Pengertian Kepuasan Kerja Variabel Penelitian

tetapi melibatkan hubungan aktif dan keinginan karyawan untuk memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya. Sedangkan Mathis dan Jackson dalam Andi 2012 mendefinisikan komitmen organisasional dimana karyawan percaya dan mau menerima tujuan-tujuan perusahaan dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan perusahaan tersebut. Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen tercakup unsur loyalitas terhadap perusahaan, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Rendahnya komitmen mencerminkan kurangnya tanggung jawab seseorang dalam menjalankan tugasnya. Komitmen organisasi dikemukakan oleh Allen dan Meyer 2000 dengan tiga komponen organisasi yaitu: 1 Komitmen Afektif affective commitment , Komitmen afektif mengarah pada the employees emotional attachment to, identification with, and involvement in the organization . Ini berarti, komitmen afektif berkaitan dengan keterikatan emosional karyawan, identifikasi karyawan pada, dan keterlibatan karyawan pada organisasi. Dengan demikian, karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan terus bekerja dalam organisasi karena mereka memang ingin want to melakukan hal tersebut. 2 Komitmen Kontinuans continuance commitment , Komitmen kontinuans berkaitan dengan an awareness of the costs associated with leaving the organization . Hal ini menunjukkan adanya pertimbangan untung rugi dalam diri karyawan berkaitan dengan keinginan untuk tetap bekerja atau justru meninggalkan organisasi. Karyawan yang terutama bekerja berdasarkan komitmen kontinuans ini bertahan dalam organisasi karena mereka butuh need to melakukan hal tersebut karena tidak adanya pilihan lain. 3 Komitmen Normatif normative commitment . Komitmen normatif merefleksikan a feeling of obligation to continue employment . Dengan kata lain, komitmen normatif berkaitan dengan perasaan wajib untuk tetap bekerja dalam organisasi. Ini berarti, karyawan yang memiliki komitmen normatif yang tinggi merasa bahwa mereka wajib ought to bertahan dalam organisasi. Berdasarkan beberapa teori di atas maka untuk mengukur variabel komitmen digunakan 3 variabel utama seperti yang dikemukakan oleh Allen dan Meyer 2000. Ketiga variabel komitmen tersebut adalah komitmen afektif affective commitment, komitmen kontinuans continuance commitment, dan komitmen normatif normative commitment.

2.3 Kepuasan Kerja

2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Handoko 2002, mendefinisikan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja merupakan cermin perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Definisi yang paling populer dari kepuasan kerja yang diberikan oleh Locke dalam Mohammad 2011 adalah keadaan emosi positif yang dihasilkan dari penilaian pengalaman kerja seseorang. Definisi ini terdiri dari dua hal yaitu kognitif penilaian terhadap pekerjaan seseorang yaitu seseorang menyimpulkan sesuatu berdasarkan hasil dari pengalaman dan informasi yang didapatkan, dan afektif keadaan emosi , afektif dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu suasana emosional dan skema kognitif. Suasana emosional keadaan dimana seseorang sangat dipengaruhi oleh suasana hatiperasaan pada saat itu, sedangkan skema kognitif menunjukkan sejauh mana individu merasa positif atau negatif tentang pekerjaan mereka. Adapun Robbins, 2001, mendefinisikan kepuasan kerja adalah suatu sikap umum seseorang individu terhadap pekerjaannya, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Robbins dalam Andi 2012 ada empat faktor yang kondusif bagi tingkat kepuasan kerja karyawan yang tinggi, yaitu : a. Pekerjaan yang secara mental menantang. Orang lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka peluang untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas yang beragam. Tingkat kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan beragamnya jenis tugas membuat karyawan secara mental tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. b. Imbalan yang wajar. Karyawan menginginkan sistem penggajian yang mereka anggap tidak ambigu, dan sejalan dengan harapan mereka. Bila pembayaran itu kelihatan adil berdasarkan pada permintaan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pembayaran masyarakat, kepuasan mungkin dihasilkan. c. Kondisi lingkungan kerja yang mendukung. Banyak studi yang menunjukkan bahwa para karyawan lebih menyukai lingkungan yang aman dan nyaman. Selain itu kebanyakan karyawan lebih suka bekerja tidak jauh dari rumah, dalam fasilitas bersih dan relatif modern dengan peralatan dan perlengkapan yang memadai. d. Rekan kerja yang suportif Bagi sebagian karyawan kerja juga dapat mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidak heran jika seorang karyawan memiliki rekan kerja yang suportif dan bersahabat dapat meningkatkan kepuasan kerja mereka. Lima faktor kepuasan kerja menurut Robbins 2003 : a. Kepuasan terhadap gaji upah. b. Kepuasan terhadap promosi jabatan . c. Kepuasan terhadap rekan sekerja kelompok. d. Kepuasan terhadap atasan supervisor. e. Kepuasan terhadap pekerjaan.

2.4 PENELITIAN TERDAHULU

Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Judul Analisis Hasil Andi Shigemi Muranaka, Universitas Hasanudin Makasar 2012 Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Komitmen Terhadap Organizational Citizenship Behavior OCB Pada Karyawan Bank Perkreditan Rakyat Dana Niaga Mandiri Makassar. Analisis Regresi Berganda Terdapat pengaruh positif dan signifikan kepuasan kerja terhadap OCB, pengaruh positif komitmen organisasi terhadap OCB. Dan pengaruh positif Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi terhadap OCB. Merry, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 2013 Pengaruh Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap OCB dan Kinerja Karyawan di RS Bhayangkara Trijata Denpasar. SEM Komitmen organisasi dan kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap OCB dan kinerja karyawan, OCB berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Prita, Universitas Katholik Soegijapranata 2010 Hubungan Komitmen Terhadap Organisasi Dengan Organizational Citizenship Behavior OCB Pada Pegawai Negeri Sipil di Biro Organisasi Dan Kepegawaian Setda Provisnsi Jawa Tengah. Teknik Korelasi ProductM oment Terdapat pengaruh positif dan signifikan komitmen organisasi terhadap OCB. Arum Darmawati, dkk, Universitas Negeri Yogyakarta 2006 Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior Studi pada karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Analisis Regresi Berganda Terdapat Pengaruh positif antara kepuasan kerja terhadap OCB, komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap OCB, dan secara simultan kepuasan kerja dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap OCB. 2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis H1 H2 H3 Sumber : Robin and Judge dalam Dyah Puspitarini 2013.

2.6 Hipotesis

2.6.1 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap

Organizational Citizenship Behavior OCB. Organizational Citizenship Behavior selain disebut the extra role behavior juga merupakan salah satu kategori yang penting bagi efektivitas dan efisiensi organisasi. Perilaku Komitmen Organisasi X1 Kepuasan Kerja X2 Organizational Citizenship Behavior Y tersebut bersifat sukarela dan bukan merupakan tindakan yang terpaksa terhadap hal-hal yang mengedepankan kepentingan organisasi sebagai wujud kepuasan berdasarkan performance dan tidak diperintahkan secara formal serta tidak berkaitan secara langsung dengan sistem reward formal. Pada dasarnya OCB tidak dapat dilepaskan dari komitmen karyawan terhadap organisasi, karena bagaimanapun prestasi kerja yang melebihi apa yang seharusnya, banyak ditentukan oleh kuat tidaknya komitmen karyawan terhadap organisasi, Smith, dkk dalam Prita, 2010. Studi empiris yang dilakukan Morrison, dkk yang dikutip dalam Prita 2010 mendukung hubungan yang terjadi antara komitmen organisasional dengan OCB. Pada penelitian yang pernah dilakukan, komitmen organisasional dinyatakan merupakan anteseden dari pro-social extra-role performance . Pada penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara komponen komitmen organisasi dengan OCB. Berdasarkan pada landasan teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 1 . Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap organizational citizenship behavior OCB. 2.6.2 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior OCB. Kepuasan kerja karyawan dapat diasumsikan sebagai penentu utama dari Organizational Citizenship Behavior OCB. Karyawan yang puas akan lebih mungkin berbicara positif tentang organisasi, membnatu orang lain, dan jauh melebihi harapan yang normal dalam pekerjaan, selain itu karyawan menjadi bangga melebihi tuntutan tugas karena karyawan ingin membalas pengalaman positif mereka, Robbins dalam Gita, dkk, 2012. Ketika karyawan telah puas terhadap pekerjaannya, mereka akan membalasnya. Balasan dari karyawan tersebut termasuk perasaan menjadi bagian sense of belonging dari organisasi dan perilaku seperti Organizational Citizenship Behavior, Konovsky Pugh dalam Gita, dkk, 2012. Berdasarkan pada landasan teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 2 . Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap organizational citizenship behavior OCB. 2.6.3 Pengaruh Secara Simultan Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior OCB. Studi empiris yang dilakukan Morrison, dkk yang dikutip dalam Prita 2010 mendukung hubungan yang terjadi antara komitmen organisasi dengan OCB. Pada penelitian yang pernah dilakukan, komitmen organisasional dinyatakan merupakan anteseden dari pro-social extra-role performance . Pada penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara komponen komitmen organisasi dengan OCB. Kepuasan kerja karyawan dapat diasumsikan sebagai penentu utama dari organizational citizenship behavior OCB. Karyawan yang puas akan lebih mungkin berbicara positif tentang organisasi, membnatu orang lain, dan jauh melebihi harapan yang normal dalam pekerjaan, selain itu karyawan menjadi bangga melebihi tuntutan tugas karena karyawan ingin membalas pengalaman positif mereka, Robbins dalam Gita, dkk, 2012. Berdasarkan pada landasan teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 3 . Komitmen organisasi dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh positif terhadap organizational citizenship behavior OCB.

3.1 Definisi Operasional Variabel

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sugiyono, 2010. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas X dan variabel terikat Y, penjelasaanya sebagai berikut :

A. Variabel Bebas

Independent Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : 1. Komitmen Organisasi X1 2. Kepuasan Kerja X2

B. Variabel Terikat

Dependent Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Organizational Citizenship Behavior OCB. 3.1.2 Indikator Variabel 3.1.2.1