Latar Belakang T ADP 1103403 Chapter1

Juju Juangsih, 2014 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH D AN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHAD AP MUTU SEKOLAH D ASAR NEGERI D I KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BAND UNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah tidak ubahnya sebagai sebuah institusi atau lembaga. Sebagai sebuah institusi atau lembaga, sekolah tentu mengemban misi tertentu, salah satunya adalah melakukan proses edukasi. Fattah 2004, hlm.1-2 menyatakan bahwa sekolah sebagai institusi lembaga pendidikan, merupakan wadah tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Dalam kegiatannya, sekolah adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid, melainkan berada dalam satu tatanan sistem yang rumit dan saling berkaitan, oleh karena itu sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan. Pada era globalisasi ini, kemajuan sekolah merupakan esensi dari pengelolaan sekolah melalui pemeliharaan mutu, responsif terhadap tantangan dan antisipatif terhadap perubahan-perubahan yang diakibatkan dari berubahnya tatanan internal maupun kesejagatan, sehingga tidak menimbulkan keadaan bergejolak turbulent dan penuh dengan ketidakpastian uncertainty yang dapat mengancam runtuhnya berbagai tatanan yang telah diciptakan sedemikian rupa Komariah dan Triatna, 2005, hlm. 28. Konsep kesejagatan tidak terelakan lagi bagi pengembangan sekolah. Sekolah yang hanya memelihara keadaan stabil tanpa ingin merespon berbagai gejolak dan pengaruh eksternal pada akhirnya akan bertemu dengan keadaan tidak menguntungkan seperti kehilangan enrollment , berkurangnya kepercayaan masyarakat, tidak relevannya lulusan, dan sebagainya. Sekolah yang berkualitas selalu dicari orang, tidak pernah sepi pengunjung, tidak kehilangan pelanggan, ibarat daya tarik „gula bagi semut‟ sehingga sudah selayaknya kita konsisten dalam pemeliharaan dan peningkatan mutu persekolahan Komariah dan triatna, 2005, hlm. 29. Juju Juangsih, 2014 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH D AN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHAD AP MUTU SEKOLAH D ASAR NEGERI D I KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BAND UNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Mutu menjadi sebuah keharusan dan merupakan konsep yang paling manjur dalam menjawab berbagai tantangan kompleks yang dihadapi oleh sebuah lembaga. Mutu sekolah merupakan standar atau ukuran yang dicapai oleh sekolah untuk memenuhi harapan konsumen. Mutu sekolah merupakan esensi dari pengelolaan sekolah yang harus diupayakan oleh semua jenjang pendidikan termasuk pada jenjang sekolah dasar. Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Sebagai satu bentuk satuan pendidikan dasar, sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting keberadaannya. Stoops dan Johnson dalam Bafadal, 2009, hlm. 9-11 menyatakan bahwa pendidikan di sekolah dasar merupakan dasar dari semua pendidikan. Keberhasilan seorang anak didik mengikuti pendidikan di sekolah menengah dan perguruan tinggi sangat ditentukan oleh keberhasilannya dalam mengikuti pendidikan di sekolah dasar. Besarnya peranan pendidikan di sekolah dasar sangat disadari oleh semua negara di dunia dengan semakin meningkatnya investasi pemerintahnya pada sektor tersebut dari tahun ke tahun. Memperhatikan penting dan peranannya yang demikian besar itu, sekolah dasar harus dikelola sebaik-baiknya sehingga menjadi sekolah dasar yang bermutu. Mutu sekolah dasar merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah, pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar, yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.15 Tahun 2010. Standar Pelayanan Minimal merupakan tolak ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar sekaligus sebagai acuan dalam perencanaan program dan penganggaran pencapaian target masing-masing daerah kabupatenkota Amri, 2013, hlm. 66. Standar Nasional Pendidikan SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Indonesia. Bagi sekolah yang akan berdiri maupun sekolah yang sudah berdiri harus memenuhi delapan standar Juju Juangsih, 2014 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH D AN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHAD AP MUTU SEKOLAH D ASAR NEGERI D I KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BAND UNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu nasional pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BNSP. Kedelapan standar nasional pendidikan itu adalah: Standar Pengeloaan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana Prasarana, Standar Pembiayaan, Standar Proses, Standar Isi, Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan. Mutu setiap sekolah bisa saja berbeda karena setiap sekolah tidak sama dalam melaksanakan kedelapan standar tersebut. Bahkan, ada juga sekolah yang melebihi kedelapan standar yang diharapkan oleh pemerintah. Berkaitan dengan mutu sekolah, Danim 2007, hlm. 54 menyatakan bahwa mutu sebuah sekolah dapat dilihat dari tertib administrasinya. Salah satu bentuk tertib administrasi adalah mekanisme kerja yang efektif dan efisien, baik secara vertikal maupun horizontal. Sementara itu menurut Lazotte dalam Sunendar, 2013, hlm. 5, sekolah yang bermutu memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1 lingkungan sekolah yang aman dan tertib; 2 iklim serta harapan yang tinggi; 3 kepemimpinan instruksional yang logis; 4 misi yang jelas dan terfokuskan; 5 kesempatan untuk belajar dan mengerjakan tugas bagi siswa; dan 6 pemantauan yang sering dilakukan terhadap kemajuan siswa serta hubungan antara rumah dan sekolah yang bersifat mendukung. Adapun menurut National Education Association 2000, hlm. 1-6, sekolah yang bermutu memiliki indikator sebagai berikut: 1 shared understanding and commitment to high goals ; 2 open communication and collaborative problem solving ; 3 continous assesment for teaching and learning ; 4 personal and professional learning ; 5 resources to support teaching and learning ; dan 6 curriculum and instruction . Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu sekolah tentu tidak terlepas dari adanya kendala serta hambatan. Berbagai kendala dan hambatan tersebut secara umum berakar pada mutu manajerial para pemimpin lembaga pendidikan, mutu guru, relevansi kurikulum, keterbatasan dana, sarana prasarana, fasilitas pendidikan, dan kurangnya faktor dukungan dari pihak-pihak yang terkait dalam hal ini stakeholders pendidikan Azhari, 2010:1. Juju Juangsih, 2014 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH D AN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHAD AP MUTU SEKOLAH D ASAR NEGERI D I KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BAND UNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Beberapa penelitian mengenai mutu sekolah sudah dilakukan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Prihatni 2013. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru terhadap mutu SMA Negeri di Kabupaten Sumedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 62.73 terhadap mutu SMA Negeri di Kabupaten Sumedang. Penelitian lain mengenai mutu sekolah juga dilakukan oleh Zakiyah 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya sekolah dan kinerja mengajar guru secara bersama-sama memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap mutu Raudathul Athfal di Kota Cimahi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi mutu suatu sekolah. Faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap mutu sekolah adalah kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan berbagai tugas dan fungsi yang harus diembannya dalam mewujudkan sekolah yang bermutu Mulyasa, 2012, hlm. 22. Kepemimpinan mutu menjadi prasyarat untuk mencapai maksud tersebut, yaitu kemampuan kepala sekolah untuk bekerja dengan atau melalui staf administratif dan tenaga akademiknya. Kepala sekolah harus mampu membudayakan kerja secara bermutu dan dapat memberdayakan seluruh potensi yang ada untuk mendukung mutu yang dikehendaki. Mereka seyogyanya memiliki dan memahami visi yang utuh tentang sekolahnya Danim, 2007, hlm. 53. Visi sekolah menentukan arah pengembangan sekolah dan sekolah harus menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan visi Mulyasa, 2012, hlm. 23. Visi dapat didefinisikan sebagai suatu pandangan yang merupakan kristalisasi dan intisari dari suatu kemampuan competence , kebolehan ability , dan kebiasaan self efficacy , dalam melihat, menganalisis, dan menafsirkan. Visi sekolah harus menjadi atribut kepemimpinan kepala sekolah sekarang dan masa depan, karena kepala sekolah dengan visi yang dangkal dan tidak jelas akan membawa kemunduran sekolah dan hanya akan menghasilkan sekolah yang tidak bermutu. Juju Juangsih, 2014 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH D AN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHAD AP MUTU SEKOLAH D ASAR NEGERI D I KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BAND UNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dalam hal ini kepala sekolah harus dapat memainkan peranannya sebagai seorang pemimpin yang visioner. Kepemimpinan visioner adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bagaimana mencipta, merumuskan, mengkomunikasikanmensosialisasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil Makawimbang, 2012, hlm.35. Howie 2012, hlm. 7 menyatakan pendapatnya mengenai perbedaan antara pemimpin visioner dengan pemimpin yang baik sebagai berikut: “ A visionary leader and a good leader posses some of the same qualities. Where the good leader guides their people through their daily tasks and duties, the visionary leader guides their people to perform for the future ”. Seorang pemimpin visioner akan berpikir tentang strategi dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi organisasi untuk 5, 10, atau 20 tahun ke depan. Seorang pemimpin yang baik tidak akan selalu berpikir tentang besok sampai besok adalah hari ini Howie, 2012, hlm. 22. Sekolah yang berkualitas banyak dipengaruhi oleh adanya visi yang sama antara sekolah, guru, staf, peserta didik, dan masyarakat. Pengaruh kepemimpinan visioner terhadap mutu sekolah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Mustaghfirin 2012, hlm. 1-2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan visioner kepala sekolah memiliki pengaruh dalam meningkatkan mutu SMPN 06 Kedungsuren Kaliwungu Selatan Kendal. Faktor lain yang dapat mempengaruhi mutu sekolah adalah iklim kerja sekolah Mulyasa, 2012; Sergiovanni, 1991. Iklim kerja sekolah adalah serangkaian keadaan lingkungan sekolah yang dirasakan langsung atau atau tidak langsung oleh staf yang dapat mempengaruhi staf. Sementara Schill 2007, hlm. 10 menyatakan pendapatnya mengenai iklim kerja sebagai berikut: “ The climate of a workplace refers to the emotional tone and atmosphere, the current and Juju Juangsih, 2014 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH D AN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHAD AP MUTU SEKOLAH D ASAR NEGERI D I KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BAND UNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu energy in the environment where you work. Ultimately, the climate can also have an affect on the customer service that is provided ”. Iklim kerja sekolah menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru dengan kepala sekolah, antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya serta antar dinas di lingkungannya merupakan wujud dari lingkungan kerja yang kondusif. Suasana seperti ini sangat dibutuhkan oleh guru untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih efektif. Iklim kerja sekolah dapat digambarkan melaui sikap saling mendukung supportive , tingkat persahabatan collegial , tingkat keintiman intimate serta kerja sama cooperative . Sekolah ditandai dengan banyak kebersamaan, keakraban, dan kepercayaan diantara para guru. Dalam hal ini, iklim merupakan bentuk energi organisasi yang mengatakan efek pada sekolah tergantung pada bagaimana energi ini disalurkan dan diarahkan. Sergiovanni 1991, hlm. 215-218 menyatakan bahwa perbaikan sekolah dalam rangka peningkatan mutu sekolah tidak akan mungkin dicapai tanpa kehadiran iklim kerja sekolah yang kondusif. Lebih lanjut Sergiovanni 1991, hlm. 215-218 menyatakan bahwa kepemimpinan pendidikan yang berkualitas dikombinasikan dengan iklim kerja sekolah adalah kunci penting untuk perbaikan sekolah yang berkelanjutan menuju peningkatan mutu sekolah. Peningkatan mutu sekolah dasar saat ini tengah diupayakan oleh pemerintah Kabupaten Bandung. Dalam Master P lan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008- 2025 dinyatakan bahwa mutu sekolah dasar di Kabupaten Bandung masih rendah. Hal ini diindikasikan dengan: 1 masih tingginya jumlah ruang kelas sekolah dasar yang rusak, Kabupaten Bandung masih menduduki peringkat kedua terbanyak jumlah sekolah yang rusak di Jawa Barat; 2 pengadaan, distribusi, perbaikan, dan pemeliharaan tanah, gedung, perabot, dan alat peraga sekolah yang bervariasi, tidak berdasarkan standarisasi; 3 masih lemahnya manajemen aset oleh pemerintah daerah sehingga masih banyak fasilitas pendidikan yang belum memiliki bukti hukum; 4 masih banyaknya sekolah yang kekurangan buku paket dan alat peraga edukatif sehingga menyulitkan guru dalam melaksanakan Juju Juangsih, 2014 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH D AN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHAD AP MUTU SEKOLAH D ASAR NEGERI D I KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BAND UNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pembelajaran; 5 masih lemahnya sistem manajemen SDM guru dan tenaga pengelola kependidikan, terutama dalam pola rekruitmen, seleksi, penempatan dan pendistribusian, pembinaan karir, kesejahteraan dan renumerasi, serta pemberhentian tenaga guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan tenaga kependidikan lainnya yang sering keliru; 6 masih belum meratanya distribusi guru SD di wilayah Kabupaten Bandung. Jika dilihat dari rasio murid per guru masih terdapat kelebihan guru di beberapa kecamatan dan kekurangan guru di beberapa kecamatan lainnya; 7 masih kurangnya guru untuk beberapa mata pelajaran; 8 masih rendahnya kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya; 9 kurikulum pendidikan yang terlalu teoritis, kurang praktis, kurang konstektual, sehingga memberikan makna yang kurang berarti bagi bekal kehidupan murid di masa depan, baik yang berkenaan dengan nilai-nilai religius, bekal kecakapan hidup life skills , tata pergaulan, budi pekerti, seni budaya lokal, kesehatan lingkungan hidup, serta aspek-aspek pembentuk karakter bangsa sering terabaikan; 10 pembiayaan dan anggaran penyelenggaraan satuan pendidikan masih didasarkan pada asumsi-asumsi teoritis, tidak didasarkan pada satuan biaya operasional SBO secara faktual; 11 mekanisme sistem penganggaran tidak didasarkan pada sistem pemetaan alokasi untuk kebutuhan penyelenggaraan satuan program pendidikan. Sekalipun sudah dibantu dengan adanya BOS masih tetap saja belum dapat mengangkat persoalan-persoalan pembiayaan penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan; dan 12 masih lemahnya kemampuan administratif dan manajerial para pengelola satuan pendidikan kepala sekolah, pengawas sekolah, dan komite sekolah. Gambaran mutu sekolah di Kabupaten Bandung yang masih rendah menjadi gambaran pula mengenai bagaimana mutu sekolah yang terdapat di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung, termasuk di dalamnya Kecamatan Cileunyi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung mengenai hasil Ujian Nasional SD Tahun 2013, Kecamatan Cileunyi menempati urutan ke-11 dari 31 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bandung. Salah satu indikator mutu sekolah adalah sekolah mampu melahirkan luaran Juju Juangsih, 2014 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH D AN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHAD AP MUTU SEKOLAH D ASAR NEGERI D I KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BAND UNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan keunggulan akademik yang dinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik. Selanjutnya, untuk meningkatkan mutu sekolah di Kecamatan Cileunyi maka harus dilakukan penguatan beberapa program. Berkaitan dengan pemaparan di atas tentu diperlukan upaya untuk meningkatkan mutu sekolah yang nantinya akan berimbas kepada peningkatan mutu pendidikan secara umum. Jika hal ini tidak dilakukan maka tujuan pendidikan dasar yang senada dengan pendidikan nasional tidak akan tercapai. Bertitik tolak pada pernyataan-pernyataan di atas dan berdasarkan kondisi di lapangan, mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Iklim Kerja Sekolah Terhadap Mutu SD Negeri di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah