menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya
digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
Oleh karena itu dalam perhitungan unit
ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
Dalam departemen setelah departemen I, produk
telah membawa harga pokok dari periodesebelumnya digunakan pertama kali
untuk menentukan harga pokok produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke
gudang.
Tambahan Baku Setelah Departemen Produksi I
Tambahan baku ini mempunyai 2 kemungkinan :
2. Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan
Tambahan initidak terpengaruh terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang
dihasilkan, sehingga tidak mempengaruhi perhitungan HPP per satuan yang diterima dari
departemen produksi sebelumnya.
3. Menambah jumlah produk yang dihasilkan
Hal ini akan berakibat diadakannya penyesuaian HPP per satuan yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya.
HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
I. Adanya Persediaan Awal Barang Dalam Proses Apabila pada awal periode terdapat persediaan awal barang dalam proses maka timbul
masalah untuk menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini tiimbul karena persediaan barang dalam proses tersebut telah mempunyai harga pokok yang berasal dari periode
sebelumnya.
Untuk menentukan harga pokok barang jadi terdapat 3 metode yaitu :
1 Metode Harga Pokok Rata-rata Weighted Average
Di departemen – Pertama :
a. Dihitung total biaya untuk masing-masing jenis biaya produksi, yaitu : biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dengan cara biaya yang melekat pada persediaan
barang dalam proses awal ditambah biaya-biaya periode berjalan. b. Dihitung jumlah unit ekuivalen produksi yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan : Barang jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya ditambah barang dalam proses akhir menurut unit ekuivalen. Harga pokok rata-rata kemudian dihitung
berdasarkan total biaya dibagi jumlah unit ekuivalen.
Di departemen – Lanjutan : a. Dihitung harga pokok rata-rata yang berasal dari departemen sebelumnya. Harga pokok
tersebut terdiri dari : Harga pokok persediaan awal dan harga pokok yang diterima pada periode yang bersangkutan.
b. Dihitung harga pokok rata-rata per satuan yang ditambahkan dalam departemen yang bersangkutan.
c. Menghitung harga pokok rata-rata per satuan di departemen yang bersangkutan dengan cara : Harga pokok rata-rata dari departemen yang bersangkutan dengan cara : Harga
pokok rata-rata dari departemen yang mendahului ditambah harga pokok rata-rata di departemen yang bersangkutan.
Penghitungan Laporan harga pokok dengan mengggunakan metode rata-rata tidak mengalami banyak perubahan dari metode yang sudah dibahas sebelumnya.
Berikut hal-hal penting yang disajikan dalam perhitungan dengan metode rata-rata tertimbang.
Biaya Per Unit :
Biaya yang melekat pd PDP awal + Biaya yang dikeluarkan pada periode sekarang
Biaya per
unit =
------------------------------------------------------------------------------------------- Unit Produk Equivalen
Unit Produk Equivalen UPE sama dengan semua unit produk yang telah selesai 100 tingkat
penyelesaiannya tanpa memperhatikan tingkat penyelesaian pada PDP awal ditambah dengan PDP akhir sesuai dengan tingkat penyelesaiannya.
UPE = Unit selesai + penyelesaian x PDP akhir
Biaya yang dibebankan ke Departemen Biaya yang melekat pada PDP awal ditambahkan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk proses produksi periode yang bersangkutan.
Pertanggungjawaban biayapenhghitungan harga pokok produksi Harga pokok produk dihitung dengan mengalikan unit equivalen dengan biaya per
unit equivalen.
2 Metode Harga Pokok FIFO First - In, First - Out
Perhitungan harga pokok adalah sebagai berikut : a. Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses awal menjadi
produk selesai. b. Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak digabungkan dengan elemen
biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan. c. Harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu dipecah kembali menurut
elemennya ke dalam setiap elemen biaya. d. Produksi ekuivalen = Produksi dalam proses awal x tingkat penyelesaian yang
dibutuhkan + Produksi Current + Produk dalam proses akhir x Tingkat penyelesaian yang sudah dinikmati.
e. Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung sebesar elemen biaya yang terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi jumlah produksi ekuivalen dari elemen
biaya yang bersangkutan.
II. Adanya Produk Hilang Dalam Proses Untuk mencatat adanya pengaruh produk hilang selama proses produksi diadakan
pembedaan antara produk hilang dalam proses sebagai berikut :
1 Produk Hilang Awal Proses Dalam hal ini pengaruhnya ke perhitungan harga pokok adalah :
Di departemen Awal : Produk yang hilang awal tidak dihitung dalam menentukan jumlah unit ekuivalen.
Di Departemen Lanjutan : dept 2 dst Harga pokok dari departemen sebelumnya disesuaikan dengan jumlah satuan setelah
adanya produk hilang.
2 Produk Hilang Akhir Proses
a. Apabila produk hilang terjadi pada akhir proses mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produksi untuk departemen awal maupun lanjutan.
b. Produk hilang tersebut tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen karena dianggap telah ikut menyerap biaya-biaya produksi.
c. Harga pokok produk hilang tersebut diperhitungkan ke harga pokok produk selesai yang
ditransfer dari departemen produksi yang bersangkutan ke departemen produksi berikutnya.
III. Adanya Produk Rusak Dalam Proses Spoiled Goods Produk rusak adalah produk yang mutunya tidak sesuai dengan standar mutu yang telah
ditentukan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Adapun perlakuan terhadap produk rusak adalah :
1. Apabila produk rusak tidak laku dijual maka produk rusak tersebut diperlakukan sebagai produk hilang akhir proses.
2. Apabila produk rusak mempunyai harga jual maka perlakuan terhadap produk rusak tersebut sebagai berikut :
a. Nilai jual produk rusak dicatat untuk mengurangi biaya-biaya produk pada departemen tempat terjadinya produk rusak tersebut. Dasar pembagian kepada masing-masing jenis
biaya produksi adalah perbandingan unit ekuivalen maka produk rusak tersebut tetap diperhitungkan.
b. Kerugian atas produk rusak selisih harga pokok dengan harga jual dicatat sebagai biaya overhead yang sesungguhnya di departemen tempat terjadinya produk rusak. Pencatatan
ini dipakai apabila biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka.
c. Niali jual produk rusak dicatat sebagai pendapatan di luar usaha, produk rusak tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen.
IV. Adanya Produk Cacat Dalam Proses Defective Goods Produk cacat yaitu produk yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang
sudah ditentukan, tetapi masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik kembali, dalam arti biaya perbaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan nilai
yang diperoleh dengan adanya perbaikan. Perlakuan produk cacat tergantung penyebab timbulnya produk cacat, yaitu :
1. Produk Cacat Bersifat Normal Semua biaya perbaikan diperlakukan sebagai elemen biaya produksi dan digabungkan
dengan elemen biaya produksi yang ada pada departemen tersebut. 2. Produk Cacat Karena Kesalahan
Perlakan biaya perbaikan tidak boleh dikapitalisasi ke dalam biaya produksi, akan tetapi harus diperlakukan sebagai elemen rugi produk cacat.
V. Adanya Tambahan Bahan Setelah Departemen Awal Meskipun pada umumnya bahan baku dipakai pada departemen awal tetapi adakalanya
bahan baku ditambahkan di departemen lanjutan departemen 2 dst. Adapun pencatatan tambahan bahan baku tersebut di departemen lanjutan adalah sebagai
berikut :
1. Apabila tambahan bahan baku tersebut tidak menambah unit produk maka tambahan bahan baku itu hanya dicatat menambah biaya produk tanpa mempengaruhi perhitungan
unit ekuivalen departemen bersangkutan. 2. Apabila tambahan bahan baku tersebut mengakibatkan bertambahnya unit produk di
departemen yang bersangkutan, maka akan mengakibatkan diadakannya penyesuaian terhadap harga pokok produksi per satuan dari departemen sebelumnya.
VI. Adanya Bahan Sisa Proses Produksi Scrap Matreial Adalah bahan baku yang merupakan sisa proses produksi yang tidak dapat dimasukkan
lagi dalam produksi untuk tujuan yang sama, tetapi mungkin dapat digunakan untuk proses produksi yang berbeda atau dijual kembali dalam suatu jumlah tertentu. Bahan
sisa ini nilai jualnya lebih kecil dibandingkan produk utama.
VII. Adanya Bahan Buangan Waste Material Adalah bagian dari bahan mentah yang tertinggal sesudah proses produksi dan tidak
mempunyai kegunaan untuk dipakai atau dijual kembali. Biaya dalam mengatur bahan buangan biasanya dibebankan pada kontrol overhead pabrik.
●
Kalkulasi Biaya Rata - Rata VS Kalkulasi Biaya Fifo
Kalkulas biaya rata - rata dan biaya Fifo masing - masing mempunyai keunggulan tersendiri. Tidak layaklah untuk menyatakan bahwa metode yang satu lebih sederhana
atau lebih akurat daripada metode lain. Pemilihan salah satu metode itu akan tergantung seluruhnya pada sikap manajemen mengenai prosedur penentuan biaya yang dapat
memberikan angka - angka yang andal bagi pedoman manajerial. Perbedaan mendasar antara kedua metode terutama berkaitan dengan perlakuan
terhadap persediaan awal barang dalam proses. Dalam metode rata - rata, biaya persediaan awal barang dalam proses ditambahkan ke biaya dari departemen sebelumnya
dan ke biaya bahan, pekerja, dan overhead pabrik yang dikeluarkan selama periode itu. Biaya perunit akan ditentukan dengan membagi biaya - biaya ini dengan kuantitas
produksi ekuivalen. Unit - unit serta biayanya kemudian ditrasfer ke departemen berikutnya sebagai suatu angka kumulatif.
Dalam metode Fifo, biaya persediaan awal barang dalam proses dicantumkan sebagai satu angka yang terpisah. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan unit - unit
persediaan awal ditambahkan ke biaya tadi. Jumlah kedua biaya ini kemudian ditransfer ke departemen berikutnya. Unit yang dimulai dan diselesaikan selama periode tersebut
memiliki biaya per unit tersendiri yang lazimnya berbeda dengan biaya per unit lengkap untuk unit - unit dalam proses. Jadi metode Fifo mengidentifikasi secara terpisah biaya -
biaya per unit
Contoh 1:
PT “IKA FARMA” memproduksi minyak gosok melalui dua departemen produksi. Berikut ini data produksi dan biaya yang terjadi selama periode bulan desember 2002.
Dept I Dept II
Unit: PDP awal:
BB 100,Biaya konversi 40 selesai 68.000 BB 100,Biaya konversi 20 selesai
102.000 Masuk proses selama periode ini 680.000
Produk ditransfer ke Departemen II 595.000 Unit ditanbahkan dalam produksi
85.000 Produk jadi ditransfer ke Gudang
748.000 Persediaan PDP akhir
BB 100,Biaya konversi 60 selesai 153.000 BB 100,Biaya konversi 30 selesai
34.000
Biaya: Biaya yang melekat pada persediaan PDP awal:
Harga pokok dari Dept I pd PDP awal - 680.000
BB 238.000 204.000
BTK 111.520 174.000
BOP 187.000 78.200
Jumlah 536.520 1.136.960
Biaya yang terjadi selama periode ini: BB 2.380.000
1.360.000 BTK 850.000
1.190.000 BOP 1.530.000
680.000 Jumlah 4.760.000
3.230.000
Diminta : 1. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen tersebut dengan
metode rata-rata 2. buatlah jurnal yang diperlukan
1. JAWABAN