Buku saku gizi kapankah masalah ini berakhir
612.3
Ind
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
612.3
Ind
b
Indonesia. Departemen Kesehatan . Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Buku saku gizi .
--Jakarta :Departemen Kesehatan RI , 2009.
1.Judul I.NUTRITION
II. PUSLITBANG GIZI DAN MAKANAN BADAN LlTBANGKES
SAM BUTAN
MENTERI KESEHATAN R.I .
Penelitian
dan
lokomotif
pembangunan
hasil
penelitian
pengembangan
dan
merupakan
kesehatan .
Dari
pengembangan
yang
mendapatkan perhatian serius untuk ditindaklanjuti
secara
adalah
berkesinambungi:m
masalah gizi. Terkait dengan masalah gizi ini ,
patut dibanggakan adanya buku saku tentang
gizi yang dibuat oleh para peneliti khususnya
peneliti di Puslitbang Gizi dan Makanan Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
Departemen Kesehatan bersama para pakar
dan sejawat dari organisasi profesi gizi.
Melalui program kesehatan dalam bidang gizi
yang konsep dan istilah nya sederhana tapi .
cukup
jelas, Departertlen
berupaya
mencapai target
mengajak
seluruh
Kesehatan
MDGs
pemangku
akan
dengan
kepentingan
baik sesama instansi pemerintah , pemerintah
daerah dan segenap lapisan masyarakat untuk
berperan serta.
Semoga buku saku ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, khususnya bagi para pemangku
kebijakan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karen a Rahmat dan . Hidayah-NYA sehingga
Buku Saku Gizi ini dapat disusun , sebagai
salah satu Program 100 hari Kabinet Indonesia
Bersatu II dari Departemen Kesehatan RI.
Buku ini disusun oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan melalui Pusat
Penelitian dan Pengembangan Gizi dan
Makanan Departemen Kesehatan yang bekerja
sama dengan Jurusan Gizi Klinik FK Universitas
Indonesia, SEAM EO, dan organisasi profesi
seperti PersatuanAhli Gizi Indonesia (PERSAGI) ,
Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI)
serta Direktorat Bina セゥコ@
Masyarakat, Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat - DEPKES
RI. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.
Hasil kajian buku saku ini memberikan gambaran
tentang pemahaman istilah-istilah yang berkaitan
dengan gizi dan masalahnya, keadaan gizi
masyarakat di Indonesia, dampak masalah gizi
bagi pembangunan , fokus permasalahan gizi
yang dihadapi, penanggulangan masalah gizi,
dan pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam
upaya perbaikan generasi penerus bangsa.
Buku saku ini diharapkan dapat dipakai sebagai
bahan acuan pengertian dan pemahaman
dalam menyelesaikan masalah gizi secara
proporsional dengan lebih jelas memetakan
tanggung jawab sektoral maupun komprehensif
baik jajaran pemerintah pusat, pemerintah
daerah, para pengambil keputusan di lembaga
legislatif, para akademisi , masyarakat madani
dan dunia usaha
Semoga buku saku ini berguna sebagai upaya
Departemen Kesehatan mencapai visi dan
menjalankan segenap misinya.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Badan Penelitian dan
DAFTAR lSI
Sambutan Menteri Kesehatan R.I. ........ .. ...............
Kata Pengantar .......... .. .. ................ .......................
iii
Daftar lsi ................................. .. .... .......................
v
Tim Penyusun .. .. ...... .... ......... ...... .... .. .. .. .. .. .. .........
vi
Bab I
Pendahuluan ..... .. ..... ....... .......... .......... .. .
Bab II
Pengertian Permasalahan Gizi di
Masyarakat ............................................
7
Bab III Dampak Masalah Gizi .............................
19
Bab IV Keadaan Gizi di Indonesia Saat Ini ..........
25
Bab V Cara Menentukan Ciriciri Masalah
Gizi di Masyarakat .. .... .. ...... ........ ............
31
Bab VI Penanggulangan Masalah Gizi di
Masyarakat .... ........................................
37
Bab VII Peran Berbagai Sektor Dalam Upaya
Perbaikan Gizi Masyarakat .. .. .. .. .. .. .... .. ....
47
Bab VIII Penutup ...... ........ .. ............ ............ .. .. .. .. .
53
Lampiran Sekilas Tanya Jawab Tentang Gizi .. .. .....
57
TIM PENYUSUN
Penanggung : Kepala Badan Penelitian dan
Jawab
Pengembangan Kesehatan
Ketua
: Abas Basuni Jahari, M.Se, Ph.D
(Puslitbang Gizi dan Makanan)
Wakil Ketua : dr. Widjaja Lukito, PhD, Sp.GK
(SEAMEO)
Sekretaris : 1. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Se
(FKUI)
Anggota
: 1. Prof. Dr. Herman Sudiman, SKM
(P3GM)
2. Moesjanti Soekatri, MCN, Ph.D
(PERSAGI)
3. Dr. Raehmi Untoro, MPH
(PDGMI)
4. Dr. Djoko Kartono, M.Si
(Balai GAKY)
5. Dr. Ir. Anies Irawati, M.Kes
(P3GM)
6. Atmarita, MPH, Ph. D
(Puslitbang BMF)
7. Nurhasnah Husin, SKM , M.Kes
(P3GM)
8. Nurfi Afriansyah, SKM, MSe
'(P3GM)
9. Bambang P. Cadrana, SKM, MKM
(P3GM)
10. dr. Wiji lセウエ。イゥ@
(FKUI)
11 . Fithia Dyah Puspitasari, S.Gz
(Sekretariat Balitbang)
BAB I
_ PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
. (Riskesdas) tah un 2007 yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI, masih terdapat
ban yak anak bawah umur lima tahun (Balita)
yang menderita masalah gizi dan masih
merupakan masalah gizi masyarakat. Masalah
gizi balita yang dihadapi Indonesia saat ini sudah
merupakan masalah gizi ganda, artinya selain
masalah kurang gizi juga masalah kegemukan.
Dari sekitar 25 juta balita 4,6 juta diantaranya
menderita gizi kurang dimana berat badannya
tidak memenuhi berat badan normal menurut
umurnya. Disamping itu sebanyak 3,4 juta balita
tergolong kurus dimana berat badannya ku rang
proporsional dengan tinggi badannya, dan 3,1
juta balita kegemukan.
Keadaan kurang gizi yang banyak diderita
balita adalah masalah pendek dimana tinggi
bad an anak tidak memenu hi tinggi badan
normal menurut umurnya.
Jurnlah balita
pendek jauh lebih banyak daripada balita gizi
kurang atau balita kurus, yaitu ウ・「。ョ
セOaNォ@
9,3
juta atau sekitar 37% dari balita di Indonel)ia.
Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan
balita pendek bukan hanya terjad i setelah anak
lahir, tetapi juga terjadi pada saat anak masih
di dalam kandu ngan ibunya sebagai akibat
keadaan gizi dan kesehatan ibu selama hamil
yang kurang baik. Keadaan gizi dan kesehatan
ibu hamil yang kurang baik mencerminkan pula
keadaan gizi remaja putri calon ibu yang kurang
baik yang erat kaitannya dengan masalah sosial
ekonomi , seperti: kemiskinan, ketidaktahuan,
perilaku hidup yang tidak sehat, dan keadaan
lingkungan yang kurang sehat.
Upaya penanganan balita kurus lebih mudah
dilakukan dengan pemberian makanan tam bahan atau pengobatan agar berat badannya bertam bah sehingga kembali proporsional dengan
tinggi badannya. Penanganan balita gemuk
dapat dilakukan dengan memperbaiki kebiasaan
makan dan meningkatkan aktivitas anak melalui
penyuluhan/edukasi gizi seimbang.
Di lain pihak penanganan masalah balita pendek
tidak cukLip dengan hanya melalui upaya
perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil dan
perbaikan gizi balita selama masa kritis tumbuhkembang pada 2 tahun pertama kehidupan
setelah lahir, tetapi juga memerlukan upayaupaya lain seperti pengentasan kemiSkinan,
peningkatan pengetahuan , meningkatkan peri-
laku hidup bersih dan sehat dan kesadaran gizi
masyarakat, serta perbaikan lingkungan hidup.
Upaya yang komprehensif ini disamping akan
berakibat pada lahirnya generasi ュ ・ョ、セエ。ァ@
(balita) yang tidak pendek, tetapi juga akan
mencegah terjadinya balita kurus atalJ balita
gemuk. Pada akhirnya upaya yang komprehensif
ini juga akan memiliki dampak terhadap
menurunnya jumlah balita gizi kurang atau yang
berat badannya tirjak memenuhi 'standar berat
badan menurut umurnya, sekaligus mencegah
terjadinya gizi buruk.
Hal ini berarti kita akan mampu berjalan menuju
target Milleneum Developmen Goal (MDG) yaitu
menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi
separuh dari keadaan sekarang atau dari 18,4%
pada tahun 2007 menjadi kurang dari 10% pada
tahu n 2020.
Oleh karenanya, penanganan masalah balita
pendek harus menjadi prioritas upaya perbaikan
gizi. Upaya perbaikan gizi masyarakat bukan
hanya menjadi tanggung-jawab sektor kesehatan saja, tetapi juga sektor-sektor lain yang
terkait dengan peningkatan keadaan sosialekonomi masyarakat.
BAB II
_ . _ PENGERTIAN PERMASALAHAN
Gill 01 MASYARAKAT
I. Pengertian keadaan gizi
1.
"Gill BAlK ", bila asupan zat gizi
sesuai dengan yang dibutuhkan (Gill
SEIMBANG).
1.
"KURANG Gill ", bila asupan zat gizi
lebih sedikit dari yang dibutuhkan,
seperti: gizi kurang dan buruk, pendek,
kurus dan sangat kurus.
2.
"KELEBIHAN Gill " atau kegemukan,
bila asupan zat gizi lebih banyak dari
yang dibutuhkan.
II. Pengertian balita gizi kurang (berat
badan kurang)
Balita gizi kurang ditandai dengan berat
badan menurut umur anak (BB/U). Seorang
balita laki-Iaki umur 13 bulan minimal berat
badannya 7.9 kg , bila anak tersebut memiliki
berat badan kurang dari 7.9 kg, maka
disebut gizt kurang ("UNDERWEIGHT").
セ@
Serat badan anak berkaitan dengan dua hal,
yaitu umur dan tingg i badan anak terse but.
Dalam keadaan sehat semaki n bertambah
umur semakin bertambah berat badannya.
Anak yang sehat bertambah tinggi
badannya bertambah pula berat badannya
secara proporsional.
Anak yang gizi kurang (berat badannya
kurang) dapat diakibatkan oleh kekurangan
makan atau karen a anak tersebut pendek.
Oleh karena itu "berat badan menurut
umur" tidak memberikan indikasi spesifik
tentang karakteristik masalah gizi yang
diderita apakah AKUT, KRONIS atau AKUTKRONIS , tapi secara UMUM "berat bad an
menurut umur" mengindikasikan adanya
gangguan gizi.
Suatu daerah yang memiliki banyak
anak gizi kurang (berat badan kurang)
adalah daerah yang memiliki masalah gizi
walaupun tidak jelas apakah masalahnya
AKUT atau KRONIS.
Oleh karena itu untuk memahami eiri
masalah gizi di suatu wilayah tidak eukup
hanya didasarkan pada jumlah balita gizi
kurang saja, tetapi harus juga dilihat berapa
banyak balita PENDEK dan berapa banyak
balita KURUS.
III. Pengertian balita pendek
Berkaitan dengan hal ini ada dua istilah,
yaitu:
•
Panjang badan digunakan untuk anak
berumur kurang dari 24 bulan dan
tinggi badan digunakan untuk anak
berumur 24 bulan ke atas.
Balita pendek ditandai dengan tinggi atau
panjang badan menu rut umur anak (TB/U).
Seorang balita perempuan umur 12 bulan
minimal panjang badannya 68,9 em, bila
anak tersebut memiliki panjang badan
kurang dari 68,9 em, maka disebut pendek
("STUNTING").
Ana yang sehat semakin bertambah umur
semakin bertambah tinggi badannya.
Anak yang pendek diakibatkan oleh
kekurangan makan atau sakit yang terjadi
dalam waktu lama.
Keadaan tersebut berkaitan erat dengan
kondisi yang tidak menguntungkan yang
terjadi dalam waktu yang lama, seperti:
•
Kemiskinan, perilaku hidup bersih
dan sehat yang kurang, kesehatan
lingkungan yang ku rang baik, pola
asuh yang kurang baik, rendahnya
tingkat pendidikan atau karena terkait
dengan budaya.
Oleh karena itu masalah balita pendek,
merupakan cerminan dari keadaan so sial
ekonomi masyarakat.
Karena masalah balita pendek diakibatkan
oleh keadaan yang berlangsung lama,
maka ciri masalah gizi yang ditunjukkan
oleh balita pendek adalah masalah gizi
yang sifatnya KRONIS.
Dengan demikian penanganan masalah
balita pendek harus dilakukan secara
komprehensif tidak hanya tanggung sektor '
kesehatan tetapi juga sektor lain, terutama
yang berkaitan dengan masalah sosialekonomi masyarakat.
IV. Pengertian balita kurus
Balita kurus ditandai dengan proporsi berat
badan menurut panjang badannya (BB/PB)
atau berat badan menu rut tinggi badannya
(BBrTB).
Seorang balita laki-Iaki dengan panjang
badan 71 em berat badan minimalnya
adalah 7,5 kg . Bila berat badannya kurang
dari 7,5 kg , maka anak tersebut disebut
kurus ("WASTING").
Balita kurus disebabkan karen a kekurangan
makan atau terkena penyakit infeksi yang
terjadi dalam waktu yang SINGKAT.
Balita yang terkena penyakit infeksi dapat
berakibat menurunnya nafsu makan atau
penyerapan zat gizi yang terganggu.
Oleh karena itu masalah balita kurus
merupakan eerminan dari perubahan
keadaan yang terjadi dalam waktu yang
singkat.
Karena masalah balita kurus diakibatkan
oleh perubahan keadaan yang berlangsung
singkat, maka karakteristik masalah gizi
yang ditunjukkan oleh balita kurus adalah
masalah gizi AKUT.
Dengan demikian penanganan masalah
balita kurus harus dilakukan SEGERA dan
merupakan tanggung jawab utama sektor
kesehatan .
v.
Pengertian balita gemuk
Balita gem uk semakin ban yak jumlahnya,
dan hal ini menjadikan masalah gizi yang
dihadapi indonesia menjadi MASALAH
GIZI GANDA, yang berarti selain masalah
kekurangan gizi indonesia juga sudah
dihadapkan pada masalah kelebihan gizi.
Balita gemuk ditandai dengan proporsi
berat badan menurut panjang badannya
(BB/PB) atau tinggi badannya (BBITB).
Seorang . balita laki-Iaki dengan panjang
badan 71 em berat badan maksimalnya
adalah10,4 kg. Bila berat badannya lebih
dari 10,4 kg, maka anak tersebut disebut
gemuk.
Balita gemuk diakibatkan oleh pola asuh
(kebiasaan pemberian makanan yang
kurang baik), banyak makanan yang
diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan
anak.
Ada juga pendapat orangtua yang keliru
bahwa balita gemuk adalah sehat dan
lucu.
Karena balita gemuk terjadi dalam waktu
yang LAMA (tidak terjadi mend adak) , maka
ciri masalah gizinya merupakan masalah
gizi KRONI S,
Dengan demikian penanganan masalah
balita gemuk juga sudah harus menjadi
perhatian pemerintah untuk mengatasinya.
VI. Masa kritis pertumbuhan dan
perkembangan balita
Masa kritis tumbu h kembang balita adalah
selama bayi berada dalam kandungan ibu
sampai 2 tah un ーセイエ。ュ@
kehidupan setelah lahir.
Pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak terbesar terjadi selama periode
kritis tersebut.
Gangguan tumbuh-kembang balita terjadi
sebagai aki bat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan gizi ibu selama hamil dan tidak
terpenuhinya kebutuhan gizi anak dalam 2
tahun pertama setelah lahir.
Kebutuhan gizi ibu selama hamil lebih
banyak dari kebutuhan ibu dalam keadaan
tidak hamil karena sebagian zat gizi yang
dimakan diberikan kepada janin untuk
pertumbuhan otak, panjang badan dan
berat badannya.
MASA KRITIS TUMBUK KEMBANG ANAK
Tumbuh Kembang Bayl & Anak
Mtimbangun tlnggl
b. d.n polen.lel
セ「・。エ@
blidahpOlllnl'"
I
Mencapal tinggi badan. bara!
badan dan perkembangan optimal
BABIII
..._ _ _ DAMPAK MASALAH GIZI
1. Akibat masalah gizi pada usia dini
Kekurangan gizi pad a usia dini dapat
berakibat terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan anak, seperti:
Meningkatnya kematian balita kecerdasan yang rendah , keterbelakangan
mental , ketidak mampuan berprestasi,
roduktivitas yang rendah lebih
lanjut berakibat pad a terciptanya
sumberdaya manusia (SOM) yang
rendah kualitasnya.
Masalah
kegemukan dan masalah
kekurangan gizi pada usia dini (balita)
memiliki akibat yang sama yaitu beresiko
tinggi untuk menderita pen yak it degeneratif,
seperti:
•
Kencing manis, jantung dan pembuluh
darah (stroke, tekanan darah tinggi) ,
kanker.
2. Dampak gizi terhadap pembangunan
ekonomi
Oengan
meningkatnya
status
gizi ,
produktivitas
kerja
akan
meningkat
sehingga akan menambah nilai ekonomi
bagi masyarakat dan negara.
Oi sam ping itu dengan membaiknya status
gizi masyarakat akan berakibat pada
menurunnya angka morbiditas. Oengan
demikian pengeluaran keluarga untuk
pengobatan dapat ditekan dan biaya
pemerintah untuk memberikan pelayanan
kesehatan pun dapat ditekan. Jadi, upaya
perbaikan gizi masyarakat mempunyai
implikasi yang kuat terhadap pembangunan
ekonomi.
Perbaikan gizi juga dapat menghasilkan
generasi yang sehat, kuat dan cerdas
sehingga dapat memberikan kontribusi
terhadap peningkatan ketahanan nasional.
3. Dampak gizi terhadap prestasi
bangsa
Status gizi yang baik dapat menghasilkan
generasi yang sehat, kuat dan cerdas.
Generasi yang sehat, kuat dan cerdas
merupakan modal untuk dapat bersaing di
tingkat internasional, baik dalam peristiwaperistiwa
olahraga
maupun dalam
mengantisipasi kemajuan zaman terkait
dengan perkembangan teknologi modern
dan ilmu pengetahuan mutakhir.
4. Dampak masalah gizi terhadap
ketahanan nasional
Pembangunan gizi pad a hakikatnya adalah
mempersiapkan bangsa yang sehat, kuat
dan cerdas dalam menghadapi tantangan
globalisasi dan meningkatkan ketahanan
nasional.
BABIV
- - - KEADAAN Gill DI INDONESIA
SAAY INI
Oi dalam buku saku ini informasi tentang
masalah gizi dititikberatkan pada masalah
gizi balita karena merupakan akibat lanjut dari
masalah gizi pad a kelompok usia lainnya dalam
siklus kehidupan manusia (WUS termasuk ibu
hamil, bayi dan anak balita, anak usia sekolah,
remaja dan dewasa) .
Jadi, perbaikan gizi pada balita bukan berarti
hanya menangani masalah gizi pada balita
tetapi juga meningkatkan status gizi kelompok
usia lainnya, di antaranya adalah perbaikan gizi
remaja perempuan dan ibu hamil.
1. Batas masalah gizi masyarakat
(WHO)
1.
Gizi kurang ("underweight") 7 10%
Bila dari 100 balita ada lebih dari 10
balita yang gizi kurang maka kita masih
memiliki masalah gizi masyarakat.
2.
Pendek ("stunting") 7 20%.
Bila dari 100 balita ada lebih dari 20
balita yang pend ek maka kita masih
memiliki masalah gizi masyarakat.
3.
Kurus ("wasting ") S 5% Bila dari 100
balita ada lebih dari 5 balita yang kurus
maka kita masih memi liki masalah gizi
masyarakat.
Bila jumlah balita yang kekurangan gizi tidak
melebihi batas WHO bukan berarti tidak
ada masalah gizi masyarakat. Masalah gizi
mungkin masih ada tetapi penanganannya
bersifat orang per orang (INDIVIDUAL).
Bila masalah gizi masyarakat sudah tidak
ada lagi bukan berarti program gizi sudah
tidak diperlukan lag i. Program gizi tetap
diperlukan untuk mempertahankan keadaan
yang sudah baik terse but (PREVENTIFPROMOTIF) .
2. Jumlah balita bermasalah gizi di
Indonesia berdasarkan riskesdas
2007
Dari sekitar 25 juta balita terdapat:
•
4,6 Juta balita gizi kurang di antaranya
1 ,4 juta gizi buruk.
•
9,3 juta balita pendek di antaranya 4,7
juta sangat pendek.
3,4 juta balita kurus di antaranya 1,6
juta sangat kurus.
•
3,1 juta balita
セNM
ァ ・ ュ
M
セ@
KM
セャs@
セ@
Mᆳ
M
KM
セ@
オォ
ゥュKM
M
M
i!
Mᆳ
Mセ
Mᆳ
セ M
Mᆳ
s
o
Gambar 6.
Jumlah balita yang mengalami masalah gizi
Berdasarkan riskesdas 200 7
Persyaratan jumlah balita kurang gizi
menurut batas masalah gizi masyarakat
[WHO] :
•
Balita gizi kurang: 2,5 juta.
•
Balita pendek: 5 juta.
•
Balita kurus: 1,25 juta.
3. Kontribusi balita pendek terhadap
kekurangan dan kelebihan berat
badan balita di Indonesia
Dari 4,6 juta balita gizi kurang, yang
pendek berjumlah 3,3 juta.
•
Dari 3,1 juta balita gemuk, yang pendek
berjumlah 2 juta.
GAM BAR 7. PERBANDINGAN JUMLAH BALITA KURANG GIZI
DENGAN JUMLAH BATAs MAsALAH GIZI MAsYARAKAT
01 INDONESIA , TAHUN 2007
セ@
Qセイ]
S.
:I:
+-
6
+-
セ]
MZ@
• Jumlah Balita Kurang
Giz i
:5
4
セ@
3
:IE
セ
8
MASIH
MERUPAKAN
MASALAH GIZI
MASYARAKAT
• Bata s Masalah Gizi
Masyarakat
o
Glzi Kurang
Pendek
Kurus
Berdasarkan angka di atas tampak bahwa
masalah balita pendek (masalah gizi
kronis) merupakan Masalah Utama yang
harus ditangani dalam rangka menurunkan
masalah gizi kurang dan kegemukan
disamping tetap melanjutkan upaya
penanganan masalah balita kurus dan
gemuk.
BABV
CARA MENENTUKAN CIRI-CIRI
MASALAH GIZI 01 MASYARAKAT
1. Pengertian ciri masalah gizi
1.
MASALAH GIZI AKUT adalah masalah
gizi yang diaki batkan oleh peristiwa
yang terjadi dalam waktu yang tidak
lama (singkat), misalnya:
Terjadi wabah penyakit dan
kekurangan makan (kelaparan) .
2.
Adalah
MASALAH GIZI KRONIS
masalah gizi yang diakibatkan oleh
keadaan yang lama berlangsung ,
misalnya:
Kemiskinan, perilaku hidup sehat
yang ku rang baik, pola asuh
yang kurang baik, sebagai akibat
rendahnya ting kat pendidikan atau
karena terkait dengan budaya.
3.
MASALAH GIZI AKUT-KRONIS adalah
masalah gizi yang memiliki ciri masalah
AKUT dan KRONIS seperti tersebut di
atas.
Memahami ciri masalah gizi di suatu
wilayah apakah masalah yang dihadapi
merupakan masalah gizi akut, kronis atau
Ind
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
612.3
Ind
b
Indonesia. Departemen Kesehatan . Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Buku saku gizi .
--Jakarta :Departemen Kesehatan RI , 2009.
1.Judul I.NUTRITION
II. PUSLITBANG GIZI DAN MAKANAN BADAN LlTBANGKES
SAM BUTAN
MENTERI KESEHATAN R.I .
Penelitian
dan
lokomotif
pembangunan
hasil
penelitian
pengembangan
dan
merupakan
kesehatan .
Dari
pengembangan
yang
mendapatkan perhatian serius untuk ditindaklanjuti
secara
adalah
berkesinambungi:m
masalah gizi. Terkait dengan masalah gizi ini ,
patut dibanggakan adanya buku saku tentang
gizi yang dibuat oleh para peneliti khususnya
peneliti di Puslitbang Gizi dan Makanan Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
Departemen Kesehatan bersama para pakar
dan sejawat dari organisasi profesi gizi.
Melalui program kesehatan dalam bidang gizi
yang konsep dan istilah nya sederhana tapi .
cukup
jelas, Departertlen
berupaya
mencapai target
mengajak
seluruh
Kesehatan
MDGs
pemangku
akan
dengan
kepentingan
baik sesama instansi pemerintah , pemerintah
daerah dan segenap lapisan masyarakat untuk
berperan serta.
Semoga buku saku ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, khususnya bagi para pemangku
kebijakan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karen a Rahmat dan . Hidayah-NYA sehingga
Buku Saku Gizi ini dapat disusun , sebagai
salah satu Program 100 hari Kabinet Indonesia
Bersatu II dari Departemen Kesehatan RI.
Buku ini disusun oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan melalui Pusat
Penelitian dan Pengembangan Gizi dan
Makanan Departemen Kesehatan yang bekerja
sama dengan Jurusan Gizi Klinik FK Universitas
Indonesia, SEAM EO, dan organisasi profesi
seperti PersatuanAhli Gizi Indonesia (PERSAGI) ,
Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI)
serta Direktorat Bina セゥコ@
Masyarakat, Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat - DEPKES
RI. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.
Hasil kajian buku saku ini memberikan gambaran
tentang pemahaman istilah-istilah yang berkaitan
dengan gizi dan masalahnya, keadaan gizi
masyarakat di Indonesia, dampak masalah gizi
bagi pembangunan , fokus permasalahan gizi
yang dihadapi, penanggulangan masalah gizi,
dan pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam
upaya perbaikan generasi penerus bangsa.
Buku saku ini diharapkan dapat dipakai sebagai
bahan acuan pengertian dan pemahaman
dalam menyelesaikan masalah gizi secara
proporsional dengan lebih jelas memetakan
tanggung jawab sektoral maupun komprehensif
baik jajaran pemerintah pusat, pemerintah
daerah, para pengambil keputusan di lembaga
legislatif, para akademisi , masyarakat madani
dan dunia usaha
Semoga buku saku ini berguna sebagai upaya
Departemen Kesehatan mencapai visi dan
menjalankan segenap misinya.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Badan Penelitian dan
DAFTAR lSI
Sambutan Menteri Kesehatan R.I. ........ .. ...............
Kata Pengantar .......... .. .. ................ .......................
iii
Daftar lsi ................................. .. .... .......................
v
Tim Penyusun .. .. ...... .... ......... ...... .... .. .. .. .. .. .. .........
vi
Bab I
Pendahuluan ..... .. ..... ....... .......... .......... .. .
Bab II
Pengertian Permasalahan Gizi di
Masyarakat ............................................
7
Bab III Dampak Masalah Gizi .............................
19
Bab IV Keadaan Gizi di Indonesia Saat Ini ..........
25
Bab V Cara Menentukan Ciriciri Masalah
Gizi di Masyarakat .. .... .. ...... ........ ............
31
Bab VI Penanggulangan Masalah Gizi di
Masyarakat .... ........................................
37
Bab VII Peran Berbagai Sektor Dalam Upaya
Perbaikan Gizi Masyarakat .. .. .. .. .. .. .... .. ....
47
Bab VIII Penutup ...... ........ .. ............ ............ .. .. .. .. .
53
Lampiran Sekilas Tanya Jawab Tentang Gizi .. .. .....
57
TIM PENYUSUN
Penanggung : Kepala Badan Penelitian dan
Jawab
Pengembangan Kesehatan
Ketua
: Abas Basuni Jahari, M.Se, Ph.D
(Puslitbang Gizi dan Makanan)
Wakil Ketua : dr. Widjaja Lukito, PhD, Sp.GK
(SEAMEO)
Sekretaris : 1. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Se
(FKUI)
Anggota
: 1. Prof. Dr. Herman Sudiman, SKM
(P3GM)
2. Moesjanti Soekatri, MCN, Ph.D
(PERSAGI)
3. Dr. Raehmi Untoro, MPH
(PDGMI)
4. Dr. Djoko Kartono, M.Si
(Balai GAKY)
5. Dr. Ir. Anies Irawati, M.Kes
(P3GM)
6. Atmarita, MPH, Ph. D
(Puslitbang BMF)
7. Nurhasnah Husin, SKM , M.Kes
(P3GM)
8. Nurfi Afriansyah, SKM, MSe
'(P3GM)
9. Bambang P. Cadrana, SKM, MKM
(P3GM)
10. dr. Wiji lセウエ。イゥ@
(FKUI)
11 . Fithia Dyah Puspitasari, S.Gz
(Sekretariat Balitbang)
BAB I
_ PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
. (Riskesdas) tah un 2007 yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI, masih terdapat
ban yak anak bawah umur lima tahun (Balita)
yang menderita masalah gizi dan masih
merupakan masalah gizi masyarakat. Masalah
gizi balita yang dihadapi Indonesia saat ini sudah
merupakan masalah gizi ganda, artinya selain
masalah kurang gizi juga masalah kegemukan.
Dari sekitar 25 juta balita 4,6 juta diantaranya
menderita gizi kurang dimana berat badannya
tidak memenuhi berat badan normal menurut
umurnya. Disamping itu sebanyak 3,4 juta balita
tergolong kurus dimana berat badannya ku rang
proporsional dengan tinggi badannya, dan 3,1
juta balita kegemukan.
Keadaan kurang gizi yang banyak diderita
balita adalah masalah pendek dimana tinggi
bad an anak tidak memenu hi tinggi badan
normal menurut umurnya.
Jurnlah balita
pendek jauh lebih banyak daripada balita gizi
kurang atau balita kurus, yaitu ウ・「。ョ
セOaNォ@
9,3
juta atau sekitar 37% dari balita di Indonel)ia.
Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan
balita pendek bukan hanya terjad i setelah anak
lahir, tetapi juga terjadi pada saat anak masih
di dalam kandu ngan ibunya sebagai akibat
keadaan gizi dan kesehatan ibu selama hamil
yang kurang baik. Keadaan gizi dan kesehatan
ibu hamil yang kurang baik mencerminkan pula
keadaan gizi remaja putri calon ibu yang kurang
baik yang erat kaitannya dengan masalah sosial
ekonomi , seperti: kemiskinan, ketidaktahuan,
perilaku hidup yang tidak sehat, dan keadaan
lingkungan yang kurang sehat.
Upaya penanganan balita kurus lebih mudah
dilakukan dengan pemberian makanan tam bahan atau pengobatan agar berat badannya bertam bah sehingga kembali proporsional dengan
tinggi badannya. Penanganan balita gemuk
dapat dilakukan dengan memperbaiki kebiasaan
makan dan meningkatkan aktivitas anak melalui
penyuluhan/edukasi gizi seimbang.
Di lain pihak penanganan masalah balita pendek
tidak cukLip dengan hanya melalui upaya
perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil dan
perbaikan gizi balita selama masa kritis tumbuhkembang pada 2 tahun pertama kehidupan
setelah lahir, tetapi juga memerlukan upayaupaya lain seperti pengentasan kemiSkinan,
peningkatan pengetahuan , meningkatkan peri-
laku hidup bersih dan sehat dan kesadaran gizi
masyarakat, serta perbaikan lingkungan hidup.
Upaya yang komprehensif ini disamping akan
berakibat pada lahirnya generasi ュ ・ョ、セエ。ァ@
(balita) yang tidak pendek, tetapi juga akan
mencegah terjadinya balita kurus atalJ balita
gemuk. Pada akhirnya upaya yang komprehensif
ini juga akan memiliki dampak terhadap
menurunnya jumlah balita gizi kurang atau yang
berat badannya tirjak memenuhi 'standar berat
badan menurut umurnya, sekaligus mencegah
terjadinya gizi buruk.
Hal ini berarti kita akan mampu berjalan menuju
target Milleneum Developmen Goal (MDG) yaitu
menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi
separuh dari keadaan sekarang atau dari 18,4%
pada tahun 2007 menjadi kurang dari 10% pada
tahu n 2020.
Oleh karenanya, penanganan masalah balita
pendek harus menjadi prioritas upaya perbaikan
gizi. Upaya perbaikan gizi masyarakat bukan
hanya menjadi tanggung-jawab sektor kesehatan saja, tetapi juga sektor-sektor lain yang
terkait dengan peningkatan keadaan sosialekonomi masyarakat.
BAB II
_ . _ PENGERTIAN PERMASALAHAN
Gill 01 MASYARAKAT
I. Pengertian keadaan gizi
1.
"Gill BAlK ", bila asupan zat gizi
sesuai dengan yang dibutuhkan (Gill
SEIMBANG).
1.
"KURANG Gill ", bila asupan zat gizi
lebih sedikit dari yang dibutuhkan,
seperti: gizi kurang dan buruk, pendek,
kurus dan sangat kurus.
2.
"KELEBIHAN Gill " atau kegemukan,
bila asupan zat gizi lebih banyak dari
yang dibutuhkan.
II. Pengertian balita gizi kurang (berat
badan kurang)
Balita gizi kurang ditandai dengan berat
badan menurut umur anak (BB/U). Seorang
balita laki-Iaki umur 13 bulan minimal berat
badannya 7.9 kg , bila anak tersebut memiliki
berat badan kurang dari 7.9 kg, maka
disebut gizt kurang ("UNDERWEIGHT").
セ@
Serat badan anak berkaitan dengan dua hal,
yaitu umur dan tingg i badan anak terse but.
Dalam keadaan sehat semaki n bertambah
umur semakin bertambah berat badannya.
Anak yang sehat bertambah tinggi
badannya bertambah pula berat badannya
secara proporsional.
Anak yang gizi kurang (berat badannya
kurang) dapat diakibatkan oleh kekurangan
makan atau karen a anak tersebut pendek.
Oleh karena itu "berat badan menurut
umur" tidak memberikan indikasi spesifik
tentang karakteristik masalah gizi yang
diderita apakah AKUT, KRONIS atau AKUTKRONIS , tapi secara UMUM "berat bad an
menurut umur" mengindikasikan adanya
gangguan gizi.
Suatu daerah yang memiliki banyak
anak gizi kurang (berat badan kurang)
adalah daerah yang memiliki masalah gizi
walaupun tidak jelas apakah masalahnya
AKUT atau KRONIS.
Oleh karena itu untuk memahami eiri
masalah gizi di suatu wilayah tidak eukup
hanya didasarkan pada jumlah balita gizi
kurang saja, tetapi harus juga dilihat berapa
banyak balita PENDEK dan berapa banyak
balita KURUS.
III. Pengertian balita pendek
Berkaitan dengan hal ini ada dua istilah,
yaitu:
•
Panjang badan digunakan untuk anak
berumur kurang dari 24 bulan dan
tinggi badan digunakan untuk anak
berumur 24 bulan ke atas.
Balita pendek ditandai dengan tinggi atau
panjang badan menu rut umur anak (TB/U).
Seorang balita perempuan umur 12 bulan
minimal panjang badannya 68,9 em, bila
anak tersebut memiliki panjang badan
kurang dari 68,9 em, maka disebut pendek
("STUNTING").
Ana yang sehat semakin bertambah umur
semakin bertambah tinggi badannya.
Anak yang pendek diakibatkan oleh
kekurangan makan atau sakit yang terjadi
dalam waktu lama.
Keadaan tersebut berkaitan erat dengan
kondisi yang tidak menguntungkan yang
terjadi dalam waktu yang lama, seperti:
•
Kemiskinan, perilaku hidup bersih
dan sehat yang kurang, kesehatan
lingkungan yang ku rang baik, pola
asuh yang kurang baik, rendahnya
tingkat pendidikan atau karena terkait
dengan budaya.
Oleh karena itu masalah balita pendek,
merupakan cerminan dari keadaan so sial
ekonomi masyarakat.
Karena masalah balita pendek diakibatkan
oleh keadaan yang berlangsung lama,
maka ciri masalah gizi yang ditunjukkan
oleh balita pendek adalah masalah gizi
yang sifatnya KRONIS.
Dengan demikian penanganan masalah
balita pendek harus dilakukan secara
komprehensif tidak hanya tanggung sektor '
kesehatan tetapi juga sektor lain, terutama
yang berkaitan dengan masalah sosialekonomi masyarakat.
IV. Pengertian balita kurus
Balita kurus ditandai dengan proporsi berat
badan menurut panjang badannya (BB/PB)
atau berat badan menu rut tinggi badannya
(BBrTB).
Seorang balita laki-Iaki dengan panjang
badan 71 em berat badan minimalnya
adalah 7,5 kg . Bila berat badannya kurang
dari 7,5 kg , maka anak tersebut disebut
kurus ("WASTING").
Balita kurus disebabkan karen a kekurangan
makan atau terkena penyakit infeksi yang
terjadi dalam waktu yang SINGKAT.
Balita yang terkena penyakit infeksi dapat
berakibat menurunnya nafsu makan atau
penyerapan zat gizi yang terganggu.
Oleh karena itu masalah balita kurus
merupakan eerminan dari perubahan
keadaan yang terjadi dalam waktu yang
singkat.
Karena masalah balita kurus diakibatkan
oleh perubahan keadaan yang berlangsung
singkat, maka karakteristik masalah gizi
yang ditunjukkan oleh balita kurus adalah
masalah gizi AKUT.
Dengan demikian penanganan masalah
balita kurus harus dilakukan SEGERA dan
merupakan tanggung jawab utama sektor
kesehatan .
v.
Pengertian balita gemuk
Balita gem uk semakin ban yak jumlahnya,
dan hal ini menjadikan masalah gizi yang
dihadapi indonesia menjadi MASALAH
GIZI GANDA, yang berarti selain masalah
kekurangan gizi indonesia juga sudah
dihadapkan pada masalah kelebihan gizi.
Balita gemuk ditandai dengan proporsi
berat badan menurut panjang badannya
(BB/PB) atau tinggi badannya (BBITB).
Seorang . balita laki-Iaki dengan panjang
badan 71 em berat badan maksimalnya
adalah10,4 kg. Bila berat badannya lebih
dari 10,4 kg, maka anak tersebut disebut
gemuk.
Balita gemuk diakibatkan oleh pola asuh
(kebiasaan pemberian makanan yang
kurang baik), banyak makanan yang
diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan
anak.
Ada juga pendapat orangtua yang keliru
bahwa balita gemuk adalah sehat dan
lucu.
Karena balita gemuk terjadi dalam waktu
yang LAMA (tidak terjadi mend adak) , maka
ciri masalah gizinya merupakan masalah
gizi KRONI S,
Dengan demikian penanganan masalah
balita gemuk juga sudah harus menjadi
perhatian pemerintah untuk mengatasinya.
VI. Masa kritis pertumbuhan dan
perkembangan balita
Masa kritis tumbu h kembang balita adalah
selama bayi berada dalam kandungan ibu
sampai 2 tah un ーセイエ。ュ@
kehidupan setelah lahir.
Pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak terbesar terjadi selama periode
kritis tersebut.
Gangguan tumbuh-kembang balita terjadi
sebagai aki bat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan gizi ibu selama hamil dan tidak
terpenuhinya kebutuhan gizi anak dalam 2
tahun pertama setelah lahir.
Kebutuhan gizi ibu selama hamil lebih
banyak dari kebutuhan ibu dalam keadaan
tidak hamil karena sebagian zat gizi yang
dimakan diberikan kepada janin untuk
pertumbuhan otak, panjang badan dan
berat badannya.
MASA KRITIS TUMBUK KEMBANG ANAK
Tumbuh Kembang Bayl & Anak
Mtimbangun tlnggl
b. d.n polen.lel
セ「・。エ@
blidahpOlllnl'"
I
Mencapal tinggi badan. bara!
badan dan perkembangan optimal
BABIII
..._ _ _ DAMPAK MASALAH GIZI
1. Akibat masalah gizi pada usia dini
Kekurangan gizi pad a usia dini dapat
berakibat terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan anak, seperti:
Meningkatnya kematian balita kecerdasan yang rendah , keterbelakangan
mental , ketidak mampuan berprestasi,
roduktivitas yang rendah lebih
lanjut berakibat pad a terciptanya
sumberdaya manusia (SOM) yang
rendah kualitasnya.
Masalah
kegemukan dan masalah
kekurangan gizi pada usia dini (balita)
memiliki akibat yang sama yaitu beresiko
tinggi untuk menderita pen yak it degeneratif,
seperti:
•
Kencing manis, jantung dan pembuluh
darah (stroke, tekanan darah tinggi) ,
kanker.
2. Dampak gizi terhadap pembangunan
ekonomi
Oengan
meningkatnya
status
gizi ,
produktivitas
kerja
akan
meningkat
sehingga akan menambah nilai ekonomi
bagi masyarakat dan negara.
Oi sam ping itu dengan membaiknya status
gizi masyarakat akan berakibat pada
menurunnya angka morbiditas. Oengan
demikian pengeluaran keluarga untuk
pengobatan dapat ditekan dan biaya
pemerintah untuk memberikan pelayanan
kesehatan pun dapat ditekan. Jadi, upaya
perbaikan gizi masyarakat mempunyai
implikasi yang kuat terhadap pembangunan
ekonomi.
Perbaikan gizi juga dapat menghasilkan
generasi yang sehat, kuat dan cerdas
sehingga dapat memberikan kontribusi
terhadap peningkatan ketahanan nasional.
3. Dampak gizi terhadap prestasi
bangsa
Status gizi yang baik dapat menghasilkan
generasi yang sehat, kuat dan cerdas.
Generasi yang sehat, kuat dan cerdas
merupakan modal untuk dapat bersaing di
tingkat internasional, baik dalam peristiwaperistiwa
olahraga
maupun dalam
mengantisipasi kemajuan zaman terkait
dengan perkembangan teknologi modern
dan ilmu pengetahuan mutakhir.
4. Dampak masalah gizi terhadap
ketahanan nasional
Pembangunan gizi pad a hakikatnya adalah
mempersiapkan bangsa yang sehat, kuat
dan cerdas dalam menghadapi tantangan
globalisasi dan meningkatkan ketahanan
nasional.
BABIV
- - - KEADAAN Gill DI INDONESIA
SAAY INI
Oi dalam buku saku ini informasi tentang
masalah gizi dititikberatkan pada masalah
gizi balita karena merupakan akibat lanjut dari
masalah gizi pad a kelompok usia lainnya dalam
siklus kehidupan manusia (WUS termasuk ibu
hamil, bayi dan anak balita, anak usia sekolah,
remaja dan dewasa) .
Jadi, perbaikan gizi pada balita bukan berarti
hanya menangani masalah gizi pada balita
tetapi juga meningkatkan status gizi kelompok
usia lainnya, di antaranya adalah perbaikan gizi
remaja perempuan dan ibu hamil.
1. Batas masalah gizi masyarakat
(WHO)
1.
Gizi kurang ("underweight") 7 10%
Bila dari 100 balita ada lebih dari 10
balita yang gizi kurang maka kita masih
memiliki masalah gizi masyarakat.
2.
Pendek ("stunting") 7 20%.
Bila dari 100 balita ada lebih dari 20
balita yang pend ek maka kita masih
memiliki masalah gizi masyarakat.
3.
Kurus ("wasting ") S 5% Bila dari 100
balita ada lebih dari 5 balita yang kurus
maka kita masih memi liki masalah gizi
masyarakat.
Bila jumlah balita yang kekurangan gizi tidak
melebihi batas WHO bukan berarti tidak
ada masalah gizi masyarakat. Masalah gizi
mungkin masih ada tetapi penanganannya
bersifat orang per orang (INDIVIDUAL).
Bila masalah gizi masyarakat sudah tidak
ada lagi bukan berarti program gizi sudah
tidak diperlukan lag i. Program gizi tetap
diperlukan untuk mempertahankan keadaan
yang sudah baik terse but (PREVENTIFPROMOTIF) .
2. Jumlah balita bermasalah gizi di
Indonesia berdasarkan riskesdas
2007
Dari sekitar 25 juta balita terdapat:
•
4,6 Juta balita gizi kurang di antaranya
1 ,4 juta gizi buruk.
•
9,3 juta balita pendek di antaranya 4,7
juta sangat pendek.
3,4 juta balita kurus di antaranya 1,6
juta sangat kurus.
•
3,1 juta balita
セNM
ァ ・ ュ
M
セ@
KM
セャs@
セ@
Mᆳ
M
KM
セ@
オォ
ゥュKM
M
M
i!
Mᆳ
Mセ
Mᆳ
セ M
Mᆳ
s
o
Gambar 6.
Jumlah balita yang mengalami masalah gizi
Berdasarkan riskesdas 200 7
Persyaratan jumlah balita kurang gizi
menurut batas masalah gizi masyarakat
[WHO] :
•
Balita gizi kurang: 2,5 juta.
•
Balita pendek: 5 juta.
•
Balita kurus: 1,25 juta.
3. Kontribusi balita pendek terhadap
kekurangan dan kelebihan berat
badan balita di Indonesia
Dari 4,6 juta balita gizi kurang, yang
pendek berjumlah 3,3 juta.
•
Dari 3,1 juta balita gemuk, yang pendek
berjumlah 2 juta.
GAM BAR 7. PERBANDINGAN JUMLAH BALITA KURANG GIZI
DENGAN JUMLAH BATAs MAsALAH GIZI MAsYARAKAT
01 INDONESIA , TAHUN 2007
セ@
Qセイ]
S.
:I:
+-
6
+-
セ]
MZ@
• Jumlah Balita Kurang
Giz i
:5
4
セ@
3
:IE
セ
8
MASIH
MERUPAKAN
MASALAH GIZI
MASYARAKAT
• Bata s Masalah Gizi
Masyarakat
o
Glzi Kurang
Pendek
Kurus
Berdasarkan angka di atas tampak bahwa
masalah balita pendek (masalah gizi
kronis) merupakan Masalah Utama yang
harus ditangani dalam rangka menurunkan
masalah gizi kurang dan kegemukan
disamping tetap melanjutkan upaya
penanganan masalah balita kurus dan
gemuk.
BABV
CARA MENENTUKAN CIRI-CIRI
MASALAH GIZI 01 MASYARAKAT
1. Pengertian ciri masalah gizi
1.
MASALAH GIZI AKUT adalah masalah
gizi yang diaki batkan oleh peristiwa
yang terjadi dalam waktu yang tidak
lama (singkat), misalnya:
Terjadi wabah penyakit dan
kekurangan makan (kelaparan) .
2.
Adalah
MASALAH GIZI KRONIS
masalah gizi yang diakibatkan oleh
keadaan yang lama berlangsung ,
misalnya:
Kemiskinan, perilaku hidup sehat
yang ku rang baik, pola asuh
yang kurang baik, sebagai akibat
rendahnya ting kat pendidikan atau
karena terkait dengan budaya.
3.
MASALAH GIZI AKUT-KRONIS adalah
masalah gizi yang memiliki ciri masalah
AKUT dan KRONIS seperti tersebut di
atas.
Memahami ciri masalah gizi di suatu
wilayah apakah masalah yang dihadapi
merupakan masalah gizi akut, kronis atau