Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tari etnis tersebut. Berdasarkan hal tersebut, perlu diadakannya upaya untuk memberikan perubahan yang lebih baik dalam pembelajaran tari di sana.
Di dalam proses pembelajaran di pertemuan pertama ini, mahasiswa masih perlu arahan dan bimbingan dalam memahami teks dan konteks sedikit demi
sedikit. Aplikasi melalui
treatment
memberikan pemahaman teks dan konteks
ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Pada pertemuan pertama ini terlihat bahwa ada sebagian mahasiswa yang dapat mudah menyerap dengan apa
yang di sampaikan pengajardosen, tetapi masih ada pula yang belum dapat menyerapnya. Hal ini karena kebiasaan melakukan gerakan dengan asal-
asalan. Padahal melakukan gerakan yang bagus dengan lemah gemulai, belum tentu gerakan itu benar sesuai teks dan konteks tarian tersebut.
Hal tersebut masih banyak dijumpai pada pertemuan pertama, dan pengajardosen berupaya untuk memperbaikinya pada proses tahapan
kegiatan eksplorasi, dimana mahasiswa melakukan eksplorasi diawasi dan diberikan pengarahan, serta bimbingan mengenai gerak khas yang mereka
ekplorasi.
b. Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua ini terdiri dari dua tahapan, dimana mahasiswa akan lebih mengeksplorasi potensi mereka dalam kegiatan kreasi dan
mengekspresikannya perkelompok. Mahasiswa dikelompokan kembali menjadi lima 5 kelompok, diminta menentukan salah satu tokoh topeng yang terdapat
dalam upacara
Manuping
di Desa Banyiur Luar. Pengelompokan ini dikarenakan tidak semua mahasiswa dapat hadir dengan berbagai alasan pribadi. Disini mereka
diajak untuk membuat komposisi yang sederhana sesuai kreativitas mereka, namun tetap selalu diingatkan oleh pengajar, bahwa mereka harus tetap berpijak
pada gerak khas yang pakem dan memiliki esensi tersendiri dengan makna dan nilai yang terkandung dalam gerak tersebut. Hal ini berkenaan dengan penanaman
jati diri dan agar mahasiswa tidak lepas dari “rel” yang merupakan identitas
urang
Banjar yang harus mereka pegang teguh. Pada kegiatan kreasi kali ini, peneliti menyediakan properti topeng untuk
media mahasiswa berkreativitas, dan agar mahasiswa dapat pengalaman belajar dengan media realis. Selain itu mereka juga dipersilahkan untuk menggunakan
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
properti tambahan yang mereka inginkan untuk menunjang kreativitas mereka, dan beberapa dari mereka menggunakan selendang sebagai properti tambahan.
Tabel 5.2 Langkah-langkah Pembelajaran berdasarkan Tahapan Kegiatan pada Pertemuan Kedua
Tahapan Kegiatan
Peran Pengajar Respon Mahasiswa
Alokasi Waktu
1. Kreasi a.
Membuka pertemuan dan mengajak berdo‟a
bersama demi kelancaran
pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Memberikan
pengarahan tentang tugas pada pertemuan
kedua
c. Mempersilahkan
mahasiswa untuk melaksanakan tugas
kreasi bersama kelompok mereka
masing-masing dan menentukan satu tema
tokoh yang akan mereka ekspresikan dengan
kontrol dan bimbingan a. B
erdo‟a bersama dengan khusuk demi
kelancaran proses pembelajaran
c. Menyimak dengan
seksama untuk memahami tujuan
pembelajaran yang disampaikan pengajar
c. Berkumpul dengan kelompok mereka
untuk mendiskusikan tema tokoh yang akan
mereka ekspresikan dan membuat
koreograsi dengan kreativitas mereka
dengan kontrol dan bimbingan dari
pengajar 2 menit
10 menit 30 menit
2. Ekspresi di kelas
sebagai evaluasi
dan umpan balik
a. Menentukan urutan tampil
d. Meminta setiap kelompok
untuk mengekspresikan hasil kretivitas mereka di
kelas
e. Mengajak diskusi:
tentang penampilan mereka pada
pertemuan kedua ini Menentukan yang
ingin berpartisipasi menari dalam upacara
Manuping Membicarakan
a. Menyimak dan
menyiapkan kelompoknya
b. Mengekspresikan hasil
kreativitas kelompok mereka di kelas sesuai
dengan arahan dari pengajar
c. Berdiskusi dengan
antusias, dan menyimak seksama
3 menit 30 menit
20 enit
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu sistematika pertemuan
berikutnya di Desa Banyiur Luar untuk
berpartisipasi dan berapresiasi
dan berdo‟a untuk mengakhiri
pertemuan kedua.
1 Kreasi
Pada kegiatan kreasi ini, mahasiswa diajak untuk berkreativitas bersama kelompok mereka. Ada 5 lima kelompok yang memilih salah satu tema
tokoh topeng yang terdapat dalam upacara
Manuping
di Desa Banyiur Luar dan mengekspresikan hasil karya mereka di kelas. Mahasiswa disediakan
media topeng untuk mereka berkreasi dan untuk memperkenalkan mereka dengan properti realis. Topeng yang disediakan peneliti memang tidak seperti
aslinya yang terbuat dari kayu, topeng yang disediakan sebagai media belajar mereka terbuat dari bubur kertas yang dicetak menjadi topeng. Namun bentuk
menyerupai aslinya, bahkan untuk pemula topeng ini cukup aman, karena lebih ringan. Peneliti juga belum bisa menyediakan topeng dengan semua
karakter tokoh topeng yang terdapat dalam upacara
Manuping
tersebut. Peneliti hanya menyediakan Topeng Panji. Hal ini tidak menjadi masalah
yang signifikan, karena mahasiswa telah memilih tokoh topeng yang mereka kehendaki, dan sudah tertanam dalam benak.
Pada tahap ini setiap kelompok dipersilahkan untuk menuangkan imajinasi dan kreativitas mereka. Proses yang dilakukan mahasiswa pada tahap ini
masih dalam kontrol dan bimbingan peneliti. Mereka bebas berdiskusi untuk bertukar pikiran dengan anggota kelompoknya dan kepada peneliti.
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Foto 5.13 Proses kreasi: diskusi antar anggota dan peneliti
Dok: Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2014
2 Ekspresi di Kelas
Pada Prodi Pendidikan Sendratasik ini tidak memiliki jurusan atau konsentrasi cabang seni, sehingga semua mahasiswa mempelajari semua mata
kuliah pendidikan seni pertunjukan yang disediakan oleh pihak prodi, yakni seni drama, seni tari ,dan seni musik. Oleh karena itu pula tidak semua
mahasiswa mampu menari atau memiliki minimal dasar tari. Mereka mempunyai minat dan bakat seni yang beragam. Hal ini juga menjadi
pertimbangan peneliti, sehingga mengambil keputusan untuk membebaskan mahasiswa untuk berkreasi dengan potensi dan kreativitas mereka sendiri. Di
dalam implementasi pembelajaran ini pun, peneliti mempersilahkan mahasiswa unutk memilih karakter tokoh topeng sesuai dengan kemampuan
mereka. Ekspresi di kelas ini merupakan salah satu evaluasi dan umpan balik dari implementasi pembelajaran Etnokoreologi melalui tari Topeng Banjar
Kalimantan Selatan di Perguruan Tinggi Pendidikan Seni ini. Ini merupakan evaluasi dan umpan balik awal dari mahasiswa Prodi Pendidikan Sendratasik.
Di sini akan dilihat pemahaman mereka di awal untuk pembelajaran ini. Pada kelompok I memilih tema topeng Pantul yang berkarakter jenaka.
Tari Topeng dengan tokoh Pantul biasanya selalu tampil bersama Tambam, yang merupakan seorang ksatria yang sedang bersuka cita dan bercanda
gurau, maka dari itulah gerak-gerak yang digunakan bersifat jenaka.
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kelompok ini terdiri dari 6 enam mahasiswa laki-laki. Pada dasarnya mereka semua tidak memiliki
basic
tari sama sekali. Pilihan ini tepat untuk mereka yang tidak memiliki bakat di bidang tari, namun mereka memiliki
kemauan dan semangat untuk belajar. Di dalam upaya pembelajaran ini, tidak menuntut mahasiswa untuk menari
dengan bagus seperti penari profesional. Namun yang ditekankan adalah penanaman karakter menuju yang lebih baik dengan pengalaman belajar yang
berkesan, sehingga mereka dapat memahami tujuan dari pembelajaran ini.
Foto 5.14 Ekpresi kelompok I menjadi tokoh Topeng Pantul dan Tambam
Dok: Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2014
Upaya mereka untuk mengekpresikan tokoh Topeng Pantul dan Topeng
Tambam sangat nampak. Walaupun mereka tidak bisa menari dengan teknik yang benar, tetapi mereka berusaha bergerak dengan hati mereka. Ekspresi
kegembiraan nampak saat mereka menari bersama, dan mereka bisa
enjoy
dengan apa yang mereka lakukan. Hal itu dapat dilihat dari gelak tawa teman- teman yang menonton penampilan mereka. Itu artinya mereka berhasil
membawakan tokoh topeng yang mereka pilih dan mereka ekspresikan. Pada kelompok II juga sama kasusnya dengan kelompok I, dimana mereka
nampaknya bukan penari atau yang memiliki keahlian di bidang tari. Namun mereka berusaha bergerak dengan semampu mereka. Kelompok ini terdiri
dari mahasiswa perempuan semua, dengan anggota 7 tujuh orang. Mereka
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
memilih tokoh Topeng 7 Bidadari untuk mereka eksplorasi dan komposisikan dengan kreativitas mereka sendiri.
Foto 5.15 Ekspresi kelompok II menjadi tokoh Topeng 7 Bidadari
Dok: Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2014
Meski mereka bukan penari atau yang berminat di bidang tari, tetapi mereka berusaha menyampaikan pesan mengenai karakter para bidadari yang
cantik dan lembut. Kesulitan dalam bergerak itu sudah pasti mereka alami, tetapi itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk berkreasi dan
bekerjasama dengan kelompoknya. Sedikit berbeda dengan kelompok sebelumnya, kelompok III dapat dilihat
ada beberapa mahasiswa yang pandai menari. Dia berusaha mengarahkan teman lain yang kurang mahir dalam bidang seni. Meskipun kelompok ini
terdiri dari 5 perempuan dan 2 laki-laki, tetapi mereka cukup mampu mengekspresikan tokoh Topeng 7 Bidadari, dan mereka cukup kompak, serta
cukup rapi pula.
Foto 5.16 Ekspresi kelompok III menjadi tokoh Topeng 7 Bidadari
Dok: Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2014
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kelompok IV bisa dibilang lebih mencolok dari kelompok lain. Anggota kelompok ini sangat kompak, gerakan yang mereka lakukan cukup baik dan
benar, serta kreatif. Bagusnya kelompok ini, tidak hanya satu atau dua orang yang menonjol karena keahliannya di bidang tari. Disini mereka berusaha
bekerja sama, itu terlihat dari cara mereka yang cenderung mengimbangi temannya yang kurang dalam bakat tari, dan yang kurang menonjol di bidang
tari itu pun berusaha mengimbangi temannya yang menonjol. Kerja sama dan kekompakan mereka patut diteladani. Upaya untuk menampilkan hasil karya
yang baik dan benar dengan waktu singkat itu patut untuk diapresiasi. Kelompok ini beranggotakan 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan.
Awalnya mereka ingin memilih karekter tokoh Topeng 7 Bidadari, tetapi mahasiswa laki-laki ingin memilih tokoh Topeng Tumenggung. Akhirnya
mereka tidak memilih tokoh keduanya, tetapi mengambil karakter topeng pria gagahan untuk penari laki-laki dan kereakter tokoh wanita halus untuk penari
perempuan. Mereka pun berkreasi menjadikan satu karya tari yang indah.
Foto 5.17 Ekspresi kelompok IV dengan membawakan tokoh Topeng halus penari wanita dan
tokoh Topeng gagahan penari pria Dok: Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2014
Terakhir adalah kelompok V yang terdiri dari 4 empat mahasiswa dengan 1 satu orang laki-laki dan 3 tiga orang perempuan. Anggota
kelompok mereka lebih sedikit dari yang lain, karena mereka datang terlambat. Saat semua sudah mendapat kelompok, mereka baru datang,
sehingga mereka hanya berempat. Kelompok ini memilih karakter tokoh Topeng 7 Bidadari. Meskipun ada satu orang laki-laki di kelompok mereka,
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tetapi mahasiswa itu berusaha mengikuti teman-temannya yang lain dan berupaya untuk mengeksperesikan karakter bidadari. Pada kelompok ini ada
satu orang mahasiswa perempuan yang menonjol, karena dia penari, dan nampak dia lebih mendominasi dalam karya tersebut, sehingga mereka
terlihat kurang kompak.
Foto 5.18 Ekspresi kelompok V dengan membawakan tokoh Topeng 7 Bidadari
Dok: Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2014
Setelah semua kelompok telah mengekspresikan hasil karya mereka secara kelompok. Peneliti mengajak mendiskusikan tentang penampilan mereka,
saling mengevaluasi antar kelompok, baik dari segi kelebihan maupun kekurangan dari setiap kelompok. Hal ini dilakukan agar mereka dapat
menganalisis dan berpikir kritis terhadap pembelajaran. Terciptanya diskusi yang aktif di kelas ini menunjukan bahwa mereka memahami apa yang telah
disampaikan oleh pengajar. Kemudian membahas mengenai pertemuan ketiga yang akan dilaksanakan
di Desa Banyiur Luar, Banjarmasin. Tempat dipergelarkannya tari Topeng Banjar dalam upacara
Manuping
. Di sana nantinya akan dilaksanakan kegiatan apresiasi dan ekspresi langsung. Di dalam menentukan siapa yang
ikut berpartisipasi untuk menari, berkenaan dengan kegiatan ekspresi, pengajar mengajak siapa yang bersedia. Hal ini dilakukan, karena tidak ingin
adanya keterpaksaan dari mahasiswa, dan melatih mereka untuk bisa bertanggung jawab dengan pilihan mereka. Dari hasil ajakan itu, didapatlah 7
tujuh mahasiswa perempuan untuk menari Topeng 7 Bidadari dan 3
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
mahasiswa laki-laki yang akan menarikan tari Topeng Tumenggung yang karakter pria gagahan. Adapun mahasiswa lainnya akan diajak berapresiasi
langsung mengikuti jalannya prosesi upacara
Manuping
. Sebelumnya peneliti yang juga berperan sebagai pengajar, sudah
berkoordinasi dengan keluarga keturunan
panupingan
mengenai keinginan untuk mengajak beberapa mahasiswa Prodi Pendidikan Sendratasik
berpatisipasi menari dalam upacara
Manuping
. Kebetulan para penari yang biasa menarikan tari Topeng 7 Bidadari ini, sudah tidak bisa menari lagi,
karena berbagai alasan pribadi yang mengharuskan mereka untuk vakum sementara menari. Oleh karena itu, peneliti mengajukan para mahasiswa
Pendidikan Sendratasik untuk menarikan tari Topeng 7 Bidadari tersebut, dan dengan antusias mereka memberikan izin. Adapun untuk mahasiswa laki-laki
yang ingin menari juga, dipilihkan tokoh dengan karakter Topeng Tumenggung yang gagah, agar ada pembanding yang signifikan antara tari
Topeng dengan karakter halus untuk tari mahasiswa perempuan dengan karakter gagahan untuk mahasiswa laki-laki.
Ada perbedaan untuk kedatangan mahasiswa yang berpartisipasi untuk menari dan yang ingin berapresiasi ke tempat pelaksanaan. Mahasiswa yang
bersedia untuk menari harus datang lebih awal, yakni sebelum Maghrib, karena mereka harus mempersiapakan diri untuk menari. Jadi mereka shalat
Maghrib di rumah warga di sana, setelah Maghrib mereka langsung bersiap- siap. Adapun mahasiswa yang ingin berapresiasi bisa datang setelah Maghrib,
karena upacaranya dimulai setelah Isya. Setelah mendiskusikan semuanya, pertemuan diakhiri dengan membaca
do‟a bersama-sama agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat bermanfaat bagi semua. Mahasiswa yang bersedia menari, tetap di Taman Budaya KalSel
untuk membuat tarian yang akan ditampilan pada upacara
Manuping
tanggal 16 November 2014.
3 Refleksi pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua ini, mahasiswa diajak untuk berkreasi perkelompok sesuai tokoh topeng yang telah mereka pilih. Proses pengkreasian disini
masih diberikan arahan, bahwa tidak keluar dari esensi gerak khas yang
Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2015 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ETNOKOREOLOGI MELALUI TARI TOPENG BANJAR
KALIMANTAN SELATAN DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN SENI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
terdapat pada tari Topeng Banjar. Selama proses tersebut masih ada saja yang melakukan gerakan dengan asal-asalan, namun tidak sebanyak pada
pertemuan pertama yang mereka belum mengetahui pentingnya pemahaman teks dan konteks tarian. Terlihat adanya
progress
yang lebih baik dalam memahami materi yang diberikan kepada mereka.
Pada tahap ekspresi, dimana mereka dipersilahkan untuk menampilkan hasil karya, para mahasiswa terlihat sangat antusias. Hal ini disebabkan tidak
adanya paksaan kepada mereka dalam mengeksplorasi potensi yang mereka miliki sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Suasana ini
memberikan energi positif di dalam kelas, sehingga pada saat diskusi mengenai penampilan perkelompok ini, mahasiswa dapat memberikan
pendapat dan masukan yang dapat memotivasi mereka satu sama lain untuk menjadi lebih baik.
c. Pertemuan ketiga