Ayoo.. Berbuat “SALAH” bersama Matematika

Ayoo.. Berbuat “SALAH” bersama Matematika 
Matematika merupakan pelajaran yang paling rentan dengan dunia
kesalahan. Hampir di setiap materi yang di sajikan oleh guru atau siapa
pun pasti akan bertemu dengan suatu kesalahan. Bahkan seolah-olah
matematika itu mengajarkan siswa atau peserta didik untuk berbuat
salah. “Salah” dalam matematika sangat dihargai oleh matematika itu
sendiri, bahkan kini kesalahan dalam matematika sudah memiliki nama
tersendiri,

yaitu

Paradoks

Matematika.

Eksistensi

kesalahan

dalam


matematika justru menjadikan matematika menjadi pelajaran yang paling
terkenal dan memiliki eksistensi yang melebihi mata pelajaran yang lain.
Salah dalam matematika, dipandang wajar oleh matematika itu sendiri.
Benarkah demikian?? ketika kita dihadapkan dengan wajah-wajah siswa
yang manis, imut-imut, penuh dengan kepolosan, dan ketidaktahuan, kita
seolah-olah lupa tentang pandangan seperti ini, matematika harus selalu
benar. Saya kira ini menjadi bahan refleksi buat kita semua bahwa salah
bagi matematika itu wajar tapi salah bagi pendidik, saya serahkan setiap
individu..
Saya sependapat dengan pendapatnya Bob Sadino (pengusaha sukses
asli indonesia yang kadang di anggap gila oleh sebagian orang karena
pemikirannya tentang teori dunia usaha) yang menyatakan bahwa “saya
membuat

usaha

untuk

mencari


rugi”

ini

kalau

dikorelasikan

ke

matematika, bahwa “saya belajar matematika untuk mencari kesalahan”.
Dan dengan keyakinannya seperti ini Bob Sadino menjadi terkenal karena
sukses di bidang usaha. Saya yakin ini juga akan berlaku dalam
matematika,

karena

matematika

mengharapkan


kesalahan

dalam

mempelajarinya.
Eittsss... jangan lantas mengkerutkan dahi... “kok bisa???” “masak Sich
bisa kayak gini??” “ahh paling ini ide gilanya Mas Adi yang mau ngikutngikut Bob Sadino” saya berfikir bahwa di dalam kesalahan yang berulang

pasti ada suatu motivasi yang berlipat-lipat besarnya untuk menjadikan
kita pribadi yang benar. Pribadi yang memiliki power atau kekuatan yang
lebih besar dibandingkan orang yang lebih mementingkan suatu kata
benar atau pembenaran. Orang yang salah tidak akan takut salah,
sedangkan orang yang benar akan takut dengan salah. Sehingga lebih
cenderung untuk mencari kesalahan orang lain, karena takut salah.
“lalu bagaimana dengan siswa yang malas pak adi?, mereka salah terusterusan, hampir tidak pernah benar dalam menjawab soal” nah saya balik
bertanya, “lalu gimana pak penanya dengan siswa yang rajin di kelas?,
mereka benar terus-terusan, hampir tidak pernah salah dalam menjawab
soal”
Nahhh... bingungkan??? Saya juga bingung, hehee...

Jawabannya sederhana...

matematika butuh konsep diri yang bagus

bukan hanya sekedar jawaban dalam bentuk angka dan lain-lain. Kata
kunci “KONSEP DIRI”
Matematika mengajarkan kita semua untuk belajar tidak hanya sekedar
arti

sebuah

jawaban

dengan

rumitnya

simbol-simbol

melainkan


perjuangan untuk memperoleh jawaban. Suatu perjuangan harus dijalani
dengan kerja keras dengan sikap tidak mudah menyerah.
Lalu apakah siswa yang malas merupakan siswa yang memiliki konsep diri
yang

bagus??

mereka

kan

sering

melakukan

kesalahan???

Dan


matematika sangat mendukung orang untuk berbuat salah (seperti
pendapatnya Mas Adi, hehee pendapat saya sendiri).
Untuk menjawab pertanyaan ini tentunya kita harus bagi kesalahan itu
menjadi 2, kesalahan yang pertama adalah kesalahan yang tidak
dibarengi dengna usaha untuk perubahan yang lebih baik dan kesalahan
yang kedua adalah kesalahan yang dibarengi dengan suatu usaha. Nahh...
sekarang jelas kan,,, kesalahan mana yang dibenarkan oleh matematika
dan mana yang tidak. Saya yakin semua bisa menjawab pertanyaan di

atas, cuman yang menjadi pertanyaan lagi adalah seberapa besar
dukungan kita kepada peserta didik atau anak, adik dll ketika mereka
melakukan kesalahan misalnya nilai ulangan matematikanya jelek, dapat
di bawah KKM atau dapat 3 atau 4 misalnya...
Bagaimana reaksi Anda??
Ini yang menjadi poin dari pentingnya membangun konsep diri yang
bagus dalam diri peserta didik, anak, adik, dan lain-lain. Konsep diri yang
bagus inilah yang akan menopang siswa untuk terus berusaha dan belajat
untuk memperbaiki diri. Sehingga matematika sangat menyarankan agar
siswa melakukan kesalahan terlebih dahulu sebelum menemukan suatu
kebenaran.

Lalu bagaimana cara membangun konsep diri yang bagus pada peserta
didik atau anak-anak kita?
(nanti pada ulasan berikutnya...)
Nb..
mari membuat

kesalahan sebanyak-banyaknya dalam matematika 
Penulis Kadek Adi Wibawa, M.Pd.