Bahan Sosialisasi Perpres 54 Sept 2010new
SOSIALISASI
PERPRES 54 TAHUN 2010
TENTANG
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
LATAR BELAKANG
PERUBAHAN
1. Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah belum
mampu mendorong percepatan pelaksanaan
Belanja Barang dan Belanja Modal dalam
APBN/APBD (bottleneck);
2. Perlunya memperkenalkan aturan, sistem, metoda
dan prosedur yang lebih sederhana, namun tetap
menjaga koridor governance serta masih
menjamin terjadinya persaingan yang sehat dan
efisiensi;
3. Efisiensi belanja negara dan persaingan sehat
melalui Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah belum
sepenuhnya terwujud;
4. Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah belum
mampu mendorong terjadinya inovasi, tumbuh
suburnya ekonomi kreatif serta kemandirian
industri dalam negeri;
5. Masih adanya multi-tafsir serta hal-hal yang
belum jelas dalam Keppres 80/2003;
Arah
Perubahan :
1. Menciptakan iklim yang kondusif untuk persaingan
sehat, efisiensi belanja negara dan mempercepat
pelaksanaan APBN/APBD (debottlenecking)
Aturan yang dibuat a/l: dilengkapi Tata Cara Pengadaan dan
Standard Bidding Document; lelang/seleksi sederhana s/d
Rp200 jt; Pengadaan Langsung; persyaratan pelelangan
dipermudah; kontrak payung; ULP (Unit Layanan
Pengadaan); dsb.
2. Memperkenalkan aturan, sistem, metoda dan
prosedur yang lebih sederhana dengan tetap
memperhatikan good governance
Aturan yang dibuat a/l : menghapuskan metoda pemilihan
langsung (menjadi pelelangan sederhana), mendorong
pelaksanaan
e-announcement, e –
procurement, e-catalogue, dsb
3. Memperjelas konsep swakelola
Aturan yang dibuat a/l: penambahan pekerjaan yang dapat 3
Arah
Perubahan :
4. Klarifikasi Aturan
Contoh : jenis –jenis pengadaan; besaran uang muka;
kelengkapan data administrasi; penggunaan metode
evaluasi; kondisi kahar (force majeur); penyesuaian
harga (price adjustment); dsb.
5. Mendorong terjadinya inovasi, tumbuh suburnya
ekonomi kreatif serta kemandirian industri
Aturan yang dibuat a/l : swakelola dan metode
sayembara/kontes untuk mendorong inovasi dan
ekonomi kreatif serta mengharuskan Pengadaan
Alutsista TNI dan Almatsus Polri oleh Industri strategis
DN, dsb
6. Memperkenalkan sistem Reward & Punishment
yang lebih adil
Aturan yang dibuat a/l : mengupayakan insentif yang
wajar kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/
4
anggota Unit Layanan Pengadaan (ULP);
Perbedaan Pokok
(dgn Keppres
80/2003):dengan
1. Ruang Lingkup – Pendanaan
PHLN
• Prinsip : Pengadaan B/J yg dibiayai
Pinjaman/Hibah LN harus mengikuti Perpres
ini.
• Apabila terdapat perbedaan antara
Peraturan Presiden ini dengan ketentuan
Pengadaan Barang/Jasa yang berlaku bagi
pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri, pihak2.pihak
Jenisdapat
Pengadaan:
menyepakati tata cara
pengadaan yang akan dipergunakan
1.Barang
2.Pekerjaan Konstruksi
3.Jasa Konsultansi
4.Jasa Lainnya
3. Keharusan membentuk Unit Layanan
Pengadaan (ULP):
• Prinsip : dari organisasi ad-hoc ke permanen dan
profesional;
• Setiap K/L/D/I harus membentuk ULP secara
permanen sblm 2014;
• Jumlah dan posisi ULP diserahkan K/L/D/I sesuai
kebutuhan dan rentang kendalinya;
• ULP diisi pejabat yang kompeten dan
dengan insentif
4. integritasnya
Keharusanterjamin,
melaksanakan
E- yg layak;
Procurement
: cepat, murah, transparan, bebas
• E-Proc = lebih
•
•
•
•
premanisme/mafia;
Pengumuman di website masing2 dan website
pengadaan nasional (www.inaproc.lkpp.go.id);
Setiap K/L/D/I harus melaksanakan E-Proc
sebelum 2012;
E-Proc terdiri dari e-tendering dan e-purchasing;
LKPP siap membantu dengan aplikasi dan
5. Delegasi kewenangan dan tanggung jawab
lebih besar ke PA:
• PA adalah penanggung jawab utama
pengadaan;
• PPK bertanggung jawab atas substansi
pengadaan (pelaksanaan kontrak);
• ULP/Panitia bertanggung jawab atas
pelaksanaan lelang/tender;
6. Tetap berpihak pada usaha kecil:
• Paket pekerjaan utk usaha kecil naik, dari
1M ke 2,5M;
• Kemampuan dasar (KD) utk pekerjaan
konstruksi 3 NPt, jasa lainnya 5 NPt. KD
untuk pengadaan barang dan jasa
konsultansi ditiadakan.
7. Penyederhanaan Pelaksanaan
Pengadaan:
• Pengadaan Langsung untuk
Barang/Pek.Konst/Jasa Lainnya s/d Rp.100jt
dan untuk Jasa Konsultansi s/d Rp.50jt;
• Pelelangan/seleksi sederhana s/d Rp.200jt;
• Metoda evaluasi disederhanakan (sistem
gugur), kecuali untuk pekerjaan kompleks.
• Persetujuan Kontrak Tahun Jamak oleh
pimpinan K/L/I untuk pengadaan ≤ Rp.10 M
(barang/jasa tertentu).
• Jaminan dalam pengadaan barang/jasa dapat
dikeluarkan oleh bank umum, perusahaan
penjaminan, atau perusahaan asuransi.
• Memungkinkan untuk pelaksanaan
Pelelangan/Seleksi sebelum Tahun Anggaran.
• Pasca Kualifikasi untuk pemilihan Penyedia
8. Ada ketentuan khusus metoda
Sayembara/Kontes:
• Untuk pengadaan barang/jasa hasil kreativitas,
gagasan, inovasi, riset, produk seni-budaya
(spesifik dan harga satuan tidak dapat
ditentukan). Contoh: arsitektur, benda seni, seni
pertunjukan, piranti lunak, lomba karya ilmiah, dsb;
• Tatacaranya mirip seleksi, tapi dapat
disederhanakan;
• ULP/Panitia dibantu oleh ahli yang kompeten
9. Lebih
fleksibel
menghadapi bencana
dibidangnya
(Timdlm
Juri);
dan keadaan darurat:
• Ketentuan ttg bencana diperlonggar (alam, nonalam, sosial), termasuk antisipasi sebelum
bencana datang menerjang;
• Dalam keadaan menghadapi bencana dan
keadaan darurat dapat dilakukan Penunjukan
Langsung (tidak ada batasan, tetapi tetap
subject to audit).
10. Penunjukan Langsung untuk
barang/jasa
khusus:
• Penyedia obat,
alat kesehatan habis pakai yg
jenis dan harganya ditetapkan pemerintah
(Menkes) dapat ditunjuk langsung;
• Penyedia mobil, sepeda motor, kendaraan lain
dengan harga khusus pemerintah (GSO) dapat
ditunjuk langsung;
• Sewa penginapan/hotel, lanjutan sewa
gedung/kantor dapat ditunjuk langsung.
11. Pengadaan secara Swakelola
• Prinsip : pengadaan barang/jasa dapat
dilaksanakan secara swakelola..
• Dapat mengusulkan Standar Biaya
Khusus (SBK) untuk pelaksanaan
swakelola
12. Pengadaan alutsista TNI dan almatsus
Polri:
• Alutsista ditetapkan Menhan (masukan
Panglima TNI), almatsus ditetapkan
Kapolri;
• Pengadaan alutsista/almatsus dari
industri DN;
• Dalam hal industri DN belum mampu,
pengadaannya dari pabrikan di LN
bekerjasama dengan industri/lembaga
riset DN;
• Tatacara pengadaan alutsista/almatsus
diatur Menhan/Kapolri;
• Barang non-alutsista dan non-almatsus
13. Pengadaan di Luar Negeri:
• Pengadaan untuk Kedubes RI dan kantor
perwakilan RI di LN sedapat mungkin
menggunakan Perpres ini; dalam hal tidak
applicable dapat mengikuti aturan negara
setempat;
14.
Perbedaan-perbedaan
Lainnya:
• Tatacaranya
dapat diatur lebih
lanjut oleh
Menlu.
• Kontrak Payung;
• Keikutsertaan perusahaan asing;
• Sanggah dan Sanggah Banding;
• Konsep Ramah Lingkungan;
• Preferensi Harga dan TKDN (Tingkat
Komponen Dalam Negeri);
• dsb
naskah lengkap: www.lkpp.go.id
MATRIKS PERBEDAAN ANTARA
PERATURAN PRESIDEN No.
54/2010
TENTANG
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
dengan
KEPUTUSAN PRESIDEN
No.80/2003
Terima kasih
pertanyaan, masukan, dan saran
dapat disampaikan ke:
LKPP
SMESCO UKM – Lantai 8
Jln. Jend Gatot Subroto Kav 94 – Jakarta Selatan 12780
Tel/Fax 021-7991252
Website: www.lkpp.go.id
Email : [email protected]; [email protected]; [email protected]
PERPRES 54 TAHUN 2010
TENTANG
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
LATAR BELAKANG
PERUBAHAN
1. Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah belum
mampu mendorong percepatan pelaksanaan
Belanja Barang dan Belanja Modal dalam
APBN/APBD (bottleneck);
2. Perlunya memperkenalkan aturan, sistem, metoda
dan prosedur yang lebih sederhana, namun tetap
menjaga koridor governance serta masih
menjamin terjadinya persaingan yang sehat dan
efisiensi;
3. Efisiensi belanja negara dan persaingan sehat
melalui Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah belum
sepenuhnya terwujud;
4. Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah belum
mampu mendorong terjadinya inovasi, tumbuh
suburnya ekonomi kreatif serta kemandirian
industri dalam negeri;
5. Masih adanya multi-tafsir serta hal-hal yang
belum jelas dalam Keppres 80/2003;
Arah
Perubahan :
1. Menciptakan iklim yang kondusif untuk persaingan
sehat, efisiensi belanja negara dan mempercepat
pelaksanaan APBN/APBD (debottlenecking)
Aturan yang dibuat a/l: dilengkapi Tata Cara Pengadaan dan
Standard Bidding Document; lelang/seleksi sederhana s/d
Rp200 jt; Pengadaan Langsung; persyaratan pelelangan
dipermudah; kontrak payung; ULP (Unit Layanan
Pengadaan); dsb.
2. Memperkenalkan aturan, sistem, metoda dan
prosedur yang lebih sederhana dengan tetap
memperhatikan good governance
Aturan yang dibuat a/l : menghapuskan metoda pemilihan
langsung (menjadi pelelangan sederhana), mendorong
pelaksanaan
e-announcement, e –
procurement, e-catalogue, dsb
3. Memperjelas konsep swakelola
Aturan yang dibuat a/l: penambahan pekerjaan yang dapat 3
Arah
Perubahan :
4. Klarifikasi Aturan
Contoh : jenis –jenis pengadaan; besaran uang muka;
kelengkapan data administrasi; penggunaan metode
evaluasi; kondisi kahar (force majeur); penyesuaian
harga (price adjustment); dsb.
5. Mendorong terjadinya inovasi, tumbuh suburnya
ekonomi kreatif serta kemandirian industri
Aturan yang dibuat a/l : swakelola dan metode
sayembara/kontes untuk mendorong inovasi dan
ekonomi kreatif serta mengharuskan Pengadaan
Alutsista TNI dan Almatsus Polri oleh Industri strategis
DN, dsb
6. Memperkenalkan sistem Reward & Punishment
yang lebih adil
Aturan yang dibuat a/l : mengupayakan insentif yang
wajar kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/
4
anggota Unit Layanan Pengadaan (ULP);
Perbedaan Pokok
(dgn Keppres
80/2003):dengan
1. Ruang Lingkup – Pendanaan
PHLN
• Prinsip : Pengadaan B/J yg dibiayai
Pinjaman/Hibah LN harus mengikuti Perpres
ini.
• Apabila terdapat perbedaan antara
Peraturan Presiden ini dengan ketentuan
Pengadaan Barang/Jasa yang berlaku bagi
pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri, pihak2.pihak
Jenisdapat
Pengadaan:
menyepakati tata cara
pengadaan yang akan dipergunakan
1.Barang
2.Pekerjaan Konstruksi
3.Jasa Konsultansi
4.Jasa Lainnya
3. Keharusan membentuk Unit Layanan
Pengadaan (ULP):
• Prinsip : dari organisasi ad-hoc ke permanen dan
profesional;
• Setiap K/L/D/I harus membentuk ULP secara
permanen sblm 2014;
• Jumlah dan posisi ULP diserahkan K/L/D/I sesuai
kebutuhan dan rentang kendalinya;
• ULP diisi pejabat yang kompeten dan
dengan insentif
4. integritasnya
Keharusanterjamin,
melaksanakan
E- yg layak;
Procurement
: cepat, murah, transparan, bebas
• E-Proc = lebih
•
•
•
•
premanisme/mafia;
Pengumuman di website masing2 dan website
pengadaan nasional (www.inaproc.lkpp.go.id);
Setiap K/L/D/I harus melaksanakan E-Proc
sebelum 2012;
E-Proc terdiri dari e-tendering dan e-purchasing;
LKPP siap membantu dengan aplikasi dan
5. Delegasi kewenangan dan tanggung jawab
lebih besar ke PA:
• PA adalah penanggung jawab utama
pengadaan;
• PPK bertanggung jawab atas substansi
pengadaan (pelaksanaan kontrak);
• ULP/Panitia bertanggung jawab atas
pelaksanaan lelang/tender;
6. Tetap berpihak pada usaha kecil:
• Paket pekerjaan utk usaha kecil naik, dari
1M ke 2,5M;
• Kemampuan dasar (KD) utk pekerjaan
konstruksi 3 NPt, jasa lainnya 5 NPt. KD
untuk pengadaan barang dan jasa
konsultansi ditiadakan.
7. Penyederhanaan Pelaksanaan
Pengadaan:
• Pengadaan Langsung untuk
Barang/Pek.Konst/Jasa Lainnya s/d Rp.100jt
dan untuk Jasa Konsultansi s/d Rp.50jt;
• Pelelangan/seleksi sederhana s/d Rp.200jt;
• Metoda evaluasi disederhanakan (sistem
gugur), kecuali untuk pekerjaan kompleks.
• Persetujuan Kontrak Tahun Jamak oleh
pimpinan K/L/I untuk pengadaan ≤ Rp.10 M
(barang/jasa tertentu).
• Jaminan dalam pengadaan barang/jasa dapat
dikeluarkan oleh bank umum, perusahaan
penjaminan, atau perusahaan asuransi.
• Memungkinkan untuk pelaksanaan
Pelelangan/Seleksi sebelum Tahun Anggaran.
• Pasca Kualifikasi untuk pemilihan Penyedia
8. Ada ketentuan khusus metoda
Sayembara/Kontes:
• Untuk pengadaan barang/jasa hasil kreativitas,
gagasan, inovasi, riset, produk seni-budaya
(spesifik dan harga satuan tidak dapat
ditentukan). Contoh: arsitektur, benda seni, seni
pertunjukan, piranti lunak, lomba karya ilmiah, dsb;
• Tatacaranya mirip seleksi, tapi dapat
disederhanakan;
• ULP/Panitia dibantu oleh ahli yang kompeten
9. Lebih
fleksibel
menghadapi bencana
dibidangnya
(Timdlm
Juri);
dan keadaan darurat:
• Ketentuan ttg bencana diperlonggar (alam, nonalam, sosial), termasuk antisipasi sebelum
bencana datang menerjang;
• Dalam keadaan menghadapi bencana dan
keadaan darurat dapat dilakukan Penunjukan
Langsung (tidak ada batasan, tetapi tetap
subject to audit).
10. Penunjukan Langsung untuk
barang/jasa
khusus:
• Penyedia obat,
alat kesehatan habis pakai yg
jenis dan harganya ditetapkan pemerintah
(Menkes) dapat ditunjuk langsung;
• Penyedia mobil, sepeda motor, kendaraan lain
dengan harga khusus pemerintah (GSO) dapat
ditunjuk langsung;
• Sewa penginapan/hotel, lanjutan sewa
gedung/kantor dapat ditunjuk langsung.
11. Pengadaan secara Swakelola
• Prinsip : pengadaan barang/jasa dapat
dilaksanakan secara swakelola..
• Dapat mengusulkan Standar Biaya
Khusus (SBK) untuk pelaksanaan
swakelola
12. Pengadaan alutsista TNI dan almatsus
Polri:
• Alutsista ditetapkan Menhan (masukan
Panglima TNI), almatsus ditetapkan
Kapolri;
• Pengadaan alutsista/almatsus dari
industri DN;
• Dalam hal industri DN belum mampu,
pengadaannya dari pabrikan di LN
bekerjasama dengan industri/lembaga
riset DN;
• Tatacara pengadaan alutsista/almatsus
diatur Menhan/Kapolri;
• Barang non-alutsista dan non-almatsus
13. Pengadaan di Luar Negeri:
• Pengadaan untuk Kedubes RI dan kantor
perwakilan RI di LN sedapat mungkin
menggunakan Perpres ini; dalam hal tidak
applicable dapat mengikuti aturan negara
setempat;
14.
Perbedaan-perbedaan
Lainnya:
• Tatacaranya
dapat diatur lebih
lanjut oleh
Menlu.
• Kontrak Payung;
• Keikutsertaan perusahaan asing;
• Sanggah dan Sanggah Banding;
• Konsep Ramah Lingkungan;
• Preferensi Harga dan TKDN (Tingkat
Komponen Dalam Negeri);
• dsb
naskah lengkap: www.lkpp.go.id
MATRIKS PERBEDAAN ANTARA
PERATURAN PRESIDEN No.
54/2010
TENTANG
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
dengan
KEPUTUSAN PRESIDEN
No.80/2003
Terima kasih
pertanyaan, masukan, dan saran
dapat disampaikan ke:
LKPP
SMESCO UKM – Lantai 8
Jln. Jend Gatot Subroto Kav 94 – Jakarta Selatan 12780
Tel/Fax 021-7991252
Website: www.lkpp.go.id
Email : [email protected]; [email protected]; [email protected]