Pengembangan Metode Uji Daya Hantar Listrik Sebagai Uji Cepat Vigor Pada Benih Cabai

PENGEMBANGAN METODE UJI DAYA HANTAR LISTRIK
SEBAGAI UJI CEPAT VIGOR PADA BENIH CABAI

RITA ENGRENI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Metode
Uji Daya Hantar Listrik sebagai Uji Cepat Vigor pada Benih Cabai adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2016
Rita Engreni
NIM A251130141

RINGKASAN
RITA ENGRENI. Pengembangan Metode Uji Daya Hantar Listrik sebagai Uji
Cepat Vigor pada Benih Cabai. Dibimbing oleh SATRIYAS ILYAS dan
M. RAHMAD SUHARTANTO.
Uji daya hantar listrik (DHL) merupakan uji vigor yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi potensi fisiologis lot benih. Uji DHL dapat dilaksanakan
dengan cepat, sederhana, dan mudah. Uji DHL pada beberapa spesies terbukti dapat
mengestimasi tingkat vigor dan berkorelasi dengan daya tumbuh benih di lapangan.
Namun, ISTA Rules sebagai referensi pengujian mutu benih di Indonesia hingga
saat ini belum menetapkan metode standar uji DHL untuk benih cabai.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode uji DHL yang tepat
sebagai metode uji vigor pada benih cabai, mengetahui hubungan antara uji DHL
dengan berbagai uji viabilitas dan vigor lainnya, serta memverifikasi metode
terpilih pada berbagai varietas cabai. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli
2015 hingga Maret 2016 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, screen house Teaching Farm

Kampus IPB Darmaga, dan Laboratorium Balai Besar Pengembangan Pengujian
Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB TPH),
Cimanggis, Depok.
Percobaan pertama bertujuan untuk mendapatkan metode uji DHL yang
tepat sebagai metode uji vigor pada benih cabai, dan mengetahui hubungan antara
uji DHL dengan berbagai uji viabilitas dan vigor lainnya. Pengujian viabilitas dan
vigor benih menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor, yaitu lima lot
benih varietas Laris berbeda tanggal panen dan tingkat vigor. Analisis data untuk
pemilihan metode terbaik terdiri atas tiga tahapan, yaitu korelasi Pearson, analisis
ragam, dan analisis regresi. Metode uji DHL menggunakan 100 butir benih setiap
perlakuan, terdiri atas 32 metode perlakuan yang merupakan kombinasi dari
volume akuades (75, 100, 125, atau 150 mL), lama perendaman (6, 12, 18, atau 24
jam) dan suhu ruang (20 ± 2 °C atau 25 ± 2 °C ).
Percobaan kedua bertujuan untuk memverifikasi metode terbaik hasil dari
percobaan pertama pada berbagai varietas benih cabai. Percobaan kedua
menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor, yaitu 13 lot benih berbeda
varietas. Varietas yang digunakan yaitu Panex 100, Maraton, Adipati, Taro, Kastilo,
Jago, Bagayo, Pelita, dan Dewata. Analisis data untuk mengetahui hubungan antara
nilai DHL dengan tolok ukur viabilitas dan vigor lainnya menggunakan korelasi
Pearson. Selain itu, dilakukan uji t antara nilai aktual dan pendugaan pada tolok

ukur daya berkecambah dan daya tumbuh. Tolok ukur yang diamati, yaitu nilai
DHL, daya berkecambah, indeks vigor, potensi tumbuh maksimum, kecepatan
tumbuh, keserempakan, bobot kering kecambah normal, laju pertumbuhan
kecambah, daya tumbuh, tinggi tanaman, panjang akar, bobot kering bibit.
Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa metode uji DHL terbaik pada
benih cabai varietas Laris yaitu menggunakan 100 butir benih direndam dalam
75 mL akuades pada suhu 20 ± 2 °C selama 12 jam. Uji DHL dapat digunakan
sebagai uji vigor pada benih cabai yang mampu memberikan gambaran potensi
fisiologis melalui keeratan hubungan yang nyata dengan daya berkecambah, indeks
vigor, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh,

bobot kering kecambah normal, daya tumbuh, panjang akar 5 MST, tinggi bibit dan
bobot kering bibit dengan korelasi negatif. Nilai DHL (x) dapat menduga nilai daya
berkecambah (y) melalui persamaan y = 119.2 - 0.9021x, dan nilai daya tumbuh (y)
melalui persamaan y = 113.3- 0.829x, berlaku untuk nilai DHL 22–80 µS cm-1 g-1.
Hasil pendugaan menunjukkan bahwa lot benih dengan daya berkecambah dibawah
standar (< 75%) memiliki nilai DHL > 49 µS cm-1 g-1 dengan nilai pendugaan daya
tumbuh < 72.6%.
Hasil verifikasi pada percobaan kedua menunjukkan bahwa metode uji
DHL menggunakan 100 butir benih direndam dalam 75 mL akuades pada suhu 20

± 2 °C selama 12 jam dapat digunakan untuk uji DHL benih cabai varietas lain,
yaitu cabai besar (varietas Panex 100, Maraton, dan Adipati), cabai keriting
(varietas Taro dan Jago), dan cabai rawit (varietas Pelita dan Dewata). Hasil analisis
korelasi menunjukkan bahwa nilai DHL memiliki korelasi negatif yang erat dan
nyata dengan daya berkecambah, kecepatan tumbuh, indeks vigor, keserempakan
tumbuh, daya tumbuh bibit, dan bobot kering bibit. Semakin tinggi nilai DHL,
semakin rendah viabilitas dan vigor benih serta performa bibit di lapangan.

Kata kunci:

Capsicum annuum L., daya tumbuh, kebocoran membran sel,
performa bibit, vigor benih

SUMMARY
RITA ENGRENI. Developing method on electrical conductivity test as a rapid
vigor test for hot pepper seed. Supervised by SATRIYAS ILYAS and
M. RAHMAD SUHARTANTO.
The electrical conductivity (EC) is a vigor test that can be used to evaluate
the physiological potential of a seed lot. Electrical conductivity test can be carried
out quickly, simply and easily. The electrical conductivity test in some species

proved to be able to estimate the level of vigor and negatively correlated with
seedling emergence. However, ISTA Rules as a reference seed quality testing in
Indonesia until now has not set a standard EC test method for pepper seeds.
The aims of this research were to develop electrical conductivity for seed
vigor test in pepper, to evaluate relationship between conductivity test and other
variables on seed viability and vigor, and to verify the best method on different
varieties of pepper. The research was conducted from July 2015 until March 2016
at Laboratory of Seed Science and Technology, Departement of Agronomy and
Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University, screen house
Teaching Farm Bogor Agricultural University Darmaga, and Laboratory of Seed
Quality Development and Testing Agency of Food Crops and Horticulture (Balai
Besar PPMB TPH), Cimanggis, Depok.
The first experiment aimed to develop electrical conductivity for seed vigor
test in pepper, and to evaluate relationship between conductivity test and other
variables on seed viability and vigor. The experiment was arranged in a randomize
complete block design using five seed lots with different vigor level. Electrical
conductivity test was conducted using 100 seeds and soaking in 75, 100, 125, or
150 mL of aquadest at 20 ± 2 °C or 25 ± 2 °C for 6, 12, 18, or 24 hours; there were
32 methods being evaluated. The best method was selected using Pearson
correlation, analysis of variance, and linear regresion.

The second experiment aimed to verify the best methods of the first
experiment on different varieties of pepper seeds. The second experiment using a
randomized block design with one factor, consisted of 13 lot different varieties of
pepper seeds. Named of varieties i.e: Panex 100, Kastilo, Taro, Jago, Maraton,
Adipati, Pelita, dan Dewata. Data analysis to evaluate relationship between
conductivity test and other variables on seed viability and vigor used Pearson
correlation. In addition, t test used to analyze the actual and prediction value of seed
germination and field emergence. Seed viability and vigor were evaluated by seed
germination (SG), index of vigor (IV), speed of germination, uniformity of
germination, maximum growth potential, dry weight of normal seedling, seedling
growth rate, and seedling performance (field emergence, root lenght, shoot lenght,
and dry weight of seedling after 2 and 5 weeks of sowing), and EC.
The results of the first experiment showed that the best EC test method for
hot pepper seed was soaking in 75 mL aquadest at 20 ± 2 °C for 12 hours. Electrical
conductivity value showed significant negative correlation with SG, IV, speed of
germination, uniformity of germination, maximum growth potential, dry weight of
normal seedling, and seedling performance (field emergence, shoot lenght, and dry
weight of seedling after 2 and 5 weeks of sowing, and root lenght after 5 weeks of
showing). Electrical conductivity value (x) can estimate seed germination (y) by


equation y = 119.2 - 0.9021x, and field emergence (y) by equation y = 113.3 0.829x, applied to EC value ranged 22–80 µS cm-1 g-1. Seed lot with substandard
quality (seed germination< 75%) had value of EC > 49 µS cm-1 g-1, with field
emergence estimation value < 72.6%.
The verification result of the second experiment showed that the EC test
method using 100 seeds soaking in 75 ml of aquadest at 20 ± 2 °C for 12 hours can
be used on other varieties of pepper seeds, i.e: Panex 100, Taro, Jago, Maraton,
Adipati, Pelita, dan Dewata. Electrical conductivity value has a significant negative
correlation with seed germination, index of vigor, speed of germination, uniformity
of germination, field emergence, and dry weight of seedling after 2 and 5 weeks of
sowing.
Keywords: Capsicum annuum L., field emergence, seed leachates, seed vigor,
seedling performance

© Hak Cipta Milik IPB. Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGEMBANGAN METODE UJI DAYA HANTAR LISTRIK
SEBAGAI UJI CEPAT VIGOR PADA BENIH CABAI

RITA ENGRENI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Abdul Qadir, MSi


Judul
Nama
NIM

: Pengembangan Metode Uji Daya Hantar Listrik sebagai Uji Cepat
Vigor pada Benih Cabai
: Rita Engreni
: A251130141

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Satriyas Ilyas, MS
Ketua

Dr Ir M Rahmad Suhartanto, MSi
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Ilmu dan Teknologi Benih

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Endah Retno Palupi,

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 8 September 2016

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tesis dengan
judul ”Pengembangan Metode Uji Daya Hantar Listrik sebagai Uji Cepat Vigor
pada Benih Cabai” ini disusun oleh penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar
magister pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi
Bengkulu atas beasiswa yang penulis terima selama menempuh studi di Sekolah
Pascasarjana IPB. Terima kasih kepada Prof Dr Ir Satriyas Ilyas, MS dan
Dr Ir M Rahmad Suhartanto, MSi selaku komisi pembimbing atas bimbingan,
arahan, dan masukan selama penelitian dan penyusunan karya ini. Terima kasih
kepada Dr Ir Abdul Qadir, MSi selaku penguji luar komisi atas arahan dan masukan
pada saat ujian tesis, serta kepada Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc selaku Ketua
Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih atas arahan dan masukan selama ujian
tesis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada PT East West Seed
Indonesia (PT Ewindo) yang telah memberikan bantuan benih cabai sebagai bahan
penelitian. Terima kasih kepada Ir Afrizal Gindow selaku sales and marketing
director dan Abdurahman, SP selaku PPIC manager PT Ewindo. Terima kasih
kepada Kepala Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura (Balai Besar PPMBTPH), Ir Amiyarsi Mustika Yukti, MSi, dan
seluruh staf BBPPMBTPH atas fasilitas, bantuan, dan dukungan yang telah
diberikan selama penelitian. Terima kasih untuk rekan-rekan PS Ilmu dan
Teknologi Benih angkatan 2013. Terima kasih tak terhingga untuk kedua
orangtuaku Bapak Yanufiar dan Ibu Yulidarti, suamiku A M Ali Nawawi,
anak-anakku tersayang Kezia, Azizah, dan Jauza atas doa, kasih sayang, dorongan,
dan semangat yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2016
Rita Engreni

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

1 PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

3

2 PENGEMBANGAN METODE UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA
BENIH CABAI

5

Pendahuluan

5

Tujuan

6

Bahan dan Metode

6

Hasil dan Pembahasan

11

Simpulan

18

3 VERIFIKASI METODE UJI DHL TERPILIH PADA BEBERAPA
VARIETAS BENIH CABAI
19
Pendahuluan

19

Tujuan

19

Bahan dan Metode

19

Hasil dan Pembahasan

24

Simpulan

28

4 PEMBAHASAN UMUM

29

5 SIMPULAN UMUM DAN SARAN

32

Simpulan Umum

32

Saran

32

DAFTAR PUSTAKA

33

LAMPIRAN

36

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
1 Kondisi mutu lima lot benih cabai varietas Laris pada awal penelitian
2 Rata-rata nilai DHL, DB, KCT, KST, PTM, IV, BKKN, dan LPK lima lot
benih cabai
3 Rata-rata hasil uji performa bibit lima lot benih cabai
4 Koefisien korelasi (r) antara nilai DHL pada 32 metode perlakuan uji
DHL dengan berbagai tolok ukur viabilitas dan vigor lainnya
5 Rata-rata nilai DHL lima lot benih cabai pada delapan metode uji DHL
terpilih
6 Nilai R2 dan P persamaan regresi antara nilai DHL pada M1 dan M5
dengan tolok ukur viabilitas dan vigor benih cabai lainnya
7 Pendugaan daya berkecambah dan daya tumbuh benih cabai
berdasarkan nilai DHL menggunakan persamaan regresi linier pada M5
8 Kondisi mutu 13 lot benih cabai berbagai varietas pada awal penelitian
9 Rata-rata nilai DHL, DB, KCT, KST, PTM, IV, BKKN, dan LPK 13 lot
benih cabai berbeda varietas
10 Rata-rata hasil uji performa bibit 13 lot benih cabai berbeda varietas
11 Hasil verifikasi nilai daya berkecambah dan daya tumbuh berdasarkan
nilai DHL 13 lot benih cabai berbeda varietas
12 Koefisien korelasi (r) antara nilai DHL dengan berbagai tolok ukur
viabilitas dan vigor lainnya
13 Hasil uji t antara nilai aktual dan nilai pendugaan pada tolok ukur daya
berkecambah dan daya tumbuh 9 lot benih cabai berbeda varietas

6
11
12
14
15
16
17
20
24
26
27
28
30

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan alir penelitian
2 Bagan metode perlakuan uji daya hantar listrik

4
7

DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi cabai keriting varietas Laris
2 Volume akuades (a), conductivity meter tipe Cond 330i (b), dan dip
cell conductivity meter (c)
3 Hasil uji 32 metode daya hantar listrik pada 5 lot benih cabai varietas
Laris
4 Kurva regresi antara nilai DHL metode M5 dengan (a) daya
berkecambah (DB), (b) kecepatan tumbuh (KCT). (c) keserempakan
tumbuh (KST), (d) potensi tumbuh maksimum (PTM), (e) indeks vigor
(IV), (f) bobot kering kecambah normal (BKKN), (g) laju pertumbuhan
kecambah
5 Kurva regresi antara nilai DHL metode M5 dengan (a) daya tumbuh
(DT), (b) tinggi bibit 2 MST, (c) bobot kering bibit, (d) daya tumbuh 5
MST, (e) tinggi bibit 5 MST, (f) panjang akar 5 MST, (g) bobot kering
bibit 5 MST

36
37
38

39

40

6
7
8
9
10
11
12
13
14

Deskripsi cabai besar varietas Panex 100
Deskripsi cabai besar varietas Maraton
Deskripsi cabai besar varietas Adipati
Deskripsi cabai keriting varietas Taro
Deskripsi cabai keriting varietas Kastilo
Deskripsi cabai keriting varietas Jago
Deskripsi cabai keriting varietas Bagayo
Deskripsi cabai rawit varietas Pelita
Deskripsi cabai rawit varietas Dewata

41
42
43
44
45
46
47
48
49

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura
bernilai ekonomi tinggi dan sangat populer di Indonesia. Cabai merupakan salah
satu dari 13 komoditas utama hortikultura (KEMENTAN 2015). Cabai menduduki
posisi penting dalam menu pangan, walaupun digunakan dalam jumlah sedikit
namun setiap hari dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk Indonesia sebagai
bumbu pedas pelengkap dan penyedap masakan. Menurut Wiyono et al. (2012)
selain dikonsumsi segar, cabai juga dijadikan bahan baku industri manisan cabai,
tepung cabai, saus cabai, ekstrak cabai untuk minuman ginger beer, dan insektisida
organik.
Produksi cabai besar tahun 2014 sebesar 1.075 juta ton, dibandingkan tahun
2013 terjadi kenaikan produksi sebesar 61 730 ton (6.1%). Kenaikan ini disebabkan
oleh kenaikan produktivitas sebesar 0.19 ton ha-1 (2.3%) dan peningkatan luas
panen sebesar 4 620 ha (3.7%) dibandingkan tahun 2013, meskipun terjadi kenaikan
produksi namun produktivitas cabai besar di Indonesia masih rendah. Rata-rata
nasional produktivitas cabai baru mencapai 8.35 ton ha-1 (BPS 2015), padahal
potensi hasil cabai dapat mencapai 20 ton ha-1 (Sumarni dan Muharam 2005).
Benih merupakan input utama dalam kegiatan budidaya tanaman.
Ketersediaan benih bermutu secara kontinyu sangat penting karena benih dapat
menentukan tingkat keberhasilan kegiatan produksi tanaman. Penggunaan benih
bermutu dapat menghindarkan petani dari berbagai kerugian, juga dapat
meningkatkan kuantitas produksi dan kualitas hasil, sehingga benih sebagai produk
komersial yang diperdagangkan harus mempunyai standar mutu yang jelas. Oleh
sebab itu, untuk menjamin ketersediaan benih bermutu secara berkesinambungan
maka peredaran benih hortikultura di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia No.48/Permentan/SR.120/8/2012 yang mengatur
mulai dari produksi benih, sertifikasi, hingga pengawasan peredaran benih.
Benih bermutu yang telah disertifikasi untuk diedarkan atau diperdagangkan
wajib diberi label. Label pada kemasan benih sebagaimana yang tertera pada
Permentan No. 48/Permentan/SR.120/8/2012 pasal 46 ayat (3) paling kurang berisi
nama produk, nama produsen, alamat produsen, dan karakteristik produk.
Karakteristik produk antara lain berisi keterangan mengenai jenis dan varietas
tanaman, kelas benih, data kemurnian genetik, dan mutu benih. Status mutu benih
dapat diketahui melalui pengujian mutu benih. Menurut Ilyas (2012) alasan benih
harus diuji yang pertama dan terpenting adalah untuk menjadi kecambah/bibit tidak
dapat ditentukan sampai benih dikecambahkan, dan kedua pengujian benih
dilakukan untuk menentukan komponen genetik (varietas) dan mekanik (gulma,
tanaman lain, dan materi inert) dari suatu lot benih. Hasil pengujian benih dapat
memberikan informasi penting sehingga produsen dan konsumen mempunyai
interpretasi yang sama tentang mutu benih yang diperdagangkan.
Pengujian rutin yang biasa dilakukan pada balai pengujian dan sertifikasi
benih meliputi pengujian kadar air, kemurnian, dan daya berkecambah. Hingga saat
ini identitas mutu yang dicantumkan dalam label benih bersertifikat yang
menggambarkan viabilitas benih hanyalah daya berkecambah. Uji daya

2

berkecambah merupakan uji mutu fisiologis benih yang diterima secara luas dalam
perdagangan benih. Menurut Widajati et al. (2012) tujuan pengujian daya
berkecambah adalah untuk mendeteksi viabilitas benih dalam kondisi optimum.
Kondisi yang serba optimum pada uji daya berkecambah kadangkala menghasilkan
persentase daya berkecambah lebih tinggi dibandingkan nilai pertumbuhan
kecambah pada kondisi sesungguhnya di lapangan, sehingga menurut Ilyas (2012)
uji daya berkecambah tidak dapat memberikan informasi yang akurat mengenai
potensi performa lapangan suatu lot benih. Oleh karena itu, diperlukan pengujian
lain yang dapat memberikan penilaian yang lebih peka mengenai mutu benih dan
mampu memberikan informasi mengenai daya tumbuh benih pada kondisi
lapangan.
Uji vigor dapat memberikan informasi tentang indeks mutu benih yang
lebih peka daripada pengujian daya berkecambah, memberikan informasi mengenai
tingkatan yang konsisten tentang potensi mutu fisologis dan mutu fisik dari lot
benih, dan dapat memberikan informasi mengenai daya tumbuh dan daya simpan
suatu lot benih (ISTA 2014). Vigor adalah sejumlah sifat-sifat yang
mengindikasikan aktivitas dan keragaan (performance) lot benih yang dapat
tumbuh pada kisaran kondisi lapangan yang luas (ISTA 2014). Benih yang
memiliki vigor akan dapat tumbuh menjadi tanaman normal meskipun kondisi
lingkungan tidak optimum dan akan menghasilkan produk di atas normal pada
kondisi lingkungan optimun (Sadjad et al. 1999).
Vigor benih dapat dimonitor melalui integritas membran sel (Ilyas 2012).
Uji daya hantar listrik (DHL) merupakan uji vigor yang prinsipnya berdasarkan
integritas membran sel (Matthews dan Powell 2006). Peningkatan nilai DHL
berkaitan dengan adanya kebocoran membran sel akibat deteriorasi. Salah satu
penyebab utama dari deteriorasi benih, yaitu peroksidasi lipid (Copeland dan
Mcdonald 2001; Matthews dan Powell 2006; Kaewnaree et al. 2011). Peroksidasi
lipid dapat menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak protein, enzim maupun
senyawa lainnya. Radikal bebas yang bergabung dengan protein dapat
menyebabkan inaktifasi enzim, kerusakan DNA dan RNA, kerusakan membran sel
sehingga perlahan lahan merusak fungsi sebuah sel. Kebocoran membran sel dapat
mempengaruhi mutu benih karena menyebabkan: (1) hilangnya unsur-unsur
penting yang mendukung pertumbuhan benih yang normal dan vigor; (2) hilangnya
beberapa komponen penting yang mengatur potensial osmotik pada proses imbibisi
dan mengatur tekanan turgor yang diperlukan saat munculnya radikula;
(3) keluarnya zat-zat seperti sakarida dan elektrolit lainnya yang dapat
meningkatkan aktivitas mikroorganisme patogen, sehingga dapat berpengaruh
negatif terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit (Copeland dan Mcdonald
2001).
Uji DHL merupakan uji vigor yang potensial dikembangkan untuk
pengujian mutu benih cabai karena memiliki beberapa keunggulan. Uji DHL dapat
dilakukan dalam waktu yang singkat, biaya relatif murah, objektif, dan tidak rumit
karena prosedur pengujiannya sederhana (Copeland dan Mcdonald 2001), selain itu
uji DHL juga dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tingkat vigor dan
mengevaluasi potensi daya tumbuh lot benih di lapangan (Hampton dan Tekrony
1995), sehingga akan sangat bermanfaat dalam kegiatan produksi dan pengujian
benih komersial (Matthews dan Powell 2006). Namun, hingga saat ini International

3
Seed Testing Association (ISTA) Rules sebagai referensi pengujian mutu benih di
Indonesia belum menetapkan metode standar uji DHL untuk benih cabai.
Tujuan
1. Mendapatkan metode uji DHL yang tepat sebagai metode uji vigor pada benih
cabai.
2. Mengetahui hubungan antara uji DHL dengan berbagai uji viabilitas dan vigor
benih lainnya.
3. Verifikasi metode terpilih pada beberapa varietas cabai.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan percobaan. Bagan alir penelitian
secara lengkap disajikan pada Gambar 1.

4

Percobaan 1
Pengembangan metode uji daya hantar listrik
pada benih cabai:
menggunakan lima lot benih cabai varietas Laris berbeda tanggal
panen dan tingkat vigor

Uji daya hantar listrik
terdiri atas 32 metode,
kombinasi dari volume
akuades (75, 100, 125,
atau 150 mL), lama
perendaman (6, 12, 18,
atau 24 jam), suhu
ruang (20±2 °C atau
25±2 °C )

Uji viabilitas dan vigor
lainnya:
daya berkecambah,
indeks vigor, kecepatan
tumbuh, keserempakan
tumbuh, potensi tumbuh
maksimum, bobot kering
kecambah normal, laju
pertumbuhan kecambah

Uji performa bibit:
daya tumbuh, tinggi
bibit, panjang akar,
bobot kering bibit

Luaran:
- Metode uji daya hantar listrik terbaik untuk benih cabai varietas Laris
- Pendugaan daya berkecambah dan daya tumbuh berdasarkan nilai daya
hantar listrik

Percobaan 2
Verifikasi metode uji daya hantar listrik terpilih pada beberapa
varietas benih cabai:
menggunakan 13 lot benih cabai berbeda varietas, yaitu varietas Panex
100, Maraton, Adipati, Taro, Kastilo, Jago, Bagayo, Pelita, dan Dewata

Uji daya hantar listrik:
metode terbaik hasil
Percobaan 1

Uji viabilitas dan vigor
lainnya:
daya berkecambah,
indeks vigor, kecepatan
tumbuh, keserempakan
tumbuh, potensi tumbuh
maksimum, bobot kering
kecambah normal, laju
pertumbuhan kecambah

Uji performa bibit:
daya tumbuh, tinggi
bibit, panjang akar,
bobot kering bibit

Luaran:
Rekomendasi metode uji daya hantar listrik untuk benih cabai

Gambar 1 Bagan alir penelitian

5

2 PENGEMBANGAN METODE UJI DAYA HANTAR
LISTRIK PADA BENIH CABAI
Pendahuluan
Mutu benih yang meliputi mutu fisik, fisiologis, genetik, dan kesehatan
benih (Ilyas 2012) dapat diketahui melalui pengujian benih. Daya berkecambah
merupakan hasil uji mutu fisiologis yang diterima secara luas dalam perdagangan
benih. Uji daya berkecambah benih dilakukan untuk mendeteksi daya tumbuh benih
dan dilakukan pada kondisi serba optimum. Kondisi yang serba optimum pada uji
daya berkecambah kadangkala menghasilkan persentase daya berkecambah lebih
tinggi dibandingkan nilai pertumbuhan kecambah pada kondisi sesungguhnya di
lapangan, sehingga menurut Ilyas (2012) uji daya berkecambah tidak dapat
memberikan informasi yang akurat mengenai potensi performa lapangan suatu lot
benih. Oleh karena itu, diperlukan pengujian lain yang dapat memberikan penilaian
yang lebih peka mengenai mutu benih dan berkorelasi dengan daya tumbuh benih
di lapangan.
Uji vigor benih dapat memberikan informasi tentang indeks mutu benih
yang lebih peka daripada pengujian daya berkecambah, memberikan informasi
mengenai tingkatan yang konsisten tentang potensi mutu fisologis dan mutu fisik
dari lot benih, dan dapat memberikan informasi mengenai daya tumbuh dan daya
simpan suatu lot benih (ISTA 2014). Uji daya hantar listrik (DHL) merupakan uji
vigor yang prinsipnya berdasarkan integritas membran sel. Uji DHL dilakukan
dengan mengukur elektrolit yang bocor dari jaringan benih yang terlarut ke dalam
air rendaman benih akibat kebocoran membran sel dengan menggunakan alat
conductivity meter (ISTA 2014). Tingginya tingkat kebocoran membran merupakan
karakter benih yang bervigor rendah (Matthews dan Powell 2006). Benih yang
bervigor rendah akan menunjukkan nilai DHL yang tinggi, sebaliknya lot benih
yang bervigor tinggi akan menunjukkan nilai kebocoran membran (nilai DHL)
rendah (ISTA 2014).
Uji DHL merupakan salah satu uji vigor benih yang telah divalidasi untuk
benih Pisum sativum, Phaseoulus vulgaris dan Glycine max (ISTA 2014). Beberapa
faktor yang berkaitan dengan metode uji DHL akan mempengaruhi nilai DHL yang
dihasilkan diantaranya volume akuades (Fitriningtyas 2008), kadar air benih
(Matthews et al. 2006; Matthews et al. 2009), suhu dan lama perendaman (Da Silva
et al. 2013). Menurut penelitian Brilianti (2009) pengujian DHL benih cabai yang
dilakukan dengan menggunakan 25 butir benih berkadar air 8%, dan direndam
dalam 25 mL akuades selama 4 jam pada suhu 25 ºC berkorelasi negatif cukup erat
dengan daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan berat kering kecambah normal.
Uji DHL untuk benih Pisum sativum, Phaseoulus vulgaris, dan Glycine max
menurut ISTA (2014) menggunakan 50 butir benih dengan kadar air 10–14%,
direndam dalam 250 ± 5 ml air bebas ion atau akuades dengan
nilai DHL < 5 µS cm-1 g-1, pada suhu 20 ± 2 ºC selama 24 jam. International Seed
Testing Association (ISTA) Rules sebagai referensi pengujian mutu benih di
Indonesia hingga saat ini belum menetapkan metode standar uji DHL untuk benih
cabai, sehingga penelitian untuk menentukan metode uji DHL yang tepat untuk
benih cabai perlu dilakukan. Hubungan antara nilai DHL dengan tolok ukur

6

viabilitas dan vigor lainnya perlu diketahui sehingga pendugaan mutu benih dapat
diketahui dengan lebih cepat.
Tujuan
1. Mendapatkan metode uji DHL yang tepat sebagai metode uji vigor pada benih
cabai.
2. Mengetahui hubungan antara uji DHL dengan berbagai uji viabilitas dan vigor
benih lainnya.
Bahan dan Metode
Waktu dan Tempat Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan dari Juli sampai dengan Oktober 2015 di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian IPB, screen house Teaching Farm Kampus IPB Darmaga, dan
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (Balai Besar PPMB TPH) Cimanggis, Depok.
Sumber Benih Cabai
Benih cabai yang digunakan berasal dari PT Ewindo (East West Seed
Indonesia) Purwakarta terdiri atas lima lot benih cabai keriting varietas Laris.
(deskripsi varietas tertera pada Lampiran 1). Kondisi mutu awal benih yang diuji
pada tanggal 1–14 Juli 2015 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1

Kondisi mutu lima lot benih cabai varietas Laris pada awal penelitian

Lot

Tanggal panen

Lot 1
Lot 2
Lot 3
Lot 4
Lot 5

2 Oktober 2013
20 Nopember 2013
11 Maret 2015
15 Desember 2012
12 Desember 2012

Bobot 1000 butir
(g)
4.47
4.78
4.83
4.39
5.10

Kadar air
(%)
5.0
5.3
5.4
4.9
5.9

Daya berkecambah
(%)
93.0
90.0
86.5
75.0
72.0

Indeks vigor
(%)
24.0
15.5
9.8
1.5
0.8

Rancangan Percobaan
Pengujian viabilitas dan vigor benih menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) satu faktor, yaitu lima lot benih berbeda tanggal panen dan
tingkat vigor (Tabel 1). Analisis data untuk pemilihan metode terbaik terdiri atas
tiga tahapan, yaitu: (1) korelasi Pearson digunakan untuk melihat keeratan
hubungan antara nilai daya hantar listrik (DHL) pada 32 metode perlakuan
(Gambar 2) dengan berbagai tolok ukur yang diamati; (2) analisis ragam dengan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial terdiri dari dua faktor, yaitu lima lot
benih berbeda tanggal panen dan tingkat vigor (Tabel 1) dan metode uji DHL
terpilih dari hasil analisis korelasi; (3) analisis regresi digunakan untuk
membandingkan nilai koefisien determinasi (R2) berbagai tolok ukur yang diamati
pada metode terpilih hasil analisis ragam.

7
Pengujian viabilitas dan vigor benih
Uji Daya Hantar Listrik
Uji DHL terdiri atas 32 metode (M1-M32) yang merupakan kombinasi dari
volume akuades (75 , 100, 125, atau 150 mL), lama perendaman (6, 12, 18, atau 24
jam), dan suhu ruang (20 ± 2 °C atau 25 ± 2 °C), tertera pada Gambar 2. Setiap
perlakuan terdiri dari empat ulangan, setiap ulangan menggunakan 100 butir benih.
Sebelum diuji, terlebih dahulu dilakukan pengukuran kadar air (KA) benih dengan
metode oven suhu rendah (ISTA 2014), dua ulangan untuk setiap lot benih. Setiap
ulangan terdiri atas 4.5 ± 0.5 g benih yang diletakkan dalam cawan porcelain, lalu
dikeringkan dalam oven dengan suhu 101–105 °C selama 17±1 jam. Persentase KA
benih dihitung dengan rumus:
Berat �� �

� � pada KA tertentu =

− KA awal
× bobot awal benih
− KA akhir

Gambar 2 Bagan metode perlakuan uji daya hantar listrik

8

Semua lot benih yang digunakan dalam percobaan memiliki kadar air (KA)
kurang dari 10%, maka KA benih ditingkatkan terlebih dahulu menjadi 10% dengan
cara meletakkan 35 g benih pada petridish ke dalam boks plastik tertutup (diameter
alas 18 cm, tinggi 17.5 cm, berisi 1 L air), antara petridish berisi benih dan air
dibatasi kawat kasa, selama 6–7 jam pada ruang suhu 27–29 °C dan RH 85%.
Kisaran bobot benih yang ekuivalen dengan kadar air benih yang diinginkan
dihitung menggunakan rumus ISTA (2014):
Berat �� �

− KA awal
× bobot awal benih
− KA akhir

� � pada KA tertentu =

Akuades yang digunakan untuk merendam benih dalam uji daya hantar
listrik pada percobaan ini memiliki nilai daya hantar listrik berkisar antara
1–1.4 µS cm-1 g-1. Hari pertama, akuades diletakkan dalam gelas kaca ditutup
dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam. Volume akuades dan suhu
ruangan sesuai dengan perlakuan. Hari kedua, setelah ditimbang bobotnya
menggunakan timbangan analitik, 100 butir benih cabai dimasukkan ke dalam gelas
kaca yang telah disiapkan (Lampiran 2), diaduk perlahan sehingga seluruh benih
terendam, untuk larutan blanko dibiarkan tanpa benih sebanyak empat ulangan,
kemudian gelas ditutup kembali dengan almunium foil. Lama perendaman dan suhu
ruangan sesuai dengan perlakuan. Hari kedua dan ketiga, setelah benih direndam
dengan lama perendaman sesuai perlakuan, dilakukan pengukuran nilai DHL
menggunakan alat conductivity meter tipe cond 330i (Lampiran 2).
Pengukuran diawali dengan mengukur larutan blanko, lalu kemudian
mengukur air rendaman benih. Sebelum diukur nilai daya hantar listriknya, air
rendaman benih diaduk selama 10–15 detik, lalu dip cell conductivity meter
dimasukkan ke dalam air rendaman benih tanpa mengenai benih. Setiap kali selesai
mengukur, dip cell conductivity meter (Lampiran 2) dibilas terlebih dahulu dengan
akuades dan dikeringkan dengan tissu. Pengukuran dilakukan hingga diperoleh
angka yang stabil. Nilai DHL per gram benih dihitung dengan rumus ISTA (2014),
sebagai berikut:
DHL µS cm− g −

=

N

DH

rr

B

t

−DH B

Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Lainnya
Pengujian viabilitas dan vigor benih lainnya dilakukan dengan metode top
of paper (ISTA 2014), menggunakan 100 butir benih setiap ulangan, empat ulangan
setiap perlakuan. Benih dikecambahkan dalam boks plastik tertutup, media
perkecambahan berupa tiga lembar kertas CD dan dua lembar kertas tissu yang
dilembabkan dengan akuades, menggunakan germinator seedburo tipe SDA8500B
suhu konstan 25 °C. Tolok ukur yang diamati, yaitu:

9
1. Daya berkecambah (%)
Daya berkecambah (DB) dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal
(KN) pada pengamatan pertama dan kedua yaitu pada hari ke-7 dan hari ke-14
(ISTA 2014). Daya berkecambah dihitung dengan rumus:
DB =

ƩKN hitungan I + ƩKN hitungan II
×
Ʃ Benih yang ditanam

%

2. Potensi tumbuh maksimum (%)

Potensi tumbuh maksimum (PTM) dihitung berdasarkan persentase
keseluruhan kecambah yang tumbuh baik normal maupun abnormal sampai akhir
pengamatan. Potensi tumbuh maksimum dihitung dengan rumus:
PTM =

Ʃ Benih yang tumbuh sampai akhir pengamatan
×
Ʃ Benih yang ditanam

%

3. Indeks vigor (%)

Pengamatan indeks vigor (IV) dilakukan terhadap jumlah kecambah normal
(KN) pada hitungan pertama daya berkecambah (Copeland dan Mcdonald 2001)
yaitu pada hari ke-7. Indeks vigor dihitung dengan rumus:
IV =

ƩKN hitungan I
×
Ʃ Benih yang ditanam

%

4. Kecepatan tumbuh (% KN/etmal)

Kecepatan tumbuh (KCT) diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan
setiap hari atau etmal pada kurun waktu pengujian daya berkecambah (Sadjad 1993)
yaitu hari ke-1 hingga hari ke-14. Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus:
KCT = ∑ =4

%

t

r



−/ 4

5. Keserempakan tumbuh (%)

Keserempakan tumbuh (KST) dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal kuat (NK) pada hari diantara hitungan pertama dan hitungan kedua
pengujian daya berkecambah (Sadjad et al. 1999). Pada benih cabai pengamatan
keserempakan tumbuh dilakukan pada hari ke-10 dan hari ke-11 yang kemudian
dirata-rata. Keserempakan tumbuh dihitung dengan rumus:
KST=

Ʃ

N

r−

ƩB


y

t

N

r



/

×

%

10

6. Bobot kering kecambah normal (g)
Berat kering kecambah normal dihitung pada akhir pengamatan uji daya
berkecambah yaitu pada hari ke-14. Seluruh kecambah normal dicabut dari media
perkecambahan, dibungkus dengan menggunakan amplop, kemudian dikeringkan
dengan oven suhu 80 ºC selama 24 jam. Setelah itu, kecambah dimasukkan ke
dalam desikator ± 30 menit dan ditimbang. Pengujian ini dilakukan di akhir
pengamatan ketika pengamatan daya berkecambah telah selesai.
7. Laju pertumbuhan kecambah (g/kecambah normal)
Laju pertumbuhan kecambah (LPK) merupakan rasio antara total bobot
kering kecambah normal (BKKN) dan jumlah kecambah normal. Laju
pertumbuhan kecambah dihitung dengan rumus:

Pengujian Performa Bibit

LPK =

BKKN
ƩKecambah normal

Pengamatan performa bibit dilakukan dengan menanam benih pada tray
semai di screen house. Media semai menggunakan arang sekam dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1:1. Setiap lubang tray semai ditanam satu benih. Jumlah
benih yang ditanam yaitu 50 benih setiap ulangan, empat ulangan tiap lot benih.
Pengamatan 2 dan 5 minggu setelah tanam (MST) menggunakan tanaman yang
berbeda, karena pengamatan bobot kering bibit bersifat destruktif. Tolok ukur yang
diamati sebagai berikut:
1. Daya Tumbuh (%)
Daya tumbuh diamati pada 2 dan 5 MST yang dihitung dengan
membandingkan jumlah benih yang tumbuh menjadi bibit dengan total benih yang
ditanam. Jumlah tanaman yang diamati yaitu 50 tanaman setiap ulangan, empat
ulangan setiap lot benih. Daya tumbuh dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Daya tumbuh =

2. Tinggi bibit (cm)

Ʃ Bibit yang tumbuh
×
Ʃ Benih yang ditanam

%

Pengukuran tinggi bibit dilakukan mulai dari pangkal batang sampai titik
tumbuh, diukur pada 2 dan 5 MST. Jumlah tanaman yang diukur sebanyak 20
tanaman setiap ulangan, empat ulangan setiap lot benih.

11
3. Panjang akar (cm)
Pengukuran panjang akar dilakukan mulai dari pangkal batang sampai ujung
akar, diukur pada 2 dan 5 MST. Jumlah tanaman yang diukur sebanyak 20 tanaman
setiap ulangan, empat ulangan setiap lot benih.
4. Bobot kering bibit (g)
Pengukuran bobot kering bibit dilakukan pada 2 dan 5 MST. Seluruh
kecambah normal dicabut lalu dibungkus dengan menggunakan amplop, kemudian
dikeringkan dengan oven suhu 80 ºC selama 24 jam.
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan software Excel 2010, minitab 16, dan SAS
System 9.1 dengan analisis ragam (uji F) pada selang kepercayaan 95%. Jika
terdapat pengaruh nyata faktor yang diuji maka dilakukan uji lanjut dengan duncan
multiple range test (DMRT).
Hasil dan Pembahasan
Pengujian viabilitas dan vigor benih
Mutu benih dapat dilihat dari viabilitas dan vigornya. Menurut Ilyas (2012)
viabilitas benih menunjukkan daya hidup benih, aktif secara metabolis dan
memiliki enzim yang dapat mengkatalisis reaksi metabolis yang diperlukan untuk
perkecambahan dan pertumbuhan kecambah, sedangkan vigor benih didefinisikan
sebagai sifat-sifat benih yang menentukan potensi pemunculan kecambah yang
cepat, seragam dan mampu menghasilkan kecambah normal pada kondisi lapangan
yang bervariasi.
Tabel 2 Rata-rata nilai DHL, DB, KCT, KST, PTM, IV, BKKN, dan LPK lima lot
benih cabai
Lot

DHL
-1

DB
-1

benih (µS cm g )
1
21.43 e
2
23.95 d
3
28.76 c
4
33.98 b
5
35.57 a
KK (%)
5.13
Keterangan:

KCT

(%) (% KN /etmal)
91.5 a
11.0 a
90.8 a
10.3 b
86.8 b
9.5 c
75.3 c
8.1 d
72.3 d
7.1 e
1.56
1.71

KST

PTM

IV

BKKN

LPK

(%)
85.6 a
81.8 b
69.3 c
65.3 d
49.4 e
2.17

(%)
97.0 ab
98.3 a
96.3 b
87.3 c
87.0 c
1.08

(%)
23.8 a
15.3 b
9.3 c
1.0 d
0.8 d
14.43

(g)
0.225 a
0.205 b
0.198 b
0.170 c
0.160 c
4.10

(mg/KN)
2.453 a
2.288 b
2.285 b
2.220 b
2.220 b
3.36

- lot 1-5 secara berurutan merupakan lot benih dari tingkat vigor tinggi ke rendah
- angka-angka yang diiukuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf α = 5%
- DHL = daya hantar listrik, DB = daya berkecambah, KCT = kecepatan tumbuh, KST = keserempakan tumbuh,
PTM = potensi tumbuh maksimum, IV = indeks vigor, BKKN = bobot kering kecambah normal, LPK =
laju pertumbuhan kecambah, KN = kecambah normal
- nilai DHL pada tiap lot benih merupakan rata-rata dari 32 metode perlakuan uji DHL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima lot benih memiliki viabilitas
dan vigor yang berbeda pada semua tolok ukur yang diamati kecuali pada panjang

12

akar 2 MST (Tabel 2 dan 3). Hasil pengamatan menunjukkan lot 1 memiliki nilai
DHL terendah yaitu 21.43 µS cm-1 g-1, berturut-turut diikuti lot 2, lot 3, lot 4, dan
nilai DHL tertinggi pada lot 5 yaitu 33.57 µS cm-1 g-1.
Nilai daya berkecambah (DB) berkisar antara 72.3% dan 91.5%. Nilai DB
tertinggi pada lot 1 dan tidak berbeda nyata dengan lot 2, berturut-turut nyata lebih
rendah pada lot 3, lot 4, dan terendah pada lot 5. Lot 5 memiliki nilai DB dibawah
standar lulus uji DB. Lot-lot benih cabai yang digunakan merupakan lot benih cabai
keriting yang berasal dari kelas benih sebar (BR). Berdasarkan pedoman sertifikasi
benih tanaman sayuran nilai DB minimal lulus uji laboratorium, yaitu sebesar 75%.
Hasil pengamatan terhadap nilai kecepatan tumbuh (KCT) dan keserempakan
tumbuh (KST) menunjukkan lot 1 memiliki nilai tertinggi, berturut turut diikuti oleh
lot 2, lot 3, lot 4, dan terendah pada lot 5. Nilai potensi tumbuh maksimum (PTM)
tertinggi pada lot 1 dan 2, diikuti lot 3, terendah pada lot 4 dan 5. Nilai indeks vigor
(IV) dan bobot kering kecambah normal (BKKN) tertinggi pada lot 1, terendah pada
lot 4 dan 5. Nilai laju pertumbuhan kecambah (LPK) tertinggi pada lot 1 nyata lebih
rendah pada lot 2, 3, 4, dan 5 (Tabel 2).
Perbedaan antara setiap lot benih terlihat nyata dari hasil pengujian benih
dengan tolok ukur DHL, KCT, dan KST. Ketiga tolok ukur tersebut mampu
membedakan lot-lot benih yang diuji menjadi lima kelompok yang berbeda (Tabel
2). Hal ini menunjukkan bahwa tiga tolok ukur tersebut lebih sensitif dalam
mendeteksi perbedaan tingkat vigor benih dibandingkan dengan tolok ukur lainnya.
Tabel 3 Rata-rata hasil uji performa bibit lima lot benih cabai
Lot
benih

1
2
3
4
5
KK (%)
Keterangan :

Daya
tumbuh
(%)
87.5 a
88.0 a
83.0 b
71.5 c
71.0 c
1.95

2 MST
Panjang
Tinggi
akar
bibit
(cm)
5.78 a
5.53 a
5.93 a
5.35 a
5.55 a
10.84

(cm)
6.95 a
6.38 ab
5.90 b
5.85 b
3.95 c
6.93

Bobot
kering
bibit
(g)
0.38 a
0.37 a
0.32 b
0.26 c
0.25 d
3.80

5 MST
Tinggi
Daya Panjang
akar
bibit
tumbuh
(%)
89.0 a
89.5 a
87.0 a
72.0 b
71.0 b
2.19

(cm)
16.15 a
15.55 a
15.10 a
14.98 a
12.48 b
6.03

Bobot
kering
bibit
(cm)
(g)
10.95 a
4.94 a
10.15 ab 4.04 b
9.38 bc 3.14 c
9.18 bc 2.78 cd
8.25 c
2.22 d
8.50
12.97

- Lot 1-5 secara berurutan merupakan lot benih dari tingkat vigor tinggi ke rendah
- Angka-angka yang diiukuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf α = 5%

Hasil uji performa bibit 2 MST dengan tolok ukur daya tumbuh
menunjukkan nilai tertinggi pada lot 1 dan lot 2, diikuti lot 3, terendah pada lot 4
dan lot 5. Hasil pengamatan 5 MST menunjukkan bahwa lot 1, lot 2, dan lot 3
memiliki nilai DT yang tidak berbeda nyata, sementara lot 4 dan lot 5 menghasilkan
DT terendah. Hasil pengukuran panjang akar 2 dan 5 MST menunjukkan lot 1 dan
2 memiliki panjang akar tertinggi, dan terendah pada lot 5. Hasil pengamatan
terhadap tinggi tanaman menunjukkan lot 1 dan lot 2 memiliki tinggi tanaman
tertinggi pada 2 MST dan 5 MST, diikuti oleh lot 3 dan lot 4, terendah pada lot 5.
Bobot kering bibit pada 2 MST terbaik pada lot 1 dan lot 2, terendah pada lot 5.
Bobot kering bibit pada 5 MST tertinggi juga terdapat pada lot 1, dan terendah pada
lot 5. Tolok ukur bobot kering bibit lebih sensitif dalam membedakan tingkat vigor

13
dan paling sesuai dengan hasil uji DHL dibandingkan dengan tolok ukur performa
bibit lainnya (Tabel 3).
Hasil penelitian menunjukkan lot benih dengan nilai DHL lebih rendah
memiliki nilai DB, KCT, KST, PTM, IV, BKKN, LPK dan performa bibit yang lebih
baik dibandingkan lot benih dengan nilai DHL lebih tinggi (Tabel 2 dan 3). Hal ini
menunjukkan bahwa nilai DHL mampu membedakan tingkat vigor lot benih cabai.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa uji DHL terbukti dapat
membedakan tingkat vigor beberapa jenis benih lainnya, yaitu Glycine max
(Panobianco dan Vieira 1996), Zea mays (Fessel et al. 2006), Brassica oleracea
(Matthews et al. 2009), Vigna unguiculata (Peksen et al. 2004; Olasoji et al. 2010;
Da Silva et al. 2013), Triticum sp.(Khan et al. 2010), Trifolium pratense (Atis et al.
2011), Solanum sessiflorum (Pereira dan Filho 2012), Helianthus annuus (Oliveira
et al. 2012), Raphanus sativus dan Coriandrum sativum (Vieira et al. 2013),
sunflower (Oleiveira et al. 2012), canola (Oskouei et al. 2013), Avena stigosa
(Noguiera et al. 2013), safflower (Kaya 2014).
Hasil penelitian pada benih kedelai varietas Panderman dan Wilis
menunjukkan bahwa sebelum terjadi penurunan daya berkecambah didahului oleh
adanya peningkatan nilai DHL. Hal ini menunjukkan bahwa uji DHL lebih dini
dapat mendeteksi vigor benih (Taliroso 2008). Semakin dini suatu parameter dapat
mengukur deteriorasi benih semakin sensitif indeks vigor benih. Degradasi
membran sel mendahului hilangnya daya berkecambah. Oleh karena itu, uji vigor
yang paling sensitif adalah yang dapat memonitor integritas membran sel (Ilyas
2012).
Degradasi membran sel yang menyebabkan kebocoran membran dapat
menjadi penyebab utama terjadinya kemunduran benih (Copeland dan Mcdonald
200; Matthews dan Powell 2006). Peningkatan kebocoran membran sel pada benih
cabai berkorelasi dengan penurunan kemampuan berkecambah benih (Kaewnaree
et al. 2011) dan menyebabkan penurunan vigor benih (Ekowahyuni et al. 2012).
Penurunan vigor akibat kebocoran membran sel disebabkan oleh hilangnya unsurunsur penting yang diperlukan untuk pertumbuhan kecambah (Copeland dan
Mcdonald 2001), yaitu: gula, asam amino, asam lemak, protein, enzim dan
sejumlah ion seperti K, Ca, Mg, Na, dan Mn. Pada kondisi lapangan keluarnya
unsur-unsur tersebut juga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme patogen,
sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan bibit (Filho 2015).
Penentuan metode uji DHL terbaik sebagai metode uji vigor benih cabai
Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya keeratan hubungan antara nilai
DHL dengan tolok ukur vigor lainnya dengan korelasi negatif (Tabel 4). Nilai DHL
metode M1, M2, M4, M5, M7, M11, M18, M22 menghasilkan korelasi nyata
terbanyak dengan tolok ukur viabilitas dan vigor benih yang diuji.
Nilai DHL metode M1, M2, M4, M5, M18 dan M22 berkorelasi nyata
dengan 13 tolok ukur yang diuji, yaitu DB, IV, PTM, KCT, KST, BKKN, daya
tumbuh 2 dan 5 MST, tinggi bibit 2 dan 5 MST, bobot kering bibit 2 dan 5 MST,
dan panjang akar 5 MST. Nilai DHL metode M7 dan M11 berkorelasi nyata dengan
14 tolok ukur yang diuji, yaitu DB, IV, PTM, KCT, KST, BKKN, LPK, daya tumbuh
2 dan 5 MST, tinggi bibit 2 dan 5 MST, bobot kering bibit 2 dan 5 MST, dan
panjang akar 5 MST.

14
Tabel 4 Koefisien korelasi (r) antara nilai DHL
viabilitas dan vigor lainnya
Metode
uji DHL

M1
M2
M3
M4
M5
M6
M7
M8
M9
M10
M11
M12
M13
M14
M15
M16
M17
M18
M19
M20
M21
M22
M23
M24
M25
M26
M27
M28
M29
M30
M31
M32

DB

K CT

K ST

PTM

IV

BKKN

-0,955**
-0,976**
-0,906**
-0,976**
-0,977**
-0,984**
-0,975**
-0,994**
-0,967**
-0,99**
-0,971**
-0,981**
-0,956**
-0,982**
-0,991**
-0,961**
-0,899*
-0,962**
-0,876*
-0,92*
-0,927*
-0,988**
-0,946*
-0,972**
-0,93*
-0,964*
-0,965*
-0,942*
-0,934*
-0,929*
-0,952**
-0,89*

-0,991**
-0,987**
-0,968**
-1**
-0,998**
-0,98**
-0,998**
-0,979**
-0,979**
-0,966**
-0,991**
-0,978**
-0,974**
-0,966**
-0,983**
-0,943**
-0,954**
-0,994**
-0,943*
-0,964**
-0,965**
-0,998**
-0,972**
-0,976**
-0,963**
-0,941*
-0,951**
-0,937*
-0,962**
-0,94*
-0,956**
-0,881*

-0,978**
-0,98**
-0,957**
-0,98**
-0,982**
-0,952**
-0,96**
-0,923**
-0,924**
-0,912**
-0,943*
-0,941*
-0,919*
-0,916*
-0,92*
-0,9*
-0,951**
-0,977**
-0,959**
-0,967**
-0,93*
-0,964**
-0,961**
-0,914*
-0,958**
-0,862
-0,921*
-0,869
-0,953**
-0,876*
-0,927*
-0,807

-0,89*
-0,932*
-0,822
-0,921*
-0,924**
-0,952**
-0,922*
-0,973**
-0,924*
-0,976**
-0,921*
-0,949**
-0,909*
-0,962**
-0,965**
-0,943*
-0,82
-0,901*
-0,787
-0,85
-0,863
-0,944*
-0,889*
-0,937*
-0,867
-0,952**
-0,943*
-0,915*
-0,877*
-0,889*
-0,915*
-0,867

-0,973**
-0,932*
-0,915*
-0,953**
-0,952**
-0,947**
-0,961**
-0,954**
-0,99**
-0,942*
-0,953**
-0,963**
-0,995**
-0,955**
-0,962**
-0,947*
-0,978**
-0,972**
-0,956**
-0,964**
-0,997**
-0,957**
-0,971**
-0,985**
-0,969**
-0,961**
-0,936*
-0,98**
-0,968**
-0,991**
-0,966**
-0,959**

-0,98**
-0,959**
-0,963**
-0,985**
-0,981**
-0,961**
-0,996**
-0,977**
-0,989**
-0,959**
-0,996**
-0,968**
-0,987**
-0,96**
-0,987**
-0,934*
-0,948**
-0,983**
-0,927**
-0,946**
-0,975**
-0,99**
-0,958**
-0,987**
-0,947**
-0,956**
-0,932*
-0,954*
-0,947*
-0,959**
-0,947*
-0,904*

pada
LPK

-0,871
-0,779
-0,876*
-0,841
-0,83
-0,79
-0,874*
-0,816
-0,897*
-0,785
-0,878*
-0,818
-0,911*
-0,803
-0,845
-0,782
-0,896*
-0,867
-0,872*
-0,851
-0,923*
-0,84
-0,846
-0,884*
-0,847
-0,836
-0,761
-0,87
-0,84
-0,902*
-0,821
-0,851

32 metode

Tolok ukur
Daya
Panjang
tumbuh akar
2 MST 2 MST
-0,939* -0,416
-0,965** -0,395
-0,86
-0,481
-0,955** -0,471
-0,959** -0,45
-0,984** -0,445
-0,952* -0,547
-0,994** -0,565
-0,964** -0,551
-0,997** -0,531
-0,946* -0,597
-0,984** -0,472
-0,954** -0,544
-0,991** -0,509
-0,987** -0,6
-0,979** -0,449
-0,891* -0,332
-0,947** -0,433
-0,863
-0,26
-0,913* -0,31
-0,923* -0,458
-0,972** -0,518
-0,944* -0,368
-0,972** -0,571
-0,928* -0,332
-0,98** -0,596
-0,979** -0,409
-0,958** -0,54
-0,936* -0,341
-0,94*
-0,523
-0,963** -0,406
-0,919* -0,499

perlakuan uji DHL

Tinggi
bibit
2 MST
-0,904*
-0,9*
-0,959**
-0,921*
-0,917*
-0,848
-0,906*
-0,822
-0,822
-0,795
-0,897*
-0,828
-0,817
-0,792
-0,827
-0,757
-0,859
-0,902*
-0,879*
-0,873*
-0,83
-0,895*
-0,856
-0,808
-0,852
-0,726
-0,788
-0,728
-0,841
-0,743
-0,796
-0,638

Bobot
kering bibit
2 MST
-0,979**
-0,985**
-0,897*
-0,978**
-0,982**
-0,997**
-0,97**
-0,994**
-0,988**
-0,995**
-0,957**
-1**
-0,983**
-0,998**
-0,988**
-0,992**
-0,955**
-0,983**
-0,936*
-0,969**
-0,971**
-0,986**
-0,986**
-0,989**
-0,978**
-0,982**
-0,992**
-0,98**
-0,982**
-0,973**
-0,993**
-0,948**

Daya
tumbuh
5 MST
-0,906*
-0,937*
-0,858
-0,938*
-0,937*
-0,954**
-0,944*
-0,98**
-0,94*
-0,977**
-0,946*
-0,953**
-0,927*
-0,964**
-0,978**
-0,939*
-0,837
-0,917*
-0,804
-0,861
-0,883*
-0,958**
-0,897*
-0,951**
-0,876*
-0,958**
-0,938*
-0,923*
-0,883*
-0,902*
-0,917*
-0,871

dengan berbagai tolok
Panjang
akar
5 MST
-0,873*
-0,88*
-0,946*
-0,903*
-0,897*
-0,824
-0,89*
-0,805
-0,793
-0,776
-0,886*
-0,801
-0,784
-0,767
-0,811
-0,725
-0,811
-0,873*
-0,83
-0,83
-0,788
-0,878*
-0,817
-0,78
-0,809
-0,699
-0,758
-0,69
-0,798
-0,702
-0,758
-0,59

Tinggi
bibit
5 MST
-0,983**
-0,95**
-0,971**
-0,969**
-0,968**
-0,928*
-0,96**
-0,906*
-0,94*
-0,888*
-0,946*
-0,927*
-0,942*
-0,899*
-0,912*
-0,884*
-0,98**
-0,979**
-0,985**
-0,976**
-0,963**
-0,952**
-0,963**
-0,