Pilihan Dalam Melakukan Mobilitas Penduduk Nonpermanen
                                                                                Ketidaktersedian  lahan  serta  penghasilan  yang  rendah  di  daerah  tempat  asal  migran merupakan  faktor  pendorong  untuk  pindah,  namun  adanya  ikatan  kekeluargaan  yang  erat
serta lingkungan sosial  yang  dinamis  merupakan  faktor  yang menahan  agar  seseorang  tidak pindah.  Adanya  upah  yang  tinggi,  ketersediaan  fasilitas  pendidikan,  iklim  yang  baik  serta
banyaknya kesempatan kerja yang menarik di daerah tempat tujuan migran merupakan faktor penarik untuk datang kesana namun ketidakpastian, resiko yang mungkin dihadapi, pemilikan
lahan yang tidak pasti dan sebagainya merupakan faktor penghambat untuk pindah ke tempat tujuan  migran  tersebut.  Transportasi  dan  komunikasi  yang  tidak  lancar,  jarak  yang  jauh,
ongkos pindah yang tinggi, birokrasi yang tidak baik, pajak yang tinggi, serta  informasi yang tidak  jelas  merupakan  contoh  faktor  yang  menghambat.  Di  pihak  lain  adanya  informasi
tentang  kemudahan,  seperti  kemudahan  angkutan  dan  sebagainya  merupakan  intervening faktor  yang mendorong  migrasi. Faktor  yang tidak kalah pentingnya adalah faktor individu,
karena dialah yang menilai positif dan negatifnya suatu daerah, dia pulalah yang memutuskan apakah akan pindah dari daerah asal atau tidak, dan kalau pindah akan individulah yang akan
memutuskan daerah mana yang akan dituju.
Gambar 2.1   Faktor – Faktor Determinan Mobilitas Penduduk
Menurut Everett S. Lee 1976 Sumber : Diadaptasi dari Mantra 2003
+  -  +  - + - - + - + - + -
+ - + - + - + - + - + -
+ - + - + -
2. Rintangan Antara Intervening astacles
1. Daerah Asal
4. Individu                                   3. Daerah tujuan Keterangan : +     =  faktor dimana kebutuhan dapat terpenuhi
- =  faktor dimana kebutuhan tidak dapat terpenuhi
0    =  faktor netral +  -  +  - + -
- + - + - + - + - + - + -
+ - + - + - + - + - + -
Di  daerah  asal  dan  daerah  tujuan  ada  faktor  positif  +  maupun  faktor  negatif  -, adapula faktor netral o. Faktor positif adalah faktor yang memberikan nilai menguntungkan
kalau  bertempat  tinggal  didaerah  itu.  Faktor  negatif  adalah  faktor  yang  memberikan  nilai negatif  pada  daerah  yang  bersangkutan  sehingga  seseorang  ingin  pindah  dari  tempat  itu
karena  kebutuhan  tertentu  tidak  terpenuhi.  Faktor-faktor  di  tempat  asal  migran  misalnya dapat  berbentuk  faktor  yang  mendorong  untuk  keluar  atau  menahan  untuk  tetap  dan  tidak
berpindah. Di daerah tempat tujuan migran faktor tersebut dapat berbentuk penarik sehingga orang mau datang kesana atau menolak yang menyebabkan orang tidak tertarik untuk datang.
Perbedaan nilai kumulatif antara kedua tempat tersebut cenderung menimbulkan arus migrasi penduduk.
Robert Norris 1972, dalam Mantra 2003 mengungkapkan bahwa diagram Lee perlu ditambah  dengan  tiga  komponen  yaitu  migrasi  kembali,  kesempatan  antara,  dan  migrasi
paksaan  force  migration.  Kalau  Lee  menekankan  bahwa  faktor  individu  adalah  faktor terpenting  diantara  empat  faktor  tersebut.  Norris  berpendapat  lain  bahwa  faktor  daerah  asal
merupakan faktor terpenting. Di daerah asal  seseorang lahir, dan sebelum sekolah orang itu hidup  di  daerah  tersebut,  maka  dia  tahu  benar  tentang  kondisi  daerah  asal,  penuh  dengan
nostalgia  ketika  hidup  dan  berdomisili  di  daerah  asal  dan  bermain  dengan  teman –  teman
sebayanya.  Itulah sebabnya, seseorang sangat  terikat  dengan daerah  asal,  walaupun sesudah berumah  tangga  harus  pindah  dan  berdomisili  di  daerah  lain,  namun  mereka  tetap
menganggap bahwa daerah asal daerah tempat mereka dilahirkan merupakan home pertama, dan  daerah  tempat  mereka  berdomisili  sekarang  merupakan  home  kedua.  Berdasarkan  hal
diatas  dapatlah  dikatakan  bahwa  penduduk  migran  adalah  penduduk  yang  bersifat  bi  local population, sehingga dimanapun mereka tinggal pasti mengadakan hubungan dengan daerah
asal.
Rozy  Munir  1990  mengatakan  bahwa  faktor – faktor  yang mempengaruhi migrasi
ada dua, yakni faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong daerah asal tersebut misalnya  makin  berkurangnya  sumber-sumber  alam,  menyempitnya  lapangan  pekerjaan
akibat  masuknya  teknologi  yang  menggunakan  mesin-mesin,  tekanan  atau  diskriminasi politik  dan  SARA,  tidak  ada  kecocokan  secara  adat  dan  budaya,  perkawinan  atau
pengembangan  karier  pribadi,  dan  bencana  alam.  Faktor  penarik  daerah  perkotaan  antara lain adanya kesempatan kerja  yang lebih baik, kesempatan mendapat pendidikan yang lebih
tinggi,  situasi  yang  menyenangkan  di  tempat  tujuan,  adanya  tarikan  dari  orang  yang diharapkan  sebagai  tempat  berlindung  di  tempat  tujuan,  dan  adanya  aktivitas  hiburan  di
perkotaan. Mantra  2003  mengungkapkan  bahwa  teori  kebutuhan  dan  stres  need  and  stress
menjadi salah satu dasar sesorang dalam mengambil keputusan bermobilitas. Setiap individu mempunyai  kebutuhan  yang  harus  dipenuhi,  seperti  kebutuhan  ekonomi,  sosial,  dan
psikologi.  Apabila  kebutuhan  tersebut  tidak  dapat  dipenuhi  terjadilah  tekanan  stress,  dan tingkatan  stress  ini  berbeda  antara  satu  orang  dengan  orang  lainnya.  Secara  umum  tinggi
rendahnya  stress  yang  dialami  oleh  seseorang  berbanding  terbalik  dengan  proporsi pemenuhan kebutuhan tersebut.
Adapun  stress  yang dialami tersebut  dapat  dipilah menjadi  dua,  yaitu apabila  stress yang dialami seseorang masih dalam batas
– batas toleransi, orang tersebut akan memutuskan tidak akan pindah dan yang bersangkutan akan berusaha untuk menyesuaikan kebutuhannya
dengan kondisi lingkungan yang ada dan apabila stress  yang dialami seseorang sudah diluar batas toleransinya, orang tersebut akan mulai memikirkan untuk mengambil keputusan untuk
pindah ke daerah tujuan lain, yaitu tempat dimana kebutuhannya dapat dipenuhi. Kebutuhan needs dan aspirasi
Terpenuhi Tidak terpenuhi stres
Dalam batas toleransi
Di luar batas toleransi
Gambar 2.3 Hubungan Antara Kebutuhan dan Pola Mobilitas Penduduk
Sumber : Diadaptasi dari Mantra 2003, Sudibia 2012
Gambar  2.3  memperlihatkan    apabila  kondisi  kebutuhan  seseorang  tidak  terpenuhi atau terjadi stress namun masih dalam batas toleransi, yang bersangkutan memutuskan tidak
pindah  dan  akan  terus  berusaha  untuk  menyesuaikan  kebutuhannya  dengan  keadaan lingkungan  yang  ada  dan  memutuskan  untuk  menetap.  Secara  garis  besar  mereka  yang
memutuskan untuk pindah ke daerah tujuan  baru karena kebutuhan hidupnya di daerah asal tidak  terpenuhi.  Bahkan  sudah  di  luar  batas  toleransi  akan  melakukan  mobilitas  permanen
dan  mereka  yang  memutuskan  tidak  pindah,  walaupun  kebutuhan  hidupnya  di  daerah  asal tidak  terpenuhi.  Namun  masih  dalam  batas
–  batas  toleransi  akan  melakukan  mobilitas nonpermanen yakni ulang alik commuting atau mondok di daerah tujuan.
Mobilitas  penduduk    juga  merupakan  suatu  pilihan  yang  dilandasi  oleh  adanya  dua kekuatan yang terdapat pada di daerah asal. Mitchell, 1961 mengemukakan bahwa kekuatan
tersebut  adalah  adanya  kekuatan  sentripetal  centripetal  forces  dan  kekuatan  sentrifugal centrifugal forces.
a Kekuatan  sentripetal,  yakni  kekuatan  yang  bersifat  mengikat  penduduk  untuk  tetap
tinggal di daerah asalnya, karena disebabkan oleh berbagai faktor yakni terikat akan tanah
warisan, terikat akan adanya orang tua yang sudah lanjut usia, adanya kegotong royongan yang baik, dan daerah asal merupakan tempat kelahiran nenek moyang mereka.
b Kekuatan  sentrifugal  adalah  kekuatan  yang  yang  mendorong  penduduk  untuk
meninggalkan daerah asalnya, karena disebabkan oleh berbagai  faktor  yakni  terbatasnya pasarana kerja dan terbatasnya fasilitas pendidikan.
c Apabila  salah  satu  kekuatan  tersebut  lebih  besar  daripada  kekuatan  lainnya,  maka
seseorang  akan  mengambil  keputusan  untuk  tetap  tinggal  di  daerah  asal,  ataukah pindah  dan  menetap  di  daerah  lain  yang  lebih  menjanjikan.  Permasalahan  muncul
apabila  kekuatan  sentripetal  dan  kekuatan  sentrifugal,  ataupun  kekuatan  pendorong dan penarik tersebut berimbang seperti umumnya dijumpai di daerah perdesaan pada
negara – negara yang sedang berkembang.
Gambar 2.4 Kekuatan Sentrifugal dan Sentripetal yang seimbang, dan
Keputusan Melakukan Mobilitas Nonpermanen Sumber : Diadaptasi dari Mantra 2003, Sudibia 2012
Untuk  memecahkan  masalah  tersebut  biasanya  diambil  kompromi  dengan  memilih melakukan  mobilitas  nonpermanen  sehingga  para  pelaku  mobilitas  nonpermanen  tetap
memiliki  status  kependudukan  di  daerah  asal,  sedangkan  kegiatannya  di  luar  daerah dilakukan dengan cara komuter ulang alik atau dalam  istilah Bali disebut “ngajag”, atau
MP
nonpermanen
MP sirkuler
+
-
Kekuatan sentripetal
Kekuatan sentrifugal
Daerah tujuan
Daerah asal
menginap  mondok  ditempat  tujuan.  Sehingga  dengan  mengambil  keputusan  atau  pilihan melakukan  mobilitas  nonpermanen,  pekerja  migran  tidak  perlu  pindah  menetap  sehingga
keluarganya  masih  tetap  menetap  di  daerah  asal  dan    hubungan  kekerabatan  di  daerah  asal tetap terjaga dengan baik. Sedangkan pada sisi lain mereka dapat meningkatkan penghasilan
dengan bekerja di daerah lain. Sehingga saat mereka memutuskan untuk mencari pekerjaan di daerah  lain  dan  memulai  perjalanan  penuh  harapan,  pekerja  migran  nonpermanen  telah
memperhitungkan  berbagai  kerugian  dan  keuntungan  yang  akan  didapat  untuk  dapat memberikan manfaat yang besar kepada keluarga yang mereka tinggalkan.
                