TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PERTUMBUHAN DAN SINTASAN LARVA UDANG VANAME (LITOPENAEUS ...

Jurnal Mina Laut Indonesia

Vol. 01 No. 01

(93 – 103)

ISSN : 2303-3959

Pertumbuhan dan Sintasan Larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Melalui
Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Usus Ayam
Growth and Survival Rate of Vannamei Shrimp Larva (Litopenaeus vannamei) through Subtitution of
Fish Meal with Chicken Intestinal Meal
Yustianti *), Moh. Noh Ibrahim**) dan Ruslaini ***)
Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Haluoleo
Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari 93232
e_mail: *yustianti_08079@yahoo.co.id, **imohamadnibrahim@yahoo.com, ***ruslaini08@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan sintasan udang vaname ( L. vannamei) melalui
substitusi tepung ikan dengan tepung usus ayam. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan yaitu perlakuan A (100% tepung ikan), perlakuan B(80% tepung ikan

dan 20 % tepung usus ayam), perlakuan C (60% tepung ikan dan 40% tepung usus ayam), perlakuan D (40%
tepung ikan dan 60% tepung usus ayam) dan perlakuan E (100% tepung usus ayam). Variabel yang diamati
adalah pertumbuhan mutlak, sintasan dan kualitas air sebagai data penunjang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa subtitusi tepung ikan dengan tepung usus ayam memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
mutlak namun tidak berpengaruh nyata terhadap sintasan. Pertumbuhan mutlak tertinggi yaitu diperoleh pada
perlakuan A (100% tepung ikan) yaitu 0,07 g dan yang terendah pada perlakuan E (100% tepung usus ayam)
yaitu 0,03 g. Tingkat sintasan tertinggi pada perlakuan D (40% tepung ikan dan 60% tepung usus ayam) dan E
(100% tepung usus ayam) dengan rata-rata 93,33%. Kualitas air selama penelitian masih dalam batas toleransi
untuk pertumbuhan dan sintasan larva udang vaname (Litopenaeus vannamei). Subtitusi tepung ikan dengan
tepung usus ayam menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan.
Kata Kunci : Larva udang vaname (L. vannamei), substitusi, pertumbuhan, sintasan, tepung ikan dan tepung usus
ayam

Abstract
This study aimed to know growth and survival rate of vanamei shrimps larva ( L. vannamei) through substitution
of fish meal with chicken intestinal meal. The experimental design used Completely Randomized Design (CRD)
with 5 treatments and 3 replicates. Treatment of A (100% fish meal), treatment of B (80% fish meal and 40%
chicken intestinal meal), treatment of C (60% chicken intestinal meal), treatment of D (40% fish meal and 60 %
chicken intestinal meal) and treatment of E (100% chicken intestinal meal). The observed variables were
absolute growth, survival rate and water quality. Result showed that substitution of fish meal with chicken

intestinal meal affected significantly to the absolute growth, however it did not affect to the survival rate. The
highest absolute growth was on treatment of A (100% fish meal) reaching 0,07 g and the lowest was on
treatment of E (100% chicken intestinal meal) reaching 0,03 g. The highest survival rate was on treatment of D
(40% fish meal and 60% chicken intestinal meal) and on treatment of E (100% chicken intestinal meal) in
average 93,33%. Water quality was still in tolerant for growth and survival of vannamei larvae (L. vannamei).
Substitution of fish meal for chicken intestinal meal affected significantly to the growth of vannamei larva (L.
vannamei).
Keywords : Larva of vannamei shrimps (L. vannamei), subtitution, growth, survival rate, fish meal and chicken
intestinal meal

Pendahuluan
Udang vaname (Litopenaeus vannamei)
merupakan salah satu komoditas perikanan
ekonomis penting dikarenakan secara umum
peluang usaha budidaya udang vaname tidak
berbeda jauh dengan peluang usaha udang

jenis lainnya. Sebab pada dasarnya udang
merupakan
komoditi

ekspor
andalan
pemerintah dalam menggaet devisa (Amri dan
Kanna, 2008).
Udang L. vannamei berasal dari perairan
Amerika dan mulai masuk ke Indonesia pada
tahun 2001. Sampai saat ini komoditas vaname
93

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia
dan telah berhasil dikembangkan oleh para
pembudidaya vaname. Hal di atas didukung
oleh regulasi dan program kerja pemerintah
terkait dengan didirikannya hatchery (balai
benih) udang diberbagai daerah untuk
memenuhi permintaan pasar. Dengan adanya
hatchery (balai benih) udang dapat membantu
kebutuhan para petani tambak karena

ketersediaan benur dari alam sangat terbatas.
Permintaan udang vannamei sangat
besar baik pasar lokal maupun internasional,
karena memiliki keunggulan nilai gizi yang
sangat tinggi serta memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi menyebabkan pesatnya
budidaya udang vannamei (Mahbubillah,
2011). Kebutuhan masyarakat dunia terhadap
protein hewani ikan terus meningkat seiring
dengan peningkatan populasi penduduk dunia.
Sejak tahun 1990-an, tren produksi perikanan
tangkap mengalami stagnasi dan cenderung
menurun akibat kerusakan lingkungan laut dan
upaya penangkapan ikan ilegal dengan
menggunakan alat tangkap yang tidak ramah
lingkungan. Oleh karena itu sektor budidaya
diharapkan dapat menjadi solusi dalam
pemenuhan konsumsi ikan dunia.
Namun dalam usaha budidaya tersebut
ada faktor yang berperan penting yang sangat

menentukan keberhasilan budidaya yaitu
pakan. Pakan sebagai komponen terbesar
dalam pembiayaan sangat menentukan
keberhasilan budidaya. Saat ini penelitian
pakan diarahkan kepada penciptaan pakan ikan
yang murah dan ramah lingkungan. Pakan ini
dicirikan dengan tingkat kecernaan yang tinggi
sehingga sisa buangan metabolisme berupa
nitrogen dan fosfor (N dan P) ke lingkungan
perairan menjadi rendah. Seiring dengan
semakin menurunnya produksi perikanan
tangkap, maka ketersediaan tepung ikan
sebagai komponen penghasil pakan juga
menurun. Oleh karena itu pencarian sumbersumber protein alternatif untuk menggantikan
tepung ikan yang semakin mahal perlu
dilakukan. Selain itu pemanfaatan bahan-bahan
pakan lokal secara langsung dapat mengurangi
biaya produksi pakan ikan. Bahan pengganti
protein ikan seperti tepung kedelai, tepung
kepala udang, tepung usus ayam, dan limbah

produk pangan lainnya dapat dijadikan sebagai
sumber protein pengganti tepung ikan (Kurnia,
2009).
Salah satu sumber protein alternatif yang
cukup baik dijadikan sebagai sumber protein
adalah buangan berupa usus, tulang dan kulit
dari peternakan ayam. Usus ayam dapat

dijadikan sebagai sumber protein alternatif
karena memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi selain itu tepung usus ayam juga
harganya murah dan mudah didapat.
Oleh karena itu penelitian tentang
pertumbuhan dan sintasan larva udang
vannamei melalui subtitusi tepung ikan dengan
tepung usus ayam perlu untuk dilakukan.
Pakan
merupakan
salah
satu

komponen pembiayaan terbesar sangat
menentukan keberhasilan budidaya. Untuk itu
diperlukan pakan alternatif yang murah dan
mudah didapat. Selama ini protein bersumber
dari tepung ikan, karena produksi perikanan
tangkap mulai menurun akibatnya harga
tepung ikan menjadi mahal. Sehingga
diperlukan sumber protein alternatif sebagai
pengganti tepung ikan yang mengandung
protein cukup baik seperti tepung usus ayam.
Tepung usus ayam merupakan salah
satu sumber protein alternatif sebagai pakan
karena tepung usus ayam murah dan mudah
didapat, untuk itu diperlukan penelitian tentang
pertumbuhan dan sintasan udang vaname (L.
vannamei) melalui subtitusi tepung ikan
dengan tepung usus ayam.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pertumbuhan dan sintasan udang
vaname (L. vannamei) melalui subtitusi tepung

ikan dengan tepung usus ayam.
Kegunaan dari penelitian ini adalah
sebagai bahan informasi bagi masyarakat
umumnya dan khususnya tenaga teknisi di
hatchery (balai benih) mengenai pertumbuhan
dan sintasan udang vaname (L. vannamei)
melalui subtitusi tepung ikan dengan tepung
usus ayam.
Metode Penelitian
1.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April sampai dengan Juni 2012 yang bertempat
di Balai Benih Perikanan (BBP) Dinas
Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi
Sulawesi Tenggara di Kelurahan Purirano,
Kecamatan Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara.

2.

Alat dan Bahan

a. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah aerator, selang kecil, waskom,
pengukus, pengaduk, ayakan, oven, wadah
styrofoam,
thermometer
(0C),
hand
refraktometer, pH meter, DO meter, blower,
94

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

perlengkapan aerasi, dan timbangan analitik
(g).
b. Bahan


terdiri dari 5 perlakuan dan 3 kali ulangan.
Benih yang digunakan berasal dari Situbondo,
Jawa Timur.
2.

1). Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah udang
vaname PL-14 sebanyak 750 ekor, setiap
styrofoam masing-masing 50 ekor dalam 24
liter air. Dengan ukuran wadah 60 x 40 x 30
cm, sebanyak 15 buah wadah stytrofoam yang
3.

Prosedur Penelitian

a.

Formulasi pakan


Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan adalah pakan
buatan dengan bahan-bahan pakan adalah
sebagai berikut; tepung ikan, tepung usus
ayam, tepung kedelai, kanji, agar-agar, vitamin
dan mineral.

Penyusunan formulasi pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan nutrisi udang pada Tabel 1
berikut :
Tabel 1. Bahan-bahan serta penyusunan formulasi pakan udang pada tahap PL 14.
Bahan Baku
Perlakuan
Tepung Ikan
Tepung Usus ayam
Tepung kedelai
Kanji
Agar-agar
Vitamin Mix
Mineral Mix
Total

A
50
30
5
5
5
5
100

Berat bahan yang digunakan (%)
B
C
D
40
30
20
10
20
30
30
30
30
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
100
100
100

E
50
30
5
5
5
5
100

Hasil uji analisa proksimat pakan larva udang vanamei pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Hasil uji laboratorium analisa proksimat pakan larva udang vaname
Kode
Sampel

b.

Parameter
Kadar Air
Serat Kasar
(%)
(%)
9,1742
2,3211

A

Protein
(%)
47,514

Lemak (%)
13,1199

Kadar Abu
(%)
12,4024

BETN
(%)
15,4684

B

48,5568

12,4624

9,2328

1,9371

11,7494

16,0615

C

47,7802

15,0609

9,3909

1,9565

10,4653

15,3462

D

48,4884

10,7623

9,1384

1,6767

8,8716

21,0626

E

48,072

16,998

9,2908

3,1643

7,1167

15,3582

Analisa Proksimat

Faktor-faktor yang dianalisa adalah
kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar
abu dan serat kasar. Analisa kadar air diuji
dengan menggunakan metode pemanasan,
analisa kadar protein diuji dengan metode
Kjeldhal, analisa kadar lemak diukur dengan
metode soxhlet, analisa serat kasar diuji
dengan metode Erlenmeyer. Analisa kadar abu
diuji dengan cara bahan dikeringkan dalam
oven atau dengan sinar matahari kemudian
digiling sampai halus dan disimpan dalam
botol yang kering dan bersih kemudian
dilakukan penentuan kadar air dan dilanjutkan
dengan penentuan persen kadar abu
berdasarkan berat kering bahan.

c.

Persiapan Wadah Pemeliharaan

1) Menyiapkan Styrofoam sebanyak 15 buah.
2) Sebelum melakukan percobaan, Styrofoam
dicuci sampai bersih dengan menggunakan
sabun, kemudian dibilas sampai bersih dan
diisi air sebanyak 24 liter.
3) Sebelum memasukkan hewan uji ke dalam
wadah, terlebih dahulu dilakukan proses
adaptasi.
4) Wadah yang telah berisi air langsung
dimasukkan udang vaname pada tahap post
larva 14,
kemudian diberikan pakan.
Selanjutnya
masing-masing
wadah
dilengkapi dengan selang aerasi yang
terhubung pada blower sebagai suplai
oksigen.
95

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

terjadi perubahan kualitas air secara mendadak,
hal ini untuk mengurangi stress pada udang.

d. Penebaran udang Vannamei
Setelah dilakukan persiapan wadah, dan
pengadaan pakan
selanjutnya penebaran
udang vaname PL 14. Udang yang ditebar tiap
styrofoam sebanyak 50 ekor pada tiap wadah
yang berisi air laut sebanyak 24 liter.
e.

g.

Sebagai data penunjang dilakukan
pengukuran parameter kualitas air harian.
Kualitas air yang dilakukan setiap hari yaitu
suhu dan salinitas. Sedangkan pH air, oksigen
terlarut, dan amoniak pengukuran kualitas
airnya dilakukan setiap minggu pada saat
penimbangan.

Pemeliharaan

Setelah persiapan wadah styrofoam,
kemudian dilakukan pemeliharaan larva udang
vaname selama 21 hari, dengan melakukan
pengontrolan kualitas air secara teratur dan
pemberian pakan 4 kali sehari pada pagi, siang,
sore, dan malam hari, yaitu pukul 08.00, 14.00,
20.00 dan 02.00. Sifat pakan yang diberikan
yaitu pakan pellet tenggelam, karena sesuai
dengan sifat dan tingkah laku makan udang
vaname yang senang hidup di dasar perairan.
Penyiponan juga dilakukan setiap hari
untuk mengurangi penumpukkan makanan
yang dapat mengganggu kualitas air.
Penyiponan dilakukan pada siang hari pukul
11.00 WITA sebelum pemberian pakan.
f.

Kualitas Air

4.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5
perlakuan dan 3 ulangan dengan selang
kepercayaannya 95 %. Perlakuan yang
diberikan adalah :
Perlakuan A : 100 % Tepung Ikan
Perlakuan B : 80 % Tepung Ikan + 20%
Tepung Usus ayam
Perlakuan C : 60 % Tepung Ikan + 40 %
Tepung Usus ayam
Perlakuan D : 40 % Tepung Ikan + 60 %
Tepung Usus ayam
Perlakuan E : 100 % Tepung Usus ayam
Adapun penempatan perlakuan dalam
wadah percobaan dilakukan secara acak. Tata
letak percobaan tersebut disajikan pada
Gambar 3. berikut :

Pergantian Air

Pergantian air dilakukan 2 hari sekali
sebanyak 70%. Proses pergantian air dilakukan
bila air sudah terlihat keruh sehingga tidak

C2

B3

A1

D3

C3

B2

B1

E2

C1

A2

D2

E3

E1

A3

D1

Gambar 3. Tata letak satuan percobaan
Keterangan : A, B, C, D = Perlakuan
1, 2, 3
5.

= Ulangan

Variabel Yang Diamati

Variabel-variabel yang diamati dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan mutlak berdasarkan bobot
tubuh :
Wm = Wt – Wo

Ket : Wm = Pertumbuhan mutlak (g)
Wt = Biomassa ikan pada waktu t
(g)
Wo = Biomassa ikan pada awal
penelitian (g)

96
Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

2.

Tingkat Kelangsungan Hidup

6.

Nt
SR =

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan
terhadap parameter yang diamati dilakukan
analisis
keragaman
(ANOVA)
bila
berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut untuk
mengetahui beda antar perlakuan.

X 100%
No

Ket

:

Analisis Statistik

SR

= Tingkat kelangsungan
hidup (%)
Nt = Jumlah individu pada
akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah individu pada
awal penelitian (ekor)

Hasil dan Pembahasan
1.

Hasil

Variabel
yang
diamati
selama
penelitian yaitu pengamatan pada pertumbuhan
mutlak berdasarkan bobot tubuh dan
kelangsungan hidup larva L.vannamei. Hasil
pengamatan
selama
penelitian
pada
pemeliharaan larva L.vannamei pada Tabel 3
berikut.

Tabel 3. Data hasil pengamatan laju pertumbuhan mutlak berdasarkan bobot tubuh dan kelangsungan
hidup larva L.vannamei.
Hasil Pengamatan
A
0,01
0,08
0,07
74,67

Bobot awal
Bobot akhir
Pertumbuhan mutlak
Kelangsungan hidup

a.

Perlakuan
C
0,01
0,07
0,06
79,33

B
0,01
0,05
0,04
70,67

D
0,01
0,05
0,04
93,33

E
0,01
0,04
0,03
93,33

40% tepung usus ayam) yaitu 0,06 gr,
kemudian perlakuan B (80% tepung ikan dan
20% tepung usus ayam) yaitu 0,04 gr dan
perlakuan D (40% tepung ikan dan 60%
tepung usus ayam 30%) yaitu 0,04 gr dan
perlakuan E (100% tepung usus ayam) yaitu
0,03 gr.

Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan mutlak yang diamati
selama penelitian yaitu bobot tubuh larva
udang vaname (L.vannamei). Berat bobot
tubuh
larva
L.vannamei
menunjukkan
perlakuan A (100 % tepung ikan) memberikan
pertumbuhan yang tinggi yaitu 0,07 gr.
Selanjutnya perlakuan C (60% tepung ikan dan

Pertumbuhan Bobot
Biomasa (gr)

Hasil perhitungan rata-rata pertumbuhan berat mutlak larva udang vaname (L.vannamei) pada
Gambar 2 berikut.
0.080
0.070
0.060
0.050
0.040
0.030
0.020
0.010
0.000

a
a
b

A

B

C

b

b

D

E

Perlakuan

Gambar 2. Histogram pertumbuhan mutlak berdasarkan
bobot tubuh larva L.vannamei.
Hasil analisis ragam menunjukkan
usus ayam berpengaruh nyata terhadap
bahwa subtitusi tepung ikan dengan tepung
pertumbuhan berat mutlak larva L.vannamei.
97
Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

ayam) dengan rata-rata yaitu 93,33%,
kemudian perlakuan C (60% tepung ikan dan
40% tepung usus ayam) yaitu 79,33%
menyusul perlakuan A (100% tepung ikan)
yaitu 74,66% kemudian perlakuan B (80%
tepung ikan dan 20% tepung usus ayam) yaitu
70,66%.
Hasil
perhitungan
rata-rata
kelangsungan hidup larva L.vannamei selama
penelitian, pada Gambar 3 berikut.

Dari hasil uji beda nyata terkecil (BNT) pada
perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan
B, perlakuan D dan perlakuan E. Namun
perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan C.
b.

Kelangsungan Hidup (SR)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
kelangsungan hidup tertinggi yaitu pada
perlakuan D (40% tepung ikan dan 60%
tepung usus ayam) dan E (100% tepung usus
120.00

Sinatasan (%)

100.00
80.00

a

a

A

B

a

a

D

E

a

60.00
40.00
20.00
0.00
C
Perlakuan

Gambar 3. Histogram kelangsungan hidup larva L.vannamei.
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa subtitusi tepung ikan dengan tepung
usus ayam tidak berpengaruh nyata terhadap
kelangsungan hidup larva udang vaname
(Fhit