BAHASA PENGANTAR JALUR, JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN

2 Orang tua dari anak usia wajib belajar berkewajiban memberikan pendidikan dasar 9 sembilan tahun kepada anaknya. Bagian Keenam Hak Dan Kewajiban Warga Pasal 13 1 Setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 2 Setiap warga yang berada di daerah terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. 3 Setiap warga yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. 4 Setiap warga yang memiliki keistimewaan kecerdasan atau bakat berhak memperoleh pendidikan khusus. 5 Setiap warga berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. 6 Setiap warga yang berusia 7 tujuh sampai 15 lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar 9 sembilan tahun.

BAB V BAHASA PENGANTAR

Pasal 14 1 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam penyelenggaraan pendidikan. 2 Bahasa Daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan atau ketrampilan tertentu. 3 Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik.

BAB VI JALUR, JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN

Bagian Pertama Jalur Pendidikan Pasal 15 1 Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. 2 Jalur pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan atau melalui jarak jauh. Pasal 16 1 Pendidikan non formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 1 diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. 9 2 Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, kelompok bermain, taman penitipan anak, taman pendidikan qur’an, pendidikan keaksaraan, pendidikan diniyah, pendidikan kesetaraan, pendidikan ketrampilan dan pengarusutamaan gender pemberdayaan pendidikan wanita, pendidikan kepemudaan dan pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. 3 Satuan pendidikan non formal terdiri atas kelompok belajar, lembaga kursus, lembaga pelatihan, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM, majelis taklim, pondok pesantren dan satuan pendidikan yang sejenis. 4 Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil program hasil pendidikan setelah melalui proses penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah kabupaten dengan mengacu pada Standar Pendidikan Nasional. Pasal 17 1 Kegiatan pendidikan informal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 1 dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. 2 Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diakui sama dengan pendidikan formal dan pendidikan non formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Bagian Kedua Jenjang Pendidikan Pasal 18 Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pasal 19 1 Pendidikan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. 2 Pendidikan dasar berbentuk Sekolah dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah MTs, atau bentuk lain yang sederajat. 3 Khusus untuk pendidikan dasar keagamaan diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan Pasal 20 1 Pendidikan menengah sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 merupakan lanjutan pendidikan dasar. 2 Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. 3 Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas SMA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK, Madrasah Aliyah MA, Madrasah Aliyah Kejuruan MAK atau bentuk lain yang sederajat. 4 Khusus untuk pendidikan menengah keagamaan diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 10 Pasal 21 Khusus untuk pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan Bagian Ketiga Jenis Pendidikan Pasal 22 Jenis pendidikan terdiri atas pendidikan umum, kejuruan, khusus dan keagamaan Bagian Keempat Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 23 1 Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. 2 Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan atau informal. 3 Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak TK, Raudatul Athfal RA, atau berbentuk lain yang sederajat. 4 Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk Kelompok Bermain KB, Taman Penitipan Anak TPA atau bentuk lain yang sederajat. 5 Pendidikan anak usia dini pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Bagian Kelima Pendidikan Keagamaan Pasal 24 1 Pendidikan Keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2 Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli ilmu agama. 3 Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan in formal. 4 Pendidikan keagamaan berbentuk pesantren, Taman Pendidikan Al – Qur’an TPQ pendidikan diniyah, Majelis Ta’lim, pasraman, pabhaja samanera, sekolah minggu dan bentuk lain yang sejenis. Bagian Keenam Pendidikan Khusus Dan Pendidikan Layanan Khusus Pasal 25 1 Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional mental,sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 11 2 Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil dan atau mengalami bencana alam, bencana sosial serta tidak mampu dari segi ekonomi. 3 Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bagian Ketujuh Pendidikan Kepemudaan, Keolahragaan dan Kebudayaan Pasal 26 1 Pendidikan kepemudaan diselenggarakan dalam lingkup satuan pendidikan. 2 Pendidikan kepemudaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diselenggarakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan generasi muda. 3 Setiap satuan pendidikan wajib menyelenggarakan kegiatan organisasi kesiswaan. 4 Organisasi kesiswaan yang dimaksud pada ayat 3 adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah OSIS dan Pramuka. Pasal 27 1 Pendidikan keolahragaan diselenggarakan dalam rangka pembibitan, pembinaan dan pengembangan sebagai upaya peningkatan prestasi olahraga pelajar melalui kegiatan intra kurikuler maupun ekstra kurikuler. 2 Pendidikan keolahragaan dilaksanakan dalam upaya untuk membina dan meningkatkan prestasi olahraga pelajar, klub olahraga pelajar dan menyelenggarakan kompetisi olahraga secara berjenjang dan berkelanjutan. 3 Pembinaan dan pengembangan pendidikan keolahragaan dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan. Pasal 28 1 Pendidikan kebudayaan diselenggarakan dalam rangka pengenalan, pemahaman dan pelestarian kesenian dan budaya. 2 Pendidikan kebudayaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi penyelenggaraan pendidikan kesenian pelajar, kesenian masyarakat dan pelestarian budaya.

BAB VII PESERTA DIDIK