Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan (studi kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

REALISASI PEMBIAYAAN

MURABAHAH

UNTUK USAHA MIKRO AGRIBISNIS

SEKTOR PERDAGANGAN

(Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)

SKRIPSI

FEBRINA MAHLIZA H34070016

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

RINGKASAN

FEBRINA MAHLIZA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahahuntuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).

Usaha mikro memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Tidak hanya karena ketangguhannya dalam menghadapi berbagai permasalahan ekonomi (seperti krisis ekonomi 1997 dan krisis global 2008), tetapi juga dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya penyerapan tenaga kerja, kontribusi terhadap PDB, serta jumlahnya yang lebih besar dari jumlah usaha kecil, menengah, dan besar. Menurut Kementrian UKM dan Koperasi 2010, pada tahun 2009 usaha mikro mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 90.012.694 orang, memberikan kontibusi terhadap PDB nasional atas harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 682.462,40 Milyar, serta memiliki jumlah sebanyak 52.176.795 unit dari total usaha yang ada. Usaha mikro yang memiliki peran penting tersebut sebagian besar berasal dari sektor agribisnis yang meliputi sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sebagian dari sektor perdagangan dan industri pengolahan.

Sampai saat ini, perkembangan usaha mikro serta merta dipengaruhi oleh beberapa masalah. Permasalahan yang sering dihadapi oleh pelaku usaha mikro adalah lemahnya permodalan, dimana salah satunya akibat dari kegagalan dalam memperoleh pendanaan dari perbankan. Salah satu upaya alternatif penambahan modal bagi usaha mikro dapat diperoleh melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan jasa keuangan untuk pengusaha mikro dengan berbasis syariah dengan menerapkan hubungan kemitraan. Berbeda dengan pembiayaan konvensional, pembiayaan syariah ini bebas bunga dan pembagian keuntungan didasarkan atas bagi hasil yang dilakukan setelah periode transaksi berakhir. Salah satu bentuk LKMS bentuk non-bank adalah Koperasi Baitul Maal wat Tamwil(KBMT).

Penelitian ini dilaksanakan di KBMT Bil Barkah Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah karena masih belum tercapainya target pembiayaan

murabahah. Usaha mikro agribisnis sektor perdagangan sendiri memiliki proporsi sebesar 58,62 persen dari total usaha yang dibiayai berdasarkan data bulan Maret 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi kedalam dua bagian yaitu data primer dan sekunder. Data primer berupa informasi yang diperoleh melalui diskusi dengan pihak manajemen KBMT Bil Barkah dan didapat secara langsung dari responden yang menjadi sampel yaitu nasabah pembiayaan murabahah. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari berbagai arsip dan sumber literatur lain yang diperlukan untuk menunjang laporan penelitian ini. Data dianalisis secara deskriptif dan menggunakan model regresi linier berganda.

Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap jumlah realisasi pembiayaan murabahah di KBMT Bil Barkah adalah lama pendidikan, lama


(3)

usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, dan agunan. Keempat faktor tersebut memiliki pengaruh positif. Hal ini berarti semakin lama pendidikan formal yang dilalui nasabah, semakin lama usaha yang dijalankan nasabah, semakin besar pendapatan bersih usaha per bulan nasabah, dan ada agunan yang diserahkan oleh nasabah, maka semakin besar pula jumlah realisasi pembiayaan murabahahyang diberikan oleh KBMT Bil Barkah.

Semakin lama pendidikan formal yang dimiliki nasabah maka nasabah dianggap lebih berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap kewajiban pinjamannya dan penggunaan pembiayaan yang diterima. Semakin lama usaha bertahan akan berpengaruh terhadap kemampuan nasabah dalam memperhitungkan kebutuhan pembiayaan usahanya dengan tepat dan cermat. Semakin besar tingkat pendapatan usaha nasabah per bulan dianggap kemampuan membayar angsuran dan beban marjin akan semakin besar, serta adanya agunan berperan penting sebagai alat penjamin bagi KBMT untuk memberikan pembiayaan yang lebih besar.

Saran yang dapat diajukan bagi KBMT Bil Barkah diantaranya: Pertama, pihak KBMT Bil Barkah sebaiknya lebih memperhatikan faktor lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, dan agunan dalam merealisasikan pembiayaan murabahah. Kedua, pihak KBMT Bil Barkah harus lebih detail dalam memperoleh dan memonitor data yang terkait dengan keempat faktor tersebut. Ketiga, sebaiknya diadakan pendampingan usaha dari pihak KBMT Bil Barkah.


(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

REALISASI PEMBIAYAAN

MURABAHAH

UNTUK

USAHA MIKRO AGRIBISNIS

SEKTOR PERDAGANGAN

(Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)

FEBRINA MAHLIZA H34070016

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahahuntuk Usaha Mikro

Agribisnis Sektor Perdagangan

(Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor) Nama : Febrina Mahliza

NIM : H34070016

Disetujui, Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM

NIP. 19690410 19951 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Febrina Mahliza H34070016


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 1 Februari 1990. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Mahpud dan Ibu Enjah Azizah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD AL-Mubarak Tangerang pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama di SMPN 177 Jakarta Selatan pada tahun 2004. Sedangkan pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 70 Jakarta Selatan diselesaikan pada tahun 2007.

Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) sebagai staf kesekretariatan periode tahun 2008-2009 dan pengurus Sharia Economic Student Club (SES-C) sebagai sekretaris divisi eksternal periode tahun 2009-2010. Selain itu, penulis tercatat sebagai penerima beasiswa Djarum periode tahun 2009-2010. Penulis juga berhasil didanai dalam Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Penelitian (PKM-P) 2009 dengan tulisan yang berjudul “Formulasi Mie Kering Berbahan Singkong dan Kijing serta Rumput Laut Kaya Serat dan Mineral”.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, atas segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah Kabupaten Bogor. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2011


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada;

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Ir. Burhanuddin, MM selaku pembimbing akademik dan Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku pembimbing gladikarya, serta seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi, seminar, dan sidang.

5. Pihak KBMT Bil Barkah, baik pengurus (Nurhadi Idrus dan Iis Rosiyah selaku ketua dan sekretaris) maupun pengelola yaitu Normanditya, Indiani Mustikasari, Norman Eka Haryanto, Iis Nurhasanah, dan Muhammad Said atas waktu, kesempatan, dan informasi yang telah diberikan kepada penulis. 6. Nasabah pembiayaan murabahah usaha mikro agribisnis sektor perdagangan

KBMT Bil Barkah yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.

7. Bapak (Mahpud), ibu (Enjah Azizah), kakak (Lia Octavia), adik (Ardho Mahfeliza dan Alviana Mahfeliza), serta keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril, material, doa, dan kasih sayang. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang terbaik untuk kalian.

8. Muhammad Rizqiadhi yang telah memberikan dukungan, doa, dan waktunya kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini.


(10)

9. Teman-teman satu bimbingan skripsi Karmizon Defri dan Felicia Nanda yang telah memberikan dukungan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman Pondok Putri Kenanga (Riska, Firda, Indi, Dila, Rizky) dan teman-teman AGB 44 (Rasyid, Maryam, Ungki, Alvi, Citra, Achi, serta semuanya) yang telah memberikan semangat, dukungan, kritik, dan saran selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai.

11. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Bogor, Juli 2011


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan ... 10

1.4. Manfaat ... 10

1.5. Ruang Lingkup ... 11

II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Potensi dan Permasalahan Usaha Mikro ………….... 12

2.2. Pembiayaan Syariah bagi Usaha Mikro …... ... 13

2.2.1. Peranan Pembiayaan Syariah ……….. ... 13

2.2.2. Pembiayaan Syariah Murabahah ………….. . 14

2.3. Peranan BMT dalam Pembiayaan Usaha Mikro ... 14

2.4. Karakteristik Nasabah Pembiayaan Syariah ... 15

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah... 16

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1. Pembiayaan Syariah ... 18

3.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan ... 24

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

IV METODE PENELITIAN ... 31

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.2. Metode Penentuan Sampel ... 31

4.3. Data dan Instrumentasi ... 31

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

4.5. Metode Pengolahan Data ... 32

4.5.1. Analisis Kualitatif ... 32

4.5.2. Analisis Kuantitatif ... 33

4.5.2.1.Analisis Regresi Linier Berganda ... 33

4.6. Definisi Operasional ... 40

V GAMBARAN UMUM KBMT BIL BARKAH ... 42

5.1. Sejarah KBMT Bil Barkah ... 42

5.2. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran KBMT Bil Barkah ... 43

5.3. Struktur Organisasi KBMT Bil Barkah ... 43

5.4. Produk dan Layanan KBMT Bil Barkah ... 47

5.5. Dasar Pertimbangan Pembiayaan di KBMT Bil Barkah ………... 49


(12)

VI KARAKTERISTIK NASABAH PEMBIAYAAN

MURABAHAH KBMT BIL BARKAH ……… .. 53

6.1. Karakteristik Responden Sebagai Nasabah Penerima Realisasi Pembiayaan Murabahah KBMT Bil Barkah ……….. 53

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KBMT BIL BARKAH ……… ... 60

7.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan MurabahahKBMT Bil Barkah ... 60

7.1.1. Usia (X1) ... 62

7.1.2. Jenis Kelamin (D1) ... 63

7.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga (X2) ... 64

7.1.4. Lama Pendidikan (X3) ... 65

7.1.5. Lama Usaha (X4) ... 65

7.1.6. Pendapatan Bersih Usaha Per Bulan (X5) ... 66

7.1.7. Frekuensi Pinjaman (X6) ... 67

7.1.8. Agunan (D2) ... 68

VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ... 70

8.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan PDB atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Skala Usaha

Tahun 2008-2009 ………. 1

2. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Usaha Mikro

menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009 ………... 2 3. Jumlah Usaha menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009 …... 3 4. Jumlah Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi

Tahun 2008-2009 ………. 3

5. Pembiayaan per Akad KBMT Bil Barkah

Tahun 2008-2010 ………. 7

6. Alokasi Pembiayaan MurabahahKBMT Bil Barkah menurut Tujuan Pembiayaan berdasarkan Data

PerformanceBulan Maret 2011 ... 8 7. Target dan Realisasi per Akad KBMT Bil Barkah

Tahun 2009-2010 ... 9 8. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah

KBMT Bil Barkah menurut Jenis Usaha ... 53 9. Jumlah dan Proporsi Nasabah RespondenMurabahah

KBMT Bil Barkah menurut Usia ……… 54 10. Jumlah dan Proporsi Nasabah RespondenMurabahah

KBMT Bil Barkah menurut Jenis Kelamin ……….... 55 11. Jumlah dan Proporsi Nasabah RespondenMurabahah

KBMT Bil Barkah menurut Jumlah Tanggungan ………….. 55 12. Jumlah dan Proporsi Nasabah RespondenMurabahah

KBMT Bil Barkah menurut Lama Pendidikan …... 56 13. Jumlah dan Proporsi Nasabah RespondenMurabahah

KBMT Bil Barkah menurut Lama Usaha ………... 57 14. Jumlah dan Proporsi Nasabah RespondenMurabahah

KBMT Bil Barkah menurut Pendapatan

Bersih Usaha per Bulan ………... 58

15. Jumlah dan Proporsi Nasabah RespondenMurabahah


(14)

16. Jumlah dan Proporsi Nasabah RespondenMurabahah

KBMT Bil Barkah menurut Agunan ………...………... 59 17. Hasil Pengujian Model Regresi Linier Berganda Realisasi


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional ... 30 2. Struktur Organisasi KBMT Bil Barkah ... 44 3. Prosedur Pembiayaan Syariah pada KBMT Bil Barkah ... 52


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. OutputRegresi Linear pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahahuntuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan

KBMT Bil Barkah ……… 75

2. Uji Normalitas pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah

untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan

KBMT Bil Barkah ………. 76

3. Uji Heteroskedastisitas pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahahuntuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan

KBMT Bil Barkah ………. 77


(17)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha mikro memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Peranan penting tersebut tidak hanya karena ketangguhannya dalam menghadapi berbagai permasalahan ekonomi (seperti krisis ekonomi 1997 dan krisis global 2008), tetapi juga dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto PDB) yang semakin meningkat. Pada tahun 2009, penyerapan tenaga kerja dari sektor usaha mikro sebanyak 90.012.694 orang. Angka ini meningkat dari tahun 2008 dimana penyerapannya sebanyak 87.810.366 orang dan memperlihatkan bahwa penyerapannya tersebut lebih besar dibandingkan pada sektor usaha kecil, menengah, dan besar. Kontribusi usaha mikro terhadap PDB juga meningkat pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008, yaitu dari 655.703,80 Milyar menjadi 682.464,40 Milyar (Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan PDB atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009

Skala Usaha Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

PDB atas Harga Konstan 2000 (Rp. Milyar)

2008 2009 2008 2009

Usaha Mikro 87.810.366 90.012.694 655.703,80 682.462,40 Usaha Kecil 3.519.843 3.521.073 217.130,20 225.478,30 Usaha Menengah 2.694.069 2.677.565 292.919,10 306.784,60 Usaha Besar 2.756.205 2.674.671 832.184,80 873.567,00

Total 96.780.483 98.886.003 1.997.938,00 5.294.860, 90 Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2010)

Jumlah terbesar penyerapan tenaga kerja pada tahun 2008 dan 2009 adalah (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebanyak 41.720.781 orang pada tahun 2008 dan 42.041.978 orang pada tahun 2009, (2) Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebanyak 19.417.114 orang pada tahun 2008 dan 20.518.886 orang pada tahun 2009, (3) Sektor industri pengolahan 8.471.573 orang pada tahun 2008 dan 8.833.784 orang pada tahun 2009. Sedangkan jumlah terbesar PDB atas harga konstan 2000 oleh usaha mikro pada tahun 2008 dan 2009 adalah (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar


(18)

247.922,60 Milyar pada tahun 2008 dan 258.787,50 Milyar pada tahun 2009, (2) Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 196.077,70 Milyar pada tahun 2008 dan 199.497,30 Milyar pada tahun 2009, (3) Sektor jasa-jasa sebesar 66.685,90 Milyar pada tahun 2008 dan 70.302,80 Milyar pada tahun 2009, (4) Sektor industri pengolahan sebesar 61.302,70 Milyar pada tahun 2008 dan 64.822,40 Milyar pada tahun 2009. Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009

Sektor Ekonomi

Tenaga Kerja (Orang) PDB (Rp. Milyar) Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2008 Tahun 2009 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

41.720.781 42.041.978 247.922,60 258.787,50 Pertambangan dan

penggalian 913.150 985.077 16.888,90 18.099,90

Industri Pengolahan 8.471.573 8.833.784 61.302,70 64.822,40 Listrik, Gas, dan Air

Bersih 82.463 74.576 33,90 34,40

Bangunan 3.515.263 3.449.378 13.628,80 14.696,10

Perdagangan, Hotel,

dan Restoran 19.417.114 20.518.886 196.077,70 199.497,30 Pengangkutan dan

Komunikasi 5.745.591 5.670.008 32.199,70 34.414,70

Keuangan, Persewaan,

dan Jasa Perusahaan 1.098.718 1.131.821 20.963,70 21.807,20

Jasa-Jasa 6.845.714 7.307.185 66.685,90 70.302,80

Jumlah 87.810.366 90.012.694 655.703,80 682.462,40

Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UKM (2010)

Usaha mikro dalam memajukan perekonomian nasional juga dapat dilihat dari jumlah usahanya yang mengalami peningkatan dan lebih besar dari jumlah usaha kecil, menengah, dan besar. Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2008 jumlah usaha mikro mencapai 50.847.771 unit dan pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 52.176.795 unit dari total usaha yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro memiliki peran yang lebih besar dalam pembangunan perekonomian Indonesia dibandingkan skala usaha lainnya.


(19)

Tabel 3. Jumlah Usaha menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009

Skala Usaha Jumlah Usaha (Unit)

Tahun 2008 Tahun 2009

Usaha Mikro 50.847.771 52.176.795

Usaha Kecil 522.124 546.675

Usaha Menengah 39.717 41.133

Usaha Besar 4.650 4.677

Total 51.414.262 52.769.280

Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2010)

Jumlah terbesar dari usaha mikro berasal dari (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebanyak 26.222.578 unit pada tahun 2008 dan 26.364.440 unit pada tahun 2009, (2) Sektor perdagangan, hotel, dan restoran 14.387.690 unit pada tahun 2008 dan 15.112.028 unit pada tahun 2009, (3) Sektor pengangkutan dan komunikasi sebanyak 3.186.181 unit pada tahun 2008 dan 3.388.742 unit pada tahun 2009, (4) Sektor industri pengolahan sebanyak 3.176.471 unit pada tahun 2008 dan 3.205.046 unit pada tahun 2009. Berikut jumlah usaha mikro menurut sektor ekonomi tahun 2008-2009 yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009

Sektor Ekonomi Jumlah Usaha (Unit)

Tahun 2008 Tahun 2009

Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

dan Perikanan 26.222.578 26.364.440

Pertambangan dan penggalian 258.974 269.516

Industri Pengolahan 3.176.471 3.205.046

Listrik, Gas, dan Air Bersih 10.756 10.838

Bangunan 485.530 538.603

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14.387.690 15.112.028

Pengangkutan dan Komunikasi 3.186.181 3.388.742

Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 970.163 1.031.609

Jasa-Jasa 2.149.428 2.255.973

Jumlah 50.847.771 52.176.795

Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2010)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa sektor agribisnis memberikan peran yang cukup besar dalam perkembangan jumlah usaha mikro yang ada di Indonesia. Sesungguhnya, agribisnis tidak hanya meliputi sektor pertanian,


(20)

peternakan, kehutanan, dan perikanan dalam sisi on-farm (budidaya) tetapi juga meliputi sisi off-farm (perindustrian dan perdagangan). Karena sistem agribisnis adalah relasi saling keterkaitan kinerja antara usahatani dengan usaha-usaha (rantai pasok inputdan output) dan fasilitas penunjang (jasa layanan, infrastruktur, dan regulasi penunjang) di luar sektor pertanian (Saragih 2010a). Berdasarkan cara pandang ini, sektor ekonomi yang termasuk sektor agribisnis adalah keseluruhan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sebagian dari sektor perdagangan dan industri pengolahan.

Sistem agribisnis terdiri dari empat subsistem yang saling berkaitan satu sama lain. Keempat subsistem tersebut adalah subsistem hulu (pengadaan sarana produksi pertanian), usahatani (produksi pertanian), hilir (pengolahan dan industri hasil pertanian serta pemasaran dan perdagangan), dan jasa penunjang. Salah satu sektor yang juga penting bagi keberlangsungan sistem agribisnis adalah sektor perdagangan hasil produk pertanian atau hasil olahannya. Sektor ini masuk ke dalam subsistem hilir. Sektor perdagangan hasil produk pertanian atau hasil olahannya ini berperan penting sebagai kegiatan terakhir untuk menyampaikan

output agribisnis kepada konsumen (Saragih 2010b). Oleh karena itu, sektor perdagangan merupakan sektor yang menarik untuk diteliti.

Usaha agribisnis di Indonesia masih banyak yang berada pada skala usaha mikro. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pengertian usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00.

Sampai saat ini, perkembangan usaha mikro serta merta dipengaruhi oleh beberapa masalah. Permasalahan yang sering dihadapi oleh usaha mikro adalah lemahnya permodalan. Lemahnya permodalan salah satunya berasal dari akses kredit yang kurang memadai terutama akibat dari kegagalan dalam memperoleh pendanaan dari perbankan1. Selama ini, usaha mikro kurang mendapatkan perhatian dari dunia perbankan karena dunia perbankan menganggap sektor ini

1

Administrator. 2010. Masalah yang Dihadapi UKM Selama Ini. http://www.danabergulir.com [1 April 2011].


(21)

kurang memberikan keuntungan bagi mereka disamping adanya kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh sektor ini. Padahal jika diperhatikan, sektor ini yang terbukti mampu memberikan kontribusi dan manfaat yang nyata pada pembangunan2.

Melihat hal tersebut, salah satu upaya alternatif penambahan modal bagi usaha mikro dapat diperoleh melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Lembaga Keuangan Mikro merupakan lembaga keuangan yang mampu memenuhi kebutuhan modal usaha mikro, kecil, dan menengah yang cenderung dianggap tidak bankable oleh sektor perbankan nasional. Peluang yang ada pada LKM adalah lembaga keuangan yang lebih dekat dengan masyarakat yang menawarkan sistem administrasi yang lebih sederhana dan sesuai dengan skala serta sifat usaha mikro dan kecil sehingga kemudahan dan kecepatan layanan dalam menyalurkan pembiayaan dapat diberikan lebih baik (Wijono 2005).

Lembaga keuangan mikro dapat menerapkan sistem keuangan konvensional ataupun sistem keuangan syariah. Hal ini diatur dalam UU No. 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998, diacu dalam Kasmir 2002. Berbeda dengan pembiayaan konvensional, pembiayaan syariah ini bebas bunga dan pembagian keuntungan didasarkan atas bagi hasil yang dilakukan setelah periode transaksi berakhir. Lembaga Keuangan Mikro yang menerapkan sistem syariah dikenal dengan sebutan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan jasa keuangan untuk pengusaha mikro dengan berbasis syariah dengan menerapkan hubungan kemitraan. Menurut Bank Indonesia, LKMS dapat berbentuk bank dan non-bank. Lembaga yang termasuk pada LKMS bentuk bank adalah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), sedangkan lembaga yang termasuk dalam LKMS bentuk non-bank adalah Baitul Maal wat Tamwil(BMT).

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu bentuk dari Lembaga Keuangan Mikro Syariah non-bank yang konsisten bergerak pada pembiayaan mikro. Usaha mikro merupakan usaha yang memiliki potensi untuk dibiayai (seperti yang telah dijelaskan di awal) serta dianggap lebih tangguh

2


(22)

dalam menghadapi berbagai permasalahan ekonomi dibandingkan usaha besar. Sistem syariah pun dianggap sangat pas untuk usaha yang mempunyai ketidakpastian tinggi dan keterbatasan informasi pasar seperti karakteristik usaha mikro tersebut.

Ada tiga hal yang menjadi penciri dari pembiayaan berbasis syariah, yaitu (1) bebas bunga, (2) berprinsip bagi hasil dan risiko, dan (3) perhitungan bagi hasil tidak dilakukan di muka. Berbeda dengan kredit konvensional yang memperhitungkan suku bunga di depan, pembiayaan syariah menghitung hasil setelah periode transaksi berakhir. Hal ini berarti dalam pembiayaan syariah pembagian hasil dilakukan setelah ada keuntungan riil, bukan berdasar hasil perhitungan spekulatif. Sistem bagi hasil ini dipandang lebih sesuai dengan iklim bisnis yang memang mempunyai potensi untung dan rugi (Anonim 2005).

Selain itu, pembiayaan kepada usaha mikro juga dapat membantu pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan karena salah satu penyebab utama masih tingginya angka kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di Indonesia saat ini adalah desain kebijakan ekonomi yang ada masih belum sepenuhnya berpihak pada kelompok marjinal masyarakat. Padahal, dalam struktur perekonomian nasional, proporsi kelompok usaha mikro, yang mencerminkan kaum marjinal tersebut, menempati urutan teratas (Beik 2010).

Usaha pokok Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan/tabungan dan menyalurkan lewat pembiayaan usaha-usaha masyarakat yang produktif dan menguntungkan sesuai dengan sistem ekonomi syariah. Dengan demikian, selain menghimpun dana dari masyarakat, melalui investasi/tabungan, kegiatan BMT adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi umat, terutama pengusaha mikro3. Pengusaha mikro juga menjadi lebih leluasa bergerak karena tidak terbebani akan adanya beban bunga yang terus bertambah. Baitul Maal wat Tamwilpun dapat mengadopsi bentuk koperasi menjadi Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (KBMT). Dasar dari adopsi ini adalah UU No. 25 tahun 1992 dimana diperbolehkan bagi sebuah koperasi menerapkan sistem bagi hasil.

3


(23)

Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bogor (2010) menyatakan bahwa pada tahun 2007 terdapat 8 KBMT yang aktif. Lalu pada tahun 2009 terdapat 18 KBMT dan pada tahun 2010 jumlahnya mengalami kenaikan menjadi 29 KBMT. Hal ini memperlihatkan bahwa Kabupaten Bogor memiliki potensi dalam perkembangan KBMT ke depannya. Dengan adanya peningkatan jumlah KBMT diharapkan pula mampu menurunkan angka kemiskinan dan turut menggerakkan sektor riil terutama pada usaha mikro.

1.2. Perumusan Masalah

Koperasi Baitul Maal wat Tamwil(KBMT) Bil Barkah merupakan KBMT yang berdiri pada tanggal 2 Januari 2008 dan terletak di Kabupaten Bogor. Adapun produk pembiayaan yang tersedia saat ini baru dua, yaitu mudharabah

(akad bagi hasil) dan murabahah(akad jual beli). Meskipun demikian, KBMT Bil Barkah juga menyalurkan dua akad pelengkap, yaitu qardh dan hiwalah(Tabel 5). Pembiayaan yang difokuskan untuk lebih banyak disalurkan adalah murabahah. Hal tersebut dipilih karena KBMT Bil Barkah dapat dengan mudah menentukan marjin keuntungan dari setiap nasabah dan memudahkan pembukuan bagi pihak KBMT sendiri. Pembiayaan murabahah yang disalurkan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha/produktif (modal kerja dan investasi) dan kebutuhan konsumtif.

Tabel 5. Pembiayaan per Akad KBMT Bil Barkah Tahun 2008-2010

Jenis Akad 2008 2009 2010

Realisasi (Rp 000)

Nasa bah (Org)

Realisasi (Rp 000)

Nasa bah (Org)

Realisasi (Rp 000)

Nas aba h (Org

)

Murabahah 251.427 282 457.204 360 450.585 344

Mudharabah 135.850 185 5.500 3 11.000 4

Qard 1.300 3 5.700 3 1.000 1

Hiwalah - - 13.800 9 12.100 9 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan KBMT Bil Barkah (2011)

Realisasi pembiayaan murabahahyang dilakukan oleh KBMT Bil Barkah didominasi oleh nasabah yang bergerak pada usaha agribisnis sektor perdagangan.


(24)

Berdasarkan data performance bulan Maret 2011, total nasabah pembiayaan

murabahah berjumlah 145 orang. Dari total nasabah tersebut, nasabah yang mengajukan pembiayaannya untuk tujuan konsumtif (seperti pembelian barang elektronik rumah tangga, pembayaran pendidikan anak, dan sebagainya) berjumlah 36 orang dan nasabah yang mengajukan pembiayaannya untuk tujuan produktif berjumlah 109 orang. Usaha produktif tersebut terdiri atas nasabah yang memiliki usaha di bidang agribisnis sebanyak 22 orang dan nasabah yang memiliki usaha di bidang non-agribisnis sebanyak 87 orang. Dua orang berusaha di sektor on-farm(budidaya pertanian) dan 85 orang berusaha di sektor off-farm

(perdagangan). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa proporsi terbesar berasal dari nasabah yang memiliki kegiatan produktif agribisnis sektor perdagangan, yaitu sebesar 58,62 persen dari total usaha yang ada (Tabel 6).

Tabel 6. Alokasi Pembiayaan Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Tujuan Pembiayaan berdasarkan Data PerformanceBulan Maret 2011

Tujuan Pembiayaan Realisasi (Rp 000) Proporsi (%) Nasabah (Orang) Proporsi (%) Produktif Agribisnis  On-farm (budidaya)  Off-farm (perdagangan) 2.000 127.300 0,81 51,73 2 85 1,38 58,62

Non-agribisnis 42.800 17,40 22 15,18

Konsumtif 73.975 30,06 36 24,82

Total 246.075 100,00 145 100,00

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan KBMT Bil Barkah (2011)

Sampai saat ini, jumlah realisasi dan nasabah pembiayaan murabahah di KBMT Bil Barkah masih berfluktuasi (naik-turun). Target pembiayaan

murabahahpun masih belum dapat dicapai secara maksimal. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 dimana target pembiayaan murabahah yang ditetapkan pada tahun 2009 adalah Rp 797.053.069,00. Dari target tersebut, pembiayaan murabahah

yang direalisasikan sebesar Rp 457.204.000,00 sehingga persentase pencapaiannya hanya 57,36 persen dari target. Sedangkan pada tahun 2010, meskipun target realisasinya sudah diturunkan, namun masih juga belum mencapai target. Persentase pencapaiannya baru mencapai 88,35 persen. Hal ini


(25)

karena pembiayaan yang direalisasikan hanya sebesar Rp 450.585.000,00 dari target sebesar Rp 510.021.570,00.

Tabel 7. Target dan Realisasi Pembiayaan per Akad KBMT Bil Barkah Tahun 2009-2010

Jenis Akad

Tahun 2009 Tahun 2010

Target (Rp 000)

Realisasi (Rp 000)

(%) Target (Rp 000)

Realisasi (Rp 000)

(%)

Muraba-hah 797.053,069 457.204 57,36 510.021,570 450.585 88,35

Mudha-rabah 61.700 5.500 8,91 41.000 11.000 26,83

Qard 12.800 8.000 62,50 13.000 1.000 7,69

Hiwalah - 13.800 - 86.750 12.100 13,95 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan KBMT Bil Barkah (2011)

Realisasi pembiayaan murabahah juga dipengaruhi oleh unsur kehati-hatian yang dianut oleh KBMT Bil Barkah dalam penyaluran pembiayaan. Unsur kehati-hatian tetap menjadi prioritas dalam penyaluran dana, karena penyaluran dana berkaitan dengan pengumpulan dana (pengembalian piutang), pengumpulan dana akan berpengaruh terhadap perputaran piutang, perputaran piutang yang lambat akan menjadi penilaian tingkat kesehatan KBMT.

Sebagai LKMS yang nasabahnya berada pada skala usaha mikro, plafon maksimal pembiayaan akad murabahah di KBMT Bil Barkah saat ini adalah Rp 10.000.000,00. Dengan plafon sebesar ini, usaha mikro diharapkan dapat tumbuh dan berkembang usahanya, sehingga dapat meningkatkan permintaan realisasi pembiayaan. Untuk dapat mencapai peningkatan realisasi pembiayaan murabahah

tersebut, perlu mengetahui dan memperhatikan karakteristik nasabahnya. Hal ini karena dari karakteristik nasabah dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah.

Karakteristik nasabah penting untuk diidentifikasi karena terkait dengan karakter, keberhasilan dalam menjalankan usaha, serta kemampuan dalam pengembalian pembiayaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian secara faktual untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan

murabahahtersebut berdasarkan karakteristik nasabah. Dengan demikian, KBMT Bil Barkah pun dapat meningkatkan jumlah pembiayaan yang tepat dan


(26)

menentukan nasabah yang tepat untuk direalisasikan ke depannya sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam hal ini ada beberapa permasalahan yang harus dijawab dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik nasabah pembiayaan murabahah usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah

untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik nasabah pembiayaan murabahah usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan

murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Bagi KBMT Bil Barkah, dapat menjadi sumber informasi dan bahan masukan terkait dalam meningkatkan total realisasi pembiayaan syariah khususnya

murabahahsesuai target dan tepat sasaran.

2. Bagi penulis, dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh di masa perkuliahan khususnya tentang pembiayaan syariah.

3. Bagi mahasiswa, dapat menjadi bahan pustaka dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan.


(27)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan kepada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah, khususnya realisasi terhadap nasabah yang bergerak pada usaha mikro agribisnis dari sisi off-farmyaitu sektor perdagangan hasil pertanian dan olahannya (dalam hal ini pedagang sembako, pedagang makanan, dan pedagang sayuran) di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Studi Kasus dilakukan pada KBMT Bil Barkah dan skim pembiayaan yang diteliti adalah murabahah.


(28)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi dan Permasalahan Usaha Mikro

Usaha Mikro sering disebut bersamaan dengan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku usaha yang memiliki peran penting namun kadang dianggap terlupakan dalam kebijakan di Indonesia. Peran usaha mikro juga tidak hanya sekedar pendukung dalam kontribusi ekonomi nasional. Hal ini ditandai dengan kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor (Rafinaldy, 2006).

Setyobudi (2007) memaparkan bahwa usaha mikro kecil menengah dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data empiris yang mendukung bahwa eksistensinya cukup dominan dalam perekonomian Indonesia, yaitu jumlah industri yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Setiap tahun jumlahnya mendominasi dari jumlah total unit usaha. Kontribusinya dalam pembentukan PDB cukup signifikan. Kemudian potensinya juga besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor usaha mikro kecil menengah dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar.

Akan tetapi, potensi yang begitu besar tidak membuat usaha mikro kecil menengah dapat berkembang dengan pesat. Bahkan banyak yang perkembangannya masih jauh dari harapan. Hal ini terkait dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Permasalahan-permasalahan-permasalahan tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar, permasalahan lanjutan, dan permasalahan antara.

Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar, antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hukum yang umumnya non-formal, SDM, pengembangan produk dan akses pemasaran. Lalu permasalahan lanjutan, antara lain pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar,


(29)

permasalahan hukum yang menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan, serta peraturan yang berlaku di negara tujuan ekspor. Sedangkan permasalahan antara, yaitu permasalahan dari instansi terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu menghadapi persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam hal manajemen keuangan, agunan, dan keterbatasan dalam kewirausahaan.

2.2. Pembiayaan Syariah bagi Usaha Mikro

2.2.1. Peranan Pembiayaan Syariah

Saat ini, pembiayaan syariah dapat dijadikan sebagai alternatif solusi bagi para pelaku usaha yang memiliki masalah dalam hal permodalan. Pembiayaan syariah pun memiliki peranan penting bagi para pelaku usaha yang ada di Indonesia ke depannya terutama bagi para pelaku usaha mikro. Peranan penting tersebut antara lain membuka peluang pembiayaan bagi kegiatan usaha berdasarkan prinsip kemitraan (partnership).

Konsep yang diterapkan adalah hubungan kerjasama investasi yang harmonis (mutual investorrelationship) yang berbeda dengan pola hubungan debitur dan kreditur yang antagonis (debtor to creditor relationship) pada pembiayaan oleh perbankan konvensional. Produk dan jasa yang ditawarkan pembiayaan syariah pun memiliki sejumlah keunggulan berupa peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan (perpetualinterest effect), pembatasan kegiatan spekulasi, pengutamaan kegiatan-kegiatan yang mewujudkan keterkaitan antara sektor keuangan dengan sektor riil (linkages between financial sector and real sector), serta pembiayaan ditujukan kepada usaha-usaha yang lebih memperhatikan nilai-nilai etika dan moralitas (Siregar, 2002).

Hal ini didukung oleh Soetrisno (2004) yang menyatakan bahwa pembiayaan syariah sangat cocok untuk usaha yang mempunyai ketidakpastian tinggi dan keterbatasan informasi pasar seperti usaha mikro. Pada umumnya, usaha mikro merasa terbebani dengan adanya sistem bunga yang diterapkan pada pembiayaan konvensional karena bunga tersebut identik dengan upaya memperoleh keuntungan atas kerjasama antara pihak pemberi pembiayaan dengan


(30)

pelaku usaha. Akan tetapi, adanya sistem bagi hasil yang diterapkan pada pembiayaan syariah dapat menghindari prinsip mendapatkan untung atas kerjasama orang lain tersebut.

2.2.2. Pembiayaan Syariah Murabahah

Dalam pembiayaan syariah, terdapat tiga prinsip pembiayaan, yaitu bagi hasil, jual beli, dan sewa menyewa. Murabahah termasuk ke dalam prinsip jual beli. Yuspin (2007) memaparkan bahwa murabahah adalah prinsip jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan yang disepakati. Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil. Pada murabahah, untuk terbentuknya akad pembiayaan haruslah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat murabahah. Rukun murabahah ada lima yaitu adanya penjual, pembeli, objek atau barang yang diperjualbelikan, harga nilai jual barang berdasarkan mata uang, dan ijab qabul. Sementara itu, syarat murabahah adalah penjual memberitahu biaya modal kepada pembeli, kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan, kontrak harus bebas riba, penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian, serta penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

Dalam pelaksanaannya, pembelian objek murabahah dapat dilakukan oleh pembeli murabahahtersebut sebagai wakil dari pihak lembaga keuangan syariah dengan akad wakalah atau perwakilan. Setelah akad wakalah dimana pembeli

murabahah tersebut bertindak untuk dan atas nama lembaga keuangan syariah untuk melakukan pembelian objek murabahah tersebut. Setelah akad wakalah

selesai dan objek murabahah tersebut secara prinsip telah menjadi hak milik lembaga keuangan syariah maka terjadi akad kedua antara lembaga keuangan syariah dengan pembeli murabahahatau nasabah yaitu akad murabahah.

2.3. Peranan BMT dalam Pemberdayaan Usaha Mikro

Falihah (2007), dalam skripisinya, mengemukakan tentang peranan BMT dalam pemerdayaan usaha mikro. Pemberdayaan adalah usaha suatu lembaga atau perkumpulan untuk membatu seseorang atau suatu masyarakat untuk hidup lebih


(31)

baik. Dalam hal ini, BMT bertindak sebagai LKMS yang memberdayakan masyarakat sekitar yang berpendidikan rendah, berpenghasilan rendah, dan salafi. Prioritas utama pemberdayaan BMT adalah para pengusaha mikro, selain pengusaha kecil dan menengah. Usaha mikro diartikan sebagai usaha yang bergerak di sektor informal, berpenghasilan rendah, dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer saja. Contohnya adalah tukang sayur keliling.

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) berperan dalam pemberdayaan usaha mikro dengan lebih menekankan setiap pembiayaan yang disalurkannya untuk para pelaku usaha mikro yang produktif. Dengan adanya pembiayaan produktif, BMT mampu memberikan kesempatan dan memotivasi para pelaku usaha mikro untuk terus berusaha demi memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Dengan pembiayaan produktif, BMT juga berperan dalam melindungi nasabah dari jeratan kemiskinan, baik miskin harta ataupun miskin akan kepercayaan diri untuk hidup yang lebih baik melalui usaha.

2.4. Karakteristik Nasabah Pembiayaan Syariah

Karakteristik nasabah merupakan salah satu hal yang dilihat oleh pihak lembaga keuangan syariah sebelum memberikan keputusan realisasi pembiayaan. Karakteristik nasabah usaha mikro khususnya nasabah pembiayaan murabahah

dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain tingkat pendidikan, jenis kelamin, profit usaha, aset usaha, komposisi modal, pengalaman usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil, dan sektor usaha.

Hal ini dipaparkan oleh Kurnia (2009) dimana pemberian pembiayaan syariah mayoritas nasabah berpendidikan akhir SD dan berjenis kelamin laki-laki. Profit usaha yang dimiliki nasabah berkisar rata-rata Rp 19.977.225,70 per tahun dengan sumbangan terbesar dari sektor perdagangan yaitu Rp 43.817.506,70 per tahun. Total aset usaha rata-rata sebesar Rp 41.915.000,00 per tahun dan komposisi modal rata-rata sebesar Rp 9.408.750,40 per tahun. Selain itu, pengalaman usaha setiap nasabah pun beragam. Akan tetapi, mayoritas berada di atas 10 tahun. Frekuensi pembiayaannya masih rendah, yaitu dibawah lima kali. Untuk nisbah bagi hasil, rata-rata total dari seluruh sektor usaha memiliki nisbah bagi hasil sebesar Rp 765.625,00. Sedangkan sektor yang paling besar realisasi pembiayaannya adalah sektor peternakan diikuti oleh sektor perdagangan.


(32)

Hal yang serupa juga ditunjukkan oleh Anggriawan (2010). Di dalam penelitiannya, karakteristik nasabah pembiayaan syariah dapat dilihat dari tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, keuntungan usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil, komposisi modal usaha, dan sektor usaha. Tingkat pendidikan para nasabah beragam, namun yang paling banyak adalah tamatan SMU/sederajat. Untuk jenis kelamin, pria lebih banyak dibandingkan wanita yang direalisasikan pembiayaannya dengan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki nasabah rata-rata sebanyak empat orang. Keuntungan usaha terbesar tiap tahunnya berasal dari sektor perdagangan, yaitu Rp 143.505.995,00 per tahun. Frekuensi pembiayaannya berkisar antara 2-10 kali. Nisbah bagi hasil usaha rata-rata sebesar Rp 17.039.083,25 per tahun dan komposisi modal usaha rata-rata sebesar 55,06 persen. Selain itu, dapat terlihat pula bahwa sektor yang paling besar realisasi pembiayaannya adalah sektor perikanan dan yang paling kecil adalah sektor perdagangan.

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah

Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah dapat dilihat dari variabel karakteristik nasabah yang direalisasikan pembiayaanya. Setiap variabel akan menggambarkan pengaruh atau tidaknya terhadap jumlah realisasi pembiayaan. Farida (2007) menduga adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pembiayaan syariah dalam pembiayaan agribisnis. Faktor-faktor tersebut adalah jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, pendapatan usaha, skala usaha, frekuensi pembiayaan, jangka waktu angsuran, pengetahuan mengenai akad, serta sektor usaha. Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui enam variabel yang berpengaruh nyata, yaitu skala usaha, jangka waktu angsuran, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan usaha, frekuensi pembiayaan, dan sektor usaha. Pengalaman usaha dianggap tidak berpengaruh nyata karena dalam penyaluran pembiayaan, pihak KBMT tidak memberikan plafon pembiayaan atas dasar pengalaman usaha dari nasabah. Sedangkan variabel pengetahuan skim pembiayaan tidak berpengaruh secara nyata karena sebagian besar pola pikir nasabah mengenai pembiayaan masih bersifat konvensional.

Kurnia (2009) juga meneliti hal yang sama dan membahas tujuh faktor yang diduga mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis,


(33)

yaitu pengalaman usaha, profit usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil, tahun pendidikan, komposisi modal usaha, dan sektor usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis hanya satu, yaitu nisbah bagi hasil. Bagi hasil semakin besar dengan mengikuti besarnya nilai realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis. Sedangkan faktor-faktor lainnya tidak berpengaruh secara nyata.

Selain itu, dalam penelitian lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis yang dilakukan Anggriawan (2010), dijelaskan bahwa dari delapan faktor yang diduga berpengaruh terhadap realisasi pembiayaan murabahah pada sektor agribisnis, terdapat empat faktor yang berpengaruh nyata. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah nisbah bagi hasil/margin, komposisi modal usaha, pengetahuan mengenai akad pembiayaan, dan sektor usaha yang dimiliki nasabah. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh adalah jumlah tanggungan keluarga, keuntungan usaha, frekuensi pembiayaan, dan tahun pendidikan.

Adapun dalam penelitian yang dilakukan ini juga akan membahas mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis dengan menggunakan perhitungan regresi linier berganda. Namun, terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu lokasi penelitian serta hanya fokus kepada agribisnis sektor perdagangan. Selain itu, ada delapan faktor yang diduga memiliki pengaruh dalam realisasi. Faktor-faktor tersebut yaitu usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, frekuensi pinjaman, dan agunan.


(34)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Pembiayaan Syariah

Menurut Rivai dan Veithzal (2008), terdapat tiga prinsip pembiayaan dalam melakukan akad pada lembaga keuangan syariah, yaitu:

1. Bagi hasil atau syirkah(Profit Sharing)

Fasilitas pembiayaan yang disediakan disini berupa uang tunai atau barang yang dinilai dengan uang. Dilihat dari sisi jumlah, dapat menyediakan sebagian atau 100% dari modal yang diperlukan. Dilihat dari sisi bagi hasilnya, ada dua jenis, yaitu revenue sharingatau profit sharing. Sedangkan dalam hal presentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang dapat disepakati dengan nasabah pada saat akad pembayaran.

a. Mudharabah

Sistem kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih dimana pihak pertama menyediakan seluruh kebutuhan modal sedangkan pengusaha sebagai pengelola yang menyediakan keahliannya. Pengelola yang dipercaya harus bertanggung jawab bila terjadi kerugian yang diakibatkan oleh kelalaiannya, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Dalam hal ini, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) berperan sebagai penyedia modal sedangkan nasabah akan menjadi pengelola dari usaha tersebut.

b. Musyarakah

Transaksi ini terjadi diantara 2 pihak atau lebih yang memiliki keinginan untuk bekerjasama dalam suatu usaha. Masing-masing menyertakan dan menyetorkan modalnya (baik tangible atau intangible asset) dengan pembagian keuntungan di kemudian hari sesuai kesepakatan. Terdapat dua jenis, yaitu muzara’ah (benih dari pemilik lahan) dan murabarah


(35)

fasilitas pembiayaan berupa dana segar agar usaha nasabah dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

c. Al-Muzara’ah

Kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan persentase bagian tertentu dari hasil panen.

d. Al-Musaqah

Kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana penggarap tanah hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dan sebagai imbalannya, penggarap mendapat nisbah tertentu dari hasil panen.

2. Jual beli atau bai’(Sale and Purchase) a. Bai’ Al-Murabahahatau beli angsur

Transaksi jual beli dimana lembaga pembiayaan menyebutkan jumlah keuntungan tertentu. Di sini LKS bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli sehingga harga beli dari produsen ditambah dengan keuntungan/margin lembaga pembiayaan sebelum dijual ke nasabah. Barang diserahkan setelah akad dilakukan, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh atau mencicil.

b. Al-Bai’ Naqdan

Akad jual beli biasa yang dilakukan secara tunai.

c. Al-Bai’ Muajjal

Jual beli yang dilakukan secara cicilan. Barang diserahkan pada awal periode sedangkan uang dapat diserahkan pada periode berikutnya. d. Al-Bai’ Salam

Dalam jual beli jenis ini, barang yang ingin dibeli biasanya belum ada. Uang sekaligus diserahkan dimuka sedangkan barang diserahkan di akhir periode pembayaran. Biasanya yang diperjualbelikan adalah produk pertanian. Lembaga Keuangan Syariah akan bertindak sebagai pembeli.


(36)

e. Bai’ Al-Istishna

Transaksi yang merupakan kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen. Transaksi ini relatif hampir serupa dengan bai’ as-salam. Akan tetapi akad ini lebih cocok untuk produk manufaktur.

3. Sewa-menyewa

a. Ijarah

Akad untuk memanfaatkan jasa, baik jasa atas barang atau tenaga kerja. Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat barang, disebut sewa-menyewa. Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja disebut upah-mengupah.

b. Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)

Ijarah yang membuka peluang kemungkinan perpindahan kepemilikan atas barang yang disewakan.

c. Ju’alah

Akad ijarah yang pembayarannya didasarkan atas kinerja objek yang disewa.

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan pula akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun akad pelengkap ini diperbolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini hanya untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul (Antonio, 2001). Akad pelengkap yang berbasis jasa (fee-based service) ini terdiri atas:

1. Al-Hawalah

Al-Hawalahadalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Pada LKS biasanya diterapkan pada

factoring atau anjak piutang (dimana nasabah yang memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu ke LKS, LKS lalu membayar piutang tersebut dan LKS menagihnya dari pihak ketiga ), post-dated check (dimana LKS bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut), ataupun bill discounting.


(37)

2. Ar-Rahn

Ar-Rahnadalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjamannya. Lembaga Keuangan Syariah menggunakannya dalam dua hal, yaitu sebagai produk pelengkap dan produk tersendiri. Sebagai produk pelengkap artinya sebagai akad tambahan jaminan terhadap produk pembiayaan lain. Di samping itu, LKS dapat menahan harta nasabah sebagai konsekuensi akad tersebut.

3. Al-Qardh

Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali tanpa mengharapkan imbalan. Biasanya diterapkan dalam tiga hal, yaitu sebagai produk pelengkap kepada nasabah loyal yang membutuhkan dana talangan, fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, serta produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau sektor sosial.

4. Al-Wakalah

Al-Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Biasanya terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada LKS untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C (administrasi) dan transfer uang. Pemberian kuasa berakhir sesuai dengan persetujuan bersama antara pihak nasabah dan LKS.

5. Al-Kafalah

Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Aplikasinya yaitu penjaminan atau garansi LKS kepada anggota yang memerlukan adanya jaminan untuk kepentingan usahanya. Atas penjaminan ini LKS berhak atas fee atau jasa penjaminan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, terdapat prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang harus dipenuhi oleh pemohon pembiayaan karena terdapat unsur kepercayaan dan risiko yang dipertaruhkan. Sebagai lembaga keuangan syariah non-bank, KBMT dalam menyalurkan pembiayaannya menggunakan pendekatan pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah bank dimana pemberian pembiayaan kepada seorang nasabah agar dapat


(38)

dipertimbangkan dan direalisasikan pembiayaannya maka terlebih dahulu harus terpenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 6C (Rivai dan Veithzal 2008), yaitu:

1. Character adalah keadaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana itikad/kemauan calon nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Pemberian pembiayaan harus atas dasar kepercayaan, sedangkan yang mendasari suatu kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank, bahwa si peminjam mempunyai moral, watak, dan sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Disamping itu, memiliki rasa tanggungjawab, baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota masyarakat, maupun dalam melakukan kegiatan usahanya.

2. Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Makin besar modal sendiri yang dimiliki, tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah menjalankan usahanya (karena ikut menanggung risiko terhadap gagalnya usaha) dan lembaga keuangan akan merasa lebih yakin memberikan pembiayaan. Penilaian atas besarnya modal sendiri adalah penting, mengingat pembiayaan lembaga keuangan hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan. Dalam prakteknya, kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self financial, yang sebaiknya memiliki jumlah yang lebih besar dari pembiayaan yang diminta kepada lembaga keuangan. Bentuk dari self financialini tidak harus berupa uang tunai, bisa saja dalam bentuk barang modal seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin. Besar kecilnya capital ini dapat dilihat dari neraca perusahaan, yaitu pada owner equity, laba yang ditahan, dan lain-lain. Untuk perorangan, dapat dilihat dari daftar kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi utang-utangnya.

3. Capacityadalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon nasabah


(39)

mampu mengembalikan atau melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat waktu, dari hasil usaha yang diperolehnya. Pengukuran capacity dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain:

a. Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu.

b. Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang mengandalkan keahlian teknologi tinggi atau perusahaan yang memerlukan profesionalitas tinggi, seperti rumah sakit dan biro konsultan.

c. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk mengadakan perjanjian pembiayaan dengan bank.

d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan.

e. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon nasabah mengelola faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-peralatan/mesin-mesin, administrasi dan keuangan, industrial relation, sampai pada kemampuan merebut pasar. 4. Collateral adalah barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap

pembiayaan yang diterimanya. Collateral harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Penilaian terhadap agunan ini meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan, dan status hukumnya. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan. Bisa juga collateral yang tidak berwujud seperti jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi, dan avails. Penilaian terhadap collateralini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:

a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan diagunkan.

b. Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan.


(40)

5. Conditions of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian yang kemungkinan pada suatu saat dapat mempengaruhi kelancaran usaha calon nasabah. Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut, perlu diadakan penelitian mengenai beberapa hal, antara lain:

a. Keadaan konjungtur.

b. Peraturan-peraturan pemerintah.

c. Situasi politik dan perekonomian dunia. d. Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran.

Kondisi ekonomi yang perlu disoroti mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Pemasaran : Kebutuhan, daya beli masyarakat, luas pasar,

perubahan mode, bentuk persaingan, peranan barang substitusi, dan lain-lain.

b. Teknis Produksi : Perkembangan teknologi, tersedianya bahan baku, dan cara penjualan dengan sistem cash

atau pembiayaan.

c. Peraturan Pemerintah : Kemungkinan pengaruhnya terhadap produk yang dihasilkan. Misalnya, larangan peredaran jenis obat tertentu.

6. Constraints adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya, pendirian usaha SPBU yang disekitarnya terdapat banyak bengkel-bengkel las atau pembakaran batu bata.

3.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pembiayaan yang diberikan kepada nasabah adalah pendapatan bersih usaha, frekuensi pinjaman, besar tunggakan dan jangka waktu angsuran (Arsyad 2008). Jumlah pembiayaan yang diambil sangat tergantung dari tingkat aksesibilitas nasabah yang dipengaruhi oleh dua faktor umum, yaitu faktor ekonomi dan non-ekonomi dengan penjabaran sebagai berikut:


(41)

1. Faktor ekonomi

a. Jumlah tanggungan keluarga yaitu jumlah anggota keluarga yang harus dihidupi atau merasakan manfaat dari kredit yang bersangkutan.

b. Pendapatan usaha yaitu rasio pendapatan dari usaha yang dibiayai oleh kredit terhadap pendapatan total.

c. Biaya transportasi. 2. Faktor non-ekonomi

a. Umur yang berhubungan dengan kematangan berpikir atau kedewasaan seseorang dalam menentukan tindakan.

b. Tingkat pendidikan.

c. Pengalaman mengambil kredit bersangkutan yang berpengaruh pada pemahaman prosedur pengambilan.

d. Pengalaman usaha. e. Jarak lokasi.

f. Tingkat pengenalan pengurus.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) atau dalam hal ini adalah KBMT berperan sebagai lembaga keuangan mikro non-bank dengan sistem syariah yang fokus memberikan pembiayaan di tingkat UMKM terutama usaha mikro. KBMT memiliki akses terhadap berbagai sektor, salah satunya adalah sektor agribisnis baik on-farm maupun off-farm.

Penelitian ini akan mengkaji mengenai realisasi pembiayaan syariah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan pada KBMT Bil Barkah yang terletak di Kabupaten Bogor. KBMT Bil Barkah merupakan salah satu alternatif lembaga keuangan mikro non-bank yang dapat memperkuat permodalan bagi usaha mikro melalui produk-produk pembiayaan yang disalurkannya khususnya murabahah. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi adalah masih belum dapat tercapainya target pembiayaan murabahah oleh KBMT Bil Barkah. Jumlah realisasi pembiayaan

murabahah dapat dipengaruhi beberapa aspek. Salah satunya dapat dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pengajuan pembiayaan yang dilihat dari karakteristik nasabah.


(42)

Sebagai lembaga keuangan syariah non-bank, KBMT dalam menyalurkan pembiayaannya menggunakan pendekatan pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah bank dimana pemberian pembiayaan kepada seorang nasabah agar dapat dipertimbangkan dan direalisasikan pembiayaannya maka terlebih dahulu harus terpenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 6C (Rivai dan Veithzal 2008). Penilaian tersebut berpengaruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan.

Dalam penelitian ini, terdapat delapan variabel yang diduga dapat mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan, yaitu usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, frekuensi pinjaman, serta agunan. Pemilihan variabel-variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan tersebut berdasarkan hasil diskusi dengan manajer, bagian marketing

dan collectionKBMT Bil Barkah, serta disesuaikan dengan kondisi nasabah yang merupakan usaha mikro.

Untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah, kelompok nasabah dibedakan dalam tiga karakteristik yaitu karakteristik rumah tangga, karakteristik usaha, dan karakteristik pembiayaan. Karakteristik rumah tangga terdiri dari usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan dalam keluarga dan lama pendidikan. Alasan pemilihan karakteristik rumah tangga dalam penelitian ini karena objek penelitian ini yaitu pembiayaan

murabahah yang ditujukkan untuk usaha mikro. Seperti yang diketahui bahwa pada umumnya usaha mikro merupakan home industry sehingga peran nasabah dan anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh dalam menjalankan usaha. Selain itu pada usaha mikro antara rumah tangga dengan usaha belum bisa dipisahkan. Alasan tersebut membuat karakteristik rumah tangga ini perlu untuk diteliti.

Karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap realisasi pembiayaan meliputi lama usaha dan pendapatan bersih usaha per bulan. Alasan pemilihan karakteristik usaha dalam penelitian ini karena pembiayaan murabahah

yang ditujukkan untuk usaha mikro yang diajukan pembiayaannya. Lama usaha dipilih karena pembiayaan yang diberikan harus melihat prospek usaha


(43)

nasabahnya sehingga pihak KBMT dapat menentukan untuk memberikan jumlah realisasi pembiayaan yang lebih besar atau tidak. Sedangkan variabel pendapatan bersih usaha per bulan sangat berpengaruh untuk melihat kelancaran usaha dan kemampuan nasabah membayar pengembalian dari hasil usahanya.

Karakteristik pembiayaan meliputi frekuensi pinjaman dan ada atau tidaknya agunan. Alasan pemilihan karakteristik pembiayaan dalam penelitian ini karena pembiayaan murabahahmerupakan objek yang akan dilihat pengaruhnya. Variabel frekuensi pinjaman dipilih karena dapat menjadi cerminan bagi pihak KBMT terkait pengalaman pembiayaan yang telah diambil oleh nasabah sebelumnya sehingga pihak KBMT dapat menentukan apakah nasabah tersebut berhak mendapatkan jumlah realisasi yang lebih besar atau tidak. Sedangkan agunan berperan sebagai alat penjamin bagi pihak KBMT yang diserahkan oleh nasabah untuk jumlah pembiayaan tertentu dan lebih besar.

Variabel usia mempengaruhi keberanian nasabah dalam mengambil keputusan secara rasional dalam menjalankan usahanya. Hal ini karena peningkatan usia pada umumnya akan mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang sehingga semakin meningkatnya usia nasabah dianggap dapat lebih bertanggung jawab dalam memanfaatkan pembiayaan bagi usahanya serta berani dalam mengambil keputusan secara rasional dalam menjalankan usahanya. Semakin meningkatnya usia ini pun dianggap telah memiliki pengalaman yang lebih banyak baik dalam menjalankan usaha ataupun mengajukan pembiayaan. Oleh karena itu jumlah realisasi pembiayaan diduga akan semakin besar dengan semakin meningkatnya usia nasabah.

Variabel jenis kelamin berkaitan dengan pria atau wanita yang mengajukan pembiayaan. Dari jenis kelamin ini dapat terlihat posisi nasabah dalam keluarganya dan dalam usaha yang dijalankannya. Pada umumnya pria diduga lebih banyak mengajukan kredit dibandingkan wanita karena perannya sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Sehingga pria dianggap dapat lebih bertanggung jawab terhadap pembiayaan karena pembiayaan tersebut ditujukan untuk usahanya dalam rangka menghidupi keluarganya. Oleh karena itu diduga bahwa jika pria yang mengajukkan pembiayaan murabahah akan diberikan jumlah realisasi pembiayaan yang lebih besar dibandingkan wanita.


(44)

Variabel jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuannya dalam membayar angsuran pembiayaan. Oleh karena itu diduga bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin kecil jumlah realisasi pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabah.

Variabel lama pendidikan berkaitan erat dengan pengetahuan yang dimiliki nasabah dalam mengajukan pembiayaan maupun dalam menjalankan usahanya. Lama pendidikan masuk ke dalam prinsip capacity. Diduga bahwa semakin lama pendidikan formal nasabah, maka nasabah semakin memahami penggunaan pembiayaan yang diajukannya bagi usaha serta kewajibannya terkait pengembalian pembiayaan. Oleh karena itu semakin lama pendidikan nasabah maka semakin besar jumlah realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan oleh pihak KBMT.

Variabel pendapatan bersih usaha per bulan berkaitan dengan pendapatan usaha yang telah dikurangi dengan risiko-risiko atau pengeluaran-pengeluaran usaha dan biaya-biaya tak terduga. Pendapatan bersih usaha per bulan masuk ke dalam prinsip capacity. Hal ini karena pendapatan bersih usaha per bulan menjadi cerminan terkait kemampuan nasabah untuk mengembalikan pembiayaannya berdasarkan hasil usaha yang dijalankan. Semakin tinggi tingkat pendapatan bersih rumah tangga maka akan semakin besar jumlah realisasi pembiayaannya.

Variabel lama usaha memperlihatkan performa dari usaha yang diajukan pembiayaannya serta apakah usaha itu memiliki prospek untuk dibiayai lebih besar. Lama usaha menjadi bagian dari prinsip capacity. Semakin lama usaha yang dijalankan nasabah dan diajukan pembiayaannya, maka diduga semakin besar jumlah realisasi pembiayaan yang akan diberikan.

Variabel frekuensi pinjaman berkaitan dengan karakter nasabah yang dapat dipercaya dan hal tersebut sudah terbukti dari pengalaman kredit sebelumnya. Oleh karena itu, frekuensi pinjaman masuk ke dalam prinsip character. Diduga bahwa semakin tinggi frekuensi pinjaman maka semakin besar jumlah realisasi pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabah karena tingkat kepercayaan KBMT terhadap nasabah tinggi.


(45)

Variabel agunan (collateral) berkaitan dengan ada atau tidaknya agunan yang diserahkan nasabah kepada pihak KBMT. Hal ini karena pihak KBMT sendiri memiliki ketentuan dimana untuk jumlah pembiayaan tertentu harus menyertakan agunan dalam pembiayaannya. Agunan yang harus diserahkan biasanya dilihat terlebih dahulu bentuknya dibandingkan nilainya. Agunan merupakan benda berharga yang harus dikorbankan untuk mendapatkan suatu pembiayaan tertentu. Agunan berperan sebagai penjamin dimana apabila nasabah tidak menyelesaikan pengembaliannya dengan baik maka agunan yang diserahkan dapat menjadi penggantinya.

Semua karakteristik tersebut diperkirakan memiliki pengaruh yang nyata terhadap jumlah realisasi pembiayaan murabahah sehingga pihak KBMT perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam menyetujui suatu permohonan pembiayaan murabahah. Penentuan faktor-faktor ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Setelah output regresi berganda didapatkan, maka akan diinterpretasikan untuk menunjukkan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh nyata mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan. Hasilnya dapat dijadikan saran bagi KBMT Bil Barkah terkait masalah masih belum tercapainya target pembiayaan murabahah

sehingga KBMT Bil Barkah dapat menentukan karakteristik nasabah yang tepat untuk diberikan pembiayaan dalam jumlah besar dan meningkatkan jumlah pembiayaan yang tepat untuk direalisasikan ke depannya sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.


(46)

Karakteristik Nasabah yang Mempengaruhi Realisasi:

Character Capacity Collateral

Karakteristik Rumah Tangga: Usia

Jenis kelamin Jumlah tanggungan keluarga

Lama pendidikan

-Capacity

Karakteristik Usaha: Lama usaha Pendapatan bersih usaha

Capacity Capacity

Karakteristik Pembiayaan: Frekuensi pembiayaan

Agunan

Character Collateral

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah

untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan KBMT Bil Barkah

PembiayaanMurabahahuntuk Usaha Mikro

Permasalahan:


(47)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KBMT Bil Barkah Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan KBMT Bil Barkah merupakan salah satu LKMS yang bergerak di bidang pembiayaan yang berfokus untuk usaha mikro serta masih belum tercapainya target realisasi pembiayaan murabahah sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pengambilan data penelitian ini dilakukan sejak bulan April hingga Juni 2011.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Berdasarkan data performance bulan Maret 2011, nasabah aktif pembiayaan murabahahberjumlah 145 orang dan yang termasuk ke dalam sektor agribisnis off-farmperdagangan berjumlah 85 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah usaha mikro agribisnis sektor off-farm perdagangan. Penentuan sampel dilakukan secara convenience sampling, dimana dalam pelaksanaannya karena terkait dengan lembaga keuangan, peneliti memiliki keterbatasan yang membuat peneliti tidak dapat mengunjungi sendiri nasabah sehingga mengharuskan peneliti mengambil sampel bersamaan dengan staf pengelola bagian collection saat melakukan penarikan angsuran ke rumah-rumah nasabah. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 40 orang atau sebesar 47,06 persen dari populasi. Jumlah responden penelitian ini telah memenuhi pendapat Bailey diacu dalam Hasan 2002, yang menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima dalam penelitian yang akan menggunakan analisis data statistik adalah 30.

4.3. Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, penyebaran kuisioner, dan wawancara langsung dengan pihak KBMT yang berkompeten dan dapat memberikan informasi yang akurat mengenai penyaluran pembiayaan serta pihak nasabah yang memiliki usaha agribisnis di sektor perdagangan dan modal usahanya diperoleh dari


(1)

Lampiran 3. Uji Heteroskedastisitas pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahahuntuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan

KBMT Bil Barkah

Residual P e r c e n t 1000000 500000 0 -500000 -1000000 99 90 50 10 1 Fitted Value R e s id u a l 4000000 3000000 2000000 1000000 1000000 500000 0 -500000 -1000000 Residual F r e q u e n c y 1000000 500000 0 -500000 -1000000 8 6 4 2 0 Observation Order R e s id u a l 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1000000 500000 0 -500000 -1000000

Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values

Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data Residual Plots for Jumlah Realisasi

Ju m la h R e a lis a s i

90% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

5000000 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1200000 1000000 800000 700000 500000 3000 0000 2500 0000 2000 0000 1500 0000 1000 0000 5000 000 0 Bartlett's Test 0.788 Test Statistic 2.10 P-Value 0.836

Lev ene's Test Test Statistic 0.48 P-Value


(2)

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH

UNTUK USAHA MIKRO AGRIBISNIS SEKTOR PERDAGANGAN (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)

Tanggal: No. Kuesioner:

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nama :………...

2. Alamat :………...

……… ……… 3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

4. Usia :……….tahun

5. Status : a. Belum Menikah

b. Menikah c. Janda/duda

6. Data Keluarga/tanggungan : Istri………...orang Anak………orang

Anak yang

menikah……….orang

Lainnya………....orang

7. Pendidikan Formal :………..tahun

8. Pendidikan Non Formal :………...

9. Pekerjaan Utama :………...

10. Pekerjaan Sampingan :………...

Saya, Febrina Mahliza (H34070016) mahasiswa tingkat akhir program studi Agribisnis Fakultas Ekonomi & Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan penelitian dan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi.

Kesediaan bapak/ibu/saudara/i dalam mengisi kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi sebagai data primer dalam penelitian. Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini.


(3)

11. Pendapatan Rumah Tangga per Bulan

No Sumber Pendapatan Pelaku Total

Suami Istri Anak

1. 2.

12. Konsumsi Rumah Tangga per Bulan

No Jenis Total Biaya

1. Makan dan minum 2. Pakaian

3. Pendidikan 4. Kesehatan 5. Air + Listrik 6. Telepon

Total

13. Total penerimaan bersih (Pendapatan – Konsumsi Rumah Tangga):

……….. 14. Aset Rumah Tangga

No Jenis Jml Harga (Rp)

Nilai pembelian

(Rp)

Masa pakai (thn)

Estimasi umur ekonomis

(thn)

Biaya penyusut

an (Rp) 1. Rumah

2. Kendaraan

Total

II. KARAKTERISTIK USAHA

1. Jenis usaha:………... 2. Bidang usaha:

a. Penyedia sarana produksi b. Budidaya

c. Pengolahan

d. Lain-lain………. 3. Komoditas usaha:………... 4. Lama usaha:………Sejak tahun:………. 5. Lama berbisnis:………...Sejak tahun:………. 6. Rata-rata omset hasil usaha:Rp………...


(4)

a. Sewa b. Gadai c. Milik

d. Lain-lain………. 8. Lokasi usaha:………... 9. Jarak lokasi usaha dengan KBMT Bil Barkah:...menit……….….km 10. Wilayah pemasaran usaha:………... 11. Pembeli produk/jasa usaha:………... III.KARAKTERISTIK PEMBIAYAAN

A. Pengalaman pembiayaan secara umum: Sumber Thn Realisasi Jangka

Waktu

Bunga /mark

up

Agunan Lama Pencairan

Frek-uensi

B. Pembiayaan di KBMT Bil Barkah: 1. Apa Anda mengetahui KBMT Bil Barkah?

a. Tahu b. Tidak tahu

2. Alasan memilih:…………... 3. Lama menjadi nasabah:...sejak tahun:……….. 4. Frekuensi mendapatkan pembiayaan:………...Kali 5. Apa Anda mengetahui akad pembiayaan yang anda ambil?

c. Tahu d. Tidak tahu

6. Alasan mengambil pembiayaan:... 7. Tujuan fasilitas pembiayaan yang Anda terima:

a. Kebutuhan Modal Kerja b. Investasi Usaha

c. Lain-lain………... 8. Jarak KBMT Bil Barkah dengan rumah:………..………menit……….km 9. Jumlah pembiayaan yang diajukan:... 10. Jumlah pembiayaan yang dicairkan:... 11. Lama waktu pencairan pembiayaan yang diajukan:...hari 12. Jangka waktu pengembalian pembiayaan:...bulan 13. Cicilan yang harus dibayar tiap bulannya: Rp………... 14. Tambahan biaya (mark up) yang dibebankan dari pihak KBMT Bil

Barkah?... 15. Ada/tidak agunan yang diserahkan?...

Nilai agunan yang harus dipenuhi untuk pembiayaan:

………. 16. Mekanisme penyaluran pembiayaan:

………. ……….


(5)

17. Permasalahan dalam pengambilan pembiayaan:

………. 18. Pembinaan nasabah (ada/tidak):……….. 19. Saran terhadap pelayanan di KBMT Bil Barkah:

……….. ……….. Sektor perdagangan

20. Biaya Pembelian Barang untuk Dijual Kembali selama 1 (Satu) Bulan No Jenis barang Jumlah Satuan Harga satuan Total 1.

2.

21. Biaya Bahan Baku dan Penolong selama 1 (Satu) Bulan No Bahan Baku dan

Penolong

Jumlah Satuan Harga satuan Total 1.

2.

22. Biaya yang Dikeluarkan selama 1 (Satu) Bulan

No Jenis pengeluaran Total biaya

1. Sewa tempat 2. Gaji karyawan 3. Biaya transportasi 4. Biaya komunikasi

5. Biaya overhead (air+listik)

23. Penjualan Barang selama 1 (Satu) Bulan


(6)

24. Produksi yang dikonsumsi setiap bulan:……… Total biayanya:... 25. Total pendapatan yang diterima (total hasil penjualan-total biaya pembelian

barang/biaya bahan baku dan penolong-total biaya lainnya-total biaya yang dikonsumsi): Rp... 26. Aset Usaha:

No. Jenis Jumlah Harga satuan

(Rp)

Total (Rp) 1.

2. 3. 4.