Sintasan dan Pertumbuhan Larva Udang Vaname yang Diberi Probiotik Pseudoalteromonas 1UB dengan Dosis Berbeda Melalui Artemia sp.
SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA UDANG VANAME
YANG DIBERI PROBIOTIK Pseudoalteromonas 1UB DENGAN
DOSIS BERBEDA MELALUI Artemia sp.
DIAN NOVITA SARI
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Sintasan dan
Pertumbuhan Larva Udang Vaname yang Diberi Probiotik Pseudoalteromonas
1UB dengan Dosis Berbeda Melalui Artemia sp. adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Dian Novita Sari
NIM C14134005
ABSTRAK
DIAN NOVITA SARI. Sintasan dan Pertumbuhan Larva Udang Vaname yang
Diberi Probiotik Pseudoalteromonas 1UB dengan Dosis Berbeda Melalui Artemia
sp.. Dibimbing oleh WIDANARNI dan MUNTI YUHANA.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian probiotik
Pseudalteromonas 1UB melalui bioenkapsulasi Artemia sp. terhadap sintasan dan
pertumbuhan pada larva udang vaname. Stadia larva udang yang digunakan
adalah mysis 1 dengan bobot 0,56±0,05 mg/ekor dan dipelihara dalam toples yang
berisi 2 L air laut dengan kepadatan 30 ekor/L. Penelitian dilakukan dengan 4
perlakuan yaitu K (perlakuan kontrol, Artemia sp. tanpa bioenkapsulasi probiotik),
A (bioenkapsulasi Artemia sp. dengan probiotik Pseudoalteromonas 1UBR 104
CFU/mL), B (bioenkapsulasi Artemia sp. dengan probiotik Pseudoalteromonas
1UBR 106 CFU/mL), dan C (bioenkapsulasi Artemia sp. dengan probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR 108 CFU/mL). Kepadatan Artemia sp. yang digunakan
saat bioenkapsulasi sebanyak 100 individu/mL dan stadia Artemia sp. yang
digunakan adalah stadia instar 1-2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian probiotik Pseudoalteromonas 1UBR 106 CFU/mL dan 108 CFU/mL
masing-masing dapat meningkatkan sintasan larva udang vaname sebesar 19,13%
dan 46,10% dengan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dibanding kontrol,
yaitu masing-masing 23,11±2,87% dan 21,25±2,07%. Hasil terbaik diperoleh
pada perlakuan C dengan sintasan 94,92% dan laju pertumbuhan harian
21,25±2,07%.
Kata kunci : Larva Udang, Probiotik, Pseudoalteromonas 1UBR
ABSTRACT
DIAN NOVITA SARI. Survival and Growth of White Shrimp Larvae Fed by
Artemia sp. Supplemented with Pseudoalteromonas 1UB Probiotics at Different
Dosages. Supervised by WIDANARNI and MUNTI YUHANA.
This study aimed to determine the effectiveness of Pseudoaltermonas 1UB
probiotics bioencapsulated in Artemia sp. on the survival and growth of white
shrimp larvae. The life stage of white shrimp larvae used in this study was mysis 1
with average body weight of 0,56±0,05 mg/larvae and reared in glass jars
containing 2 L of seawaters with density 30 larvae/L. This study consisted of four
treatments i.e. K (control treatment, without probiotics bioencapsulated in Artemia
sp.), A (Pseudoalteromonas probiotics 1UBR 104 CFU/mL bioencapsulated in
Artemia sp.), B (Pseudoalteromonas 1UBR probiotics 106 CFU/mL
bioencapsulated in Artemia sp.), and C (Pseudoalteromonas probiotics 1UBR 108
CFU/mL bioencapsulated in Artemia sp.). The density of Artemia sp. at
bioencapsulation was as much 100 individuals/mL at the stage of instar 1-2. The
result showed that the administration of probiotic Pseudoalteromonas 1UBR of
106 CFU/mL and 108 CFU/mL increased the survival rate white shrimp larvae of
19,13% and 46,10%, respectively. The growth rate was not significant compare to
that of control, i.e. 23,11±2,87% and 21,25±2,07%, respectively. The best result
was found in C treatment with survival rate was 94,92% and the specific growth
rate was 21,25±2,07%.
Keyword : Probiotic, Pseudoalteromonas 1UBR, Shrimp Larvae
SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA UDANG VANAME
YANG DIBERI PROBIOTIK Pseudoalteromonas 1UB DENGAN
DOSIS BERBEDA MELALUI Artemia sp.
DIAN NOVITA SARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Sintasan dan Pertumbuhan Larva Udang Vaname yang Diberi
Probiotik Pseudoalteromonas 1UB dengan Dosis Berbeda
Melalui Artemia sp.
Nama
: Dian Novita Sari
NIM
: C14134005
Disetujui oleh
Dr Ir Widanarni, MSi
Pembimbing I
Dr Munti Yuhana, SPi, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Sintasan dan Pertumbuhan Larva Udang Vaname yang Diberi Probiotik
Pseudoalteromonas 1UB dengan Dosis Berbeda Melalui Artemia sp.”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr Ir Widanarni, MSi dan Dr Munti Yuhana, SPi, MSi selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan saran dan dukungan dalam
pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini;
2. Dr Julie Ekasari, SPi, MSc selaku dosen penguji tamu dan komisi
pendidikan departemen atas saran bagi perbaikan skripsi;
3. Seluruh dosen Departemen Budidaya Perairan yang telah memberikan ilmu
dan bantuan selama masa perkuliahan;
4. Orang tua beserta keluarga yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan
dukungannya.
5. Pak Ranta, Kak Dendi, Kak Yanti, Kak Haezy, Kak Rifki dan Kak Lukman
yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian;
6. Teman-teman LKI BDP 48 atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya
selama penelitian.
7. Teman-teman BDP 49 dan alih jenis BDP atas dukungan dan
kebersamaannya, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan informasi
tentang kegiatan budidaya, khususnya bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat
dan seluruh pihak yang membutuhkan. Terima kasih.
Bogor, Agustus 2015
Dian Novita Sari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Materi Uji
Penyiapan Probiotik
Penyiapan Artemia sp.
Pengujian Probiotik secara In Vivo
Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Persiapan Hewan Uji
Persiapan Bioenkapsulasi Artemia sp.
Pemeliharaan Hewan Uji
Rancangan Percobaan
Parameter Pengamatan
Sintasan
Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Penghitungan Kelimpahan Bakteri
Pengukuran Kualitas Air
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sintasan
Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Kelimpahan Bakteri
Kualitas Air
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
x
x
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
6
6
6
6
7
8
8
8
10
10
10
11
13
16
DAFTAR TABEL
1 Total bakteri dan total Pseudoalteromonas 1UBR dalam tubuh larva
udang vaname yang diberi probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis
berbeda melalui bioenkapsulasi Artemia sp. selama perlakuan
8
2 Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan larva udang vaname
yang diberi probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp.
8
DAFTAR GAMBAR
1 Sintasan larva udang vaname yang diberi probiotik Pseudoaltermonas
1UBR dosis berbeda melalui bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir
perlakuan
2 Laju pertumbuhan harian (LPH) larva udang vaname yang diberi
probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir perlakuan
3 Pertumbuhan panjang mutlak larva udang vaname yang diberi
probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir perlakuan
6
7
7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pembuatan isolat bakteri Pseudoalteromonas 1UB mutan resisten
rifampisin
2 Skema aplikasi probiotik pada larva udang vaname (Litopenaeus
vannamei) pada masing-masing perlakuan
3 Penghitungan kelimpahan bakteri Pseudoalteromonas 1UBR hasil
kultur pada media SWC cair
4 Analisis statistik sintasan larva udang vaname yang diberi probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR dosis berbeda melalui bioenkapsulasi
Artemia sp. pada akhir pemeliharaan
5 Analisis statistik laju pertumbuhan harian larva udang vaname yang
diberi probiotik Pseudoalteromonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir pemeliharaan
6 Analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak larva udang vaname
yang diberi probiotik Pseudoalteromonas 1UBR dosis berbeda
melalui bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir pemeliharaan
13
14
14
14
15
15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan udang hasil introduksi
yang berasal dari Hawai, Amerika. Di Indonesia, udang vaname merupakan salah
satu komoditas utama dalam sektor perikanan budidaya. Indonesia termasuk
negara pengekspor udang, diantaranya ke Jepang, USA, Netherland, dan United
Kingdom. Pada tahun 2012, Indonesia mengekspor udang sebanyak 111.100 ton
dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 120.500 ton (GLOBEFISH Highlights
2014). Tingkat produksi tersebut dapat dicapai dengan sistem budidaya intensif
yang didukung oleh ketersediaan benur yang berkualitas unggul dan kuantitas
tinggi. Namun, beberapa dekade terakhir, industri budidaya udang sedang
menghadapi masalah infeksi bakteri dan virus yang serius sehingga menyebabkan
kerugian ekonomis dan menghambat pengembangan industri udang di seluruh
dunia (Zhang et al. 2012). Penyakit bakterial yang sering menginfeksi udang
vaname adalah vibriosis, yang salah satunya disebabkan oleh bakteri Vibrio
harveyi (Phuoc et al. 2009). Penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian pada
seluruh stadia udang, mulai dari stadia larva hingga udang dewasa, baik di
hatchery maupun di tambak udang (Saulnier et al. 2000). Penyakit viral yang
sering menginfeksi udang adalah WSSV (White Spot Syndrome Virus), TSV
(Taura Syndrome Virus), YHV (Yellow Head Virus), IHHNV (Infectious
Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus) (Flegel et al. 2008) dan IMNV
(Infectious Myonecrosis Virus) (Melo et al. 2014).
Antibiotik merupakan agen pengontrol bakteri yang telah banyak digunakan
dalam akuakultur hampir selama 3 dekade. Penggunaan antibiotik mulai dikurangi
karena memiliki dampak negatif terhadap konsumen dan lingkungan. Oleh sebab
itu, banyak strategi yang mulai dikembangkan dan digunakan untuk
menanggulangi serangan penyakit dan untuk menciptakan lingkungan industri
yang ramah lingkungan. Imunostimulan, vaksin dan probiotik merupakan strategi
yang baik dan efektif untuk mengontrol penyakit sehingga dapat membantu
keberlanjutan akuakultur (Lazado dan Caipang 2014).
Probiotik merupakan bakteri hidup yang memberi pengaruh menguntungkan
bagi manusia dan hewan (FAO/WHO 2006). Secara umum, bakteri probiotik
untuk akuakultur diisolasi dari mikrobiota endogenus dan eksogenus hewan
akuatik. Probiotik yang telah digunakan dalam akuakultur diantaranya
Lactobacillus, Carnobacterium, Vibrio, Roseobacter, Bacillus, Pseudomonas,
Aeromonas, Saccharomyces, Enterococcus, Flavobacterium (Balcazar et al.
2006), Shewanella, Clostridium dan Brochochthrix (Nayak 2010). Beberapa
penelitian tentang aplikasi probiotik ke udang menunjukkan hasil bahwa
probiotik mampu meningkatkan ketahanan udang dan ikan terhadap infeksi
penyakit dengan cara produksi zat inhibitor, kompetisi sumber energi, perebutan
tempat pelekatan, meningkatkan respon imun, dan memperbaiki kualitas air
(Verschuere et al. 2000).
Pada penelitian ini digunakan bakteri probiotik Pseudoalteromonas 1UB
yang pada dosis 106 CFU/mL telah diuji efektif menghambat Vibrio harveyi dan
meningkatkan sintasan pada larva udang windu (Widanarni et al. 2009). Aplikasi
2
probiotik Pseudoalteromonas 1UB melalui pakan buatan dengan perbandingan
3:1 (pakan:probiotik) juga dapat meningkatkan laju pertumbuhan udang windu
sebesar 9,03% dan konversi pakan 1,35 (Widanarni et al. 2012).
Probiotik Pseudoalteromonas 1UB dalam tubuh larva udang dapat
dimonitor dengan penggunaan penanda resisten antibiotik rifampisin. Penanda
resisten antibiotik rifampisin efektif digunakan sebagai penanda untuk
membedakan bakteri probiotik dengan bakteri lainnya yang secara alami telah
terdapat pada larva udang (Widanarni 2004), sehingga bakteri probiotik
Pseudoalteromonas 1UB yang digunakan dalam penelitian ini diberi penanda
resisten rifampisin. Pemberian probiotik dilakukan melalui bioenkapsulasi
Artemia sp. selama 4 jam. Hal ini karena hasil penelitian Widanarni et al. (2008b)
menunjukkan bahwa pada 4 jam pertama, jumlah bakteri Vibrio SKT-b RfR pada
Artemia sp. terus meningkat dan akan mengalami penurunan sejak jam ke-5.
Pengetahuan dan informasi mengenai penggunaan probiotik Pseudoalteromonas
1UB ini, masih terbatas sehingga hal tersebut yang menjadi dasar dilakukannya
penelitian ini.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian probiotik
Pseudoalteromonas 1UB melalui bioenkapsulasi Artemia sp. terhadap sintasan
dan pertumbuhan pada larva udang vaname.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2015 di Laboratorium
Kesehatan Ikan dan Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Materi Uji
Penyiapan Probiotik
Bakteri probiotik yang digunakan pada penelitian ini adalah bakteri
Pseudoalteromonas piscicida (1UB) (Widanarni et al. 2009). Bakteri yang
digunakan dibuat resisten terhadap antibiotik rifampisin sebagai penanda.
Tahapan pembuatan bakteri resisten rifampisin dapat dilihat pada Lampiran 1.
Bakteri probiotik Pseudoalteromonas 1UB resisten rifampisin disebut
Pseudoalteromonas 1UBR. Bakteri Pseudoalteromonas 1UBR dikultur pada media
Sea Water Complete (SWC) -agar miring dan diinkubasi pada suhu ruang selama
24 jam. Selanjutnya bakteri diinokulasikan ke media SWC cair dan diinkubasi di
waterbath shaker pada suhu 27-29 °C dengan kecepatan 140 rpm selama 14 jam.
3
Penyiapan Artemia sp.
Artemia sp. yang digunakan berbentuk siste dalam kemasan kaleng. Siste
Artemia sp. ditetaskan dalam air laut 30 ppt sebanyak 2 g/L dan diberi aerasi kuat
selama 24 jam. Setelah itu naupli Artemia sp. dipanen dengan cara aerasi
dimatikan dan ¾ bagian wadah penetasan Artemia sp. ditutup dengan plastik
gelap. Kemudian didiamkan selama 20 menit hingga naupli Artemia sp.
mendekati sumber cahaya. Siste yang tidak menetas akan mengendap di dasar
wadah penetasan dan cangkang Artemia sp. akan mengapung. Naupli Artemia sp.
kemudian dipanen dengan cara disifon menggunakan selang aerasi. Penetasan
Artemia sp. dilakukan setiap hari selama masa pemeliharaan larva stadia zoea 3
hingga panen (postlarva 11).
Pengujian Probiotik secara In Vivo
Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini berupa toples kaca dengan
volume 3 L sebanyak 12 buah. Toples tersebut dicuci terlebih dahulu dengan
deterjen dan dibilas dengan air tawar hingga bersih lalu dikeringkan. Kemudian
toples tersebut diisi air hingga penuh dan didesinfeksi dengan klorin 30 µL/L
selama 48 jam. Selanjutnya toples dibilas dengan air tawar hingga bersih. Air laut
yang digunakan disimpan dalam wadah tandon lalu ditambahkan klorin 30 µL/L
untuk desinfeksi dan diaerasi kuat selama 48 jam. Toples yang telah didesinfeksi
diisi air laut sebanyak 2 L dan diletakkan di dalam bak fiber ukuran 3 x 1 x 0,5 m3
yang telah diisi air tawar sebanyak 100 L. Kemudian pada bak fiber tersebut
dipasang heater sebanyak 5 buah untuk menjaga suhu air dalam toples tetap
stabil. Setiap toples diberi satu selang aerasi dan batu aerasi yang terhubung
dengan instalasi aerasi untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam media
pemeliharaan larva udang vaname.
Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva udang vaname
(Litopenaeus vannamei). Larva udang yang digunakan berupa naupli 5 dengan
bobot rata-rata 0,016±0,001 mg/ekor yang berasal dari PT. Biru Laut
Khatulistiwa, Lampung. Larva tersebut dipelihara dalam media pemeliharaan
dengan kepadatan awal 100 ekor/L hingga stadia mysis 1. Selama pemeliharaan,
larva diberi pakan berupa Chaetoceros sp. sebanyak 105 sel/mL dan dilakukan
pergantian air setiap 3 hari sekali sebanyak 5-10%.
Persiapan Bioenkapsulasi Artemia sp.
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan alami berupa
Chaetoceros sp. dan Artemia sp.. Chaetoceros sp. diberikan pada stadia naupli 5
hingga zoea 3, sedangkan Artemia sp. diberikan pada stadia mysis 1 hingga PL
11. Pakan uji yang digunakan adalah Artemia sp. yang telah dibioenkapsulasi
dengan probiotik Pseudoalteromonas 1UBR. Bioenkapsulasi Artemia sp. dengan
probiotik Pseudoalteromonas 1UBR kepadatan 104 CFU/mL (perlakuan A), 106
CFU/mL (perlakuan B) dan 108 CFU/mL (perlakuan C) dilakukan dalam wadah
terpisah. Bioenkapsulasi dilakukan selama 4 jam (Widanarni et al. 2008b) dan
4
kepadatan Artemia sp. pada masing-masing perlakuan adalah 100 individu/mL.
Selanjutnya Artemia sp. dibilas dengan air laut steril. Stadia Artemia sp. yang
digunakan adalah Artemia sp. yang berada pada stadia instar 1-2 (Touraki et al.
2012). Artemia sp. yang telah dibioenkapsulasi langsung diberikan ke larva udang
dan selebihnya disimpan dalam lemari pendingin suhu 4 °C untuk digunakan
selanjutnya pada hari yang sama.
Pemeliharaan Hewan Uji
Perlakuan pemberian probiotik melalui bioenkapsulasi Artemia sp. dimulai
dari stadia mysis 1 hingga PL 11 dengan kepadatan awal 30 ekor/L. Sebelum
diberi perlakuan, bobot dan panjang larva udang vaname pada stadia mysis 1
disampling dan digunakan sebagai data awal untuk parameter pertumbuhan.
Selama pemeliharaan, larva diberi pakan Chaetoceros sp. dari stadia mysis 1
hingga mysis 2 sebanyak 105 sel/mL dengan frekuensi pemberian 6 kali dalam
sehari dan mysis 3 hingga PL 11 sebanyak 1 kali dalam sehari. Pada stadia mysis
1 hingga mysis 3, Artemia sp. diberikan sebanyak 3-4 ekor/larva dan pada stadia
PL 1 hingga PL 11 sebanyak 8-10 ekor/larva (Nimrat et al. 2011). Pakan
diberikan setiap 4 jam sekali dengan frekuensi 6 kali dalam sehari pada pukul
02.00; 06.00; 10.00; 14.00; 18.00; dan 22.00 WIB. Selama pemeliharaan
dilakukan pergantian air setiap 3 hari sekali sebanyak 5-10%. Skema aplikasi
probiotik pada larva udang vaname dapat dilihat pada Lampiran 2.
Rancangan Percobaan
Aplikasi probiotik melalui bioenkapsulasi Artemia sp. menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan
dengan masing-masing 3 ulangan, yaitu:
K : Kontrol (Larva udang diberi Artemia sp. tanpa bioenkapsulasi probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR)
A : Larva udang diberi Artemia sp. dengan bioenkapsulasi
probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR 104 CFU/mL
B : Larva udang diberi Artemia sp. dengan bioenkapsulasi
probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR 106 CFU/mL
C : Larva udang diberi Artemia sp. dengan bioenkapsulasi
probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR 108 CFU/mL
Parameter Pengamatan
Sintasan
Sintasan larva udang vaname dihitung pada akhir perlakuan. Sintasan
dihitung dari stadia mysis 1 hingga PL 11 dengan rumus (Effendi 2012):
Keterangan:
SR : Survival Rate (sintasan) (%)
Nt : Jumlah udang pada akhir pemeliharaan (ekor)
5
No
: Jumlah udang pada awal pemeliharaan (ekor)
Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Laju pertumbuhan harian atau laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth
Rate/SGR) dihitung pada akhir perlakuan dengan rumus (Huissman 1987):
Keterangan:
LPH : Laju pertumbuhan harian (%)
Wt : Bobot rata-rata pada akhir perlakuan (mg)
Wo : Bobot rata-rata pada awal perlakuan (mg)
t
: Periode pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak dihitung pada akhir perlakuan dengan rumus
(Effendie 1997):
P (mm) = Pt – Po
Keterangan:
P
: Pertumbuhan panjang mutlak (mm)
Pt
: Panjang rata-rata pada akhir perlakuan (mm)
Po : Panjang rata-rata pada awal perlakuan (mm)
Penghitungan Kelimpahan Bakteri
Penghitungan kelimpahan bakteri dilakukan pada stadia mysis 1 dan PL 11
dengan metode hitungan cawan. Pengamatan yang dilakukan meliputi Total
Viable Bacterial Count (TBC) dan total bakteri probiotik Pseudoalteromonas
1UBR. Media yang digunakan adalah SWC-agar untuk total bakteri dan SWCagar + rifampisin 50 µg/mL untuk total Pseudoalteromonas 1UBR. Prosedur
metode hitungan cawan dapat dilihat pada Lampiran 3. Kelimpahan bakteri
dihitung dengan rumus (Madigan et al. 2003):
Total Bakteri = ∑ koloni x
Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap seminggu sekali selama
pemeliharaan. Paramater kualitas air yang diukur selama pemeliharaan adalah
DO, pH, suhu dan salinitas. Parameter DO, pH dan salinitas diukur seminggu
sekali, sedangkan suhu media pemeliharaan diukur setiap hari.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi
17.0, kemudian diuji lanjut menggunakan uji Duncan.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sintasan
Sintasan larva dihitung pada akhir penelitian, yakni pada stadia PL11. Nilai
sintasan larva pada perlakuan probiotik dan kontrol disajikan pada Gambar 1 dan
Lampiran 4. Sintasan terbaik diperoleh pada perlakuan C sebesar 94,92%, lalu
diikuti perlakuan B sebesar 77,40%, perlakuan A sebesar 70,62%, dan perlakuan
K sebesar 64,97%. Sintasan larva udang vaname pada perlakuan C dan B berbeda
nyata dengan perlakuan K, tetapi perlakuan B tidak berbeda nyata dengan
perlakuan A.
a
100
b
Sintasan (%)
80
bc
c
60
40
20
0
K
A
B
C
Perlakuan
Keterangan:
*Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P0,05)
** K (Kontrol), A (Pseudoalteromonas 1UBR 104 CFU/mL), B (Pseudoalteromonas 1UBR 106
CFU/mL), dan C (Pseudoalteromonas 1UBR 108 CFU/mL)
Gambar 2 Laju pertumbuhan harian (LPH) larva udang vaname yang diberi
probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir perlakuan
Pertumbuhan Panjang
Mutlak (mm)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak larva udang vaname tertinggi ditemukan pada
perlakuan B (10,67±2,31 mm), selanjutnya diikuti perlakuan A (10,33±0,58 mm),
perlakuan C (10,00±1,00 mm) dan terendah pada perlakuan K (8,00±1,00 mm).
Pertumbuhan panjang mutlak larva udang vaname pada semua perlakuan tidak
berbeda nyata dengan perlakuan K (Gambar 3 dan Lampiran 6).
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
a
a
a
a
K
A
Perlakuan
B
C
*Huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05)
** K (Kontrol), A (Pseudoalteromonas 1UBR 104 CFU/mL), B (Pseudoalteromonas 1UBR 106 CFU/mL),
dan C (Pseudoalteromonas 1UBR 108 CFU/mL)
Gambar 3 Pertumbuhan panjang mutlak larva udang vaname yang diberi probiotik
Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui bioenkapsulasi Artemia
sp. pada akhir perlakuan
8
Kelimpahan Bakteri
Jumlah total bakteri pada larva udang vaname di awal perlakuan relatif
sama, yakni dengan kepadatan 3,50-9,60 x 104 CFU/larva. Pada akhir
pemeliharaan (PL11), total bakteri pada semua perlakuan mengalami peningkatan
dan jumlah total bakteri tertinggi ditemukan pada perlakuan C, yakni 4,00 x 106
CFU/larva, sedangkan perlakuan lainnya relatif sama. Total bakteri
Pseudoalteromonas 1UBR pada akhir pemeliharaan ditemukan pada perlakuan A,
B, dan C. Pada akhir pemeliharaan, jumlah bakteri Pseudoalteromonas 1UBR
tertinggi ditemukan pada perlakuan B (2,27 x 105 CFU/larva). Data total bakteri
dan total Pseudoalteromonas 1UBR ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Total bakteri dan total Pseudoalteromonas 1UBR dalam tubuh larva
udang vaname yang diberi probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis
berbeda melalui bioenkapsulasi Artemia sp. selama perlakuan
TBC (CFU/larva)
Perlakuan
M1 (CFU/Larva)
K
A
B
C
9,60 x 104
8,00 x 104
3,50 x 104
7,40 x 104
PL11
(CFU/Larva)
2,48 x 105
7,68 x 105
9,50 x 105
4,00 x 106
Total Pseudoalteromonas 1UBR
(CFU/larva)
PL11
M1 (CFU/Larva)
(CFU/Larva)
0
0
0
4,00 x 102
0
2,27 x 105
0
4,92 x 104
Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati dalam penelitian ini yaitu suhu,
salinitas, pH dan DO. Kisaran nilai kualitas air di semua perlakuan disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan larva udang vaname
yang diberi probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp.
Parameter
Suhu (°C)
Salinitas (ppt)
pH (Unit)
DO (mg/L)
K
28-33
29-33
8,22-8,32
6,0-8,3
Perlakuan
A
B
28-33
28-33
29-32
29-33
8,22-8,32
8,13-8,22
6,0-8,4
6,0-8,2
C
28-33
29-33
8,21-8,31
6,0-8,5
SNI-7311-2009
29-32
29-34
7,50-8,50
≥5
Pembahasan
Sintasan merupakan jumlah ikan yang hidup setelah dipelihara beberapa
waktu dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan yang dinyatakan
dalam persen (%) (Effendi 2012). Berdasarkan hasil pengamatan selama
pemeliharaan, diketahui bahwa sintasan tertinggi dihasilkan pada perlakuan C
(94,92%), kemudian diikuti perlakuan B (77,4%), A (70,62%) dan K (64,97%).
Sintasan larva udang vaname pada perlakuan C dan B berbeda nyata terhadap
perlakuan K (P
YANG DIBERI PROBIOTIK Pseudoalteromonas 1UB DENGAN
DOSIS BERBEDA MELALUI Artemia sp.
DIAN NOVITA SARI
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Sintasan dan
Pertumbuhan Larva Udang Vaname yang Diberi Probiotik Pseudoalteromonas
1UB dengan Dosis Berbeda Melalui Artemia sp. adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Dian Novita Sari
NIM C14134005
ABSTRAK
DIAN NOVITA SARI. Sintasan dan Pertumbuhan Larva Udang Vaname yang
Diberi Probiotik Pseudoalteromonas 1UB dengan Dosis Berbeda Melalui Artemia
sp.. Dibimbing oleh WIDANARNI dan MUNTI YUHANA.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian probiotik
Pseudalteromonas 1UB melalui bioenkapsulasi Artemia sp. terhadap sintasan dan
pertumbuhan pada larva udang vaname. Stadia larva udang yang digunakan
adalah mysis 1 dengan bobot 0,56±0,05 mg/ekor dan dipelihara dalam toples yang
berisi 2 L air laut dengan kepadatan 30 ekor/L. Penelitian dilakukan dengan 4
perlakuan yaitu K (perlakuan kontrol, Artemia sp. tanpa bioenkapsulasi probiotik),
A (bioenkapsulasi Artemia sp. dengan probiotik Pseudoalteromonas 1UBR 104
CFU/mL), B (bioenkapsulasi Artemia sp. dengan probiotik Pseudoalteromonas
1UBR 106 CFU/mL), dan C (bioenkapsulasi Artemia sp. dengan probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR 108 CFU/mL). Kepadatan Artemia sp. yang digunakan
saat bioenkapsulasi sebanyak 100 individu/mL dan stadia Artemia sp. yang
digunakan adalah stadia instar 1-2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian probiotik Pseudoalteromonas 1UBR 106 CFU/mL dan 108 CFU/mL
masing-masing dapat meningkatkan sintasan larva udang vaname sebesar 19,13%
dan 46,10% dengan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dibanding kontrol,
yaitu masing-masing 23,11±2,87% dan 21,25±2,07%. Hasil terbaik diperoleh
pada perlakuan C dengan sintasan 94,92% dan laju pertumbuhan harian
21,25±2,07%.
Kata kunci : Larva Udang, Probiotik, Pseudoalteromonas 1UBR
ABSTRACT
DIAN NOVITA SARI. Survival and Growth of White Shrimp Larvae Fed by
Artemia sp. Supplemented with Pseudoalteromonas 1UB Probiotics at Different
Dosages. Supervised by WIDANARNI and MUNTI YUHANA.
This study aimed to determine the effectiveness of Pseudoaltermonas 1UB
probiotics bioencapsulated in Artemia sp. on the survival and growth of white
shrimp larvae. The life stage of white shrimp larvae used in this study was mysis 1
with average body weight of 0,56±0,05 mg/larvae and reared in glass jars
containing 2 L of seawaters with density 30 larvae/L. This study consisted of four
treatments i.e. K (control treatment, without probiotics bioencapsulated in Artemia
sp.), A (Pseudoalteromonas probiotics 1UBR 104 CFU/mL bioencapsulated in
Artemia sp.), B (Pseudoalteromonas 1UBR probiotics 106 CFU/mL
bioencapsulated in Artemia sp.), and C (Pseudoalteromonas probiotics 1UBR 108
CFU/mL bioencapsulated in Artemia sp.). The density of Artemia sp. at
bioencapsulation was as much 100 individuals/mL at the stage of instar 1-2. The
result showed that the administration of probiotic Pseudoalteromonas 1UBR of
106 CFU/mL and 108 CFU/mL increased the survival rate white shrimp larvae of
19,13% and 46,10%, respectively. The growth rate was not significant compare to
that of control, i.e. 23,11±2,87% and 21,25±2,07%, respectively. The best result
was found in C treatment with survival rate was 94,92% and the specific growth
rate was 21,25±2,07%.
Keyword : Probiotic, Pseudoalteromonas 1UBR, Shrimp Larvae
SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA UDANG VANAME
YANG DIBERI PROBIOTIK Pseudoalteromonas 1UB DENGAN
DOSIS BERBEDA MELALUI Artemia sp.
DIAN NOVITA SARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Sintasan dan Pertumbuhan Larva Udang Vaname yang Diberi
Probiotik Pseudoalteromonas 1UB dengan Dosis Berbeda
Melalui Artemia sp.
Nama
: Dian Novita Sari
NIM
: C14134005
Disetujui oleh
Dr Ir Widanarni, MSi
Pembimbing I
Dr Munti Yuhana, SPi, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Sintasan dan Pertumbuhan Larva Udang Vaname yang Diberi Probiotik
Pseudoalteromonas 1UB dengan Dosis Berbeda Melalui Artemia sp.”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr Ir Widanarni, MSi dan Dr Munti Yuhana, SPi, MSi selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan saran dan dukungan dalam
pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini;
2. Dr Julie Ekasari, SPi, MSc selaku dosen penguji tamu dan komisi
pendidikan departemen atas saran bagi perbaikan skripsi;
3. Seluruh dosen Departemen Budidaya Perairan yang telah memberikan ilmu
dan bantuan selama masa perkuliahan;
4. Orang tua beserta keluarga yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan
dukungannya.
5. Pak Ranta, Kak Dendi, Kak Yanti, Kak Haezy, Kak Rifki dan Kak Lukman
yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian;
6. Teman-teman LKI BDP 48 atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya
selama penelitian.
7. Teman-teman BDP 49 dan alih jenis BDP atas dukungan dan
kebersamaannya, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan informasi
tentang kegiatan budidaya, khususnya bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat
dan seluruh pihak yang membutuhkan. Terima kasih.
Bogor, Agustus 2015
Dian Novita Sari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Materi Uji
Penyiapan Probiotik
Penyiapan Artemia sp.
Pengujian Probiotik secara In Vivo
Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Persiapan Hewan Uji
Persiapan Bioenkapsulasi Artemia sp.
Pemeliharaan Hewan Uji
Rancangan Percobaan
Parameter Pengamatan
Sintasan
Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Penghitungan Kelimpahan Bakteri
Pengukuran Kualitas Air
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sintasan
Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Kelimpahan Bakteri
Kualitas Air
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
x
x
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5
6
6
6
6
7
8
8
8
10
10
10
11
13
16
DAFTAR TABEL
1 Total bakteri dan total Pseudoalteromonas 1UBR dalam tubuh larva
udang vaname yang diberi probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis
berbeda melalui bioenkapsulasi Artemia sp. selama perlakuan
8
2 Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan larva udang vaname
yang diberi probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp.
8
DAFTAR GAMBAR
1 Sintasan larva udang vaname yang diberi probiotik Pseudoaltermonas
1UBR dosis berbeda melalui bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir
perlakuan
2 Laju pertumbuhan harian (LPH) larva udang vaname yang diberi
probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir perlakuan
3 Pertumbuhan panjang mutlak larva udang vaname yang diberi
probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir perlakuan
6
7
7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pembuatan isolat bakteri Pseudoalteromonas 1UB mutan resisten
rifampisin
2 Skema aplikasi probiotik pada larva udang vaname (Litopenaeus
vannamei) pada masing-masing perlakuan
3 Penghitungan kelimpahan bakteri Pseudoalteromonas 1UBR hasil
kultur pada media SWC cair
4 Analisis statistik sintasan larva udang vaname yang diberi probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR dosis berbeda melalui bioenkapsulasi
Artemia sp. pada akhir pemeliharaan
5 Analisis statistik laju pertumbuhan harian larva udang vaname yang
diberi probiotik Pseudoalteromonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir pemeliharaan
6 Analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak larva udang vaname
yang diberi probiotik Pseudoalteromonas 1UBR dosis berbeda
melalui bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir pemeliharaan
13
14
14
14
15
15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan udang hasil introduksi
yang berasal dari Hawai, Amerika. Di Indonesia, udang vaname merupakan salah
satu komoditas utama dalam sektor perikanan budidaya. Indonesia termasuk
negara pengekspor udang, diantaranya ke Jepang, USA, Netherland, dan United
Kingdom. Pada tahun 2012, Indonesia mengekspor udang sebanyak 111.100 ton
dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 120.500 ton (GLOBEFISH Highlights
2014). Tingkat produksi tersebut dapat dicapai dengan sistem budidaya intensif
yang didukung oleh ketersediaan benur yang berkualitas unggul dan kuantitas
tinggi. Namun, beberapa dekade terakhir, industri budidaya udang sedang
menghadapi masalah infeksi bakteri dan virus yang serius sehingga menyebabkan
kerugian ekonomis dan menghambat pengembangan industri udang di seluruh
dunia (Zhang et al. 2012). Penyakit bakterial yang sering menginfeksi udang
vaname adalah vibriosis, yang salah satunya disebabkan oleh bakteri Vibrio
harveyi (Phuoc et al. 2009). Penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian pada
seluruh stadia udang, mulai dari stadia larva hingga udang dewasa, baik di
hatchery maupun di tambak udang (Saulnier et al. 2000). Penyakit viral yang
sering menginfeksi udang adalah WSSV (White Spot Syndrome Virus), TSV
(Taura Syndrome Virus), YHV (Yellow Head Virus), IHHNV (Infectious
Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus) (Flegel et al. 2008) dan IMNV
(Infectious Myonecrosis Virus) (Melo et al. 2014).
Antibiotik merupakan agen pengontrol bakteri yang telah banyak digunakan
dalam akuakultur hampir selama 3 dekade. Penggunaan antibiotik mulai dikurangi
karena memiliki dampak negatif terhadap konsumen dan lingkungan. Oleh sebab
itu, banyak strategi yang mulai dikembangkan dan digunakan untuk
menanggulangi serangan penyakit dan untuk menciptakan lingkungan industri
yang ramah lingkungan. Imunostimulan, vaksin dan probiotik merupakan strategi
yang baik dan efektif untuk mengontrol penyakit sehingga dapat membantu
keberlanjutan akuakultur (Lazado dan Caipang 2014).
Probiotik merupakan bakteri hidup yang memberi pengaruh menguntungkan
bagi manusia dan hewan (FAO/WHO 2006). Secara umum, bakteri probiotik
untuk akuakultur diisolasi dari mikrobiota endogenus dan eksogenus hewan
akuatik. Probiotik yang telah digunakan dalam akuakultur diantaranya
Lactobacillus, Carnobacterium, Vibrio, Roseobacter, Bacillus, Pseudomonas,
Aeromonas, Saccharomyces, Enterococcus, Flavobacterium (Balcazar et al.
2006), Shewanella, Clostridium dan Brochochthrix (Nayak 2010). Beberapa
penelitian tentang aplikasi probiotik ke udang menunjukkan hasil bahwa
probiotik mampu meningkatkan ketahanan udang dan ikan terhadap infeksi
penyakit dengan cara produksi zat inhibitor, kompetisi sumber energi, perebutan
tempat pelekatan, meningkatkan respon imun, dan memperbaiki kualitas air
(Verschuere et al. 2000).
Pada penelitian ini digunakan bakteri probiotik Pseudoalteromonas 1UB
yang pada dosis 106 CFU/mL telah diuji efektif menghambat Vibrio harveyi dan
meningkatkan sintasan pada larva udang windu (Widanarni et al. 2009). Aplikasi
2
probiotik Pseudoalteromonas 1UB melalui pakan buatan dengan perbandingan
3:1 (pakan:probiotik) juga dapat meningkatkan laju pertumbuhan udang windu
sebesar 9,03% dan konversi pakan 1,35 (Widanarni et al. 2012).
Probiotik Pseudoalteromonas 1UB dalam tubuh larva udang dapat
dimonitor dengan penggunaan penanda resisten antibiotik rifampisin. Penanda
resisten antibiotik rifampisin efektif digunakan sebagai penanda untuk
membedakan bakteri probiotik dengan bakteri lainnya yang secara alami telah
terdapat pada larva udang (Widanarni 2004), sehingga bakteri probiotik
Pseudoalteromonas 1UB yang digunakan dalam penelitian ini diberi penanda
resisten rifampisin. Pemberian probiotik dilakukan melalui bioenkapsulasi
Artemia sp. selama 4 jam. Hal ini karena hasil penelitian Widanarni et al. (2008b)
menunjukkan bahwa pada 4 jam pertama, jumlah bakteri Vibrio SKT-b RfR pada
Artemia sp. terus meningkat dan akan mengalami penurunan sejak jam ke-5.
Pengetahuan dan informasi mengenai penggunaan probiotik Pseudoalteromonas
1UB ini, masih terbatas sehingga hal tersebut yang menjadi dasar dilakukannya
penelitian ini.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian probiotik
Pseudoalteromonas 1UB melalui bioenkapsulasi Artemia sp. terhadap sintasan
dan pertumbuhan pada larva udang vaname.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2015 di Laboratorium
Kesehatan Ikan dan Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Materi Uji
Penyiapan Probiotik
Bakteri probiotik yang digunakan pada penelitian ini adalah bakteri
Pseudoalteromonas piscicida (1UB) (Widanarni et al. 2009). Bakteri yang
digunakan dibuat resisten terhadap antibiotik rifampisin sebagai penanda.
Tahapan pembuatan bakteri resisten rifampisin dapat dilihat pada Lampiran 1.
Bakteri probiotik Pseudoalteromonas 1UB resisten rifampisin disebut
Pseudoalteromonas 1UBR. Bakteri Pseudoalteromonas 1UBR dikultur pada media
Sea Water Complete (SWC) -agar miring dan diinkubasi pada suhu ruang selama
24 jam. Selanjutnya bakteri diinokulasikan ke media SWC cair dan diinkubasi di
waterbath shaker pada suhu 27-29 °C dengan kecepatan 140 rpm selama 14 jam.
3
Penyiapan Artemia sp.
Artemia sp. yang digunakan berbentuk siste dalam kemasan kaleng. Siste
Artemia sp. ditetaskan dalam air laut 30 ppt sebanyak 2 g/L dan diberi aerasi kuat
selama 24 jam. Setelah itu naupli Artemia sp. dipanen dengan cara aerasi
dimatikan dan ¾ bagian wadah penetasan Artemia sp. ditutup dengan plastik
gelap. Kemudian didiamkan selama 20 menit hingga naupli Artemia sp.
mendekati sumber cahaya. Siste yang tidak menetas akan mengendap di dasar
wadah penetasan dan cangkang Artemia sp. akan mengapung. Naupli Artemia sp.
kemudian dipanen dengan cara disifon menggunakan selang aerasi. Penetasan
Artemia sp. dilakukan setiap hari selama masa pemeliharaan larva stadia zoea 3
hingga panen (postlarva 11).
Pengujian Probiotik secara In Vivo
Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini berupa toples kaca dengan
volume 3 L sebanyak 12 buah. Toples tersebut dicuci terlebih dahulu dengan
deterjen dan dibilas dengan air tawar hingga bersih lalu dikeringkan. Kemudian
toples tersebut diisi air hingga penuh dan didesinfeksi dengan klorin 30 µL/L
selama 48 jam. Selanjutnya toples dibilas dengan air tawar hingga bersih. Air laut
yang digunakan disimpan dalam wadah tandon lalu ditambahkan klorin 30 µL/L
untuk desinfeksi dan diaerasi kuat selama 48 jam. Toples yang telah didesinfeksi
diisi air laut sebanyak 2 L dan diletakkan di dalam bak fiber ukuran 3 x 1 x 0,5 m3
yang telah diisi air tawar sebanyak 100 L. Kemudian pada bak fiber tersebut
dipasang heater sebanyak 5 buah untuk menjaga suhu air dalam toples tetap
stabil. Setiap toples diberi satu selang aerasi dan batu aerasi yang terhubung
dengan instalasi aerasi untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam media
pemeliharaan larva udang vaname.
Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva udang vaname
(Litopenaeus vannamei). Larva udang yang digunakan berupa naupli 5 dengan
bobot rata-rata 0,016±0,001 mg/ekor yang berasal dari PT. Biru Laut
Khatulistiwa, Lampung. Larva tersebut dipelihara dalam media pemeliharaan
dengan kepadatan awal 100 ekor/L hingga stadia mysis 1. Selama pemeliharaan,
larva diberi pakan berupa Chaetoceros sp. sebanyak 105 sel/mL dan dilakukan
pergantian air setiap 3 hari sekali sebanyak 5-10%.
Persiapan Bioenkapsulasi Artemia sp.
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan alami berupa
Chaetoceros sp. dan Artemia sp.. Chaetoceros sp. diberikan pada stadia naupli 5
hingga zoea 3, sedangkan Artemia sp. diberikan pada stadia mysis 1 hingga PL
11. Pakan uji yang digunakan adalah Artemia sp. yang telah dibioenkapsulasi
dengan probiotik Pseudoalteromonas 1UBR. Bioenkapsulasi Artemia sp. dengan
probiotik Pseudoalteromonas 1UBR kepadatan 104 CFU/mL (perlakuan A), 106
CFU/mL (perlakuan B) dan 108 CFU/mL (perlakuan C) dilakukan dalam wadah
terpisah. Bioenkapsulasi dilakukan selama 4 jam (Widanarni et al. 2008b) dan
4
kepadatan Artemia sp. pada masing-masing perlakuan adalah 100 individu/mL.
Selanjutnya Artemia sp. dibilas dengan air laut steril. Stadia Artemia sp. yang
digunakan adalah Artemia sp. yang berada pada stadia instar 1-2 (Touraki et al.
2012). Artemia sp. yang telah dibioenkapsulasi langsung diberikan ke larva udang
dan selebihnya disimpan dalam lemari pendingin suhu 4 °C untuk digunakan
selanjutnya pada hari yang sama.
Pemeliharaan Hewan Uji
Perlakuan pemberian probiotik melalui bioenkapsulasi Artemia sp. dimulai
dari stadia mysis 1 hingga PL 11 dengan kepadatan awal 30 ekor/L. Sebelum
diberi perlakuan, bobot dan panjang larva udang vaname pada stadia mysis 1
disampling dan digunakan sebagai data awal untuk parameter pertumbuhan.
Selama pemeliharaan, larva diberi pakan Chaetoceros sp. dari stadia mysis 1
hingga mysis 2 sebanyak 105 sel/mL dengan frekuensi pemberian 6 kali dalam
sehari dan mysis 3 hingga PL 11 sebanyak 1 kali dalam sehari. Pada stadia mysis
1 hingga mysis 3, Artemia sp. diberikan sebanyak 3-4 ekor/larva dan pada stadia
PL 1 hingga PL 11 sebanyak 8-10 ekor/larva (Nimrat et al. 2011). Pakan
diberikan setiap 4 jam sekali dengan frekuensi 6 kali dalam sehari pada pukul
02.00; 06.00; 10.00; 14.00; 18.00; dan 22.00 WIB. Selama pemeliharaan
dilakukan pergantian air setiap 3 hari sekali sebanyak 5-10%. Skema aplikasi
probiotik pada larva udang vaname dapat dilihat pada Lampiran 2.
Rancangan Percobaan
Aplikasi probiotik melalui bioenkapsulasi Artemia sp. menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan
dengan masing-masing 3 ulangan, yaitu:
K : Kontrol (Larva udang diberi Artemia sp. tanpa bioenkapsulasi probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR)
A : Larva udang diberi Artemia sp. dengan bioenkapsulasi
probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR 104 CFU/mL
B : Larva udang diberi Artemia sp. dengan bioenkapsulasi
probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR 106 CFU/mL
C : Larva udang diberi Artemia sp. dengan bioenkapsulasi
probiotik
Pseudoalteromonas 1UBR 108 CFU/mL
Parameter Pengamatan
Sintasan
Sintasan larva udang vaname dihitung pada akhir perlakuan. Sintasan
dihitung dari stadia mysis 1 hingga PL 11 dengan rumus (Effendi 2012):
Keterangan:
SR : Survival Rate (sintasan) (%)
Nt : Jumlah udang pada akhir pemeliharaan (ekor)
5
No
: Jumlah udang pada awal pemeliharaan (ekor)
Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Laju pertumbuhan harian atau laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth
Rate/SGR) dihitung pada akhir perlakuan dengan rumus (Huissman 1987):
Keterangan:
LPH : Laju pertumbuhan harian (%)
Wt : Bobot rata-rata pada akhir perlakuan (mg)
Wo : Bobot rata-rata pada awal perlakuan (mg)
t
: Periode pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak dihitung pada akhir perlakuan dengan rumus
(Effendie 1997):
P (mm) = Pt – Po
Keterangan:
P
: Pertumbuhan panjang mutlak (mm)
Pt
: Panjang rata-rata pada akhir perlakuan (mm)
Po : Panjang rata-rata pada awal perlakuan (mm)
Penghitungan Kelimpahan Bakteri
Penghitungan kelimpahan bakteri dilakukan pada stadia mysis 1 dan PL 11
dengan metode hitungan cawan. Pengamatan yang dilakukan meliputi Total
Viable Bacterial Count (TBC) dan total bakteri probiotik Pseudoalteromonas
1UBR. Media yang digunakan adalah SWC-agar untuk total bakteri dan SWCagar + rifampisin 50 µg/mL untuk total Pseudoalteromonas 1UBR. Prosedur
metode hitungan cawan dapat dilihat pada Lampiran 3. Kelimpahan bakteri
dihitung dengan rumus (Madigan et al. 2003):
Total Bakteri = ∑ koloni x
Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap seminggu sekali selama
pemeliharaan. Paramater kualitas air yang diukur selama pemeliharaan adalah
DO, pH, suhu dan salinitas. Parameter DO, pH dan salinitas diukur seminggu
sekali, sedangkan suhu media pemeliharaan diukur setiap hari.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi
17.0, kemudian diuji lanjut menggunakan uji Duncan.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sintasan
Sintasan larva dihitung pada akhir penelitian, yakni pada stadia PL11. Nilai
sintasan larva pada perlakuan probiotik dan kontrol disajikan pada Gambar 1 dan
Lampiran 4. Sintasan terbaik diperoleh pada perlakuan C sebesar 94,92%, lalu
diikuti perlakuan B sebesar 77,40%, perlakuan A sebesar 70,62%, dan perlakuan
K sebesar 64,97%. Sintasan larva udang vaname pada perlakuan C dan B berbeda
nyata dengan perlakuan K, tetapi perlakuan B tidak berbeda nyata dengan
perlakuan A.
a
100
b
Sintasan (%)
80
bc
c
60
40
20
0
K
A
B
C
Perlakuan
Keterangan:
*Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P0,05)
** K (Kontrol), A (Pseudoalteromonas 1UBR 104 CFU/mL), B (Pseudoalteromonas 1UBR 106
CFU/mL), dan C (Pseudoalteromonas 1UBR 108 CFU/mL)
Gambar 2 Laju pertumbuhan harian (LPH) larva udang vaname yang diberi
probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp. pada akhir perlakuan
Pertumbuhan Panjang
Mutlak (mm)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak larva udang vaname tertinggi ditemukan pada
perlakuan B (10,67±2,31 mm), selanjutnya diikuti perlakuan A (10,33±0,58 mm),
perlakuan C (10,00±1,00 mm) dan terendah pada perlakuan K (8,00±1,00 mm).
Pertumbuhan panjang mutlak larva udang vaname pada semua perlakuan tidak
berbeda nyata dengan perlakuan K (Gambar 3 dan Lampiran 6).
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
a
a
a
a
K
A
Perlakuan
B
C
*Huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05)
** K (Kontrol), A (Pseudoalteromonas 1UBR 104 CFU/mL), B (Pseudoalteromonas 1UBR 106 CFU/mL),
dan C (Pseudoalteromonas 1UBR 108 CFU/mL)
Gambar 3 Pertumbuhan panjang mutlak larva udang vaname yang diberi probiotik
Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui bioenkapsulasi Artemia
sp. pada akhir perlakuan
8
Kelimpahan Bakteri
Jumlah total bakteri pada larva udang vaname di awal perlakuan relatif
sama, yakni dengan kepadatan 3,50-9,60 x 104 CFU/larva. Pada akhir
pemeliharaan (PL11), total bakteri pada semua perlakuan mengalami peningkatan
dan jumlah total bakteri tertinggi ditemukan pada perlakuan C, yakni 4,00 x 106
CFU/larva, sedangkan perlakuan lainnya relatif sama. Total bakteri
Pseudoalteromonas 1UBR pada akhir pemeliharaan ditemukan pada perlakuan A,
B, dan C. Pada akhir pemeliharaan, jumlah bakteri Pseudoalteromonas 1UBR
tertinggi ditemukan pada perlakuan B (2,27 x 105 CFU/larva). Data total bakteri
dan total Pseudoalteromonas 1UBR ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Total bakteri dan total Pseudoalteromonas 1UBR dalam tubuh larva
udang vaname yang diberi probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis
berbeda melalui bioenkapsulasi Artemia sp. selama perlakuan
TBC (CFU/larva)
Perlakuan
M1 (CFU/Larva)
K
A
B
C
9,60 x 104
8,00 x 104
3,50 x 104
7,40 x 104
PL11
(CFU/Larva)
2,48 x 105
7,68 x 105
9,50 x 105
4,00 x 106
Total Pseudoalteromonas 1UBR
(CFU/larva)
PL11
M1 (CFU/Larva)
(CFU/Larva)
0
0
0
4,00 x 102
0
2,27 x 105
0
4,92 x 104
Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati dalam penelitian ini yaitu suhu,
salinitas, pH dan DO. Kisaran nilai kualitas air di semua perlakuan disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan larva udang vaname
yang diberi probiotik Pseudoaltermonas 1UBR dosis berbeda melalui
bioenkapsulasi Artemia sp.
Parameter
Suhu (°C)
Salinitas (ppt)
pH (Unit)
DO (mg/L)
K
28-33
29-33
8,22-8,32
6,0-8,3
Perlakuan
A
B
28-33
28-33
29-32
29-33
8,22-8,32
8,13-8,22
6,0-8,4
6,0-8,2
C
28-33
29-33
8,21-8,31
6,0-8,5
SNI-7311-2009
29-32
29-34
7,50-8,50
≥5
Pembahasan
Sintasan merupakan jumlah ikan yang hidup setelah dipelihara beberapa
waktu dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan yang dinyatakan
dalam persen (%) (Effendi 2012). Berdasarkan hasil pengamatan selama
pemeliharaan, diketahui bahwa sintasan tertinggi dihasilkan pada perlakuan C
(94,92%), kemudian diikuti perlakuan B (77,4%), A (70,62%) dan K (64,97%).
Sintasan larva udang vaname pada perlakuan C dan B berbeda nyata terhadap
perlakuan K (P