PERAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN SURAT WASIAT ( TESTAMENT )

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam kehidupannya mengalami 3 peristiwa penting, yaitu peristiwa pada saat ia dilahirkan, menikah, dan saat ia meninggal dunia. Pada fase-fase inilah, manusia yang pada dasarnya sebagai makhluk individu, akan tumbuh menjadi makhluk sosial, dimana manusia akan saling bergantung satu sama lain baik dalam pemenuhan kebutuhan selama hidupnya bahkan sampai saat akan meninggal dunia.

Manusia pada dasarnya adalah masyarakat yang heterogen umumnya mempunyai suatu kepentingan akan kebutuhan hidupnya dan itu diwujudkan dengan pergaulan hukum dalam masyarakat yang saling bertimbal balik berhubungan dengan hak dan kewajiban, dan bila seseorang meninggal pun hak-hak dan kewajibannya tersebut tidak serta merta menjadi berhenti, tetapi hak dan kewajiban itu akan beralih kepada ahli warisnya.

Menjadi dasar pikiran dalam ilmu pengetahuan hukum barat, bahwa setiap manusia merupakan pembawa hak, sebagai pembawa hak padanya dapat di berikan hak berupa warisan, menerima hibah dan sebagainya, dan dapat pula dilimpahkan kewajiban, jadi apabila seseorang pada suatu saat karena usia yang


(2)

sudah mulai uzur atau mengalami kejadian tertentu seperti kecelakaan, terserang penyakit dan lain-lain, menyebabkan seseorang itu meninggal dunia, maka ketika seseorang tersebut dimakamkan hubungan hukum yang terjadi pada saat ia masih hidup, tidak akan hilang begitu saja melainkan beralih kepada ahli warisnya.

Prinsipnya pewarisan adalah langkah-langkah penerusan dan pengoperan harta peninggalan baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dari seorang pembuat wasiat kepada ahli warisnya.1 Pembagian warisan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pewarisan berdasarkan undang-undang atau karena kematian (ab intestato) dan pewarisan berdasarkan testament atau wasiat. Jika seorang yang akan meninggal dunia tidak menetapkan segala sesuatu tentang harta warisannya maka seseorang tersebut akan meninggalkan warisan dimana pembagiannya akan dilakukan menurut undang-undang atau ab intestato, sedangkan jika seseorang itu sebelum meninggal telah menuliskan kehendaknya dalam sebuah akta, maka pewarisannya tersebut di bagi berdasarkan wasiat.

Seorang pemilik kekayaan sering mempunyai keinginan, supaya harta kekayaan dikemudian hari setelah wafat dapat dialihkan sesuai ketentuan yang telah ditentukan oleh undang-undang, namun hal tersebut akan lebih terasa jika hukum warisan yang berlaku bertentangan sekali dengan keinginan hatinya. Selain itu adalah wajar jika keinginan seseorang tersebut diperhatikan dan dihormati sejauh dapat dilaksanakan, terlebih jika seseorang jauh sebelum meninggal sering mempunyai maksud terhadap harta kekayaan yang akan ditinggalkannya,2 dengan kata lain diperlukan suatu pengaturan serta penyelesaian secara tertib dan teratur 1

Drs.Sudarsono,Hukum Waris dan Sistem Bilateral, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,1994), hlm. 3.

2

Oemarsalim,S.H,Dasar-dasar Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta, PT. Abdi Mahasatya, 2006), hlm.82


(3)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya apabila kehendak terakhir seseorang ingin diungkapkan secara tegas dan jelas dalam suatu akta otentik yang lazim disebut dengan wasiat atau surat wasiat, maka pembuatan wasiat sangat diperlukan guna mendapatkan suatu kepastian hukum yang mengikat.

Testament atau wasiat merupakan sebuah permintaan terakhir dari si pembuat wasiat agar kehendaknya dilaksanakan setelah ia meninggal dunia. Kehendak tersebut dapat berupa peralihan harta kekayaan, hutang maupun kehendak untuk mengangkat anak, dalam pemenuhan kepentingan itu pembuat wasiat menggunakan jasa notaris untuk membuat suatu wasiat atau surat wasiat.

Pengertian wasiat menurut Pasal 875 KUHPdt adalah,“Suatu akta yang memuat

pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal dunia, dan yangolehnya dapat dicabut kembali”.

Sebagai pejabat pembuat akta, Notaris berperan untuk membuat suatu akta yang mempunyai sifat otentik yang tentu saja kekuatan hukumnya jauh lebih kuat dibanding dengan akta bawah tangan. Pembuatan wasiat yang dibuat dihadapan notaris ini akan melegalkan isi dari wasiat tersebut sehingga ketika pembuatnya sudah tidak ada lagi dan wasiat itu mulai berlaku maka wasiat yang di buat di hadapan notaris tersebut menjadi alat bukti yang sah dan harus dilaksanakan.

Wasiat dibuat dengan alasan si pembuat wasiat tersebut dapat menyampaikan kehendaknya secara bebas, walaupun masih dalam batas-batas yang ditentukan oleh undang-undang, selain itu pembuatannya tanpa dipengaruhi oleh orang lain


(4)

termasuk notaris yang bersangkutan, dengan demikian, jelaslah bahwa notaris mempunyai peranan yang penting dalam pembuatan wasiat ini apalagi notaris bukan hanya seorang yang membuat suatu akta namun juga merupakan seorang penasehat bagi kedua pihak.

Ketika seseorang datang ke notaris dengan maksud untuk membuat wasiat, tentu orang tersebut telah secara sadar dan memang berencana agar kehendaknya di tulis dalam sebuah akta otentik, akan tetapi kadang kala ketika wasiat telah dibuat dan menjadi otentik wasiat tersebut, si pembuat wasiat bisa saja berpikir ulang sehingga mencabut wasiat tersebut. Dalam hal ini ada hal-hal yang mendasari mengapa si pembuat wasiat mencabut wasiat yang telah dibuatnya, antara lain:3 1. Biasanya harta warisan itu diberikan kepada ahli waris atau orang lain yang

menyimpang dari ketentuan undang-undang

2. Sikap ahli waris yang mengecewakan pembuat wasiat,

3. Merujuk Pasal 875 KUHPdt—Pencabutan surat wasiat dapat terjadi atas kehendak pewaris, dapat dinyatakan secara tegas atau diam-diam (membuat wasiat baru) jika perbuatan orang yang menerima wasiat berkelakuan buruk.

Seperti dalam contoh kasus ini, Tuan A dan Nyonya B merupakan suami istri, dan mereka mempunyai harta campuran.Tuan A mempunyai 2 anak, yaitu C dan D. Tuan A membuat wasiat tanpa sepengetahuan istri, dan wasiat itu dikhususkan untuk salah satu anaknya D yang telah merawatnya ketika sakit. Bagian anak yang diberikan itu tidak sebanding dengan C. Tuan A mempunyai 3 bidang tanah di Bandar Lampung di Jl. Protokol. Kedua tanah yang berada di pinggir jalan

3

Hj. Aprilianti, Hj. Rosida Idrus,Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), (Bandar Lampung:Penerbit Universitas Lampung, 2011), hlm. 86


(5)

diperuntukkan untuk D, dan tanah yang berada di suatu gang kecil diperuntukkan untuk C.

Beberapa tahun kemudian Tuan A menyadari bahwa wasiat yang dibuatnya tidak memenuhi rasa keadilan, lalu Tuan A datang lagi ke Kantor Notaris untuk mencabut/membatalkan wasiat secara keseluruhan, sehingga pembagian dilakukan sesuai dengan porsinya masing-masing.

Bila dilihat dari kasus tersebut, seorang notaris harus benar-benar menguasai hukum dan memiliki dedikasi yang tinggi dalam keterikatannya dengan peraturan jabatan notaris. Sikap hati-hati seorang notaris akan mewujudkan kepercayaan dari pihak-pihak yang memerlukan jasa Notaris sehingga dalam perkembangannya akan melahirkan suatu kepastian hukum,4 karenanya peranan notaris dalam mengaplikasikan wewenang dan tugas notaris akan semakin kokoh dan pemberian jasanya merupakan sumbangan yang sangat berarti khususnya untuk urusan waris ini, dengan melihat dari syarat dan prosedur pembuatan dan pencabutan serta akibat hukum yang didapat jika terjadi pencabutan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk meneliti dan membuat suatu penelitian tentang “Peranan Notaris dalam Pembuatan dan Pencabutan Surat Wasiat (Testament)”

4


(6)

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis menyimpulkan rumusan masalah yang dapat mengarahkan pada penelitian ini, yaitu:

Bagaimanakah peranan notaris dalam pembuatan dan pencabutan wasiat, dengan pokok bahasan:

a. Syarat dan prosedur pembuatan dan pencabutan wasiat

b. Peranan notaris dalam pembuatan dan pencabutan wasiat

c. Akibat hukum dari adanya pembuatan dan pencabutan wasiat

2. Ruang Lingkup

Adapun lingkup permasalahannya adalah: a. Ruang lingkup keilmuan

Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah ketentuan hukum mengenai tata cara pewarisan dengan wasiat. Bidang ilmu ini adalah hukum keperdataan, khususnya hukum waris

b. Ruang lingkup objek kajian

Ruang lingkup objek kajian adalah mengkaji tentang apa saja yang berkaitan dengan peran notaris dalam pembuatan dan pencabutan wasiat serta akibat hukumnya apabila wasiat dibuat dan dicabut.


(7)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Mengetahui syarat dan prosedur pembuatan dan pencabutan wasiat b. Mengetahui peranan notaris dalam pembuatan dan pencabutan wasiat c. Untuk mengetahui akibat hukum dari pembuatan dan pencabutan wasiat

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kegunaan Teoretis

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya perluasan wawasan keilmuan dan peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan hukum keperdataan, khususnya hukum waris mengenai wasiat

b. Kegunaan Praktis

1) Menambah bahan bacaan dan sebagai sumber data bagi mereka yang mengadakan penelitian, khususnya hukum waris;

2) Menambah informasi bagi masyarakat luas tentang peran notaris dalam pembuatan dan pencabutan wasiat.


(8)

B AB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Wasiat

Berdasarkan Pasal 875 BW, yang dimaksud Surat Wasiat (testament) adalah suatu akta yang berisi pernyataan seseorang tentang apa yang akan terjadi setelah ia meninggal, dan yang olehnya dapat ditarik kembali.

Menurut Kamus Hukum, Testament adalah Surat wasiat atau suatu akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal dunia, terhadap harta peninggalannya.

Surat wasiat merupakan suatu pernyataan kehendak terakhir dari si pembuat wasiat kepada orang-orang yang berhak menerima. Kehendak terakhir adalah suatu pernyataan kehendak yang sepihak dan suatu perbuatan hukum yang

mengandung suatu ”beschikingshandeling” (perbuatan pemindahan hak milik)

mengenai harta kekayaan si pembuat wasiat yang dituangkan dalam bentuk tertulis yang khusus, yang setiap waktu dapat dicabut dan berlaku dengan meninggalnya si pembuat wasiat serta tidak perlu diberitahukan kepada orang yang tersangkut.5

5

Hartono Soerjopratiknjo,Hukum Waris Testamenter, (Yogyakarta:Seksi Notariat FH UGM, 1984), hlm. 18


(9)

Wasiat merupakan suatu keterangan yang dinyatakan dalam suatu akta yang dibuat dengan adanya suatu campur tangan seorang pejabat resmi yang dituangkan dalam akta notaris, oleh karena wasiat merupakan suatu pernyataan yang keluar dari suatu pihak saja, maka suatu waktu dapat ditarik kembali oleh pihak yang membuatnya.

Surat Wasiat atau Testament mempunyai dua kualitas, pertama sebagai “Surat Wasiat” (uiterste wil) dan kedua sebagai “akta notaris”. Sebagai “surat wasiat” berlaku terhadapnya ketentuan dalam KUHPdt dan sebagai “akta notaris”

terhadapnya harus diperlakukan ketentuan-ketentuan dalam PJN.6 Perlu diketahui bahwa membuat suatu kehendak untuk menimbulkan suatu hak dan kewajiban bagi seseorang merupakan suatu perbuatan hukum yang bertujuan menimbulkan akibat hukum, sehingga jika wasiat hanya memiliki satu kualitas, yaitu sebagai

“surat wasiat” maka wasiat tersebut hanya akan menjadi akta bawah tangan dan belum menjadi alat bukti yang kuat. Maka lebih baik jika membuat suatu wasiat

yang memiliki dua kualitas yaitu sebagai “surat wasiat” dan juga sebagai “akta notaris”.

Kehendak terakhir juga memang tidak secara langsung tertuju pada orang tertentu. Si Ahli Waris bahkan mungkin baru mengetahui kehendak terakhir si pembuat wasiat beberapa hari setelah si pembuat wasiat meninggal dunia (dari seorang notaris), hal ini disebutkan dalam Pasal 875 KUH Perdata bahwa kehendak terakhir merupakan kehendak sepihak dari si pembuat wasiat.

6


(10)

1. Unsur–unsur Wasiat

Pertama, unsur wasiat adalah “berbentuk suatu akta”, dimana wasiat harus menunjuk suatu tulisan, suatu yang tertulis. Mengingat bahwa suatu wasiat mempunyai akibat yang luas dan baru berlaku sesudah pembuat wasiat meninggal, maka suatu wasiat terikat kepada syarat-syarat yang ketat. Bukankah wasiat baru menjadi masalah sesudah orang yang membuat meninggal dan karenanya tidak dapat lagi ditanya mengenai apa yang sebenarnya dikehendaki. Unsur wasiat yang kedua adalah “berisi pernyataan kehendak terakhir yang berarti tindakan hukum sepihak”. Tindakan hukum sepihak adalah tindakan atau

pernyataan satu orang saja sudah cukup untuk timbulnya akibat hukum yang

dikehendaki. Unsur Ketiga adalah “Apa yang terjadi setelah ia meninggal dunia”,

berarti wasiat baru berlaku dan mempunyai akibat hukum bilamana si pembuat meninggal dunia.7

2. Bentuk-bentuk Wasiat

Isi suatu wasiat tidak terbatas pada hal-hal yang mengenai kekayaan harta warisan saja, tetapi dapat juga dengan sah dilakukan, penunjukkan seorang wali untuk anak-anak si meningal, pengakuan seorang anak yang lahir di luar perkawinan, atau pengangkatan seorang executeurtestamentair, yaitu seorang yang dikuasakan mengawasi dan mengatur pelaksanaan wasiat.8

Menurut bentuknya, wasiat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu: a) Wasiat Olografis (Wasiat yang ditulis sendiri)

7

J. Satrio,S.H,Hukum Waris, (Bandung: Penerbit Alumni, 1992), hlm. 180

8

Titik Triwulan Tutik,Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional,(Jakarta:Prenada Media Grup, 2008), hlm. 269


(11)

Wasiat semacam ini biasanya ditulis dan ditandatangani oleh si pembuat wasiat. Orang yang membuat wasiat ini menyerahkan wasiatnya kepada notaris selanjutnya diarsipkan dengan wajib disaksikan oleh dua orang saksi. Sebagaimana tertuang dalam Pasal 933 KUHPdt bahwa kekuatan wasiat olografis ini sebanding dengan kekuatan wasiat tak rahasia yang dibuat di hadapan notaris dan dianggap terbuat di tanggal dari akte penerimaan oleh notaris. Si pembuat wasiat ini dapat menarik kembali wasiatnya, dilaksanakan dengan cara permintaan kembali yang dinyatakan dalam suatu akta otentik (akta notaris).9

b) Wasiat Tak Rahasia (Openbaar Testament)

Wasiat tak rahasia wajib dibuat di hadapan seorang notaris dengan mengajukan dua orang saksi. Selanjutnya orang yang meninggalkan warisan tersebut wajib menyatakan kehendaknya di depan notaris, dalam hal ini notaris mengawasi agar kehendak terakhir si peninggal warisan tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang.10

c) Wasiat Rahasia

Ditetapkan pada Pasal 940 dan 941 bahwa si pembuat wasiat diharuskan menulis sendiri atau bisa pula menyuruh orang lain untuk menuliskan keinginan terakhirnya tersebut, setelah itu ia harus menandatangani tulisan tersebut, selanjutnya tulisan tersebut dimasukkan dalam sebuah sampul tertutup dan disegel serta kemudian diserahkan kepada notaris. Penutupan dan

9

Oemarsalim,S.H,op.cithlm. 100

10 Ibid.,


(12)

penyegelan ini bisa juga dilaksanakan dihadapan notaris bersama dengan 4 orang saksi.11

Selain tiga macam wasiat di atas, undang-undang mengenal juga Codicil yaitu suatu akta di bawah tangan (bukan akta notaris), dimana orang yang akan meninggalkan warisan menetapkan hal-hal yang tidak termasuk dalam pemberian atau pembagian warisan itu sendiri, misalnya membuat pesanan-pesanan tentang penguburan mayatnya, lazim dilakukan denganCodicil.12

Menurut isinya, wasiat terbagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu13: a) Wasiat yang berisi pengangkatan waris (erfstelling)

Tertuang dalam Pasal 954 yang berbunyi “wasiat pengangkatan waris adalah wasiat dengan mana orang yang telah mewasiatkan, memberikan kepada seorang atau lebih dari seorang, seluruh atau sebagian (setengah, sepertiga) dari harta kekayaannya, kalau ia meninggal dunia”. Orang yang ditunjuk itu, dinamakan testamentaire erfgenaam yaitu ahli waris menurut wasiat, dan sama halnya dengan seorang ahli waris menurut undang-undang, ia

memperoleh segala hak dan kewajiban si meninggal “onder algemene titel”14

b) Wasiat yang berisi hibah (Hibah Wasiat) ataulegaat

Hibah wasiat adalah suatu penetapan yang khusus di dalam suatu wasiat, dengan mana yang mewasiatkan memberikan kepada seseorang atau berapa orang:

11 Ibid.,

hlm. 104 12

Mohd. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Pelaksanaan Hukum Kewarisan Perdata Barat

(Burgerlijk Wetboek), (Jakarta:PT. Sinar Grafika, 1993), hlm. 54

13

Ali Afandi,Hukum Waris, Hukum Keluarga. Dan Hukum Pembuktian, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1997), hlm. 16

14


(13)

a. Beberapa barang tertentu

b. Barang barang dari satu jenis tertentu

c. Hak pakai hasil dari seluruh atau sebagian dari harta peninggalannya d. Sesuatu hak lain terhadap boedel, misalnya hak untuk mengambil satu atau

beberapa benda tertentu dari boedel.

Orang yang menerima legaat bukanlah ahli waris, karena itu ia tidak menggantikan si meninggal dalam hak-hak dan kewajibannya, ia hanya berhak untuk menuntut penyerahan benda atau pelaksanaan hak yang diberikan padanya.15

3. Ketentuan Dalam Pembuatan Wasiat

Agar dapat mengadakan penetapan dengan kehendak terakhir (wasiat) ataupun mencabutnya kembali penetapan yang telah dibuat tersebut, maka seseorang tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Sehat akal pikiran

Menurut Pasal 895 KUH Perdata, untuk dapat membuat surat wasiat atau mencabutnya orang harus memiliki akal sehat. Menurut Hoge Raad dalam arrestnya 9 Januari 1953 yang mendasari Pasal 895 KUH Perdata adalah pemikiran bahwa pada kehendak terakhir (wasiat) seseorang yang karena kurang memiliki akal sehat pada waktu membuat surat wasiat itu sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan mengenai kepentingan-kepentingan yang tersangkut, tidak boleh diberikan akibat hukum. Sesuai dengan itu maka pasal tersebut tidak memberikan wewenang kepada orang yang tidak memiliki akal

15Ibid,


(14)

sehat untuk melakukan suatu perbuatan pemilikan dengan suatu kehendak terakhir (surat wasiat) dan tidak menggantungkan kewenangan itu dari isi perbuatan pemilikan (wasiat) itu. Kekurangan akal sehat si pembuat wasiat hanya menghilangkan keabsahan surat wasiatnya.

2. Umur

Bagi orang-orang yang masih di bawah umur, maka untuk dapat membuat surat wasiat mereka harus genap berusia 18 tahun. Orang yang sudah kawin bukan lagi merupakan minderjarige (orang yang belum cukup umur), maka mereka yang belum cukup umur, tetapi sudah kawin adalah cakap membuat kehendak terakhir.

4. Larangan dalam Pembuatan Wasiat

Wasiat sebagai surat resmi tidak dapat diisi semua kehendak pembuat wasiat. Akan tetapi undang-undang membatasi sedemikian rupa sehingga banyak hal yang tidak dapat dimuat di dalam wasiat.

a. Larangan yang bersifat umum Fidei Commis

Pasal 879 KUHPdt dengan tegas melarang pengangkatan waris dengan lompat tangan, dalam ayat 2 diberikan batasan apa yang dimaksud fidei commis yaitu suatu ketetapan wasiat, dimana orang yang diangkat sebagai ahli waris atau yang menerima hibah wasiat, diwajibkan untuk menyimpan barang-barang warisan atau hibahnya, untuk kemudian menyerahkannya, baik seluruh maupun sebagian kepada orang lain, dengan demikian fidei commis adalah suatu ketetapan dalam suatu surat wasiat, dimana ditentukan bahwa


(15)

orang yang menerima harta si pembuat wasiat atau sebagian daripadanya –

termasuk para penerima hak daripada mereka, berkewajiban untuk menyimpan yang mereka terima dan sesudah suatujangka waktu tertentuatau pada waktu matinya si penerima, menyampaikan/ menyerahkannya kepada seorang ketiga. Pelanggaran atas larangan tersebut menjadibatal demi hukum.

b. Larangan yang bersifat khusus 1) Wasiat antara suami istri

Pasal 901 KUHPdt menyatakan bahwa suami atau isteri tidak dapat menikmati keuntungan wasiat suami/istrinya, jika perkawinan mereka telah berlangsung tidak dengan izin yang sah, dan si yang mewariskan meninggal dunia, pada waktu keabsahan perkawinan mereka masih dapat dipermasalahkan di depan hakim. Mengingat bahwa untuk sahnya suatu perkawinan selalu—kecuali mereka yang telah mencapai umur 30 tahun –

diperlukan adanya persetujuan orang tua. Untuk anak-anak sah, izin tersebut datang dari orang tuanya sedang jika salah satu orang tuanya telah meninggal dunia, maka izin tersebut diberikan oleh ayah atau ibunya yang masih hidup.

2) Wasiat dari orang yang belum dewasa

Seorang anak belum dewasa, sunggguhpun telah mencapai umur delapan belas tahun, tak diperbolehkan menghibah-wasiatkan sesuatu untuk keuntungan walinya. Setelah dewasa, ia tak diperbolehkan menghibah-wasiatkan sesuatu kepada bekas walinya, melainkan setelah yang terakhir ini mengadakan perhitungan tanggung jawab atas perwaliannya. Pembentuk undang-undang melindungi anak-anak yang belum dewasa terhadap


(16)

kemungkinan-kemungkinan pengaruh dari para pengajar, guru-guru pengasuh baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal serumah dengan mereka, kecuali untuk membayar jasa mereka, hal ini terdapat dalam Pasal 905 KUHPdt.

3) Wasiat buat mereka yang memiliki profesi khusus dan sejenisnya

Menurut undang-undang, wasiat tidak boleh diberikan kepada orang-orang yang memiliki profesi khusus seperti apoteker, dokter, atau juru rawat yang merawat pada waktu pembuat wasiat sakit sampai ia meninggal, demikian pula bagi guru agama yang telah membantu pembuat wasiat sakit. Bagi notaris dan saksi-saksi yang telah membantu pembuat wasiat sewaktu membuat wasiat yang memuat hibah, maka bagi mereka pun tidak diperbolehkan hibah wasiat.

4) Wasiat-wasiat untuk anak luar kawin

Pasal 908 KUHPdt melarang pemberian wasiat oleh ibu anak luar kawin atau ayah yang mengakui anak luar kawin tersebut yang jumlahnya melebihi hak bagian ab-instetaat anak luar kawin tersebut. Maksudnya ialah untuk melindungi anak sah dari kemungkinan kerugian yang terlalu besar karena kehadiran anak luar kawin. Pasal 911 KUHPdt menerangkan bahwa suatu ketetapan wasiat yang diambil untuk keuntungan seorang yang tak cakap untuk mewaris adalah batal, pun kiranya ketetapan itu diambilnya dengan nama perantara. Pada garis besarnya undang-undang menetapkan sebagai berikut16:

16


(17)

a) Anak di luar kawin walaupun telah diakui tidak dapat diberikan kepadanya sesuatu dengan wasiat, padahal pemberian itu melebihi bagiannya menurut hukum waris ab-instetato. Ketentuan ini berkaitan erat dengan Pasal 862 s/d 873 KUHPdt tentang pewarisan dalam hal adanya anak-anak luar kawin.

b) Apabila pengadilan telah memutuskan adanya perzinahan antara seorang laki-laki dan perempuan padahal mereka berdua atau salah seorang dari keduanya dalam ikatan perkawinan yang sah dengan orang lain maka dalam keadaan demikian satu sama lain di antara mereka tidak boleh menikmati keuntungan dengan lewat pembuatan wasiat.

c) Orang yang tidak cakap untuk mewaris tetap tidak dapat mengambil keuntungan apapun walaupun melalui suatu wasiat. Maksudnya, sebuah wasiat batal apabila berisi wasiat untuk menguntungkan orang yang tidak cakap untuk mewaris.

5) Wasiat untuk orang-orang yang telah melakukan kejahatan yang erat kaitannya dengan hal ihwal

Mereka yang telah dihukum karena membunuh si yang mewariskan, lagipun yang telah menggelapkan, membinasakan, dan memalsu surat wasiatnya, dan akhirnya pun mereka yang dengan paksaan atau kekerasan telah mencegah si yang mewariskan tadi, akan mencabut atau mengubah surat wasiatnya, tiap-tiap mereka itu tak diperbolehkan menarik sesuatu keuntungan dari surat wasiat si yang mewariskan.


(18)

5. Pencabutan Kembali Wasiat

Salah satu syarat yang terpenting dari wasiat adalah bahwa itu dapat dicabut kembali. Si pembuat wasiat dapat mencabut kehendak terakhirnya seluruhnya atau sebagian saja. Pencabutan suatu testament adalah suatu tindakan dari pewaris yang meniadakan wasiat sebagai pernyataan yang paling akhir.17 Pencabutan kembali hibah wasiat dapat dilaksanakan secara:

1. Pencabutan Kembali Secara Tegas

Hal ini diatur dalam Pasal 992 dan 993 KUH Perdata. Pencabutan kembali hibah wasiat secara tegas ini menurut pasal 992 KUH Perdata dapat dilaksanakan dalam:

a. Suatu hibah wasiat baru, yang diadakan menurut pasal-pasal dari BW b. Suatu akta notaris khusus(bijzondere notariele akte)

Pasal 993 KUH Perdata menunjukkan pada suatu kejadian, bahwa akta notaris tidak khusus berisikan suatu pencabutan kembali, tetapi juga mengulangi beberapa penetapan dalam wasiat yang lama.18

2. Pencabutan Kembali Secara Diam-diam

Kemungkinan seorang yang meninggalkan warisan berturut-turut membuat wasiat dua buah, dimana isinya satu sama lain tidak sama, hal tersebut berkaitan dengan ketetapan Pasal 994 KUH Perdata, bahwa penetapan dari wasiat yang pertama di mana berlawanan dengan penetapan-penetapan wasiat kedua, dinyatakan dicabut kembali. Pencabutan kembali dengan diam-diam dianggap tidak ada, jika wasiat yang baru itu digagalkan disebabkan tidak 17

Hj. Aprilianti, Hj. Rosida Idrus,op. cit., hlm 96

18


(19)

terpenuhinya acara-acara yang ditetapkan dalam KUH Perdata di mana dalam hal ini tidak dipandang apakah wasiat yang baru tersebut disertai dengan akta notaris yang sah atau tidak.19

6. Gugurnya Suatu Wasiat

Dalam Pasal 997 KUH Perdata, jika suatu pemberian barang dalam wasiat diikuti suatu syarat yang kelengkapannya didasarkan dari suatu kondisi yang tidak dapat dipastikan akan terjadi serta ahli waris yang diberi barang tersebut selanjutnya meninggal dunia sebelum ada peristiwa, maka penghibahan itu tidak berlaku (vervallen), yang berarti gugur.

Pemberian barang dalam wasiat yang tidak berlaku, jika barang tersebut hilang pada saat penghibahan masih hidup seperti yang terdapat dalam Pasal 999 Ayat 1 KUHPdt, atau barang itu selanjutnya, sesudah meninggal dunianya orang yang menghibahkan, baru hilang tidak secara disengaja seorang ahli waris wajb menjalankan wasiat menurut Pasal 999 Ayat 2 KUHPdt.20

B. Pengertian Notaris

Peraturan Notaris 1822 pasal 171 menyatakan bahwa, “Seorang Notaris itu adalah pegawai Negeri resmi (umum), dipanggil dan diangkat guna membuatkan akta-akta dan kontrak-kontrak dan memberikan akta-akta itu suatu hal yang nyata, setelah itu menetapkan tanggal yang sebenarnya dan menjamin/menyimpan surat-surat aslinya dan karena itu mengeluarkan salinan (grossen), terutama salinan yang betul dan sebenarnya”.

Kamus Hukum menyatakan, Notaris adalah:

“Pejabat umum, yang satu-satunya berwenang untuk membuat akte otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh sesuatu peraturan umum atau dikehendaki oleh yang berkepentingan agar 19Ibid.,

hlm. 132

20Ibid


(20)

dinyatakan dalam suatu akte otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktenya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya itu sebegitu jauh pembuatan akte-akte itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat umum lain

Notaris ditunjuk sebagai pejabat umum yang membuat suatu akta otentik dan merupakan satu-satunya yang mempunyai wewenang yang bersifat umum, berbeda dengan pejabat lain yang merupakan pengecualian. Artinya wewenang mereka tidak meliputi lebih daripada pembuatan akta otentik yang secara tegas ditugaskan kepada mereka oleh undang-undang.

Adalah suatu keharusan untuk menjadikan notaris sebagai “pejabat umum”,

berhubung dengan definisi dari kata otentik yang diberikan oleh Pasal 1868 KUHPdt tersebut. Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa notaris adalah pegawai negeri, yakni pegawai yang merupakan bagian dari suatu korps pegawai yang tersusun, dengan hubungan kerja yang hiearkis, yang digaji oleh pemerintah, sebagaimana halnya dengan pegawai negeri, akan tetapi dari mereka yang meminta jasanya. Notaris adalah pegawai Pemerintah tanpa gaji Pemerintah, Notaris dipensiunkan oleh Pemerintah tanpa mendapat pensiun dari Pemerintah.21

1. Pengertian Kewenangan Notaris

Kewenangan yaitu: Kekuasaan yang dimiliki oleh satu atau beberapa pihak yang keberadaannnya diakui oleh peraturan.

Wewenang Notaris mencakup 4 hal, yaitu:22

a. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut Akta yang dibuat itu seperti telah di kemukakan, tidak semua pejabat umum dapat membuat semua

21

GHS Lumban Tobing,op. cit.,hlm. 36

22Ibid,


(21)

Akta, akan tetapi seorang pejabat umum hanya dapat membuat Akta tertentu yakni yang ditugaskan padanya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Seorang notaris itu bukan hanya pembuat akta-akta belaka, akan tetapi dia harus wajib menyusun redaksi serta menjelaskan kepada kedua pihak yang berkepentingan tentang peraturan-peraturan yang berasal dari undang-undang. b. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang-orang untuk kepentingan siapa akta itu dibuat. Notaris tidak berwenang untuk membuat Akta untuk kepentingan setiap orang,23 di dalam Pasal 21 (PJN 1860-3), ditentukan bahwa Notaris tidak diperbolehkan membuat akta di dalam nama notaris sendiri, istrinya, keluarga sedarah atau keluarga semenda dari Notaris itu dalam garis lurus tanpa pembatasan derajat dan dalam garis kesamping sampai dengan derajat ketiga,24 baik secara pribadi maupun melalui kuasa, menjadi pihak. Maksud dan tujuan dari ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya tindakan memihak dan penyalahgunaan jabatan.

c. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat bagi setiap Notaris di tentukan daerah hukumnya (daerah jabatannya) dan hanya di dalam daerah yang ditentukan baginya itu ia berwenang untuk membuat akta otentik. Akta yang di buatnya di luar daerah jabatannya adalah tidak sah.

d. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan Akta itu. Notaris tidak boleh membuat Akta selama ia masih cuti atau dipecat dari jabatannya (sebelum diambil sumpahnya).

23

R. Soesanto,Tugas, Kewajiban dan Hak-hak Notaris, Wakil Notaris (Sementara), (Jakarta:Pradnya Paramita, 1982), hlm. 88

24 ibid


(22)

Apabila salah satu persyaratan diatas itu tidak terpenuhi, maka Akta yang dibuatnya itu tidak otentik dan hanya mempunyai kekuatan seperti Akta yang dibuat di bawah tangan, apabila akta itu di tanda tangani oleh para penghadap.

2. Pengertian Jabatan Notaris

Undang-undang No. 30 Tahun 2004 mengatur mengenai Jabatan Notaris. Peraturan Jabatan Notaris (PJN) adalah bentuk peraturan yang di dalamnya mengatur tentang Notaris pada khususnya di dalam juga terkandung ketentuan umum sampai peraturan-peraturan pemerintah RI. Jabatan Notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat yang perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum.

Dalam PJN tampak bahwa peraturan ini penuh dengan sanksi ancaman hukuman baik hukuman yang bersifat denda-denda dari jumlah kecil sampai yang besar, maupun hukuman yang langsung mengenai hak melaksanakan jabatan, ialah pemberhentian sementara sampai pemecatan dari jabatan di sampingnya itu masih pula ada kemungkinan bahwa Notaris harus bertanggung jawab atas kerugian yang di derita oleh klien.

PJN ini mengandung baik Hukum Materiil maupun Hukum Formil, umpamanya ketentuan mengenai kedudukan dan fungsi Notaris seperti tersebut dalam Pasal 1 merupakan hukum materiil demikian pula tentang pengawasan terhadap Notaris dan akta-aktanya, tidak kurang pentingnya adalah hukum formal yang terdapat dalam peraturan-peraturan tersebut, karena untuk dapat sebagai alat pembuktian


(23)

yang otentik, harus dipenuhi semua ketentuan-ketentuan yang di perlukan agar sesuatu Akta Notaris mempunyai bentuk yang sah.

C. Pengertian Akta Notaris

Akta atau juga disebut akte ialah tulisan yang sengaja dibuat untuk dijadikan alat bukti. Akta itu bila dibuat dihadapan notaris disebut akta notarial, atau otentik, atau akta notaris.

Akta itu dikatakan otentik bila dibuat di hadapan pejabat yang berwenang. Otentik itu artinya sah, karena Notaris merupakan pejabat yang berwenang, maka akta yang dibuat di hadapan notaris adalah akta otentik atau akta sah.25

1. Jenis–jenis Akta

a. Akta yang dibuat “oleh” notaris (Ambtelijke Akten)26

Akta yang dibuat oleh notaris merupakan suatu akta yang memuat “relaas” atau

menguraikan secara otentik suatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta tersebut, yakni notaris sendiri. Akta yang dimuat sedemikian dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan

disaksikan serta dialaminya itu dinamakan akta yang dibuat “oleh” notaris. Bila orang hendak melawan isi dari akta yang dibuat oleh notaris hanya mungkin, dengan jalan menuduh, bahwa akta itu palsu, bilamana terjadi demikian pelaksanaan akta itu dapat ditangguhkan menurut Acara Tuntutan Sipil.27

25

A. Kohar,Notaris Dalam Praktek Hukum, (Bandung: Penerbit Alumni,1983), hlm. 3

26Ibid.,

hlm. 25

27


(24)

b. Akta yang dibuat “di hadapan” notaris (Akta Partij)28

Akta notaris yang dapat berisikan suatu “cerita” dari apa yang terjadi. Biasanya

akta seperti ini dibuat di hadapan notaris atau di saksikan oleh notaris, jadi dua pihak yang berkepentingan sengaja menghadap kepada notaris supaya perbuatan mereka ini disaksikan oleh notaris dan dari pada itu dibuatkan suatu akta. Contoh dari akta yang dibuat di hadapan notaris ini seperti akte jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, wasiat atau hibah wasiat, semua akte itu tidak dibuat oleh notaris namun dibuat di hadapan notaris. Dibuat di hadapan notaris mengandung arti bahwa yang membuat akte itu bukan notaris , yang membuat akte itu adalah pihak-pihak yang bersangkutan

c. Akta di bawah tangan29

Akta di bawah tangan adalah surat yang sengaja dibuat oleh orang-orang, oleh pihak-pihak sendiri, tidak dibuat di hadapan yang berwenang untuk dijadikan alat bukti, dalam akte bawah tangan ini tidak ada kepastian tanggal, tidak ada kepastian yang menandatangani dan juga tidak diketahui apakah isinya melanggar hukum atau tidak, sehingga kekuatan buktinya adalah goyah.

D. Pengertian Tentang Peran

Peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya hal atau peristiwa30, dalam hal peranan seorang Notaris adalah untuk mengetahui seorang Notaris karena jabatannya dalam kegiatan

28

A. Kohar,loc. cit.

29Ibid

, hlm. 30


(25)

pembuatan suatu akta, khususnya suatu wasiat, baik secara prosedur maupun teknis pembuatan dan pencabutan surat wasiat.

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Wasiat pada dasarnya dibuat atas kehendak dari pembuat wasiat dimana si pembuat wasiat tersebut menyadari di wasiat yang akan dibuatnya tersebut akan ada pembagian yang tidak rata. Pembuat wasiat mengetahui bahwa pembagian tersebut tidak akan pernah adil. Pembuatan wasiat telah ditetapkan dalam undang-undang, sebagai pernyataan kehendak yang diajukan dan dibuat di hadapan notaris. Pada praktiknya masyarakat yang awam pada pembuatan wasiat, akan membuat wasiat dibawah tangan dan hal itu tidak semestinya karena wasiat

WASIAT

NOTARIS PEMBUAT WASIAT

Syarat & Prosedur Peranan Notaris

dalam pembuatan dan pencabutan wasiat Pembuatan Pencabutan

Akibat Hukum dibuat dan dicabutnya wasiat


(26)

bawah tangan tidak mempunyai kekuatan hukum yang kuat, dan belum terjamin apakah sudah sesuai dengan undang-undang, oleh karena itu diperlukan seorang notaris yang akan mengotentikkan suatu wasiat tersebut dan juga sebagai penasihat guna mencapai suatu kehendak yang sahih. Pembuatan wasiat berhubungan erat dengan tugas seorang Notaris yang mengotentikkan suatu akta. Baik untuk membuat maupun mencabut wasiat. Sesuai dengan sifat wasiat yang dapat dicabut, seorang notaris dibutuhkan untuk mencabut akta otentik yang telah dibuatnya. Sehingga apabila suatu akta wasiat tersebut dicabut, menimbulkan suatu akibat hukum yang akan menentukan mengenai penentuan ahli waris dan juga harta kekayaannya.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah cara yang dipakai untuk mencapai tujuan, dengan menggunakan metode maka akan menemukan jalan yang baik untuk memecahkan suatu masalah. Setelah masalah diketahui maka perlu diadakan pendekatan masalah dan langkah selanjutnya adalah menentukan metode yang akan diterapkan, dalam hal ini mencakup teknik mencari, mengumpulkan dan menelaah, serta mengolah data tersebut.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini bersifat penelitian normatif terapan, yaitu meneliti yaitu penelitian terhadap asas hukum. Penelitian asas-asas hukum dilakukan terhadap kaidah-kaidah hukum yang merupakan patokan-patokan berperilaku dan bersikap tindak yang pantas. Penelitian tersebut dapat dilakukan (terutama) terhadap bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, sepanjang bahan-bahan tadi mengandung kaedah hukum.30 bahan pustaka berupa peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan surat wasiat.

30

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:Universitas Indonesia Press,1984), hlm. 70


(28)

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian dalam penulisan ini adalah deskriptif, yaitu dengan memaparkan hasil penelitian secara lengkap dan sistematis mengenai hal-hal yang menjadi pokok bahasan dalam penulisan, yaitu mendeskripsikan secara jelas, rinci dan sistematis tentang syarat dan prosedur dalam pembuatan dan pencabutan surat wasiat, peranan notaris dalam pembuatan surat wasiat serta melihat akibat hukum dari pembuatan dan pencabutan yang diajukan oleh si pembuat wasiat tersebut.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat normatif yaitu pendekatan yang didasarkan pada aturan-aturan hukum yang berlaku, sehingga berpedoman pada studi pustaka, KUH Perdata, buku-buku dan literatur-literatur serta sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan peranan notaris dalam pembuatan dan pencabutan testament

D. Data dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa keterangan yang diperoleh dari wawancara dan data sekunder31 yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, yaitu sebagai berikut:

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan bahan hukum yang mengikat seperti peraturan perundang-undangan. Bahan hukum primer antara lain:

a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata 31

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1995), hlm. 12


(29)

b. Peraturan Jabatan Notaris (PJN 1860-3)

c. UU No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

2. Bahan Hukum Sekunder yaitu, bahan bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer berupa literatur-literatur mengenai penelitian ini, meliputi buku-buku ilmu hukum, hasil karya dari kalangan hukum dan lainnya.

3. Bahan Hukum Tersier, yaitu Bahan hukum yang melengkapi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier ini dapat diperoleh dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.

E. Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data pada umumnya dikenal tiga jenis alat atau cara yaitu studi dokumen atau studi pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview.32 Metode pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan wawancara atau interview sebagai penunjang bahan pustaka.

b. Studi Pustaka, dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, menelaah dan mengutip peraturan perundang-undangan, buku buku dan literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas

c. Wawancara, dilakukan dengan narasumber yang terlibat langsung dengan permasalahan yang sedang diteliti yaitu dengan Notaris, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terstruktur yang telah dipersiapkan terlebih dahulu

32


(30)

sebagai pedoman dalam wawancara. Wawancara ini dilakukan sebagai data pendukung dalam penelitian yang diangkat oleh penulis.

2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari studi kepustakaan maupun dari hasil wawancara tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara:

1. Inventaris Data

Inventaris data yaitu pengumpulan semua data-data yang mendukung penelitian

2. Seleksi Data

Memeriksa atau memilih data yang benar-benar sesuai dengan permasalahan yang dibahas, jika data yang akan digunakan mengalami kekurangan maka akan dilengkapi dan disempurnakan.

3. Klasifikasi Data

Data yang telah diseleksi tersebut selanjutnya di klasifikasi dan dilihat jenis serta hubungannya dengan data yang benar-benar diperlukan, sehingga akan diperoleh data yang obyektif dan sistematis sesuai dengan penelitian yang dilakukan

4. Penyusunan Data

Penyusunan data sesuai dengan bahasan yang telah di tentukan sehingga akan memudahkan di dalam pembahasan dan tidak akan menimbulkan adanya kerancuan penggunaan data.


(31)

F. Analisis Data

Dalam penelitian hukum. Analisis data dapat diperoleh dengan dua macam cara yaitu analisa secara kualitatif dan analisa kuantitatif.33 Analisa kualitatif yaitu menguraikan data ke dalam bentuk kalimat yang disusun secara terperinci, sistematis, dan analitis. Sedangkan analisa kuantitatif yaitu menguraikan data dalam bentuk kalimat, tabel-tabel, dan angka-angka.

Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, yaitu dengan cara menyajikan dan menjelaskan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis sehingga diberikan penafsiran dan gambaran yang jelas sesuai dengan pokok bahasan untuk kemudian ditarik kesimpulan-kesimpulan.

33 Ibid,


(32)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan penelitian skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Syarat dan prosedur dalam pembuatan serta pencabutan telah sesuai dengan ketetapan Undang-undang Jabatan Notaris dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dimana pada dasarnya pembuat wasiat dan saksi harus dikenal oleh notaris, serta cakap melakukan perbuatan hukum.

2. Peranan Notaris dalam membuat dan wasiat adalah membuat akta otentik yang mana pembuatannya hanya dikehendaki atau diminta oleh yang berkepentingan dan dibuat hanya dihadapan seorang Notaris, begitu pula dengan pencabutannya, notaris hanya akan membuatkan akta notaris khusus yang berisi pencabutan wasiat sebelumnya hanya jika diminta oleh pembuat wasiat. Hak untuk mencabut adalah berada pada pembuat wasiat, namun untuk menlegalkan agar wasiat sebelumnya tidak berlaku lagi, ada pada notaris. 3. Akibat hukum dari pembuatan surat wasiat adalah beralihnya harta kekayaan

dari pembuat wasiat kepada “Ahli Waris Testamenter”dimana seluruh hak dan kewajiban dari harta kekayaan yang tertera dalam surat wasiatnya baru akan diterima ketika pembuat wasiat tersebut meninggal dunia. Ketika


(33)

pembuat wasiat tersebut sebelum ia meninggal hendak mencabut surat wasiat yg pernah dibuatnya maka akibat hukumnya adalah surat wasiat tersebut batal demi hukum yang menyebabkan surat wasiat tersebut dianggap tidak pernah dibuat dan pembagian harta kekayaan pembuat wasiat dilaksanakan berdasarkan undang-undang (ab intestato).

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian ini maka penulis mengajukan saran yang diharapkan berguna bagi pejabat notaris dan masyarakat yang bersangkutan, adapun saran tersebut adalah:

Masyarakat yang hendak membuat surat wasiat, sebaiknya membuat surat wasiat dihadapan notaris, karena dengan dibuatnya surat wasiat dihadapan seorang notaris akan menjadikan surat wasiat lebih otentik sehingga memiliki kepastian hukum.


(34)

ABSTRAK

PERAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN SURAT WASIAT (TESTAMENT)

Oleh

VICKY TAMARA

Surat wasiat adalah akta yang berisi permintaan terakhir dari si pembuat wasiat agar kehendaknya dilaksanakan setelah ia meninggal dunia. Pada dasarnya surat wasiat dibuat karena si pembuat wasiat mempunyai maksud terhadap harta kekayaannya, disebabkan pembagian warisan menurut undang-undang bertentangan dengan kehendak dari si pembuat wasiat, namun kadang kala ketika wasiat telah dibuat dan menjadi otentik, ada sesuatu hal yang menyebabkan si pembuat wasiat bisa saja berpikir ulang sehingga mencabut wasiat tersebut. Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang membuat suatu akta otentik, hal ini disebutkan dalam Pasal 1 Undang-undang Jabatan Notaris, dengan demikian maka kewenangan untuk membuat dan mencabut suatu wasiat yang otentik berada di tangan notaris. Berkaitan dengan hal ini, yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalahpertama, Syarat dan prosedur pembuatan dan pencabutan surat wasiat, kedua, Peranan notaris dalam pembuatan dan pencabutan surat wasiat, ketiga, Akibat hukum dari pembuatan dan pencabutan surat wasiat.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian normatif terapan, dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah adalah normatif. Data yang digunakan adalah data primer melalui wawancara kepada notaris dan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan tersier. Pengolahan data dilakukan dengan cara inventaris data, seleksi data, klarifikasi data, serta penyusunan data.


(35)

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan bahwa ketika seseorang ingin membuat suatu surat wasiat yang otentik maka diperlukan seorang notaris yang berperan untuk memberikan kepastian hukum terhadap suatu perbuatan yang diinginkan, dan dalam memformulasikan keinginan/tindakan para pihak ke dalam akta otentik sesuai dengan tugasnya, maka seorang notaris harus memperhatikan syarat dan aturan hukum yang berlaku. Dimana pembuat wasiat tersebut harus cakap menurut hukum, dan dalam proses pembuatan surat wasiat tersebut harus dihadiri oleh saksi saksi yang dikenal oleh notaris dan pembuat wasiat menyatakan kehendaknya tersebut secara bebas tanpa ada paksaan dari pihak manapun, dalam proses pencabutan wasiat prosedur yang harus dilaksanakan adalah pengiriman surat ke DPW (Daftar Pusat Wasiat), pembuatan akta notaris khusus dan pendaftaran kembali ke DPW. Peran notaris dalam pembuatan serta pencabutan adalah mengotentikkan akta wasiat tersebut sehingga menguatkan keinginan para pihak, selain itu seorang notaris juga berperan untuk memberikan nasihat kepada pembuat wasiat tersebut. Akibat hukum dari pembuatan wasiat adalah beralihnya harta kekayaan kepada ahli waris ketika si pembuat wasiat meninggal dunia, dan akibat hukum pencabutan wasiat adalah surat wasiat tersebut batal demi hukum.


(36)

Oleh

VICKY TAMARA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(37)

(Skripsi)

Oleh

VICKY TAMARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(38)

A. Buku

Afandi, Ali. 1997.Hukum Waris, Hukum Keluarga dan Hukum Pembuktian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Anonim. 2008.Format Penulisan Karya Ilmiah. Lampung: Universitas Lampung

Aprilianti dan Idrus, Rosida. 2011.Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung

Idris, Ramulyo, Mohd. 1993.Beberapa Masalah Pelaksanaan Hukum Kewarisan Perdata Barat(Burgerlijk Wetboek). Jakarta: PT. Sinar Grafika.

Kohar, A. 1983.Notaris Dalam Praktek Hukum. Bandung: Penerbit Alumni. _______. 1984.Notaris Berkomunikasi. Bandung: Penerbit Alumni.

Lumban Tobing, G.H.S. 2004.Peraturan Jabatan Notaris. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Oemarsalim. 2006.Dasar-dasar Hukum Waris di Indonesia. Jakarta: PT. Abdi Mahasatya

Satrio,J. 1992.Hukum Waris. Bandung: Penerbit Alumni

Simorangkir, J.C.T, Rudi T. Erwin, Prasetyo, J.T. 2000.Kamus Hukum. Jakarta: PT. Sinar Grafika

Soekanto, Soerjono. 1984.Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta:Universitas Indonesia Press

Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri. 1995. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada


(39)

Sudarsono. 1994.Hukum Waris dan Sistem Bilateral. Jakarta: PT. Rineka Cipta Soesanto, R. 1982. Tugas dan Kewajiban Notaris dan Hak-hak Notaris, Wakil

Notaris (Sementara). Jakarta: Pradnya Paramita

Tutik, Titik Triwulan. 2008.Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta: Prenada Media Grup

B. Perundang-undangan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

UU No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Peraturan Jabatan Notaris (PJN 1860-3)


(40)

Halaman ABSTRAK JUDUL DALAM LEMBAR PENYETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Wasiat... 8

1. Unsur-unsur wasiat... 10

2. Bentuk- bentuk wasiat... 10

3. Ketentuan dalam pembuatan wasiat... 13

4. Larangan dalam pembuatan wasiat ... 14

5. Pencabutan kembali wasiat ... 18

6. Gugurnya suatu wasiat ... 19

B. Pengertian Notaris ... 19

a. Pengertian Kewenangan Notaris ... 20

b. Pengertian Jabatan Notaris... 22

c. Pengertian Akta Notaris ... 23

C. Pengertian tentang Peran... 24

D. Kerangka Pikir ... 25

III. METODE PENELITIAN HUKUM A. Jenis Penelitian... 27

B. Tipe Penelitian ... 28


(41)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Syarat dan Prosedur dalam pembuatan surat wasiat ... 32

1. Syarat dan Prosedur pembuatan surat wasiat ... 32

2. Syarat dan Prosedur pencabutan surat wasiat ... 43

B. Peran Notaris dalam Pembuatan dan pencabutan Surat Wasiat... 45

C. Akibat Hukum dari pembuatan dan pencabutan Surat Wasiat... 50

1. Akibat Hukum Pembuatan Surat Wasiat... 50

2. Akibat Hukum Pencabutan Surat Wasiat ... 50

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 54

B. Saran... 55 DAFTAR PUSTAKA


(42)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai dalam

suatu urusan, tetaplah bekerja keras, dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap

(QS. ASY-SYARH: 5-8)

Beranjaklah ke atas. Jangan biarkan hidupmu mengalir seperti air, karena air mengalir ke

bawah bukan ke atas.


(43)

Nama Mahasiswa : Vicky Tamara No. Pokok Mahasiswa : 0812011081

Bagian : Hukum Keperdataan

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Hj. Nilla Nargis, S.H., M.Hum. Hj. Rosida, S.H.

NIP 1957012519850320002 NIP 195001091978032000

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.H. NIP 195805271984031001


(44)

1. Tim Penguji

Ketua :Hj. Nilla Nargis, S.H., M.Hum. ………

Sekretaris/ Anggota :Hj. Rosida, S.H. ………

Penguji Utama :Hj.Aprilianti, S.H.,M.H. ………

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr.H. Heryandi, S.H., M.S. NIP 19621109987031003


(45)

Dengan mengucapkan Bismillahirrohmannirrohim

serta rasa syukur dan nikmat yang diberikan Allah SWT,

Zat Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Ku persembahkan karya ini kepada kedua orang tuaku tersayang

Ayahanda Ir. Praptono dan Ibunda Mayu Iriani.


(46)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28 Maret 1991, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Ir. Praptono dan Ibu Mayu Iriani. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Al-Azhar Bandar Lampung pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Utama 3 Tanjung Karang pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Bandar Lampung pada tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Hukum FH Unila melalui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di Organisasi BEM Universitas Lampung sebagai staff ahli Depertemen Kesejahteraan Mahasiswa (Depkesma) pada tahun 2010/2011, staff ahli Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) pada tahun 2011/2012, penulis juga aktif dalam organisasi eksternal seperti Klub Selam Anemon sebagai Anggota dan Korps Alumni Kapal Pemuda Nusantara (KAKPN). Penulis juga memiliki prestasi sebagai Perwakilan/ Duta Bahari Provinsi Lampung pada Program Sail Morotai 2012 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.


(47)

Segala puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Peran Notaris Dalam Pembuatan Dan Pencabutan Surat Wasiat ( Testament )” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Hj. Nilla Nargis, S.H., M.Hum., Pembimbing I Mahasiswa atas kesediaanya dengan sabar untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Hj. Rosida, S.H., Pembimbing II Mahasiswa atas kesediaanya dengan sabar untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(48)

6. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., Pembahas II. Terimakasih untuk masukan saran, dan kritik dalam penulisan skripsi ini;

7. Ibu Hj. Wati Rahmi Ria, S.H., M.H., Pembimbing Akademik. Terima kasih atas pengarahan dan bimbingannya selama menjadi Mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8. Seluruh staf/karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis selama menjadi Mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

9. Ibu Nanik Maryani, S.H, selaku Notaris yang telah membantu dalam memperoleh data pada penulisan skripsi ini;

10. Kedua Orang Tuaku tersayang: Ayahanda Ir. Praptono dan Ibunda Mayu Iriani yang selalu memberi cinta, kasih sayang, kebahagiaan, motivasi, dan doa;

11. Saudaraku, Vicka Tamaya dan Debbie Maharani yang selalu memberikan motivasi dan semangatnya.

12. Teman-teman seperjuanganku ketika menyusun skripsi, teman ketika nunggu dosen bareng: Anggi, Alvanca Harahap,S.H, Muammar Rasyid,S.H, Anggun Sendy Ranti,S.Ab, terima kasih untuk suka, duka, tawa, canda dan kebersamaannya selama ini.

13. Teruntuk seseorang yang telah masuk ke dalam cerita hidupku, Oktadiansyah Ali Akbar, terima kasih telah sabar membimbingku dan memberikan semangat untuk ku.


(49)

Widya Dara,S.H, Yopi Prasetya,S.H, Fenny Triastuti,S.H, yang pada lulus duluan akhirnya aku menyusul kalian, dan Anggraini semoga cepat menyusul 

15. Teman Mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2008: Wahdah Nora,S.H, Fenny Triastuti,S.H, Ni Nyoman Indri,S.H, Dwi Haska K,S.H, Laras Wijayanti,S.H, Noviana, Yopi Prasetya,S.H, Nanang Faturrahman,S.H, teman teman yang tidak disebutkan satu persatu disini namun (Insya Allah) selalu tertera di dalam hatiku karena kebaikan yang telah kalian berikan pada saat kita bersama;

16. Keluarga keduaku, Kesma Ranger: Kak Jojo, Kak Umam, Kak Kis, Kak Janwar, Kak Yogie, Zy, Anggun, Listi, Chusna, Hanif, Davina, Desti, Cia, Melvin, Nurul. Terima kasih telah memberikan warna warni dalam kehidupanku. Kesma Ranger is One Heart

17. Teman-teman WR: Elsa, Qyoko, Listi, Mba Aini, Desti, Anggun, Euis, Guno. Be An Inspiration!

18. Teman-teman seperjuangan BEM U KBM Unila 2010-2011 Kak Feri, Kak Adit, Kak Furqon, Mba Risa, Mba Ghe, Mba Ke, Mba Cory, Mba Meylin, Cicha, Cinthia, Anggi, Elsa, Nanang, serta yang tidak disebutkan satu persatu, terima kasih atas pengalaman berharganya selama ini, senang bisa menjadi bagian dari keluarga besar Kabinet Maju dan Berkarya;

19. Para Diver keren di Anemon Diving Club: Kak Novri (Parrot Fish), Kak Guntur, Kak Bobi, Kak Mucel (Betok), Fais (Kembung) , Adi (Tuna), Eko


(50)

selama bersama kalian.

20. Teman-teman seperjuangan di BEM U KBM Unila 2010-2011 Kak Eko, Kak Rahmat, Kak Umam, Kak Rahman, Kak Adi, Andika, Mba Sufi, Mba Fitri, Mba April, Nurul, Henggi, Euis, Qyoko, Mba Aini, Elsa, Guno, Depil, yang tidak disebutkan satu persatu, terimakasih buat bantuan, dukungan, dan kebersamaannya;

21. Teman-Teman Sail Morotai KRI Surabaya 591: Winda, Mba Nurul, Kak Jarwo, Ismail-Lampung, Catur-Palembang, Mhyra, Hikmah, Norma-Makassar, Intan-Aceh, Indah-Riau, Parma-Kepri, Rosa, Patricia-Papua, Novie-Jateng, Dayu-Bali, Rainy-Thailand, semua teman-teman Pulau Gebe, dan teman- teman Sail yang tidak disebutkan satu persatu, senang sekali bisa bertemu kalian, 28 hari bersama kalian. Semoga kita bisa bertemu kembali. Amin

22. Korps Alumni Kapal Pemuda Nusantara: Bang Hendra, Elsa, Awan, Kak Jarwo, Ismail, Mba Nur Aini, Winda, mari berkarya kembali. Laut menanti karyamu wahai pemuda bahari ^^

23. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini yang tidak disebutkan satu persatu, semoga kebaikan, kasih dan sayang menyertai mereka.


(51)

membangun pola berpikir penulis ke arah yang lebih baik.

Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini berguna dan bermanfaat sebagai referensi bacaan maupun bahan rujukan bagi kita semua, khususnya mahasiswa Fakultas Hukum Unila. Amin.

Bandar Lampung,05 Februari 2013 Penulis,


(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28 Maret 1991, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Ir. Praptono dan Ibu Mayu Iriani. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Al-Azhar Bandar Lampung pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Utama 3 Tanjung Karang pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Bandar Lampung pada tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Hukum FH Unila melalui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di Organisasi BEM Universitas Lampung sebagai staff ahli Depertemen Kesejahteraan Mahasiswa (Depkesma) pada tahun 2010/2011, staff ahli Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) pada tahun 2011/2012, penulis juga aktif dalam organisasi eksternal seperti Klub Selam Anemon sebagai Anggota dan Korps Alumni Kapal Pemuda Nusantara (KAKPN). Penulis juga memiliki prestasi sebagai Perwakilan/ Duta Bahari Provinsi Lampung pada Program Sail Morotai 2012 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.


(2)

SANWACANA

Segala puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Peran Notaris Dalam Pembuatan Dan Pencabutan Surat Wasiat ( Testament )” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Hj. Nilla Nargis, S.H., M.Hum., Pembimbing I Mahasiswa atas kesediaanya dengan sabar untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Hj. Rosida, S.H., Pembimbing II Mahasiswa atas kesediaanya dengan sabar untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(3)

5. Ibu Hj. Aprilianti, S.H.M.H., Pembahas I. Terimakasih untuk masukan saran, dan kritik dalam penulisan skripsi ini;

6. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., Pembahas II. Terimakasih untuk masukan saran, dan kritik dalam penulisan skripsi ini;

7. Ibu Hj. Wati Rahmi Ria, S.H., M.H., Pembimbing Akademik. Terima kasih atas pengarahan dan bimbingannya selama menjadi Mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8. Seluruh staf/karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis selama menjadi Mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

9. Ibu Nanik Maryani, S.H, selaku Notaris yang telah membantu dalam memperoleh data pada penulisan skripsi ini;

10. Kedua Orang Tuaku tersayang: Ayahanda Ir. Praptono dan Ibunda Mayu Iriani yang selalu memberi cinta, kasih sayang, kebahagiaan, motivasi, dan doa;

11. Saudaraku, Vicka Tamaya dan Debbie Maharani yang selalu memberikan motivasi dan semangatnya.

12. Teman-teman seperjuanganku ketika menyusun skripsi, teman ketika nunggu dosen bareng: Anggi, Alvanca Harahap,S.H, Muammar Rasyid,S.H, Anggun Sendy Ranti,S.Ab, terima kasih untuk suka, duka, tawa, canda dan kebersamaannya selama ini.

13. Teruntuk seseorang yang telah masuk ke dalam cerita hidupku, Oktadiansyah Ali Akbar, terima kasih telah sabar membimbingku dan memberikan semangat untuk ku.


(4)

14. Teman-teman89: Arnita Gichikasari,S.H (chi), Melvin Indriani, M.Zulfikar,S.H (mbah, fifi ), Nurhikma,S.H, Novie Triyana Erda,S.H, Widya Dara,S.H, Yopi Prasetya,S.H, Fenny Triastuti,S.H, yang pada lulus duluan akhirnya aku menyusul kalian, dan Anggraini semoga cepat menyusul 

15. Teman Mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2008: Wahdah Nora,S.H, Fenny Triastuti,S.H, Ni Nyoman Indri,S.H, Dwi Haska K,S.H, Laras Wijayanti,S.H, Noviana, Yopi Prasetya,S.H, Nanang Faturrahman,S.H, teman teman yang tidak disebutkan satu persatu disini namun (Insya Allah) selalu tertera di dalam hatiku karena kebaikan yang telah kalian berikan pada saat kita bersama;

16. Keluarga keduaku, Kesma Ranger: Kak Jojo, Kak Umam, Kak Kis, Kak Janwar, Kak Yogie, Zy, Anggun, Listi, Chusna, Hanif, Davina, Desti, Cia, Melvin, Nurul. Terima kasih telah memberikan warna warni dalam kehidupanku. Kesma Ranger is One Heart

17. Teman-teman WR: Elsa, Qyoko, Listi, Mba Aini, Desti, Anggun, Euis, Guno. Be An Inspiration!

18. Teman-teman seperjuangan BEM U KBM Unila 2010-2011 Kak Feri, Kak Adit, Kak Furqon, Mba Risa, Mba Ghe, Mba Ke, Mba Cory, Mba Meylin, Cicha, Cinthia, Anggi, Elsa, Nanang, serta yang tidak disebutkan satu persatu, terima kasih atas pengalaman berharganya selama ini, senang bisa menjadi bagian dari keluarga besar Kabinet Maju dan Berkarya;

19. Para Diver keren di Anemon Diving Club: Kak Novri (Parrot Fish), Kak Guntur, Kak Bobi, Kak Mucel (Betok), Fais (Kembung) , Adi (Tuna), Eko


(5)

(Cucut), Aviy ( Kuda Laut), Anggun (Teri), Desti (Bandeng), terima kasih atas ilmu yang diberi selama ini. Banyak sekali pengalaman yang di dapat selama bersama kalian.

20. Teman-teman seperjuangan di BEM U KBM Unila 2010-2011 Kak Eko, Kak Rahmat, Kak Umam, Kak Rahman, Kak Adi, Andika, Mba Sufi, Mba Fitri, Mba April, Nurul, Henggi, Euis, Qyoko, Mba Aini, Elsa, Guno, Depil, yang tidak disebutkan satu persatu, terimakasih buat bantuan, dukungan, dan kebersamaannya;

21. Teman-Teman Sail Morotai KRI Surabaya 591: Winda, Mba Nurul, Kak Jarwo, Ismail-Lampung, Catur-Palembang, Mhyra, Hikmah, Norma-Makassar, Intan-Aceh, Indah-Riau, Parma-Kepri, Rosa, Patricia-Papua, Novie-Jateng, Dayu-Bali, Rainy-Thailand, semua teman-teman Pulau Gebe, dan teman- teman Sail yang tidak disebutkan satu persatu, senang sekali bisa bertemu kalian, 28 hari bersama kalian. Semoga kita bisa bertemu kembali. Amin

22. Korps Alumni Kapal Pemuda Nusantara: Bang Hendra, Elsa, Awan, Kak Jarwo, Ismail, Mba Nur Aini, Winda, mari berkarya kembali. Laut menanti karyamu wahai pemuda bahari ^^

23. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini yang tidak disebutkan satu persatu, semoga kebaikan, kasih dan sayang menyertai mereka.


(6)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kririk dan saran yang ditujukan untuk membangun pola berpikir penulis ke arah yang lebih baik.

Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini berguna dan bermanfaat sebagai referensi bacaan maupun bahan rujukan bagi kita semua, khususnya mahasiswa Fakultas Hukum Unila. Amin.

Bandar Lampung,05 Februari 2013 Penulis,