Berbuat Banyak untuk Sesama.

Pikiran
o Se/asa
4

5

6

20

o Mar

_ Hj. Tjutju

0

21

0

Apr


Rakyat
0

Rabu

(2)

8
23

22

0

0

Kamis
9


10
24

0

Mei 8Jun

o Sabtu

Jumat

12

11
25

0

Jul


13

26

27

Ags

OSep

.

28
OOkt

Minggu
14

15
29

ONov

16
30

31

'ODes

Suparti, S.H., M.Si.

Berbuat Banyak
untuk
Sesama
- __- - -

- -

"


.

==-~

_.-:111

-

--

,., -

-

JABATAN kepala bidang di
dinas pemerintahan tingkat
provinsi mungkin tidak terlalu istimewa. Terasa berbedajika posisi itu ada di lingkungan Vinas Pendapatan
Daerah dan diisi kaum hawa. Wilayah keJ:ja yang satu
ini memerlukan ketangguhanjisik dun psikis. Di Indonesia, bam dua daerah yang
mendudukkan perempuan di

tempat itu, yaitu di Bali dan
Jawa Barat. Jabar diwakili
sosok Hj. 1Jutju Suparti,
S.H., M~Si.
UCI

.--

--

ANWAF

- ---- - - --

Kllplng

Humas
-

Unpad

-

2009

-- --------

J

IKA Anda terjaring operasi pajak
kendaraan, itu adalah salah satu
hasil kerja Tjutju (51), tentu saja
bekerja sarna dengan pihak terkait, kepolisian, dan asuransi. Ja,ngan menco- .
ba mencari kambing hitam atau mengintip celah untuk lolos. Ia sudah terbiasa menegakkan peraturan, bahkan untuk lingkungannya sendiri.
Senin (18/5) siang, ia membiarkan
putra keduanya, Willy (21) yang sibuk
melengkapi administrasi untuk pajak
kendaraannya. "Sehari-hari di sini,
malah lupa ngurus punya sendiri," katanya sambil tertawa.
Di tengah padatnya pekerjaan, siang
itu dia bersedia meluangkan waktu untuk menjadi motivator bagi perempuan-perempuan lain lewat pengalarnan

hidupnya yang arnat kaya. "Per!:!mpuan
memiliki kemampuan yang sarna dengan kaum pria. Maksimalkan potensi
itu, jangan gunakan cara lain," katanya
tegas.
Kalimat yang diurainya itu bukan
tanpa latar belakang. Ia tidak menutup
mata pada kenyataan segelintir kaumnya mengerahkan pesona kewanitaan
untuk memudahkan mencapai karier
yang diinginkan. "Sifatnya tidak akan
langgeng, akan sangat berbeda hasilnya
jika yang kita gunakan adalah kompetensi diri," katanya.
Ia sudah membuktikan hal itu lewat
perjalanan kariernya. "Sudah empat
kali kepala dinas berganti dan saya masih di sini," katanya tertawa.
Nasib karyawati
Selain bagi dirinya sendiri, ada misi
yang diembannya saat mengerjakan semua pekerjaan dengan sungguh-sungguh. Ia ingin jabatan strategis bisa diestafetkan pada kaum perempuan. "Saat
pertarn~ menduduki jabatan ini senior
saya berbisik, mengatakan nasib selanjutnya.kaum perempuan di kantor ini.
ada di pundak say-a,"katanya. Maksudnya, jika ia berhasil membuktikan bahwa kinerja perempuan sebanding bahkan lebih dari kaum pria pada posisi

sarna, seterusnya orang akan percaya
pada kemampuan perempuan.
"Sebaliknya tidak akan lagi ada perempuan di sini, jika terbukti saya tidak mampu," katanya ten tang tanggung jawab besar di pundaknya itu.
Ia berhasil membuktikannya dengan
baik. Kinerjanya luar biasa, dengan
inovasi-inovasi baru untuk meraih wajib pajak kendaraan. Bulan Maret"
2008, didepan kantornya sudah berdiri bangUna,"Q:
mirip pos pelayanan parkir. Sedei4taH&,namun memb~
kemudahan luar biasa bagi mereka
yang akan mengurus STNK.
"Hanya dibutuhkan waktu lima menit untuk mengurus pajak kendaraan,
dengan catatan surat-suratnya lengkap," katanya tentang pelayanan drive-thru, layaknya orang membeli makanan tanpa harus turun dari kendaraan ini.
Ada pula outlet pelayanan di Bandung Trade Center (BTC), cara menjemput pajak kendaraan bagi mereka
yang sibuk. "Jadi bahkan pada hari
Minggu, kecuali hari libur besar, mereka yang sedang berbelanja di mal bisa
menyempatkan diri ke outlet. Dan ini
onl(ne, bisa melayani seluruh masyarakat di Kota Bandung, " katanya.
Mencari celah
tampak nyaman
yang di"'" Kursi- yang --


- --

- --- --------.-

-

...........

dudukinya sekarang, sebenarnya tempat yang arnat "panas". Dari kursi itulah ia sering bertarung ctengan pihakpihak yang mencari celah dan kelemahan peraturan demi kellntungan sepihak.
Contoh termutakhir, saat muneul
peraturan pemerintah tentang keringanan pajak 40% bagi angkutan
umum. la didatangi pengacara-pengacara tangguh dari perusahaan yang
menggunakan truk angkutan sebagai
sarana pendukung. Para jago debat ini
merasa Idien mereka berhak sarna, metujuk pada UU Lantas (Lalu Lintas)
tentang eiri sebuah angkutan umum,
yakni menggunakan pelat kuning.
Dengan tenang perempuan berbadan
keeil ini menyodorkan peraturan pemerintah yang digunakan sebagai pijakan

kebijakan pajak. Dalarn peraturan tersebut dijelaSkan bahwa yang mendapat
keringanan adalah angkutan umum
yang memiliki trayek dan bersentuhan
langsung dengan kepentingan masyarakat umum. Sementara truk-truk pengangkut tentu saja tidak memiliki trayek dan merupakan sarana pendukung
bagi perusahaan besar, tidak langsung
terkait dengan kepentingan rakyat keeil.
"Kemenangannya" pada debat ini
tercipta karena ia sudah arnat menguasai materi, selain mempelajari cara luwes untuk mengakomodasi keinginan
masyarakat. "Learning by doing, selain
tentu saja mendapat bimbingan langsung dari atasan," katanya.
Tekanan di atas baru uji soal psikis,
kelelahan secara fisik juga merupakan
risiko yang ditanggung. Bukan sekali
dua dia turun langsung ke lapangan.
Sebelum sarnpai pada pbsisinya sekarang, ia kerap beljalan door to door untuk menarikjenis pajak lainnya, seperti
pajak rumah tangga atau pajak air. "Capek sekali, tetapi saya menjalankannya
dengan senang hati," katanya.
Saksi musibah
Berada pada posisi sekarang, sarna

sekali bukan impiannya. Cita-citanya
semula adalah menjadi hakim. ltu yang
menggiringnya masuk ke Fakultas Hukum Universitas Pasundan (Unpas)
Bandung. Ayahnya yang seorang ustaz
di Garut, Mualim Ondi (alm) langsung
menyergahnya. "Apa tidak ada pekeljaan lain?" ujar sang ayah saat itu.
"Pertimbangan ayah saya adalah masalah yaumil akhir, sanggupkah saya
menjadi hakim yang adil dalam memutus perkara," kata Tjutju, yang akhirnya
memutuskan untuk membuyarkan impiannya itu,
Mengikutijejak kakaknya yang menjadi pegawai negeri sipil, ia merintis karier sebagai tenaga honorer di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Ketika ada tes CPNS provinsi tahun 1979,
ia lolos dan ditugaskan di daerah Tasikmalaya hingga tahun 1985.
Peljalanan kariernya, disertai peristiwa-peristiwa besar. la selalu menjadi
saksi mata dalam musibah besar di negeri ini. "Saya masih di Tasik ketika
Gunung Galunggung meletus, menjadi
pengungsi beljalan kaki 10 km ke arah
Ciamis," ujarnya bereerita.
Peristiwa kedua adalah ketika dipindalikan ke Cabang Dispenda Baleendah
Bandung dan langsung bergulat dengan banjir besar. "Saya sedang hamil
tujuh bulan, naik rakit dan di kantor jaIan dari meja ke meja untuk menyelamatkan uang dan eek. Saat itu saya
menjadi bendahara, " katanya. Peristiwa besar lainnya adalah born Bali. la
berada hanya sekitar 200 meter dari
tempat kejadian, tepatnya di Hotel
Sahid, setelah mengikuti rakernas di
sana.
Mimpi
Punya tiga anak dari pernikahannya
dengan Trisula (52), PNS di lingkungan
Pemkot Bandung, ia sudah mendapatkansegalanya. Yang paling berharga
baginya adalah anak-anaknya yang saleh dan sangat tahu membalas budi
sang bunda. Melihat kelja keras Tjutju,

anak-anaknya menunaikan tugas sebaik-baiknya selaku pelajar. Putri sulungnya Lanty lulusan S-1 Fakultas nhm
Komunikasi Universitas Padjadjaran,
menyambi kuliahjuga di Jurusan Manajemen Universitas Widyatama. Yang
kedua Willy, ganda kuliah pula CliFakultas kedokteran Gigi dan JUl11sanFisika Unpad. Yang bungsu, Riky, baru
tarnat dari SMAN 8 Bandung, dan sudah diterima di Fakultas Psikologi Unjani, sebelum bertarung di Sistern Penerimaan mahasiswa Baru (SPMB)
mendatang.
"Yang saya inginkan hanyalah menjadi teladan bagi anak-anak," katanya.
Demi mereka juga, selarna 4 tahun 4
bulan ia tetap bert;ahan tinggal di Bandung, ken dati menjalani tugas di Cianjur. Peljalanan beljam-jarn ia tempuh,
demi menit-menit kebersarnaan dengan anaknya. Padahal di CianJur ada
rumah dinas untuknya.
Setelah semua kemudahan dhri Tuhan, ia ingin bagikan keberuntungan
pada lingkungannya. Sudah tiga tahun
ia mendirikan poliIdinik bersalin dan
poli gigi, di bawah naungan Yayasan AI
Inayah, di desa Cihuni, Kecamatan
Wanaraja, Kabupaten Garut. "Saya prihatin, tempat itujauh ke kota.Terbayang peljuangan ibu-ibu yang akan
melahirkan pada tengah malam," ujarnya.
Saat ini ia merintis rumah vatim
piatu. "Ini pekeljaan rumah Jintuk
masa tua," katanya sungguh-'Sungguh.
Dalam mimpinya, usaha-usahanya
yang menghasilkan akan menyalurkan
zakat dan sedekahrlya ke rumah yatim
piatu tersebut. "ADak-anak ini kelak
bersekolah pagi hari, dan sore dilatih
berbagai keterampilan sebagai bekal
hidup," katanya. Bahwa ini bukan
mimpi di siang bolong, ia tunjukkan
dengan merintis usaha salon sejak setahun belakangan ini sebagar satu bidang yang kelak bisa menjadi lahan
pekeljaan anak-anak yatim piatu tersebut. (Dci Anwar)***