Perancangan Media Informasi Mengenal Budaya Membatik Pada Anak Sejak Dini

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGENAL BUDAYA MEMBATIK PADA ANAK SEJAK DINI

DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2013-2014

Oleh :

Adhei Dhata Octa Jaya Maskuta 51909180

Program Studi DesainKomunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR SURAT HAK EKSLUSIF ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Fokus Permasalahan ... 3

I.4 Tujuan Perancangan ... 3

BAB II : MENGENAL BUDAYA MEMBATIK PADA ANAK SEJAK DINI 4 II.1 Batik………... 4

II.1.1 Pengertian dan Sejarah Batik ... 4

II.1.2 Teknik Pembuatan Batik ... 6

II.1.3 Dalam Membuat Batik Diperlukan Alat-Alat, Diantaranya ... 6

II.1.4 Adapun Langkah-Langkah Dalam Membuat Batik ... 9

II.2.2 Buku ... 11

II.2.3 Pop up ... 11

II.2.3.1 Kelebihan Pop Up ... 13

II.2.3.2 Kekurangan Pop Up ... 14

II.2.3.3 Manfaat Buku Pop Up ... 14

II.2.4 Psikologi Komunikasi Anak ... 15

II.2.5 Analisis Masalah ... 16

II.2.6 Khalayak Sasaran ... 17

BAB III : STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 21

III.1 Strategi Perancangan ... 21


(3)

viii   

III.1.2 Strategi Kreatif ... 21

III.1.3 Strategi Media ... 22

III.1.3 Strategi Distribusi ... 23

III.2 Konsep Visual ... 24

III.2.1 Format Desain ... 24

III.2.2 Layout ... 24

III.2.3 Tipografi ... 25

III.2.4 Warna ... 25

BAB IV: Media Utama ... 29

IV.1 Media Utama ... 29

IV.2 Media pendukung ... 31

IV.3 Media Kreatif ... 34 DAFTAR PUSTAKA


(4)

Daftar Pustaka

Buku :

Asti, Musman & Arini B,Ambar. (2011). Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta: ANDI.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. (1997). Batik Nan Cantik : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Hastuti. 2012. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Tugu Publisher.

Hamidin, Aep S. (2010). Batik : Warisan Budaya Asli Indonesia. Yogyakarta : PPustaka Narasi.  

Hawadi, Reni Akbar. 2004. Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal sifat dan kemampuan anak. Jakarta: Grasindo.

Jackson, Paul. 1996. The Pop-Up Book. New York: Anness Publishing Limited.

Ranadhan, Iwet. (2013). Cerita Batik. Jakarta : Lentera Merah.

Setiawati, Puspita . (2004). Kupas Tuntas Teknik Proses Membatik. Jogja : Absolut Jogja.

Tinarbuko, Sumbo. (2009). Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta : Jalasutra.

Yusuf,Zaenal . (2010). Batik. Jakarta : TIM SANGGAR BATIK BARCODE.

Internet :

Aurino.(2007). Sejarah batik Indonesia. Diakses pada 11 Januari 2010 dari w.w.w. : http://batikindonesia.info/2005/04/18/sejarah-batik-indonesia/


(5)

   

Bandung. 2013. Sekilas Tentang Pop up, Lift the Flaf dan Movable Book http://dgi-indonesia.com/sekilas-tentang-pop-up-lift-the-flap-dan-movable-book/. Diakses pada tanggal 28 Desember 2013 pukul 19:30 wib.

Skripsi / Tugas Akhir :

Adhitama, Yoppi. (2004). Cerita anak Pop up book tokoh pewayangan . Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Wijaya, Teguh. (2012). Perancangan Media Informasi Merak Ngibing Sebagai Ciri Khas Motif Batik Garut dan Tasikmalaya. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.

Zari Pristyarini, Rihana. (2012). Perancangan Buku Pop-Up Buah -Buahan Tropika Untuk Anak-Anak Usia 6-7 Tahun. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Personal Details

Full Name : Adhei Dhata Octa Jaya Maskuta Sex : Male

Place, Date of Birth : Batu Raja, 13 Oktober 1990 Nationality : Indonesia

Marital Status : Single

Height, Weight : 184cm, 83 kg Health : Perfect Religion : Moslem

Addrress : Jl. Sriwijaya XI no 22 Kec. Setiamanah Kel. Cimahi Tengah Kota. Cimahi Mobile : 08561411996

E-mail : adhei_dojm@yahoo.com

Educational Background

1995-1997 : TK Kartika 1

1997-2003 : SD Muhammaddiyah 2, Denpasar 2003-2006 : SMPN 121, Jakarta Utara

2006-2009 : SMAN 2, Cimahi

2009-2014 : Universitas Komputer Indonesia

Course & Seminar

SMP : - Sekretaris OSIS - Basket


(7)

- Paskibra SMA :

- Basket - Futsal

PRESENT : - 1001 Senyum UNIKOM

- Road to Success of a Movie Movie maker 2011 UNIKOM - Advertising Real Show 2013 UNPAD

Qualifications

1. Can operate several Operating System (Windows Server 2003, Windows XP, Windows Vista, Windows 7 Professional, Macintosh).

2. Computer Literate (MS Word, MS Excel, Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, Adobe Premiere, Adobe InDesain, Adobe Photoshop Lightroom, Adobe After Effect, Final Cut Pro, Cinema 4D)


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kekhadirat Allahu Rabbi, karena Rahmat dan Hidayah –Nya jualah penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul :

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGENAL BUDAYA MEMBATIK

PADA ANAK SEJAK DINI

Akhirnya penyusun hanya dapat berharap karya tulis berbentuk laporan ini, dapat bermanfaat bagi kemajuan penyusun maupun bagi para pembaca dan pihak yang memerlukan pada umumnya

Penulis sadar bahwa dalam mengerjakan karya tulis ini masih saja ada kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun yang bertujuan dan bermanfaat bagi penulis. Semoga karya tulis ini bisa di manfaatkan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca sekalian. Semoga Allah SWT mencurahkan balasan kepada semua pihak yang telah turut membantu penyusunan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini.

Bandung, November 2013


(9)

1   

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Batik Indonesia merupakan salah satu kebudayaan yang dikagumi oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional. Kebudayaan batik Indonesia telah diangkat sebagai karya agung warisan budaya dunia (World Cultural Heritage) oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009. Sejalan dengan ditetapkannya tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Hari Batik Nasional oleh UNESCO, Namun, pengakuan dari UNESCO ini tidaklah bersifat selamanya. Jika batik sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia ini tidak mampu dirawat dan dilestarikan oleh masyarakat Indonesia sendiri, maka status pengakuan ini akan berakhir. Maka dengan adanya pengakuan dunia ini, maka sudah layaklah batik untuk dijaga, dibudayakan, dilestarikan dan dicintai oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Selain itu sejak adanya pengakuan UNESCO tahun 2009 lalu, sejak itu kain batik semakin populer dan kian marak digunakan masyarakat dari segala lapisan sebagai bahan pakaian resmi maupun busana sehari-hari. Adanya pengakuan itu juga membuat industri batik yang ada di daerah-daerah mendadak kembali bergairah sehingga banyak bermunculan industri batik baru . Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah penjualan Batik diberbagai daerah dibandingkan sebelumnya dan peminat Batik mulai meluas dari orang tua hingga kaum remaja .

Euforia Batik pun menjadi tampak sangat jelas di masyarakat Indonesia. Semua sekolah mewajibkan siswa-siswinya memakai seragam Batik dihari tertentu. Karyawan bank, pegawai negeri, hingga instansi-instansi swasta pun memakai Batik. Peminat batik pun tidak lagi orang-orang tua, namun juga pemuda pemudi kini mulai memakai batik. Hal ini merupakan alasan yang menjadikan fenomena Batik di Indonesia. Sayangnya euforia yang berlebihan ini tidak sejalan dengan minat masyarakat untuk mempelajari pembuatan batik. Masyarakat tidak tahu bagaimana cara membuat batik itu sendiri sehingga minat masyarakat untuk membuat batik tidak sefenomenal membeli atau memakai batik tersebut.


(10)

Kecintaan terhadap kebudayaan Indonesia perlu ditanamkan sejak dini. Mesti adanya sarana dan prasarana yang menunjang agar hal itu dapat terwujud dengan baik. Pemerintah sendiri sudah mengadakan berbagai festival dan berbagai macam promosi acara yang bertujuan untuk meningkatkan pamor batik di kalangan masyarakat umum terutama kalangan anak-anak. Diharapkan setelah mengenal Batik muncul ketertarikan akan dunia batik sehingga anak-anak tidak hanya membeli maupun mengenakan batik, tetapi mengenal serta mengetahui bagaimana tata cara membatik itu sendiri dan dapat menghargai kebudayaannya sendiri.Karna jika bukan kita siapa lagi yang akan menjaga serta meneruskan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka teridentifikasi beberapa masalah yang muncul, yaitu:

1. Pengakuan dari UNESCO tahun 2009 lalu tidak bersifat selamanya, sehingga diperlukan pelestarian dan kecintaan terhadap batik agar keberadaannya tidak punah.

2. Perlunya pengetahuan sejak dini tentang mengenal kekayaan budaya kepada anak-anak.

3. Tingkat ketertarikan pembelajar yang masih rendah membuat sulit untuk kesenian/kebudayaan tersebut.

1.3 Fokus Permasalahan

Berdasarkan paparan indentifikasi masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut yaitu :

“ Bagaimana menciptakan media yang dapat mengenalkan budaya membatik pada anak sejak dini”

1.4 Tujuan Perancangan


(11)

3   

1. Dapat mengangkat serta memperkenalkan Batik kepada anak-anak. 2. Memancing rasa tertarik mempelajari seni membatik.

3. Menjadi bahan referensi bagi kalangan pemerhati dan peminat batik. 4. Memberikan alternatif hiburan sekaligus pengetahuan.


(12)

Bab II Perancangan Media Informasi Mengenal Budaya Membatik Pada

Anak Sejak Dini

2.1 Batik

2.1.1 Pengertian dan Sejarah Batik

Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan

nitik”yang pada tekniknya menggunakan bahan malam yang diaplikasikan diatas

kain dengan menggunakan canting dan malam sebagai perintangnya kemudian memberikan warna dengan cara dicelup (Hamidin,2010). Batik merupakan kerajinan menggambar corak diatas selembar kain yang digunakan sebagai pakaian dan telah menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja di Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan terbatas dalam lingkungan keraton saja hasilnya dipakai oleh raja dan keluarga serta para pengikutnya. Dikarenakan banya pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kerajinan batik dibawa keluar kraton dan dikerjakan dirumah masing-masing .

Disebutkan oleh Yudoseputro (2000,hal 98) bahwa batik berarti gambar yang ditulis pada kain dengan menggunakan malam sebagai media sekaligus penutup kain. Selain itu, seorang ahli seni rupa mengemukakan bahwa seni batik merupakan hasil kebudayaan bangsa Indonesia yang tinggi nilainya. Karena itu sudah selayaknya ditingkatkan dan dikembangkan (Widodo, 1983,hal 1).

Lama kelamaan kerajinan batik ditiru oleh rakyat dan meluas menjadi pekerjaan kaum wanita untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya dipakai oleh keluarga kraton kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari baik oleh wanita maupun pria.

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis


(13)

5   

seperti yang kita kenal sekarang ini. Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.

G.P. Rouffaer berpendapat ( Musman & Arini,2011) bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad 6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua.

Hal tersebut tentu mengejutkan mengingat bahwa bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme walaupun diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik. Sedangkan menurut catatan sejarah, batik di Jawa mulai berkembang pada zaman kerajaan Majapahit.

Wang Dayuan, seorang pedagang dari dinasti Yuan yang pernah melakukan perjalanan ke perairan Asia Tenggara pada awal abad ke-14, telah menulis Daoyi Zhilue (yang dilengkapi pada 1349) bahwa orang-orang di Jawa Timur telah mampu membuat kain dengan kualitas dan warna yang bagus. Sayangnya naskah Wang Dayuan ini tidak menyebutkan secara detail pembuatan kain ini.

Legenda lain tentang batik pun muncul, yakni tertulis dalam literatur Melayu abad ke-17. Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah itu ditafsirkan sebagai batik.

KRT Hardjonagoro, ahli tentang batik menyatakan bahwa batik sebagai seni mulai berkembang pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo


(14)

dari kerajaan Mataram pada awal abad 17. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.

2.1.2 Teknik Pembuatan Batik

Dalam pembuatan sebuah batik terdapat beberapa cara antara lain:

1. Batik Tulis : Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang

terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.

2. Batik Cap : Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari

tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu. 2.1.3 Dalam membuat batik diperlukan alat-alat, diantaranya :

• Canting Tulis

Adalah alat untuk menuliskan cairan malam pada kain dalam pembuatan corak, canting mampu melukiskan ragam hias yang paling rumit sekalipun.Canting terbuat dari tembaga ringan, mudah dilenturkan, tipis namun kuat, dipasangkan pada gagang buluh bambu yang ramping.

Gambar II.1Canting Sumber : http://bjxjzy.com


(15)

7   

• Canting Cap

Alat ini digunakan untuk membuat batik dengan teknik cap, terbuat dari plat tembaga. Pada permukaan bawah dibentuk motif-motif dan diatasnya diberi pegangan.

• Kain

Biasanya bahan yang digunakan adalah bahan mori, kain ini dibuat

dari benang kapas, permukaannya halus dengan tetal (jumlah helai

benang) tenunan yang tinggi.

Ada beberpa jenis mori, yaitu mori yang terhalus adalah primissima atau viollissima, lalu prima, lalu biru dan terakhir blacu tipis. Namun saat ini wol dan sutera bisa dijadikan kain untuk membatik.

• Gawangan

Terdiri dari beberapa kayu ringan yang disusun sehingga berbentuk penyangga, yang berfungsi sebagai penyangga untuk membentangkan kain selama proses membatik.

GambarII.2 Gawangan

Sumber : http://www.wisata batik.com

• Wajan

Adalah wadah yang terbuat dari baja atau tanah liat, bertangkai agar mudah untuk diturunkan, fungsinya untuk mencairkan malam


(16)

• Kompor

Digunakan untuk memanaskan atau mencairkan malam ketika membatik.

• Bangku (Dingklik/jojodog)

Jojodog/dingklik dari kayu digunakan sebagai tempat duduk si

pembatik. Selain itu tikar juga sering digunakan untuk alas duduk.

Gambar II.3 Dingklik

Sumber :

http://bengcumenggugat.files.wordpress.com/2011/02/dingklik.jpg 2.1.4 Adapun langkah-langkah dalam membuat Batik diantaranya adalah :

Ngemplong

Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan,

diawali dengan mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih tinggi.

Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur.

Selanjutnya, dilakukan proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu


(17)

9   

Gambar II. 4 Ngemplong

Sumber : http://tjokrosuharto.com

Nyorek atau memola

Adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan

ngeblat. Pola biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru

dijiplak sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung di atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting. Namun agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna, maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain dibaliknya. Proses ini disebut ganggang.

Gambar II.5 Nyorak/Memola

Sumber : http://tjokrosuharto.com

Nembok

Adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam.


(18)

Bagian tersebut ditutup dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan.

Gambar II.6 Nembok

Sumber : Pribadi

Medel

Adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.

Gambar II.7 medel

Sumber : http://tjokrosuharto.com

Nglorod

Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai

kain batik tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering. Proses membuat batik memang


(19)

11   

cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi.

Gambar II.8 Ngelorod

Sumber : http://tjokrosuharto.com 2.2 Buku

Menurut Aries (2008) yang dikutip Erlangga (2011, h.17), buku merupakan helai kertas terjilid yang dapat berfungsi sebagai bacaan informasi yang dapat dimengerti oleh pembacanya. Berdasarkan definisi tersebut, bacaan informasi yang baik seharusnya memberikan informasi secara lengkap, menyeluruh, dan bermakna. Buku merupakan sarana atau media informasi yang mudah digunakan dan didapat, hal ini dikarnakan banyaknya tempat-tempat yang menjual buku. Buku sebagai media informasi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dan segala sesuatu yang ada dan terjadi baik itu berupa peristiwa,cerita dan apapun yang menghasilkan informasi. Buku memiliki berbagai macam jenis, mulai dari buku yang berisi informasi berupa teks hingga buku yang berisi berupa gambar maupun yang berisi teks dan gambar,yang disesuaikan dengan kebutuhan penyampaian informasi mengenai buku tersebut. 2.3 Pop - up

Pop-up adalah sebuah kartu atau buku yang ketika dibuka bisa

menampilkan bentuk 3 dimensi atau timbul . Kalimat tersebut merupakan penjelasan sederhana yang sering disampaikan pada beberapa orang yang masih


(20)

karya pop-up, tanpa mengetahui sebutannya. Penjelasan tersebut akhirnya

membuat kita berpatokan bahwa dalam membuat karya pop-up harus

menghasilkan bentuk timbul atau 3D. Sebagai perancang, tentunya perlu apabila

kita juga mengetahui bagaimana sejarah hadirnya pop-up.

Penggunaan buku seperti ini bermula dari abad ke-13, pada awalnya

pop-up digunakan untuk mengajarkan anatomi, matematika, membuat perkiraan

astronomi, menciptakan sandi rahasia dan meramalkan nasib. Selama berabad-abad lamanya buku seperti ini hanya digunakan untuk membantu pekerjaan ilmiah,hingga abad ke-18 teknik ini mulai diterapkan pada buku yang dirancang sebagai hiburan terutama ditujukan untuk anak-anak. (Jackson, 1996, h.7)

Teknik pop-up ada bermacam-macam, beberapa diantaranya adalah

V-foldin, Internal Stand, Rotary, Mouth, dan Paralel Slide. Beberapa buku pop-up

mengunakan salah satu jenis, yang lainnya menggunakan lebih dari satu jenis.

Pencipta dan pendesain buku seperti ini dikenal dengan sebutan paper


(21)

13   

Gambar II. 9 Teknik pop up Sumber : Dgi-indonesia.com

2.3.1 Kelebihan Buku Pop-up

Buku pop-up dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik.

Mulai dari tampilan gambar yang terlihat memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya bahkan beberapa ada yang dapat mengeluarkan bunyi. Hal-hal seperti ini membuat ceritanya lebih menyenangkan dan menarik untuk dinikmati.

Jenis cerita yang disampaikan dalam buku pop-up bisa sangat beragam

mulai dari pengetahuan seperti pengenalan hewan, geografis suatu negara,

kebudayaan, sejarah, kegiatan keagamaan, hingga cerita imaginer seperti


(22)

Gambar II. 10 Pop Up

Sumber : http://dwiagni-story.blogspot.com

2.3.2 Kekurangan Buku Pop-up

Selain berbagai keunggulannya, buku pop-up memiliki kelemahan juga.

Kelebihan buku pop-up adalah kelemahannya juga karena memiliki mekanik yang

dapat membuat buku pop-up bergerak, muncul hingga secara lebih berdimensi;

waktu pengerjaannya cenderung lebih lama karena menuntut ketelitian yang

ekstra sehingga membutuhkan waktu yang lama. Hal ini menyebabkan buku

pop-up menjadi lebih mahal dari pada buku cerita anak pada umumnya. Selain dari itu

penggunaan material buku yang lebih berkualitas juga membuat buku seperti ini lebih mahal.


(23)

15   

2.3.3 Manfaat Buku Pop-up

Buku pop-up memiliki berbagai manfaat yang sangat berguna, seperti

mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan dapat mengembangkan kreatifitas anak, merangsang imaginasi anak, menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran bentuk suatu benda (pengenalan benda).

Manfaat lain dari buku pop-up adalah media ini dapat digunakan sebagai

media untuk menanamkan kecintaan terhadap membaca. Dibandingkan dengan

buku cerita anak yang biasa, buku pop-up dapat lebih merangsang dalam

membaca cerita. Dalam menikmati buku pop-up, anak tidak hanya membaca

sebuah cerita, mereka dapat berinteraksi dengan cerita yang disampaikan dalam buku dan ikut aktif sebagai pelaku, baik itu melalui sentuhan dan pengamatan

yang disajikan dalam buku pop-up. Buku pop-up dapat menumbuhkan rasa

penasaran anak terhadap kelanjutan suatu cerita sehingga membuat anak semakin gemar untuk membaca.

2.4 PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI PADA ANAK

Pentingnya pendidikan pada anak sejak usia dini ini juga didukung penelitian-penelitian yang menemukan bahwa sejak lahir seorang anak manusia memiliki kurang lebih 100 (seratus) miliyar sel otak. Sel-sel otak yang ini saling berhubungan dengan sel-sel syaraf. Sel-sel otak ini tidak akan tumbuh dan berkembang dengan pesat tanpa adanya stimulasi dan didayagunakan dan masa yang paling penting dalam perkembangan ini adalah pada usia dini.

Anak usia pra sekolah dan sekolah awal sangat suka menghabiskan waktu dengan buku-buku bergambar. Cerita-cerita lucu sangat populer bagi anak usia ini, seperti halnya buku cerita fantasi tentang pangeran dan putri raja, raksasa dan ular naga. Bagi anak kecil yang suka ikut membaca, cocok diberikan buku yang

berkelepak, tabs, pop-ups, yang dengan bunyi-bunyian,yang bertekstur serta yang

berunsur tanya jawab.

Beberapa pakar mengatakan anak-anak menyukai berbagai macam cerita. Selama itu disajikan dan dikemas secara menarik maka anak-anak akan dengan


(24)

senang hati menikmatinya. Beberapa pakar menyatakan bahwa anak-anak

menyukai warna-warna yang cerah, tokoh karakter yang sederhana “ScottMcLoud

“ dan cerita yang seru.

Kebebasan dalam berkarya dan berimajinasi adalah salah satu kekuatan dalam sebuah desain untuk anak-anak. Anak-anak tidak pernah takut salah, tidak serba kaku dalam urusan bentuk dan warna, serta berani mencoba, inilah yang disebut bahasa anak-anak dan sebuah desain untuk anak-anak seharusnya juga bisa mengikuti gaya bahasa anak-anak.

2.5 Analisis Masalah

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan metode kuantitatif untuk mengetahui responden berasal dari daerah Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah. Responden rata-rata berusia 5-11 tahun. Jumlah pertanyaan dalam survey yang diajukan sebanyak empat pertanyaan yang dianggap dapat memberikan gambaran mengenai informasi Batik serta tata caranya yang diketahui atau tidak oleh responden


(25)

17   

Dari hasil kuantitatif data yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan bahwa responden kota Cimahi khususnya daerah Kelurahan Setiamanah tidak mengetahui tentang batik maupun tata cara membatik. Hal tersebut dikarenakan informasi-informasi yang kurang memadai sehingga banyak responden yang belum mengenal Batik.

2.6 Khalayak Sasaran

Segmentasi dari target yang dituju dalam perancangan media informasi ini terbagi atas dua bagian antaralain target primer (dalam hal ini adalah anak) dan target sekunder yang diduduki oleh orang tua. Pembagian target ini didasari pada siapa sasaran utama dalam perancangan media ini, dan siapa sasaran sekunder yang berpengaruh dalam proses pemilihan dan pembelian.

Target primer

• Faktor Demografis

Usia : 5-11 Tahun

Gender : Laki-Laki dan Perempuan

Ekonomi : Menengah ke atas Pendidikan : TK dan SD

• Faktor Geografis

Kota-kota besar yang ada di seluruh Indonesia khusunya Kota Cimahi

• Faktor Psikografis

- Anak-anak yang mulai mencari informasi sebanyak-banyaknya

guna memenuhi rasa keingintahuan mereka.

- Anak-anak yang senang bermain, memiliki imajinasi dan

kreatifitas yang tinggi. Target Sekunder


(26)

Usia : 25-31 Tahun

Gender : Laki-Laki dan Perempuan

Ekonomi : Menengah ke atas

• Faktor Geografis

Kota-kota besar yang ada di seluruh Indonesia khusunya Kota Cimahi

• Faktor Psikografis

- Orang yang Menerapkan disiplin tinggi.

- Orang yang tergolong aktif dan termasuk kedalam orang-orang


(27)

  i 


(28)

(1)

2.3.3 Manfaat Buku Pop-up

Buku pop-up memiliki berbagai manfaat yang sangat berguna, seperti mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan dapat mengembangkan kreatifitas anak, merangsang imaginasi anak, menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran bentuk suatu benda (pengenalan benda).

Manfaat lain dari buku pop-up adalah media ini dapat digunakan sebagai media untuk menanamkan kecintaan terhadap membaca. Dibandingkan dengan buku cerita anak yang biasa, buku pop-up dapat lebih merangsang dalam membaca cerita. Dalam menikmati buku pop-up, anak tidak hanya membaca sebuah cerita, mereka dapat berinteraksi dengan cerita yang disampaikan dalam buku dan ikut aktif sebagai pelaku, baik itu melalui sentuhan dan pengamatan yang disajikan dalam buku pop-up. Buku pop-up dapat menumbuhkan rasa penasaran anak terhadap kelanjutan suatu cerita sehingga membuat anak semakin gemar untuk membaca.

2.4 PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI PADA ANAK

Pentingnya pendidikan pada anak sejak usia dini ini juga didukung penelitian-penelitian yang menemukan bahwa sejak lahir seorang anak manusia memiliki kurang lebih 100 (seratus) miliyar sel otak. Sel-sel otak yang ini saling berhubungan dengan sel-sel syaraf. Sel-sel otak ini tidak akan tumbuh dan berkembang dengan pesat tanpa adanya stimulasi dan didayagunakan dan masa yang paling penting dalam perkembangan ini adalah pada usia dini.

Anak usia pra sekolah dan sekolah awal sangat suka menghabiskan waktu dengan buku-buku bergambar. Cerita-cerita lucu sangat populer bagi anak usia ini, seperti halnya buku cerita fantasi tentang pangeran dan putri raja, raksasa dan ular naga. Bagi anak kecil yang suka ikut membaca, cocok diberikan buku yang berkelepak, tabs, pop-ups, yang dengan bunyi-bunyian,yang bertekstur serta yang berunsur tanya jawab.


(2)

senang hati menikmatinya. Beberapa pakar menyatakan bahwa anak-anak menyukai warna-warna yang cerah, tokoh karakter yang sederhana “ScottMcLoud “ dan cerita yang seru.

Kebebasan dalam berkarya dan berimajinasi adalah salah satu kekuatan dalam sebuah desain untuk anak-anak. Anak-anak tidak pernah takut salah, tidak serba kaku dalam urusan bentuk dan warna, serta berani mencoba, inilah yang disebut bahasa anak-anak dan sebuah desain untuk anak-anak seharusnya juga bisa mengikuti gaya bahasa anak-anak.

2.5 Analisis Masalah

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan metode kuantitatif untuk mengetahui responden berasal dari daerah Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah. Responden rata-rata berusia 5-11 tahun. Jumlah pertanyaan dalam survey yang diajukan sebanyak empat pertanyaan yang dianggap dapat memberikan gambaran mengenai informasi Batik serta tata caranya yang diketahui atau tidak oleh responden


(3)

Dari hasil kuantitatif data yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan bahwa responden kota Cimahi khususnya daerah Kelurahan Setiamanah tidak mengetahui tentang batik maupun tata cara membatik. Hal tersebut dikarenakan informasi-informasi yang kurang memadai sehingga banyak responden yang belum mengenal Batik.

2.6 Khalayak Sasaran

Segmentasi dari target yang dituju dalam perancangan media informasi ini terbagi atas dua bagian antaralain target primer (dalam hal ini adalah anak) dan target sekunder yang diduduki oleh orang tua. Pembagian target ini didasari pada siapa sasaran utama dalam perancangan media ini, dan siapa sasaran sekunder yang berpengaruh dalam proses pemilihan dan pembelian.

Target primer

• Faktor Demografis Usia : 5-11 Tahun

Gender : Laki-Laki dan Perempuan Ekonomi : Menengah ke atas

Pendidikan : TK dan SD

• Faktor Geografis

Kota-kota besar yang ada di seluruh Indonesia khusunya Kota Cimahi

• Faktor Psikografis

- Anak-anak yang mulai mencari informasi sebanyak-banyaknya guna memenuhi rasa keingintahuan mereka.

- Anak-anak yang senang bermain, memiliki imajinasi dan kreatifitas yang tinggi.


(4)

Usia : 25-31 Tahun

Gender : Laki-Laki dan Perempuan Ekonomi : Menengah ke atas

• Faktor Geografis

Kota-kota besar yang ada di seluruh Indonesia khusunya Kota Cimahi

• Faktor Psikografis

- Orang yang Menerapkan disiplin tinggi.

- Orang yang tergolong aktif dan termasuk kedalam orang-orang beraktivitas tinggi serta berpikir.


(5)

(6)