F F
F F
7 7
7 7
A. Latar Belakang.
a. Dasar Hukum Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan pada Pasal
34 ayat 1 Pemerintah sesuai kewenangannya menetapkan tarif tenaga listrik untuk konsumen dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, ayat 2 Pemerintah daerah sesuai kewenangannya menetapkan tarif tenaga listrik untuk konsumen dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat
daerah berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah, ayat 3 Dalam hal pemerintah daerah tidak dapat menetapkan tarif tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat 2, Pemerintah menetapkan tarif tenaga listrik untuk daerah tersebut dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, ayat 4 Tarif tenaga listrik untuk konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 ditetapkan dengan memperhatikan
keseimbangan kepentingan nasional, daerah, konsumen, dan pelaku usaha penyediaan tenaga listrik, dan ayat 5 Tarif tenaga listrik untuk konsumen
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dapat ditetapkan secara berbeda di setiap daerah dalam suatu wilayah usaha;
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Pemanfaatan dan Penyediaan
Tenaga Listrik pada Pasal 32 disebutkan bahwa harga jual tenaga listrik untuk konsumen diatur dan ditetapkan dengan memperhatikan diantaranya
kepentingan dan kemampuan masyarakat, kaidah-kaidah industri dan niaga yang sehat serta efisiensi pengusahaan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 111PMK.022007 tentang Tatacara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran dan Pertanggungjawaban
Subsidi Listrik, pada Pasal 5 disebutkan bahwa Biaya Pokok Penyediaan BPP tenaga listrik dihitung berdasarkan formula yang ditetapkan oleh Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral cq. Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi. b. Gambaran Umum
Setiap kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik harus mengacu pada Undang- undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, dimana Undang-undang
tersebut mengamanatkan bahwa usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang
penyelenggaraannya dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, Badan Usaha Swasta, Koperasi dan Swadaya Masyarakat yang berusaha
di bidang penyediaan tenaga listrik. Namun, Badan Usaha Milik Negara diberi prioritas pertama melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan
umum yang merupakan perwujudan penguasaan negara terhadap penyediaan tenaga listrik.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat, maka tenaga listrik sudah merupakan kebutuhan masyarakat dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Untuk itu, usaha penyediaan tenaga listrik harus mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan tenaga listrik dari konsumen
Dalam menetapkan tarif tenaga listrik, Pemerintah mempertimbangkan keadilan, kemampuan daya beli masyarakat, biaya produksi dan efisiensi pengusahaan,
skala pengusahaan dan interkoneksi sistem yang dipakai. Dalam kaitan ini, Pemerintah melakukan evaluasi terhadap BPP Biaya Pokok Penyediaan Tenaga
Listrik yang diusulkan oleh PLN, dengan berprinsip pada allowable cost, yang terdiri dari pembelian tenaga listrik termasuk sewa pembangkit, biaya bahan bakar,
biaya pemeliharaan material dan jasa borongan, biaya kepegawaian, biaya administrasi, penyusutan atas aktiva tetap operasional danatau beban bunga dan
keuangan yang digunakan untuk penyediaan tenaga listrik dan memaksimalkan efisiensi. Optimalisasi bahan bakar dan diversifikasi energi sangat berperan dalam
efisiensi BPP. Pada dasarnya Tarif Dasar Listrik terdiri dari tarif listrik reguler dan tarif listrik
prabayar. Tarif listrik reguler merupakan tarif listrik yang dibayarkan setelah pemakaian tenaga listrik oleh konsumen, sedangkan tarif listrik prabayar
merupakan tarif listrik yang dibayarkan sebelum pemakaian tenaga listrik oleh konsumen.
Pada tahun 2009, Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik nasional sebesar Rp. 1.009kWh, sementara Tarif Dasar Listrik rata-rata hanya sebesar Rp. 662. Untuk
itu Pemerintah memberikan subsidi terhadap selisihnya sebesar Rp.53,7198 triliun. Bila ditinjau per pelanggan, diperkirakan subsidi mencapai Rp. 1.347.045 per
pelanggan. Roadmap Subsidi Listrik setidaknya memfokuskan pada tiga hal mendasar,
diantaranya pemerintah secara bertahap akan mengurangi beban APBN untuk subsidi listrik ke depan, subsidi listrik diberikan kepada konsumen tidak mampu
melalui pola penerapan tarif yang memberikan sinyal untuk berhemat serta pelanggan yang mampu tidak mendapat subsidi, dengan penerapan tarif
keekonomian secara bertahap. Volume yang diharapkan dapat dicapai untuk kegiatan Sosialisasi Tarif Dasar Listrik TDL Dan Subsidi Listrik, yaitu 4 kali
pelaksanaan.
B. Penerima Manfaat