Ekonomi Keluarga Dampingan GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

sangat kecil dan tidak layak pakai namun bapak Made Sukiada tetap mensyukuri apa yang ia miliki. Istri Bapak Made Sukiada memasak masih menggunakan kayu api. Sebagai salah satu keluarga pra-sejahtera keluarga ini mengalami beberapa permasalahan terutamnya dalam hal perekonomian keluarga. Meski demikian Bapak Made Sukiada mampu menyekolahkan anak sulungnya hingga jengjang kuliah. Kemudian anak sulungnyalah yang kemudian membantu perekonomian keluarga dan membantu menyekolahkan keempat adiknya.

1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan

Ekonomi keluarga dampingan dijelaskan menjadi dua pokok yaitu pendapatan keluarga dan pengualaran keluarga. 1.2.1 Pendapatan Keluarga Keluarga Bapak Made Sukiada termasuk keluarga dengan ekonomi rendah. Bapak Made Sukiada bekerja sebagai pengayah bangunan. Bapak Made Sukiada bekerja apabila diminta bantuan oleh buruh bangunan. Sehingga penghasilan bapak Made Sukiada setiap harinya tidak menentu. Terkadang dalam satu minggu bapak Made Sukiada tidak mendapat kerjaan. Namun apabila ajakan bekerja ramai dalam seharinya bapak Made Sukiada diupah sekitar Rp. 80.000. Anak sulung dari Bapak Made Sukiada juga membantu perekonomian keluarga. Dia diminta sebagai tulang punggung keluarga oleh bapak Made Sukiada. Penghasilan rata-rata anak sulung bapak Made Sukiada berkisar Rp. 1.000.0000bulan. Bapak Made Sukiada mengatakan perekonomiannya sangat terbantu sejak anak sulungnya telah bekerja dan mendapat banyak bantuan dari desa. Penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pendidikan, kebutuhan kerohanian dan sosial. 1.2.2 Pengeluaran Keluarga 1.2.2.1 Kebutuhan Sehari-hari Pengeluaran Bapak Made Sukiada untuk kebutuhan sehari-hari tidak menentu setiap harinya. Masalah pengeluaran selalu menjadi permasalahan di keluarga Bapak Made Sukiada. Sebagian upah yang diperoleh oleh Bapak Made Sukiada diberikan kepada istrinya untuk membeli kebutuhan sehari-hari keluarganya. Penghasilan anak sulung Bapak Made Sukiada digunakan untuk membiayai adiknya-adiknya dan melengkapi apabila kekurangan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Setiap bulannya diperkirakan keluarga ini menghabiskan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari sekitar Rp. 500.000. Bapak Made Sukiada mengatakan pengeluaran sering melebihi pendapatan, sehingga keluarga ini sering kali tidak makan. Bapak Made Sukiada tidak memiliki alokasi khusus untuk membeli beras karena keluarga Bapak Made Sukiada mendapat bantuan beras setiap bulan dari desa. Bapak Made Sukiada cukup membayar Rp. 30.000,- untuk mengambil beras di Desa. Bapak Made Sukiada setiap bulannya hanya membayar listrik sekitar Rp. 20.000 karena bapak Made Sukiada menumpang listrik di tetangga. Selain biaya makan, bapak Made Sukiada juga harus mengeluarkan biaya untuk keperluan bulannya seperti deterje, sabun, dan rokok. Bapak Made Sukiada adalah seorang perokok namun tidak perokok berat, karena bapak Made Sukiada harus memenuhi kebutuhan sehari-harinya maka bapak Made Sukiada berusaha agar meminimalisir pengeluaran pribadinya. 1.2.2.2 Pendidikan Keluarga bapak Made Sukiada tidak memiliki alokasi khusus untuk pendidikan. Walaupun demikian, beliau telah mampu menyekolahkan anak pertamanya hingga jenjang Sekolah Menengah Atas SMA.anak sulung bapak Made Sukiada berencena melanjutkan ke perguruan tinggi, namun karena kendala dengan biaya menyebabkan anak sulung Bapak Made Sukiada bekerja untuk mengumpulkan uang yang nantinya dapat digunakan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. Selanjutnya untuk anak kedua hingga anak kelimanya biaya sekolahnya gratis karena keempat anak bapak Made Sukiada memiliki kartu Indonesia Pintar yang didapatkan dari pemerintah. Untuk biaya pendidikan lainnya seperti membayar uang sumbangan di sekolah biasanya anak sulungnyalah yang memberikan uang kepada adik-adiknya. Dapat dikatakan bahwa bapak Made Sukiada telah melepas tanggung jawab untuk biaya pendidikan keempat anaknya, karena telah dibantu oleh anak sulungnya. 1.2.2.3 Kesehatan Keluarga bapak Made Sukiada termasuk keluarga yang relative jarang sakit. Keadaan kesehatan bapak Made Sukiada beserta istri dan anak-anaknya secara umum baik. Keluarga bapak Made Sukiada tidak mengidap penyakit berat dan riwayat penyakit berat lainnya. Namun bapak Made Sukiada mengatakan terkadang demam dan batuk-batuk namun tidak sampai memerlukan rawat inap. Apabila salah satu anggota keluarga sakit, keluarga bapak Made Sukiada berobat ke bidan yang praktek di desa Petandakan. Dana kesehatan bapak Made Sukiada ditanggung oleh pemerintah karena bapak Made Sukiada memiliki karti Kartu Indonesia Sehat KIS untuk biaya kesehatan. Sehingga pengeluaran keluarga bapak Made Sukiada untuk kesehatan terbantu dengan adanya bantuan dari pemerintah. Saat pengkajian dua anak bapak Made Sukiada demam sudah 4 hari dan mengatakan mual dan pusing. Saat di kaji lebih lanjut disekitar rumah bapak Made Sukiada terdapat riwayat penyakit Demam Berdarah. 1.2.2.4 Sosial dan Kehidupan Bermasyarakat Dari segi sosial bapak Made Sukiada mengakui bahwa cukup banyak dana harus diluangkan untuk kehidupan untuk kehidupan sosialnya. Selayaknya orang Bali pada umumnya, emmang diperlukan alokasi dana untuk upacara adat maupun acara adat lainnya. Keluarga ini memang tidak mengalokasikan dana khusus untuk bersosialisasi menyama braya namun tetap saja hampir tiap bulannya dibutuhkan untuk keperluan ini. Bapak Made Sukiada mengakui kebutuhan untuk kehidupan sosial nampaknya memang menghabiskan cukup banyak dana pendapatan bapak Made Sukiada dan istrinya. Bapak Made Sukiada kerap menyiasati dengan meminjam uang ke Koperasi Desa Pekraman Petandakan dan LPD Desa Pekraman Petandakan. Jalan ini dipilih karenan mudahnya kredit yang ditawarkan oleh Koperasi dan LPD sehingga bapak Made Sukiada tidak perlu berfikir keras untuk pelunasannya. Bapak Made Sukiada memiliki satu motor kredit yang mana juga meminjam uang di Koperasi Desa Pekraman Petandakan. Sehingga dengan meminjam uang di Koperasi dan LPD setempat kebutuhan sosial dan bermasyrakat yang tidak dapat dijumlahkan nominalnya dan datang tak tertuga dapat ditutupi.

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH