalahan dalam transaksi dan tingkat kecepatan petugas dalam menanggapi
keluhan anggota.
Kata kunci:, KBMT, UMK, partisipasi, tingkat kepuasan pelayanan, regresi
logistik dan Importance Performance Analysis

ABSTRACT
INTANIA CAHYA SARI. Factors Affecting SMEs’ Participation and

Satisfaction of KBMT Wasilah Bogor. Case Study: Koperasi Baitul Maal
Wattamwil (KBMT) Wasilah Bogor. Supervised by YETI LIS PURNAMADEWI
and RANTI WILIASIH.
Sharia cooperation is a cornerstone of Indonesia’s economy, which can be
used as an alternative source of financing for SMEs whose problem is the capital.
Active cooperation in Bogor has increased from 225 units in 2010 to 301 units in
2014, but on the other hand there is a reduction of the number of micro and small
units from 911 units in 2010 to 682 units in 2013. In that case, this study aims to
analyze the factors that affect participation and the level on satisfaction of the
financing MSEs KBMT Wasilah Bogor. The main data used in this research is the

primary data collected from SMEs which are members of KBMT that are elected
purposively, while the method of analysis used logistic regression to determine
the factors that influence the participation of SMEs and Importance Performance
Analysis to analyze the perceptions and members’ satisfaction levels of the
KBMT Wasilah’s finance services. The results showed that the factors influencing
the members’ participation of the financial services business are period of
business, total assets, number of members, and members’ age. All factors have
positive relation expect for age members. Most of the service attributes which are
considered important and rated by members already have a good performance in

accordance with expectation and KBMT service attributes that are considered
important but still need to be not make a mistake in the transaction and the rate of
staff in responsing complaints from members.
Keywords : logistic regression, Importance Performance Analysis, KBMT,
MSE, participation, and satisfaction levels of service,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PARTISIPASI
DAN TINGKAT KEPUASAN UMK TERHADAP KBMT
Kasus: Koperasi Baitul Maal Wattamwil (KBMT) Wasilah Kota
Bogor

INTANIA CAHYA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
Program Studi Ekonomi Syariah


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala kerunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktorfaktor yang Memengaruhi Partisipasi dan Tingkat Kepuasan UMK Terhadap
KBMT Wasilah”. Studi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Yeti Lis Purnamadewi M.Sc,Agr
dan Ranti Wiliasih S.P,M.Si selaku dosen pembimbing atas arahan dan
bimbingannya dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Dr Irfan
Syauqi Beik, M.Ec selaku dosen penguji utama dan Deni Lubis, MA selaku
komisi akademik. Ungkapan terima kasih kepada Bapak (Nana Supriatna), Ibu
(Rusnawati), adik-adik (Fajar dan Nadya), atas segala doa, dukungan, dan kasih
sayangnya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada para responden yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini, dosen-dosen Ekonomi Syariah atas

bimbingannya selama ini, kepada teman-teman sebimbingan Fakhri, Chyntia,
Shintia, Vina, Ema, Ria, Vina dan teman-teman Ekonomi Syariah 47. Terakhir
penulis sampaikan juga terimakasih kepada semua pengurus KBMT Wasilah,
terutama pada Pak Rony dan Pak Andri yang sudah mengizinkan melakukan
penelitian dan Pak Jeny yang sudah mengantar dalam turun lapang. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014
Intania Cahya Sari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

3

Tujuan Penelitan

4

Manfaat Penelitian


4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

5

Lembaga Keuangan Koperasi Syariah

5

Produk Pembiayaan Syariah

5

Usaha Mikro Kecil (UMK)


8

Landasan Teori

8

Penelitian Terdahulu

11

Kerangka Pemikiran

12

METODE PENELITIAN

13

Lokasi dan Waktu Penelitian


13

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

13

Metode Penentuan Sampling

14

Metode Pengolahan dan Analisis Data

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

17

Kinerja dan Gambaran Umum KBMT


17

Kinerja dan Kondisi Usaha Mikro Kecil (UMK)

19

Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi UMK Terhadap Layanan
Pembiyaan KBMT Wasilah

23

Persepsi dan Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan KBMT Wasilah

25

SIMPULAN DAN SARAN

29

Simpulan

29

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN

33

RIWAYAT HIDUP

48

DAFTAR TABEL
1 Perkembangan pangsa pasar usaha mikro, kecil, menengah dan besar tahun
2008-2012
1
2 Realisasi kinerja koperasi Kota Bogor Tahun 2010-2014
3
3 Jumlah perusahaan perdagangan dan nilai investasi tahun 2011-2012
4
4 Kriteria Usaha Mikro Kecil (UMK)
8
5 Jumlah anggota KBMT berdasarkan sektor usaha 2014
14
6 Perkembangan penyaluran pembiayaan, jumlah rekening, rata-rata kepemilikan
rekening, keaggotaan, sisa hasil usaha KBMT Wasilah tahun 2009-2012
18
7 Statistik deskriptif karakteristik UMK anggota KBMT
19
8 Jenis usaha UMK anggota KBMT
20
9 Lama usaha UMK anggota KBMT
21
10 Nilai rata-rata omset usaha UMK anggota KBMT
21
11 Kondisi UMK anggota KBMT setelah berpartisipasi terhadap layanan
pembiayaan
22
12 Alasan anggota memilih meminjam kepada KBMT Wasilah (%)
22
13 Peruntukan dana pembiayaan untuk UMK (juta rupiah)
22
14 Hasil pendugaan parameter logit
23
15 Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat partisipasi UMK terhadap layanan
pembiayaan KBMT Wasilah
24

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Strategi pemasaran Koperasi Syariah
Kerangka pemikiran
Matriks kepentingan kinerja
Akad Pembiayaan
Diagram kartesius IPA anggota KBMT

10
13
16
23
25

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Data Olahan Regresi Logistik
33
2 Skor Kepentingan dan Kinerja
35
3 Kuisoner Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi UMK Terhadap KBMT
Wasilah Kota Bogor
37
4 Kuisioner Importance Performance Analysis
44
5 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Menurut Provinsi di Indonesia Pada
Tahun 2013
45
6 Jumlah unit industri kecil menengah dan besar di Jawa Barat 2012
45

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Mikro Kecil (UMK) mempunyai peranan yang sangat penting bagi
pertumbuhan perekonomian, terutama di negara sedang berkembang seperti
Indonesia, sebagai sumber pertumbuhan kesempatan kerja dan pendapatan. Fakta
menunjukkan bahwa unit usaha dan kesempatan kerja yang diciptakan oleh UMK
lebih banyak dibandingkan dengan usaha menengah maupun besar.
Menurut data Kementrian Koperasi dan UKM tahun 2013 pada Tabel 1,
UMK telah menjadi pelaku mayoritas dibidang usaha mencapai 99.90% pangsa
pasar, kemudian tenaga kerja yang dihasilkan UMK juga besar mencapai sekitar
94.21% pada tahun 2012. Oleh karena itu UMK sangat diharapkan untuk bisa
terus berperan optimal dalam upaya mengurangi pengangguran, karena
mempunyai peran yang sangat strategis dalam membantu upaya pemerintah untuk
mengurangi kemiskinan.
Tabel 1 Perkembangan pangsa pasar usaha mikro, kecil, menengah dan besar tahun
2008-2012
Indikator
2008 (%)
2009 (%)
1. Unit usaha a+b
-usaha mikro (a)
98.90
98.88
-usaha kecil (b)
1.02
1.04
*UMK (a+b)
99.92
99.92
-usaha menengah
0.08
0.08
-usaha besar
0.01
0.01
2. Tenaga kerja c+d
-usaha mikro
90.73
90.97
-usaha kecil
3.64
3.56
*UMK
94.43
94.53
-usaha menengah
2.78
2.74
-usaha besar
2.85
2.72
3. PDB harga
konstan
-usaha mikro
32.82
8.19
-usaha kecil
10.87
18.90
*UMK
43.69
27.09
-usaha menengah
14.66
22.30
-usaha besar
41.65
50.61
4. Ekspor non migas
-usaha mikro
8.43
8.19
-usaha kecil
19.14
18.90
*UMK
27.57
27.09
-usaha menengah
22.30
22.30
-usaha besar
50.13
50.61
Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM 2013

2010 (%)

2011 (%)

2012 (%)

98.86
1.05
99.91
0.08
0.01

98.79
1.11

98.79
1.11

99.90

99.90

0.09
0.01

0.0 9
0.01

90.83
3.73
94.56
2.71
2.73

90.77
3.79

90.12
4.09

94.56

94.21

2.72
2.76

2.94
2.84

8.26
18.36
26.62
21.72
51.66

7.97
17.84

7.66
17.95

25.81

25.61

23.30
50.89

25.84
48.55

8.26
18.36
26.62
21.72
51.66

1.51
3.45
4.96
11.48
83.56

1.29
2.74
4.03
10.03
85.94

Walaupun UMK telah menjadi pelaku mayoritas dalam unit usaha dan
penyerapan tenaga kerja, namun dalam sumbangannya terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB), pangsa pasar UMK tidak terlalu besar dan cenderung menurun
setiap tahunnya. Pada Tabel 1, menyatakan bahwa PDB yang dihasilkan UMK

2
tahun 2008 adalah 43.69%, menurun menjadi 25.61% pada tahun 2012. Dalam
ekspor pun pangsanya jauh lebih rendah yaitu pada tahun 2008 hanya 27.57%
menurun menjadi 4.03% pada tahun 2012 (Kementrian Koperasi dan UKM 2013).
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan berarti apa-apa bagi kesejahteraan
masyarakat tanpa adanya pemerataan yang adil bagi masyarakat (Damanhuri
2010)
Terlepas dari itu semua, UMK memiliki beberapa permasalahan,
diantaranya permasalahan dari aspek pemasaran, aspek menejemen, aspek teknis
dan aspek keuangan. Keempat permasalahan tersebut sering dihadapi oleh usaha
mikro, karena usaha mikro hampir tidak memiliki akses yang luas terhadap
sumber permodalan. Kebutuhan akan permodalan tidak dapat dipenuhi oleh
lembaga keuangan modern seperti perbankan, karena pengusaha kecil tidak dapat
menerima prosedur yang telah ditetapkan oleh perbankan, (Ridwan 2011).
Besarnya jumlah unit usaha mikro dapat dijadikan sebagai prioritas utama
dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam hal ini, PINBUK berpartisipasi
dengan strategi menumbuhkembangkan kelembagaan swadaya masyarakat
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dapat menjangkau dan melayani lebih
banyak unit usaha mereka yang tidak mungkin dijangkau langsung oleh lembaga
keuangan dan perbankan umum (Redaksi 2013).
Jawa Barat merupakan provinsi yang mempunyai UMK terbesar ketiga di
Indonesia setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu sebanyak 810 263 unit
usaha, BPS 2013 (Lampiran 5). Berdasarkan sisi perekonomian secara makro,
Jawa Barat memiliki kontribusi terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata
sebesar 7.33% berdasarkan harga konstan 1993 dalam periode prakrisis tahun
1993-1997, lebih besar dari tingkat pertumbuhan nasional rata-rata sebesar 7%
(Nugrahadi dan Siregar 2010).
Kota Bogor merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri,
perdagangan, transportasi, komunikasi dan pariwisata. Selain itu kota Bogor terus
mengalami kemajuan, memposisikan sektor perdagangan menjadi salah satu
sektor ekonomi andalan mempunyai unit usaha formal sebanyak 8 227 unit yang
dapat menyerap tenaga kerja terbanyak diantara Provinsi yang ada di Jawa Barat
yaitu sebesar 268 543 unit yang dapat menghasilkan investasi usaha sebanyak
23 266 318.37 juta, BPS 2012 (Lampiran 6).
Pada pasal 33 ayat 1 Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa
perekonomian Indonesia di susun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan, maka tidaklah heran muncul lembaga-lembaga yang turut
membantu pemerintahan dalam pengembangan perekonomian Indonesia (Buchori
2012). Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha
bersama orang-orang yang mempunyai kemampuan terbatas, (Subandi 2009).
Untuk itu peranan masyarakat maupun lembaga masyarakat harus tetap dilibatkan.
Lembaga KBMT yang memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat dengan
falsafah yang sama yaitu dari anggota untuk anggota maka berdasarkan Undangundang RI no 25 tahun 1992 tersebut berhak menggunakan badan hukum koperasi.
Letak perbedaannya dengan koperasi konvensional salah satunya yaitu pada teknis
operasionalnya, koperasi syariah mengaramkan bunga dan mengusung etika moral
dengan melihat kaidah-kaidah halal dan haram dalam melakukan usahanya
(Buchori 2012).

3
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat an-Nissa’: 29 “Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku dengan suka
sama suka (dengan penuh keridhaan) diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
Banyak faktor yang memengaruhi partisipasi UMK terhadap lembaga
koperasi syariah. Menurut Pristiyanto, bintoro dan soekarno (2013), terdapat lima
prioritas strategi secara berurut yaitu, (1) peningkatan mutu layanan dan
pengelolaan sesuai syariah; (2) meningkatakan pencitraan koperasi melalui
peningkatan pengawasan internal dan akuntabilitas laporan keuangan; (3)
meningkatkan mutu SDM yang handal dan tangguh; (4) menjalin hubungan
baik/kemitraan dengan lembaga keuangan/donor; (5) optimalisasi pelayanan dan
pembinaan/pendampingan usaha anggota untuk memotivasi loyalitas dan minat
menabung anggota. Maka dari itu penelitian ini ingin menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi partisipasi dan tingkat kepuasan UMK terhadap KBMT.
Rumusan Masalah
Kendala yang sering terkemuka dalam setiap permasalahan UMK adalah
lemahnya dalam bidang permodalan. Usaha mikro maupun kecil hampir tidak
memiliki akses yang luas terhadap sumber permodalan sehingga tidak dapat
dipenuhi oleh lembaga keuangan modern, karena usaha mikro dan kecil tidak
dapat memenuhi prosedur yang telah ditetapnya. Oleh karenanya pelayanan kredit
yang ideal harus mencerminkan prinsip sosial dan ekonomi yang ditunjukan
dengan adanya kepedulian lembaga tersebut dengan masyarakat dilingkungannya.
Kehadiran BMT (Baitul Maal Wattamwil), sebagai salah satu alternatif
baru dalam dunia pemberdayaan masyarakat melalui sistem simpan pinjam
syariah dimaksudkan untuk menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa
keuangan. Dari segi namanya Baitul Maal berarti lembaga sosial seperti BAZIS
(Badan Amil Zakat) sedangkan Baitul Tamwil berarti lembaga bisnis. Oleh
karenanya BMT secara nama telah melekat dua ciri sosial dan bisnis (Ridwan
2011).
Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa Realisasi Kinerja Koperasi termasuk
didalamnya KBMT Kota Bogor, semakin bertambah dari tahun ke tahunnya.
Jumlah Koperasi dan KBMT aktif pada tahun 2010 terdapat 225 unit meningkat
menjadi 301 unit pada tahun 2014 (Dinas Koperasi dan UMK Kota Bogor 2014).
Tabel 2 Realisasi kinerja koperasi Kota Bogor Tahun 2010-2014
Indikator

Realisasi Kinerja
2010
2011
2012
Jumlah Koperasi
756
766
774
Jumlah Koperasi Aktif
255
274
287
Sumber: Dinas Koperasi dan UMK Kota Bogor 2014

2013
778
301

Akan tetapi pada kenyataannya, walaupun jumlah Koperasi dan KBMT
aktif mengalami peningkatan setiap tahunnya, terjadi penurunan dalam unit UMK
pada tahun 2010-2012 di Kota Bogor. Menurut data BPS tahun 2013 pada Tabel 3
terjadi penurunan drastis dari jumlah unit UMK, yaitu pada tahun 2010 terdapat
911 unit menurun menjadi 286 unit pada tahun 2012 (BPS Kota Bogor 2013).

4
Tabel 3 Jumlah perusahaan perdagangan dan nilai investasi tahun 2011-2012
Indikator
Usaha mikro
Usaha kecil
Jumlah

2010
675
316
911

Jumlah perusahaan
2011
2012
150
192
213
94
363
286

2013
377
305
682

Sumber : BPS Kota Bogor 2014

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini mengambil kasus
KBMT Wasilah di Kota Bogor. Skripsi ini akan menjawab beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja KBMT Wasilah terhadap pelayanan pembiayaan UMK?
2. Faktor apa saja yang memengaruhi partisipasi UMK terhadap layanan
keuangan pembiayaan KBMT Wasilah?
3. Bagaimana persepsi dan tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan KBMT
Wasilah
Tujuan Penelitan
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari kinerja KBMT dan kondisi UMK
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi UMK terhadap
layanan pembiayaan KBMT Wasilah
3. Menganalisis persepsi dan tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan
KBMT Wasilah
Manfaat Penelitian
1.

2.
3.
4.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
Dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan keilmuan dan
dapat digunakan sebagai masukan dan referensi bagi pihak-pihak yang
melakukan penelitian serupa.
Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis memperoleh
ilmu pengetahuan dan pengalaman baru mengenai KBMT dan UMK.
Sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca.
Sebagai masukan dan tambahan serta bahan pertimbangan dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh KBMT untuk memberikan pembiayaan
terhadap UMK.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi
permasalahan dalam melakukan analisis. Batasan penelitian ini yaitu:
1. Lembaga yang diteliti adalah KBMT Wasilah yang terletak di Jl. Perintis
Kemerdekaan no. 18, Kota Bogor.
2. Unit sampel terdiri dari anggota KBMT yang aktif dan tidak aktif terhadap
layanan pembiayaan.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Lembaga Keuangan Koperasi Syariah
Secara umum prinsip operasional Koperasi adalah membantu kesejahteraan
para anggota dalam bentuk gotong royong dan tentunya prinsip tersebut tidaklah
menyimpang dati sudut pandang syariah yaitu prinsip gotong royong (ta’awun ala
birri) dan bersifat kolektif (berjamaah) dalam membangun kemandirian hidup.
Melalui hal inilah, perlu adanya proses internalisasi terhadap pola pemikiran dan
tata cara pengelolaan, produk-produk dan hukum yang diberlakukan harus sesuai
syariah. Dengan kata lain Koperasi syariah merupakan Konversi dari Koperasi
Konvensional melalui pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan
peneladanan ekonomi yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya, (Buchori
2012).
Koperasi syariah mulai dikenal oleh masyarakat pada saat maraknya
pertumbuhan BMT di masyarakat, karena BMT menggunakan badan hukum yang
sama seperti Koperasi pada umumnya yang berasaskan pada kekeluargaan. BMT
merupakan singkatan dari Baitul Mal wa Tamwil, secara harfiah dapat dibagi
menjadi dua pengertian, yaitu baitul mal artinya rumah dana dan baitul tamwil
artinya rumah usaha. Pengertian baitul Mal wa Tamwil secara harfiah dibagi
menjadi dua bagian, yaitu baitul mal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti
rumah usaha. Dari pengertian secara harfiah dapat makna secara menyeluruh yaitu
bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang berperan secara sosial, (Ridwan
2011).
Peran BMT secara sosial akan terlihat pada definisi baitul maal,
sedangkan peran BMT secara bisnis terlihat pada baitul tamwil. Sebagai lembaga
sosial, baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan lembaga LAZ,
fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infak,
sedekah, wakaf, dan sumber dana-dana sosial lainnya.
Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada
sektor keuangan, yakni simpan pinjam. Usaha ini menyesuaikan dengan peranan
perbankan yakni penghimpunan dana anggota dan calon anggota (nasabah) serta
menyalurkan kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Misi BMT
adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur
masyarakat madani yang adil berkemakmuran dan berkeadilan yang berlandaskan
asas syariah dan ridho Allah SWT.

Produk Pembiayaan Syariah
Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Jual Beli
Pembiayaan jual beli dalam koperasi syariah memiliki beragam jenis yang
dapat dilakukan antara lain seperti (Buchori 2012):
1. Bai’ Al Murabahah
Definisi Fiqih adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual
menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan termasuk harga
pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnta
laba/keuntungan dalam jumlah tertentu. Definisi menurut koperasi syariah

6
adalah akad jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan
margin keuntungan yang disepakati.
2. Bai’ As Salam
Definisi Salam menurut bahasa adalah Salaf (pendahuluan) sementara
menurut istilah adalah penjualan suatu barang dengan pesanan yang
disebutkan sifat-sifatnya sebagai persyaratan jual beli dan barang tersebut
masih dalam tanggungan penjual, dimana syarat-syarat tersebut diantaranya
adalah mendahulukan pembayaran pada waktu akad disepakati. Definisi
menurut teknis koperasi syariah adalah akad jual beli barang (komoditi)
dengan pesanan dimana harga dibayar terlebih dahulu (pada saat akad
disepakati), sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka
waktu yang disepakati.
3. Bai’ Al Istisna
Definisi Istishna menurut bahasa adalah minta dibuatkan sementara
menurut istilah adalah akad jual beli dimana Shanni (produsen) ditugaskan
untuk membuat suatu barang (pesanan) oleh Mustahni (pemesan). Definisi
menurut teknis koperasi syariah Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pesanan (pembeli, Mustashni) dan penjual (pembuat, Shanni).
Pembayaran istishna dapat dilakukan dengan atau tanpa uang muka.
Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Kerjasama/Investasi
Kerjasama dapat dilakukan dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
Dalam penyaluran dana dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah, koperasi
syariah bertindak selaku pemilik dana (Shahibul Maal) sedangkan pengguna dana
adalah pengusaha (Mudharib) kerjasama yang dapat dilakukan untuk mendanai
sebuah usaha yang dinyatakan layak untuk didanai (Buchori 2012).
1. Mudharabah
Definisi secara fiqih Mudharabah disebut juga Muqaradhah yang berarti
bepergian untuk urusan dagang. Secara muamalah berarti pemilik modal
(Shahibul Maal) menyerahkan modalnya kepada pekerja/pedagang/pelaku
usaha (Mudharib) untuk diputar sebagai usaha, sedangkan keuntungan usaha
itu dibagi menurut kesepakatan bersama. Definisi koperasi syariah dari akad
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara koperasi syariah selaku pemili
dana (Shahibul Maal) dengan anggotanya yang bertindak sebagai pengelola
usaha (Mudharib) yang produktif dan halal.
2. Musyarakah
Definisi secara fiqih Musyarakah berasal dari kata Syirkah yang berarti
percampuran. Menurut istilah fiqih musyarakah berarti akad antara orang-orang
yang berserikat dalam hal modal dan keuntungan. Definisi di koperasi syariah
dari akad Musyarakah adalah bentuk kerjasama antara koperasi syariah dengan
anggotanya. Baik koperasi syariah dengan maupun anggotanya masing-masing
menyetorkan sebagaian modal usaha.
Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Jasa
Penyaluran dana koperasi syariah disamping produk jual beli dan
kerjasama, koperasi syariah juga dapat melakukan pembiayaan dalam bentuk
multi jasa antara lain (Buchori 2012):

7
1. Al Ijarah (sewa)
Definisi secara Fiqih Ijarah adalah akad pemindahan hal guna (manfaat).
Definisi dalam koperasi jasa Al Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
2. Ijarah Muntahiya Bittamlik
Definisi secara Fiqih adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah,
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Pada dasarnya
Ijarah Muntahiya Bittamlik dengan Ijarah biasa memiliki kesamaan yaitu
objek sewa barang. Perbedaannya hanya pada akhir sewa. Pada akad Ijarah
biasa barang yang disewakan sewa tetap menjadi milik koperasi syariah,
sementara pada akad Ijarah Muntahiya Bittamlik pada akhir sewa barang
diberikan kepada penyewa yang dinyatakan diawal sewa.
Produk Kebajikan
1. Al Qardh
Definisi secara Fiqih Qard atau disebut Iqrad secara etimologi berarti
pinjaman. Secara terminology muamalah (ta’rif) adalah meminjam sesuatu
yang harus dikembalikan dengan mengganti yang sama. Koperasi syariah
memberikan fasilitas pinjaman darurat (emergency loan) kepada anggotanya
yang membutuhkan tanpa disertai imbalan dengan kewajiban anggota
mengembalikan pokok pinjaman sekaligus atau dicicil dalam jangka waktu
tertentu. Sumber dana Qard berasal dari dana dalam koperasi syariah atau laba
yang disisihkan.
2. Al Qardhul Hasan
Definisi Al Qardhul Hasan secara operasionalnya sama dengan Al Qard
atau disebut dengan iqrad yang didasarkan pada perbuatan saling tolong
menolong. Yang membedakan adalah sumber dananya, pada Al Qardul Hasan
sumber dana dipinjamkan bersumber dari dana ZIS, sementara Qard bersumber
dari dana modal koperasi syariah atau laba yang disisihkan.
Produk Pelengkap Koperasi Syariah
1. Jasa Wadi’ah (Titipan)
Definisi secara fiqih, Wadi’ah berarti titipan, secara terminologi menurut
Hanafiyah berarti memberikan wewenang kepada orang lain untuk menjaga
hartanya. Sedangkan menurut Syafi’iyah berarti mewakilkan orang lain untuk
memelihara harta tertentu dengan cara tertentu. Jasa Wadi’ah dalam koperasi
syariah dalam bentuk penyediaan jasa penitipan barang dalam bentuk deposit
box seperti locker karyawan atau penitipan sepeda motor, mobil dan barang
lainnya.
2. Hawalah Bil Ujroh (Anjak Piutang)
Pembiayaan ini timbul karena adanya peralihan kewajiban dari seseornag
anggota terhadap pihak lain dan dialihkan kewajibannya tersebut kepada
koperasi syariah. Contoh anggota yang memiliki utang usaha kepada pihak
lain dan pihak koperasi menyelesaikan kewajiban anggota tersebut dan
mengalihkan utang usaha anggota kepada koperasi.

8
3. Jasa Rahn (Gadai)
Rahn secara bahasa memiliki arti menahan, secara istilah adalah menahan
sesuatu barang yang disebabkan adanya transaksi muamalah yang tidak secara
tunai. Rahn (Gadai) timbul karena adanya kebutuhan keuangan yang mendesak
dari para anggotanya dan koperasi syariah dapat memenuhinya dengan cara
barang milik anggota dikuasai oleh koperasi dengan kesepakatan bersama.
4. Jasa Wakalah (Perwakilan)
Al Wakalah bermakna at tafwidh atau penyerahan, pendelegasian
pemberian mandat, yaitu pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang
lain dalam hal yang diwakilkan. Definisi menurut koperasi syariah adalah
penyerahan, pendelegasianatau pemberian mandat dari anggota kepada
koperasi syariah atau sebaliknya dari anggota ke koperasi syariah denga
ataupun tanpa imbalan.
5. Kafalah (Penjaminan)
Secara bahasa Kafalah berarti penjaminan, pengertian yang dimaksud
dalam koperasi syariah adalah penjaminan yang dilakukan koperasi syariah
kepada nggotanya dengan tujuan mendapatkan fasilitas dari pihak lain dan
anggota memeberikan imbalan dalam bentuk fee/ujroh.

Usaha Mikro Kecil (UMK)
Definisi
Sesuai dengan Undang-Undang no 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah UMK :
1. Pengertian UMK
a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
usaha yang memenuhi kriteria usaha mikro.
b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria usaha kecil.
2. Kriteria
Tabel 4 Kriteria Usaha Mikro Kecil (UMK)
Uraian
Usaha mikro
Usaha kecil

Kriteria
Aset
Maksimal 50 juta
>50 juta – 500 juta

Omset
Maksimal 300 juta
>300 juta – 2.5 miliar

Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM
Landasan Teori
Permintaan uang dalam pandangan Islam
Permintaan uang sangat erat kaintannya dengan konsep endogenous uang
dalam Islam. Teori endogenous dalam Islam secara sederhana dapat kita artikan
sebagai berikut: Bahwa keberadaan uang pada hakekatnya adalah representasi dari
volume transaksi yang ada dalam sektor riil. Teori inilah yang kemudian

9
menjembatani dan tidak mendikotomikan pertumbuhan uang di sektor moneter
dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor riil.
Islam menganggap bahwa nilai tambah ekonomi tidak dapat didasarkan
semata-mata pada perubahan waktu. Nilai tambah uang terjadi jika dan hanya jika
ada pemanfaatan secara ekonomis selama uang tersebut dipergunakan. Sehingga
tidak selalu nilai uang harus bertambah walau waktu terus bertambah akan tetapi
nilai tambahnya akan bergantung dari hasil yang diusahakan dengan uang itu.
Secara makroekonomi, nilai tambah uang dan jumlahnya hanyalah representasi
dari perubahan dan pertambahan di sektor riil. Konsep inilah yang kemudian
menjadikan landasan sistem moneter Islam selalu berpijak pada sektor
mikroekonomi.
Tidak seperti halnya teori exogenous uang dalam literatur konvensional
bahwa permintaan dan penawaran uang dipengaruhi oleh suku bunga, permintaan
dan penawaran uang dalam mazhab ini dipengaruhi oleh besarnya profit sharing
atau expected rate of profit. Tinggi rendahnya expected rate of profit ini
merupakan representasi dari prospek pertumbuhan aktual ekonomi. Expected rate
of profit merupakan harapan keuntungan uang yang bisa didapatkan dari
menginvestasikan uang di sektor riil. Peningkatan investasi berarti penurunan
permintaan uang kas yang disimpan. Apabila expected rate of profit yang akan
didapatkan dari kegiatan investasi di sektor riil meningkat maka penawaran
investasi juga akan meningkat. Tingginya penawaran investasi akan menyebabkan
penurunan jumlah uang kas riil yang dipegang masyarakat. Artinya peningkatan
expected rate of profit menjadikan orang berkeyakinan bahwa pemegangan uang
kas yang berlebih mengandung kerugian akan hilangnya kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan bisnis. Akibatnya seseorang akan menyesuaikan berapa
besar permintaan uang kas riil yang dipegang terhadap besarnya expected rate of
profit.
Konsep Pemasaran Koperasi Syariah
Konsep pemasaran dalam koperasi syariah merupakan falsafah usaha yang
menyatakan bahwa banyaknya transaksi yang terjadi adalah syarat utama bagi
kelangsungan sebuah koperasi syariah. Untuk itu pemasaran ini diarahkan untuk
mengetahui kebutuhan anggota, calon anggota dan masyarakat sebagai pengguna
koperasi syariah dan memenuhi kebutuhan tersebut sehingga akan menghasilkan
laba usaha. Langkah-langkah pemasaran yang harus ditempuh oleh Koperasi
syariah antara lain dengan cara, (Buchori 2012):
1. Menciptakan manfaat
Pengertian dasar dalam menciptakan nilai ekonomi adalah yang memilih
skim yang tepat dalam mendanai usaha anggota maupun masyarakat dengan
tingkat margin, bagi hasil dan fee agen yang kompetitif, manfaat waktu,
manfaat tempat, manfaat kepemilikan (kejalasan status), dan manfaat
informasi.
2. Pendekatan komplementer
Pendekatan komplementer adalah pendekatan serba sistem yang
mencakup kumpulan simpul-simpul masyarakat yang melakukan tugas
pemasaran, barang, jasa, ide dan faktor-faktor lingkungan yang saling
memberikan pengaruh, dan memebentuk sera memengaruhi hubungan
koperasi syariah dengan anggota, calon anggota ataupun masyarakat.

10

Produk
Koperasi
Syariah

Lembaga

Manajemen
Fungsi

Gambar 1 Strategi pemasaran Koperasi Syariah
a. Pendekatan produk koperasi syariah
Merupakan suatu pendekatan pada pemasaran yang melibatkan
bagaimana sebuah produk koperasi syariah yang dihasilkan dapat diterima
dan dibutuhkan anggota, calon anggota dan masyarakat pengguna.
b. Pendekatan lembaga
Pendekatan melalui lembaga-lembaga yang melibatkan dalam
kegiatan pemasaran akan menciptakan mekanisme pasar yang sehat dan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing lembaga.
c. Pendekatan serba fungsi
Pendekatan ini tergantung pada produk yang ada dan kebiasaan
dalam jual beli (al bai), Jasa (ijaroh) dan kerjasama usaha (mudharabah
atau musyarakah). Dengan memperhatikan fungsi pokok pemasaran antara
lain: kemampuan menjual, desain produk, penentuan harga jual, promosi,
pembelian, penyimpanan, perkuatan pendanaan, penanggunagan risiko,
pengumpulan informasi pasar.
d. Pendekatan manajemen
Pendekatan ini menitik beratkan pada sisi manajerial yang
mengambil keputusan-keputusan dalam menentukan kebijakan pamasaran
produk Koperasi sayariah sebagai suatu kerangka yang terdiri atas
variabel-variabel yang dapat dikontrol seperti: pemahaman produk yang
dihasilkan, pengaturan likuiditas penentuan margin dan promosi.
Teori Kepuasan Konsumen
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan
antara harapan sebelum dan sesudah pembelian dengan yang sesungguhnya
diperoleh oleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut. Ketika konsumen
membeli produk, maka ia memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut
berfungsi. Produk akan berfungsi sebagai berikut (Sumarwan 2011):
1. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, maka inilah yang
disebut sebagai diskonfirmasi positif (positive disconfirmation). Jika ini
terjadi, maka konsumen akan merasa puas.

11
2. Produk berfungsi seperti yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai
konfirmasi sederhana (simple confirmation). Produk tersebut tidak
memberikan rasa puas, dan produk tersebut pun tidak mengecewakan
konsumen. Konsumen akan memiliki perasaan netral.
3. Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, inilah hal yang disebut
sebagai diskonfirmasi negative (negative disconfirmation). Produk yang
berfungsi buruk, tidak sesuai dengan harapan konsumen akan
menyebabkan kekecewaan, sehingga konsumen merasakan tidak puas.
Konsumen akan memiliki harapan mengenai bagaimana produk tersebut
seharunya berfungsi (performance expectation), harapan tersebut adalah standar
kualitas yang akan dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang
seharusnya dirasakan oleh konsumen. Fungsi produk yang sesungguhnya
dirasakan oleh konsumen (actual performance) sebenarnya adalah persepsi
konsumen terhadap kualitas produk. Dimensi kualitas pelayanan terdapat lima
yaitu sarana fisik (Tangibles), kehandalan (realibility), responsive
(responsiviness), meyakinkan (assurance), menaruh perhatian (emphathy,
Sumarwan (2011).

Penelitian Terdahulu
Ananda (2011) menganalisis perkembangan usaha mikro dan kecil setelah
memperoleh pembiayaan mudharabah, studi kasus BMT at-Taqwa Halmahera di
Kota Semarang. Metode yang digunakan yaitu meliputi uji validitas, uji
reliabilitas, dan uji pangkat tanda wilcoxon. Hasil kesimpulannya,terjadi
peningkatan modal usaha sebesar 92%, peningkatan omzet sebesar 103%, dan
peningkatan keuntungan sebesar 65% setelah memperoleh pembiayaan dari BMT
At Taqwa Halmahera.
Septian (2013) dengan judul Analisis Dampak Pembiayaan Mikro Syariah
Terhadap Perkembangan Keuntungan UMKM di Kabupaten Bogor. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif, regresi logistik dan Ordinary Least Square
(OLS). Hasil kesimpulannya, menunjukan besarnya jumlah pembiayaan mikro
syariah BMT berpengaruh positif terhadap perkembangan keuntungan UMKM.
Keuntungan usaha mengalami peningkatan sebesar 28% dari keuntungan usaha
rata-rata 106.29 juta rupiah menjadi 134.93 juta rupiah pertahun. Responden BMT
mempunyai akses simpanan terbatas pada BMT itu sendiri dengan nilai rata-rata
simpanan 3.48 juta rupiah.
Purnamasari (2013) dengan judul Dampak Penyaluran Pembiayaan Mikro
dan Permasalahan moral hazard UMKM di BPR XYZ Kabupaten Tasikmalaya.
Studi ini menganalisis dampak pemberian pembiayaan dari BPR terhadap
perkembangan UMKM, menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square),
serta faktor-faktor yang mempengaruhi UMKM melakukan moral hazard
menggunakan metode regresi logistik. Hasil analisis menunjukan bahwa besarnya
pinjaman dari BPR dapat meningkatkan perkembangan omset usaha UMKM
sebesar 70% pertahun. Faktor lainnya yang mempengaruhi perkembangan usaha
adalah lama pendidikan, jumlah pinjaman, perubahan keuntungan, lama usaha,
dan perubahan tenaga kerja. Hasil regresi logistik menunjukan bahwa faktor-

12
faktor yang mempengaruhi UMKM dalam mempengaruhi moral hazard yaitu
pendapatan usaha, dummy pinjaman bank, frekuensi pinjaman, jumlah tabungan,
dan jarak UMKM dengan BPR.
Ritonga (2013) dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Akses dan Pembatasan Pembiayaan pada UMKM di Kabupaten Bogor. Penelitian
ini menggunakan metode regresi logistik untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi credit rationing. Akses ke lembaga keungan syariah (BMT)
dipengaruhi oleh pendidikan dan jenis usaha (industry pengolahan dan jasa).
kredit Rationing yang terjadi dipengaruhi oleh lama usaha UMKM dan frekuensi
pinjaman.
Nurwati (2011) menganalisis Kepuasan Nasabah Terhadap Kualitas
Pelayanan Bank Jabar Banten Syariah cabang Bogor. penelitian ini menggunakan
metode IPA (Importance Performance Analysis), CSI (Costumer Satisfaction
Index)danChi-Square. Hasil analisis IPA secara gender menunjukkan atribut yang
dianggap paling penting oleh nasabah laki-laki adalah kesigapan petugas bank
dalam melayani nasabah serta membantu memberikan informasi secara jelas dan
mudah dimengerti (P4), dan atribut yang dianggap kurang penting oleh nasabah
laki-lakinya adalah atribut karyawan dapat menanamkan kepercayaan kepada
nasabah (P9) dan atribut kebersihan dan kenyamanan gedung serta penataan
interior dan eksterior ruangan yang menarik (P14). Sedangkan atribut yang
dianggap paling penting oleh nasabah perempuan adalah atribut jaringan bank
(P15), dan atribut yang dianggap kurang penting oleh nasabah perempuan adalah
atibut kemudahan dalam melakukan administrasi dan pembayaran (P1).
Sedangkan atribut yang dianggap memiliki kinerja tertinggi baik menurut nasabah
laki-laki maupun perempuan adalah atribut keramahan dan kesopanan petugas
bank dalam menyambut nasabah (P8), dan atribut yang dianggap memiliki kinerja
terendah baik menurut nasabah laki-laki maupun perempuan adalah atribut
jaringan bank (P15).
Penelitian yang dilakukan oleh Awami (2008) dengan judul Peran
Lembaga Keuangan Mikro dan Kontribusi Pembiayaan Terhadap Pendapatan
Kotor UMK Rumah Tangga Setelah Menjadi Pembiayaan (studi kasus BMT
Mu@malat) metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil
kesimpulannya menunjukan bahwa pengajuan pembiayaan UMK rumah tangga
nasabah BMT Mu@malat memberikan kontribusi pendapatan kotor sebesar 9.07
persen per bulannya. Secara riil menambah pendapatan kotor per bulan sebesar Rp.
70.000,-. Banyaknya pelaku usaha mikro yang menjadikan usahanya sebagai
sumber penghasilan, maka peran LKM sebagai sumber pendanaan usaha mikro,
ditunttut berperan aktif dalam menjalankan fungsinya. Selain itu dituntut juga,
peran pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kerangka Pemikiran
UMK mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat membangun
perekonomian, namun banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh UMK
membuat usahanya sulit berkembang. Salah satu masalahnya adalah sulitnya
dalam mengakses permodalan.

13
Perbankan sendiri adalah sebuah jasa keuangan yang tidak bisa mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi oleh UMK, karena perbankan mempunyai
persyaratan formal yang harus dipenuhi ketika akan meminjam. Koperasi Baitul
Maal Wattamwil (KBMT) merupakan salah satu solusi untuk UMK mengakses
permodalan. Adanya kemudahan dalam mengakses permodalan di KBMT akan
membuat UMK ikut berpartisipasi dan berkontribusi bersama-sama
mengembangkan usahanya.
Kondisi UMK

Kondisi dan Kinerja KBMT

Partisipasi UMK terhadap pembiayaan KBMT Wasilah

Analisis deskriptif

Analisis deskriptif

Analisis faktor-faktor yang
memengaruhi partisipasi (metode
regresi logistik)

Analisis kepuasan
(metode Importance
Performance Analysis)

Implikasi kebijakan

Gambar 2 Kerangka pemikiran

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KBMT Wahana Insan Muamalah (WASILAH)
di Jl. Perintis Kemerdekaan No. 18, Kota Bogor. Pemilihan lokasi KBMT
dilakukan secara sengaja (purposive), alasannya karena KBMT Wasilah
merupakan KBMT terbaik di Kota Bogor menurut dinas koperasi dan UKM kota
Bogor (2014). Penelitian ini dilaksanakan pada 21 Juli hingga 20 Agustus 2014.

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan
sekunder dimana data utama yang digunakan adalah data primer. Data primer
diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap responden
sampel penelitian. Data tersebut digunakan untuk dapat mengetahui partisipasi
dan tingkat kepuasan UMK Kota Bogor terhadap KBMT Wasilah. Data sekunder
digunakan untuk melengkapi dan menunjang data primer. Sumber data sekunder

14
didapatkan melalui web Kementerian Koperasi dan UMK, BPS, buku, jurnal,
skripsi, dan internet.
Metode Penentuan Sampling
Peneltian ini dilakukan dengan metode survey sehingga dipilih sampel
penelitian sebagai responden dari polulasi objek penelitian ini. Responden sampel
dalam penelitian ini adalah anggota KBMT. Sampel penelitian ditentukan secara
purposive atau sengaja yaitu dipilih anggota KBMT yang aktif dan tidak aktif
karena salah satu tujuan studi ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi partisipasi anggota terhadap pembiayaan KBMT. Disamping itu
sampel yang diambil sebagian besar dari sektor perdagangan, karena berdasarkan
keanggotaan KBMT Wasilah sebagian besar anggotanya berada pada sektor
perdagangan yaitu sebesar 42.9%, yang dapat dilihat pada Tabel 5. Penentuan
sampel secara sengaja yaitu prosedur memilih sampel berdasarkan pertimbangan
karakteristik yang cocok yang diperlukan untuk menjawab penelitian (Juanda
2009).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 42 responden yang
terdiri dari 21 responden aktif dan 21 responden yang tidak aktif terhadap
pembiayaan. Responden kategori aktif terhadap pembiayaan yaitu responden yang
tidak pernah mendapatkan pembiayaan atau yang hanya satu kali mendapatkan
pembiayaan, sedangkan responden yang dikatakan aktif terhadap pembiayaan
adalah responden yang lebih dari satu kali mendapatkan pembiayaan. Responden
dibatasi dengan terdaftarnya anggota KBMT pada tahun 2006-2014.
Tabel 5 Jumlah anggota KBMT berdasarkan sektor usaha 2014
Sektor Usaha
Perdagangan
Pertanian
Industri
Jasa
Lainnya
Total
Sumber: KBMT Wasilah, 2013

Jumlah (orang)
382
4
17
70
396
890

Persentase (%)
42.9
2.7
1.9
7.9
44.5

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis data deskriptif. Metode
deskriptif yang dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu dengan pendekatan
analisis kulitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menilai
objek penelitian berdasarkan sifat tertentu di mana dalam sifat dinyatakan tidak
dalam angka-angka dan digunakan untuk menjelaskan analisis data yang diolah.
Sedangkan analisis data kuantitatif dilakukan dengan menampilkan data yang
diperoleh dari kuesioner dalam bentuk tabel.
Penelitian ini menggunakan metode deskritptif untuk menjawab
pertanyaan kinerja KBMT terhadap layanan pembiayaan UMK, metode regresi
logistik untuk menjawab petanyaan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
UMK terhadap layanan pembiayaan KBMT Wasilah, dan metode Importance
Peformance Analysis untuk menjawab pertanyaan persepsi dan tingkat kepuasan
anggota terhadap pelayanan yang diberikan oleh KBMT Wasilah.

15
Metode Regresi Logistik
Model logit digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi UMK terhadap pembiayaan mikro syariah KBMT.
Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif yang
dispesifikasikan sebagai berikut (Juanda 2009):
Pi = F(Zi) = F(α+βXi) =
Dengan persamaan oods ratio sebagai berikut:


Keterangan :
Pi = Pelaku UMK untuk berpartisipasi terhadap pembiayaan mikro syariah KBMT
(1=pelaku UMK yang berpartisipasi terhadap pembiayaan mikro syariah
KBMT, 0=pelaku UMK yang tidak berpartisipasi terhadap pembiayaan mikro
syariah)
α = Intersep
βi = Parameter peubah Xi
X1 = Lama Usaha Responden (tahun)
X2 = Total Aset (Rp)
X3 = Total Omset
X4 = Jumlah Anggota Keluarga (orang)
X5 = Lama Pendidikan (tahun)
X6 = Dummy Jenis Usaha Responden; (1=perdagangan dan 0=lainnya)
X7 = Dummy Jenis Kelamin Responden; (1 = laki-laki dan 0 = perempuan)
X8 = Umur Responden
Pi disebut oods ratio yaitu rasio peluang terjadinya pilihan 1
(berpartisipasi terhadap pembiayaan mikro syariah KBMT) terhadap peluang
terjadinya pilihan 0 (tidak aktif berpartisipasi terhadap pembiayaan mikro syariah
KBMT). Semakin besar nilai oods, maka semakin besar peluang untuk
berpartisipasi terhadap pembiayaan mikro syariah KBMT. Nilai oods merupakan
suatu indikator kecenderungan seseorang untuk menentukan pilihan 1
(berpartisipasi terhadap pembiayaan mikro syariah KBMT).
Metode Importance Performance Analysis
Metode Importance Performance Analysis (IPA) merupakan penerapan
metode untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat persepsi kinerja atribut
pelayanan yang berguna untuk pengembangan program dan usulan perbaikan kinerja
KBMT Wasilah. IPA juga bertujuan untuk menampilkan informasi yang berkaitan
dengan atribut-atribut pelayanan yang menurut pelanggan sangat memengaruhi
kepuasan mereka, dan atribut-atribut pelayanan atau kinerja yang menurut anggota
perlu ditingkatkan karena kondisi saat ini dirasa belum memuaskan.
Analisis kuadran digunakan untuk mengetahui respon konsumen terhadap
atribut yang diplotkan berdasarkan kepentingan dan kinerja dari masing masing
atribut tersebut. Berdasarkan analisis kuadran ini selanjutnya dapat dilihat letak

16
dari masing-masing variabel berada pada kuadran yang berbeda-beda, sehingga
dapat diketahui variabel apa saja yang perlu ditingkatkan dan mendapatkan
perhatian lebih. Analisis kuadran terdiri dari empat bagian yang dibatasi oleh dua
buah bagian garis yang berpotongan tegas lurus pada titik X dan Y, dimana X
adalah rata-rata dari bobot tingkat kinerja atribut produk, sedangkan Y merupakan
rata-rata dari tingkat kepentingan seluruh atribut produk. Kuadran pertama berada
di kiri atas, kuadran dua berada di kanan atas, kuadran tiga berada di kiri bawah
dan kuadaran empat berada di kanan bawah.
Kepentingan
dan Kepuasan

A

B

C

D

Kinerja (Evaluasi)
Gambar 3 Matriks kepentingan kinerja

Keterangan :
a. Kuadran A (prioritas utama)
Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap penting oleh anggota
BMT, namun pengurus belum menjalankannya sesuai dengan harapan anggota.
Atribut yang termasuk ke dalam atribut ini harus ditingkatkan dengan cara
perbaikan yang terus menerus sampai kinerja atribut meningkat.
b. Kuadran B (pertahankan prestasi)
Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dirasa sangat penting oleh
anggota, dan apa yang dirasakan anggota telah sesuai dengan kepentingannya.
Atribut di kuadran ini harus dipertahankan, karena memiliki keunggulan dalam
pandangan anggota.
c. Kuadran C (prioritas rendah)
Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh
anggota.Peningkatan atribut pada kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali
karena pengaruhnya terhadap manfat yang dirasakan oleh anggota sangat kecil.
d. Kuadran D (berlebihan)
Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh
anggota dan dirasakan terlalu berlebihan.Atribut pada kuadran ini dapat dikurangi
oleh koperasi, karena dapat mengurangi beban perusahaaan.
Atribut-atribut tang digunakan dalam metode Importance Performance
Analysis penelitian ini terdapat 20 atribut, diantaranya yaitu:
1. Kemudahan dalam proses pendaftaran
2. Anggota diingatkan dalam proses pembayaran
3. Petugas KBMT cepat dalam hal pelayanan sehingga anggota tidak lama
menunggu

17
4. petugas KBMT memberikan informasi yang dibutuhkan kepada anggota
mengenai prosedur dan persyaratan simpan pinjam
5. Petugas KBMT cepat dan tanggap terhadap permintaan anggota
6. Pelayanan yang sopan dan ramah
7. Petugas KBMT memberikan perhatian kepada setiap anggota
8. Petugas KBMT tepat dalam menangani keluhan anggota
9. Petugas KBMT meyakinkan kepada anggota bahwa data anggota dapat
dijamin kerahasiaannya
10. Petugas KBMT menyakinkan kepada anggota terhadap keamanan dana
tabungan anggota
11. Petugas KBMT mempunyai pengetahuan untuk menjawab pertanyaan
ang

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT)

0 8 18

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) (Studi pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten Situbondo)

3 46 80

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) (Studi pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten Situbondo)

3 13 18

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) (Studi pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten Situbondo)

0 4 18

Rancang bangun sistem informasi simpan pinjam Mudharabah pada koperasi baitul Maal wat Tamwil Ar-Rum

0 9 258

Analisis efektivitas kredit Ukm (Studi kasus Ukm Nasabah Kbmt Binaul Ummah Kelurahan Pamoyanan, Bogor Selatan)

0 29 96

Partisipasi anggota dalam kegiatan koperasi Baitul Maal Wat Tamwil (KBMT) (Kasus anggota KBMT Al-Fath, Desa Kedaung, Kecamatan Pamulang, kabupaten Tangerang)

0 7 108

Analisis tingkat kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan mitra koperasi baitul maal wat tamwil (KBMT) Ibbadurrahman

0 11 161

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiyaaan Syariah untuk UMKM Agribisnis pada KBMT Wihdatul Ummah Kota Bogor

5 48 102

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan (studi kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)

1 11 98