Latar Belakang Buku Laporan Kajian Sistem Pengelolaan Keuangan Desa

K O M I S I P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I P a g e 2 2014 tentang Desa, regulasi yang ada adalah PP No. 43 tahun 2014 tentang pelaksanaan UU Desa dan PP No. 60 tahun 2014 yang kemudian diubah dalam PP No. 22 tahun 2015 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sementara itu masih banyak peraturan menteri hingga akhir Desember 2014 yang belum diterbitkan. Mengingat masih maraknya korupsi di daerah, dengan variatifnya karakteristik desa, kompetensi aparat dan regulasi yang relatif baru diduga terdapat cukup banyak potensi korupsi dalam tiap tahapan penyaluran dana desa, mulai dari proses perencanaan hingga tahap monitoring dan evaluasi seperti yang terlihat dalam gambar berikut: Sumber: Sudibyo, Linda, A., 2014 Gambar 1. Analisis potensi korupsi dalam tahapan penyaluran dana desa Atas besarnya potensi korupsi dalam penyaluran dana ke desa tersebut, diperlukan kajian untuk memetakan potensi risiko dalam pengelolaan keuangan desa untuk kemudian dirumuskan solusi yang mampu meminimalkan risiko-risiko yang ada. Sehingga, tujuan awal dari dirumuskan kebijakan dana desa untuk memajukan perekonomian masyarakat desa dan mengatasi kesenjangan pembangunan nasional dapat terwujud.

1.2. Ruang Lingkup dan Metodologi Kajian

1.2.1. Ruang Lingkup Objek dari kajian ini adalah pemerintahan desa dengan fokus pada pengelolaan anggaran khusus dana desa dan alokasi dana desa sebagai implementasi dari diterapkannya UU No. 6 tahun 2014 tentang K O M I S I P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I P a g e 3 Desa. Beberapa instansi pusat yang terkait dengan implementasi UU No. 6 tahun 2014 juga menjadi bagian dari fokus kajian ini diantaranya: 1. Dirjen Bina Masyarakat Desa, Kementerian Dalam Negeri; 2. Kementerian Desa, Transmigrasi dan Daerah Tertinggal; 3. Direktorat Dana Perimbangan, Ditjen Perimbangan Keuangan Daerah, Kementerian Keuangan. Pemenuhan data primer untuk pengelolaan anggaran di desa didapatkan dari observasi lapangan di daerah sampel. Penetapan daerah sampel dilakukan dengan mempertimbangkan sebaran geografis, kriteria alokasi jumlah dana desa yang didapatkan, dana transfer pusat yang diperoleh dan tentunya ketersediaan waktu dan biaya pelaksanaan kajian ini. Dalam kajian ini observasi dilakukan di 5 lima daerah dengan karakteristik sebagai berikut: No Nama Daerah Keterangan 1 Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Kabupaten Bogor mewakili Pulau Jawa dekat dengan Ibukota dengan jumlah penduduk yang besar dan memperoleh porsi anggaran dana desa yang relatif besar yakni Rp130,2 miliar 2 Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Klaten mewakili Pulau Jawa, dengan jumlah penduduk yang besar dan memperoleh porsi anggaran dana desa yang relatif besar yakni Rp108,6 miliar 3 Kabupaten Kampar, Provinsi Riau Kabupaten Kampar mewakili barat Indonesia dan pulau Sumatera, memiliki dana transfer dari pusat yang cukup besar termasuk memperoleh porsi anggaran dana desa yang relatif besar di Sumatera yakni Rp67,2 miliar 4 Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Gowa mewakili Timur Indonesia, meski tidak memperoleh alokasi dana desa yang besar namun cukup taat mengalokasikan anggaran untuk desa dari APBD sesuai amanah PP No. 72 tahun 2005 5 Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah Mewakili Kabupaten yang telah mencairkan dana desanya 13 April 2015 dan jumlah dana desa relatif besar yakni Rp101,1 miliar

1.2.2. Metodologi Kajian Metodologi kajian yang dilakukan adalah:

1. Analisis terhadap kecukupan regulasi terkait pengelolaan dana di desa dan kewenangan desa. 2. Observasi lapangan di daerah sampel dengan mendatangi pemerintah kabupaten dan pemerintahan desa untuk mengamati secara langsung pengelolaan anggaran di desa. Dalam