Rasio SiLPA TA Sebelumnya Terhadap Belanja Daerah

23

2.8. Rasio SiLPA TA Sebelumnya Terhadap Belanja Daerah

Rasio SiLPA terhadap belanja menujukkan persentase dana yang penggunaannya tertunda atau tidak terserap pada tahun sebelumnya. Berdasarkan penelitian FITRA, diperoleh bahwa tren rata-rata Rasio SiLPA terhadap Belanja Daerah di 70 kabupatenkota mengalami penurunan sebesar 1 pada tahun 2016. Artinya rasio SiLPA terhadap pendapatan menunjukan tren yang positif, karena jumlah realisasi tahun anggaran sebelumnya lebih baik. Grafik 2.16 Tren Optimalisasi SiLPA 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 2014 2015 2016 Sumber: APBD KabKota 2016 diolah FITRA Berdasarkan data kabupaten, berikut lima daerah dengan Rasio SiLPA terhadap Belanja Daerah tertinggi; Kab. Indragiri Hulu 23, Kab. Kutai Kartanegara 19, Kab. Bengkalis 14, Kab. Kupang 12, dan Kab. Badung 11. Sedangkan, Kab. OKI 13, Kab. Pidie Jaya 1,0, Kab.Gorontalo 1,0, Kab. Lombok Tengah 0,5, dan Kab. Poliwali Mandar 0,2 adalah lima kabupaten dengan Rasio SiLPA terhadap Belanja Daerah terendah, hal ini disebabkan karena kabupaten tersebut tidak selalu memiliki SiLPA di setiap tahunnya selama 2014-2016, khusus Kab. Poliwali Mandar, meskipun memiliki rasio SiLPA terhadap Belanja Daerah yang rendah disetiap tahunnya, tetapi SiLPA yang dimiliki sangat kecil dengan rata-rata 0,2 selama tiga tahun 2014-2016. Selain itu, dari 53 kabupaten, terdapat 1 daerah yang tidak memiliki SiLPA selama 3 tahun 2014-2016, yaitu: Kab. Serdang Bedagai. Berikut adalah diagram batang keseluruhan SiLPA di 70 kabupaten: 24 Grafik 2.17 Rata-Rata Rasio SiLPA terhadap Belanja Daerah di 53 Kabupaten Selama Tahun 2014-2016 Kab. Serdang Bedagai Kab. Polewali Mandar Kab. Lombok Tengah Kab. Gorontalo Kab. Pidie Jaya Kab. OKI Kab. Luwu Utara Kab. Pekalongan Kab. Lombok Barat Kab. Maros Kab. Batubara Kab. Bima Kab. Lombok Timur Kab. Bone Kab. Dompu Kab. Garut Kab. Kulon Progo Kab. Mamuju Kab. Semarang Kab. Pontianak Mempawah Kab. Sinjai Kab. Kebumen Kab. Boyolali Kab. Jembrana Kab. Tasikmalaya Kab. Malang Kab. Halmahera Tengah Kab. Sukabumi Kab. Gunung Kidul Kab. Cilacap Kab. Sleman Kab. Subang Kab. Banyuasin Kab. Kendal Kab. Wonogiri Kab. Ciamis Kab. Blitar Kab. Sumedang Kab. Bantul Kab. Buleleng Kab. Bojonegoro Kab. Timor Tengah Selatan Kab. Aceh Besar Kab. Banyuwangi Kab. Jepara Kab. Sidoarjo Kab. Bandung Kab. Banyumas Kab. Badung Kab. Kupang Kab. Bengkalis Kab. Kutai Kertanegara Kab. Indragiri Hulu 0,0 0,2 0,5 1,0 1,0 1,3 1,3 1,6 1,8 2,0 2,0 2,2 2,3 2,4 2,9 2,9 3,2 3,3 3,4 3,5 3,7 3,7 3,8 4,4 4,5 4,5 4,6 4,7 5,0 5,2 5,4 5,5 5,6 5,8 5,9 6,0 6,0 6,1 6,3 6,7 6,9 7,6 8,0 8,1 8,1 8,2 9,7 9,8 11,4 12,0 14,1 19,3 23,1 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 Sumber: APBD KabKota 2016 diolah FITRA Berdasarkan data kota, berikut lima daerah dengan Rasio SiLPA terhadap Belanja Daerah tertinggi; Kota Semarang 16,3, Kota Samarinda 15,7, Kota Sabang 12, Kota 25 Surabaya 12, dan 10,5, Sedangkan, Kota Pare-pare 1,7, Kota Palu 1,5, Kota Ambon 1,5, Kota Palembang 1,3, dan Kota Banda Aceh 0,4 adalah lima kota dengan Rasio SiLPA terhadap Belanja Daerah terendah. Berikut adalah diagram batang keseluruhan SiLPA di 17 kota: Grafik 2.18 Rasio SiLPA terhadap Belanja Daerah di 17 Kota Tahun 2014-2016 18,0 16,0 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 16,3 15,7 12,0 12,0 10,5 7,4 7,3 4,1 3,8 2,8 2,4 2,3 1,7 1,5 1,5 1,3 0,4 Sumber: APBD KabKota 2016 diolah FITRA

2.9. Kemampuan Pembayaran Pokok Hutang dan Bunga Daerah