METODE HARGA POKOK PROSES dalam akuntansi biaya
METODE HARGA POKOK PROSES
(Tidak memperhitungkan persediaan awal)
1. Pengertian Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses merupakan metode
pengumpulan biaya produksi yang digunakan
oleh perusahaan yang mengolah produknya
secara massa.
Didalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan
untuk setiap proses selama jangka waktu
tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung
dengan cara membagi total
biaya produksi
dalam periode tertentu dengan
jumlah satuan
produk yang dihasilkan dari proses tersebut
selama jangka waktu yang bersangkutan
.
2. Karakteristik Usaha Perusahaan Yang
Berproduksi Secara Massa.
Produk yang dihasilkan merupakan produk
standar.
Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan
adalah sama.
Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya
perintah produksi yang berisi rencana produksi
produk standar untuk jangka waktu tertentu.
(2)
3. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses.
Pengumpulan biaya produksi per departemen
produksi per periode akuntansi.
Perhitungan HPP per satuan dengan cara
membagi total biaya produksi yang dikeluarkan
selama periode tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan selama periode yang
bersangkutan.
Penggolongan biaya produksi langsung dan tak
langsung seringkali tidak diperlukan.
Elemen yang digolongkan dalam BOP terdiri dari
biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja
(baik yang langsung maupun tidak langsung).
BOP dibebankan berdasarkan biaya yang
sesungguhnya terjadi.
4. Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang Dalam
Proses terhadap Harga Pokok Produksi per
Satuan.
a.
Hilang Awal Proses
(3)
METODE HARGA POKOK PROSES
(Memperhitungkan Adanya Persediaan Produk
Dalam Proses Awal)
Persediaan Produk Dalam Proses Awal
Dalam suatu departemen produksi, produk yang
belum selesai diproses pada akhir periode akan
menjadi persediaan produk dalam proses pada
awal periode berikutnya.
Produk dalam proses awal periode ini akan
membawa harga pokok persatuan yang berasal
dari periode sebelumnya, yang kemungkinan
akan berbeda dengan harga pokok per satuan
yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang
bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan
demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan
produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke
departemen berikutnya , harga pokok yang
melekat pada persediaan produk dalam proses
awal akan menimbulkan masalah dalam
penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
(4)
Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk
dalam proses awal ditambahkan dengan biaya
produksiyang dikeluarkan periode sekarang
dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk
menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
Harga pokok produk yang dihasilkan oleh
departemen setelah departemen pertama
merupakan harga pokok kumulatif,yaitu
merupakan penjumlahan harga pokok dari
departemen satu ditambahkan dengan depar
temen berikutnya yang bersangkutan.
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
Dalam metode ini, menganggap biaya produksi
periode sekarang pertama kali digunakan untuk
menyelesaikan produk yang pada awal periode
masih dalam proses, baru kemudian sisanya
digunakan untuk mengolah produk yang
dimasukkan dalam proses periode sekarang.
Oleh karena itu dalam perhitungan unit
ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan
produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
Dalam departemen setelah departemen I, produk
(5)
periodesebelumnya digunakan pertama kali
untuk menentukan harga pokok produk yang
ditransfer ke departemen berikutnya atau ke
gudang.
Tambahan Baku Setelah Departemen Produksi I
Tambahan baku ini mempunyai 2 kemungkinan :
1. Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan
Tambahan initidak terpengaruh terhadap
perhitungan unit ekuivalensi produk yang
dihasilkan, sehingga tidak mempengaruhi
perhitungan HPP per satuan yang diterima dari
departemen produksi sebelumnya.
2. Menambah jumlah produk yang dihasilkan
Hal ini akan berakibat diadakannya penyesuaian
HPP per satuan yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya.
(6)
1.
Pengaruh Produk yang hilang, Rusak dan Cacat
2.
Nilai Jual Produk Rusak Diperlakukan Sebagai pengurang
Biaya Produksi.
3.
Nilai Jual Produk Rusak Diperlakukan Sebagai Pendapatan
di Luar Usaha.
METODE HARGA POKOK PROSES
(Memperhitungkan Adanya Persediaan Produk
Dalam Proses Awal)
Persediaan Produk Dalam Proses Awal
Dalam suatu departemen produksi, produk yang
belum selesai diproses pada akhir periode akan
menjadi persediaan produk dalam proses pada
awal periode berikutnya.
Produk dalam proses awal periode ini akan
membawa harga pokok persatuan yang berasal
dari periode sebelumnya, yang kemungkinan
akan berbeda dengan harga pokok per satuan
yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang
(7)
bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan
demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan
produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke
departemen berikutnya , harga pokok yang
melekat pada persediaan produk dalam proses
awal akan menimbulkan masalah dalam
penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk
dalam proses awal ditambahkan dengan biaya
produksiyang dikeluarkan periode sekarang
dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk
menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
Harga pokok produk yang dihasilkan oleh
departemen setelah departemen pertama
merupakan harga pokok kumulatif,yaitu
merupakan penjumlahan harga pokok dari
departemen satu ditambahkan dengan depar
temen berikutnya yang bersangkutan.
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
Dalam metode ini, menganggap biaya produksi
(8)
menyelesaikan produk yang pada awal periode
masih dalam proses, baru kemudian sisanya
digunakan untuk mengolah produk yang
dimasukkan dalam proses periode sekarang.
Oleh karena itu dalam perhitungan unit
ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan
produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
Dalam departemen setelah departemen I, produk
telah membawa harga pokok dari
periodesebelumnya digunakan pertama kali
untuk menentukan harga pokok produk yang
ditransfer ke departemen berikutnya atau ke
gudang.
Tambahan Baku Setelah Departemen Produksi I
Tambahan baku ini mempunyai 2 kemungkinan :
2. Tidak menambah jumlah produk yang
dihasilkan
Tambahan initidak terpengaruh terhadap
perhitungan unit ekuivalensi produk yang
dihasilkan, sehingga tidak mempengaruhi
perhitungan HPP per satuan yang diterima dari
departemen produksi sebelumnya.
(9)
Hal ini akan berakibat diadakannya penyesuaian
HPP per satuan yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya.
HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
I. Adanya Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Apabila pada awal periode terdapat persediaan awal barang dalam proses maka timbul
masalah untuk menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini tiimbul karena persediaan
barang dalam proses tersebut telah mempunyai harga pokok yang berasal dari periode
sebelumnya.
Untuk menentukan harga pokok barang jadi terdapat 3 metode yaitu :
1) Metode Harga Pokok Rata-rata (Weighted Average)
Di departemen – Pertama :
a. Dihitung total biaya untuk masing-masing jenis biaya produksi, yaitu : biaya bahan, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dengan cara biaya yang melekat pada persediaan
barang dalam proses awal ditambah biaya-biaya periode berjalan.
b. Dihitung jumlah unit ekuivalen produksi yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan : Barang jadi (yang ditransfer ke departemen berikutnya) ditambah barang
dalam proses akhir menurut unit ekuivalen. Harga pokok rata-rata kemudian dihitung
berdasarkan total biaya dibagi jumlah unit ekuivalen.
Di departemen – Lanjutan :
a. Dihitung harga pokok rata-rata yang berasal dari departemen sebelumnya. Harga pokok
tersebut terdiri dari : Harga pokok persediaan awal dan harga pokok yang diterima pada
periode yang bersangkutan.
b. Dihitung harga pokok rata-rata per satuan yang ditambahkan dalam departemen yang
bersangkutan.
(10)
c. Menghitung harga pokok rata-rata per satuan di departemen yang bersangkutan dengan
cara : Harga pokok rata-rata dari departemen yang bersangkutan dengan cara : Harga
pokok rata-rata dari departemen yang mendahului ditambah harga pokok rata-rata di
departemen yang bersangkutan.
Penghitungan Laporan harga pokok dengan mengggunakan metode rata-rata tidak
mengalami banyak perubahan dari metode yang sudah dibahas sebelumnya.
Berikut hal-hal penting yang disajikan dalam perhitungan dengan metode rata-rata
tertimbang.
Biaya Per Unit
:
Biaya yang melekat pd PDP awal + Biaya yang dikeluarkan pada periode sekarang
Biaya
per
unit
=
Unit Produk Equivalen
Unit Produk Equivalen
UPE sama dengan semua unit produk yang telah selesai (100% tingkat
penyelesaiannya) tanpa memperhatikan tingkat penyelesaian pada PDP awal ditambah
dengan PDP akhir sesuai dengan tingkat penyelesaiannya.
UPE = Unit selesai + (%penyelesaian x PDP akhir)
Biaya yang dibebankan ke Departemen
Biaya yang melekat pada PDP awal ditambahkan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk proses produksi periode yang bersangkutan.
Pertanggungjawaban biaya(penhghitungan harga pokok produksi)
Harga pokok produk dihitung dengan mengalikan unit equivalen dengan biaya per
unit equivalen.
2) Metode Harga Pokok FIFO (First - In, First - Out)
Perhitungan harga pokok adalah sebagai berikut :
a. Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses awal menjadi
produk selesai.
b. Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak digabungkan dengan elemen
biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan.
c. Harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu dipecah kembali menurut
elemennya ke dalam setiap elemen biaya.
d. Produksi ekuivalen = (Produksi dalam proses awal x tingkat penyelesaian yang
dibutuhkan) + Produksi Current + (Produk dalam proses akhir x Tingkat penyelesaian
yang sudah dinikmati).
(11)
e. Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung sebesar elemen biaya yang
terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi jumlah produksi ekuivalen dari elemen
biaya yang bersangkutan.
II. Adanya Produk Hilang Dalam Proses
Untuk mencatat adanya pengaruh produk hilang selama proses produksi diadakan
pembedaan antara produk hilang dalam proses sebagai berikut :
1) Produk Hilang Awal Proses
Dalam hal ini pengaruhnya ke perhitungan harga pokok adalah :
Di departemen Awal :
Produk yang hilang awal tidak dihitung dalam menentukan jumlah unit ekuivalen.
Di Departemen Lanjutan : (dept 2 dst)
Harga pokok dari departemen sebelumnya disesuaikan dengan jumlah satuan setelah
adanya produk hilang.
2) Produk Hilang Akhir Proses
a. Apabila produk hilang terjadi pada akhir proses mempunyai pengaruh terhadap
perhitungan harga pokok produksi untuk departemen awal maupun lanjutan.
b. Produk hilang tersebut tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen karena dianggap telah
ikut menyerap biaya-biaya produksi.
c.
Harga pokok produk hilang tersebut diperhitungkan ke harga pokok produk selesai yang
ditransfer dari departemen produksi yang bersangkutan ke departemen produksi
berikutnya.
III. Adanya Produk Rusak Dalam Proses (Spoiled Goods)
Produk rusak adalah produk yang mutunya tidak sesuai dengan standar mutu yang telah
ditentukan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Adapun perlakuan terhadap produk rusak
adalah :
1. Apabila produk rusak tidak laku dijual maka produk rusak tersebut diperlakukan sebagai
produk hilang akhir proses.
2. Apabila produk rusak mempunyai harga jual maka perlakuan terhadap produk rusak
tersebut sebagai berikut :
a. Nilai jual produk rusak dicatat untuk mengurangi biaya-biaya produk pada departemen
tempat terjadinya produk rusak tersebut. Dasar pembagian kepada masing-masing jenis
biaya produksi adalah perbandingan unit ekuivalen maka produk rusak tersebut tetap
diperhitungkan.
b. Kerugian atas produk rusak (selisih harga pokok dengan harga jual) dicatat sebagai biaya
overhead yang sesungguhnya di departemen tempat terjadinya produk rusak. Pencatatan
(12)
ini dipakai apabila biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka.
c. Niali jual produk rusak dicatat sebagai pendapatan di luar usaha, produk rusak tetap
diperhitungkan dalam unit ekuivalen.
IV. Adanya Produk Cacat Dalam Proses (Defective Goods)
Produk cacat yaitu produk yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang
sudah ditentukan, tetapi masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang
baik kembali, dalam arti biaya perbaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan nilai
yang diperoleh dengan adanya perbaikan.
Perlakuan produk cacat tergantung penyebab timbulnya produk cacat, yaitu :
1. Produk Cacat Bersifat Normal
Semua biaya perbaikan diperlakukan sebagai elemen biaya produksi dan digabungkan
dengan elemen biaya produksi yang ada pada departemen tersebut.
2. Produk Cacat Karena Kesalahan
Perlakan biaya perbaikan tidak boleh dikapitalisasi ke dalam biaya produksi, akan tetapi
harus diperlakukan sebagai elemen rugi produk cacat.
V. Adanya Tambahan Bahan Setelah Departemen Awal
Meskipun pada umumnya bahan baku dipakai pada departemen awal tetapi adakalanya
bahan baku ditambahkan di departemen lanjutan (departemen 2 dst).
Adapun pencatatan tambahan bahan baku tersebut di departemen lanjutan adalah sebagai
berikut :
1. Apabila tambahan bahan baku tersebut tidak menambah unit produk maka tambahan
bahan baku itu hanya dicatat menambah biaya produk tanpa mempengaruhi perhitungan
unit ekuivalen departemen bersangkutan.
2. Apabila tambahan bahan baku tersebut mengakibatkan bertambahnya unit produk di
departemen yang bersangkutan, maka akan mengakibatkan diadakannya penyesuaian
terhadap harga pokok produksi per satuan dari departemen sebelumnya.
VI. Adanya Bahan Sisa Proses Produksi (Scrap Matreial)
Adalah bahan baku yang merupakan sisa proses produksi yang tidak dapat dimasukkan
lagi dalam produksi untuk tujuan yang sama, tetapi mungkin dapat digunakan untuk
proses produksi yang berbeda atau dijual kembali dalam suatu jumlah tertentu. Bahan
sisa ini nilai jualnya lebih kecil dibandingkan produk utama.
VII. Adanya Bahan Buangan (Waste Material)
Adalah bagian dari bahan mentah yang tertinggal sesudah proses produksi dan tidak
mempunyai kegunaan untuk dipakai atau dijual kembali. Biaya dalam mengatur bahan
buangan biasanya dibebankan pada kontrol overhead pabrik.
(13)
●
Kalkulasi Biaya Rata - Rata VS Kalkulasi Biaya Fifo
Kalkulas biaya rata - rata dan biaya Fifo masing - masing mempunyai keunggulan
tersendiri. Tidak layaklah untuk menyatakan bahwa metode yang satu lebih sederhana
atau lebih akurat daripada metode lain. Pemilihan salah satu metode itu akan tergantung
seluruhnya pada sikap manajemen mengenai prosedur penentuan biaya yang dapat
memberikan angka - angka yang andal bagi pedoman manajerial.
Perbedaan mendasar antara kedua metode terutama berkaitan dengan perlakuan
terhadap persediaan awal barang dalam proses. Dalam metode rata - rata, biaya
persediaan awal barang dalam proses ditambahkan ke biaya dari departemen sebelumnya
dan ke biaya bahan, pekerja, dan overhead pabrik yang dikeluarkan selama periode itu.
Biaya perunit akan ditentukan dengan membagi biaya - biaya ini dengan kuantitas
produksi ekuivalen. Unit - unit serta biayanya kemudian ditrasfer ke departemen
berikutnya sebagai suatu angka kumulatif.
Dalam metode Fifo, biaya persediaan awal barang dalam proses dicantumkan
sebagai satu angka yang terpisah. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan unit - unit
persediaan awal ditambahkan ke biaya tadi. Jumlah kedua biaya ini kemudian ditransfer
ke departemen berikutnya. Unit yang dimulai dan diselesaikan selama periode tersebut
memiliki biaya per unit tersendiri yang lazimnya berbeda dengan biaya per unit lengkap
untuk unit unit dalam proses. Jadi metode Fifo mengidentifikasi secara terpisah biaya
-biaya per unit
Contoh 1:
PT “IKA FARMA” memproduksi minyak gosok melalui dua departemen produksi.
Berikut ini data produksi dan biaya yang terjadi selama periode bulan desember 2002.
Dept I
Dept II
Unit:
PDP awal:
BB 100%,Biaya konversi 40% selesai 68.000
BB 100%,Biaya konversi 20% selesai
102.000
Masuk proses selama periode ini 680.000
Produk ditransfer ke Departemen II 595.000
Unit ditanbahkan dalam produksi
85.000
Produk jadi ditransfer ke Gudang
748.000
Persediaan PDP akhir
BB 100%,Biaya konversi 60% selesai 153.000
BB 100%,Biaya konversi 30% selesai
34.000
(14)
Biaya:
Biaya yang melekat pada persediaan PDP awal:
Harga pokok dari Dept I pd PDP awal -
680.000
BB 238.000
204.000
BTK 111.520
174.000
BOP 187.000
78.200
Jumlah 536.520
1.136.960
Biaya yang terjadi selama periode ini:
BB 2.380.000
1.360.000
BTK 850.000
1.190.000
BOP 1.530.000
680.000
Jumlah 4.760.000
3.230.000
Diminta :
1. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen tersebut dengan
metode rata-rata
2. buatlah jurnal yang diperlukan
1.
JAWABAN
PT. ika farma
Laporan Harga Pokok Produksi Dept I
Bulan Desember 2002
Daftar kuantitas fisik :
Persediaan PDP awal (BB 100%,BK 40%) 68.000 unit
Unit masuk proses 680.000 unit 748.000 unit
Produk ditransfer ke Departemen II 595.000 unit Persed PDP akhir (BB 100%,BK 60%) 153.000 unit
748.000 unit Pembebanan biaya
(15)
PDP awal Sekarang jumlah UPE biaya/UPE
BB 238.000 2.380.000 2.618.000 595.000+153.000 = 748.000 3,5
BTK 111.520 850.000 961.520 595.000+153.000(60%)=686.800 1,4
BOP 187.000 1.530.000 1.717.000 595.000+153.000(60%)=686.800 2,5
Jumlah 536.520 4.760.000 5.296.520 7,4 Harga pokok produksi
HP Produk ditransfer ke Departemen II
595.000 unit X 7,4 ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 4.403.000 HP persediaan PDP akhir
BB 153.000 x 3,5 x 100%= 535.500 BTK 153.000 x 1,4 x 60% = 128.520 BOP 153.000 x 2,5 x 60% = 229.500+
893.520+
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept I 5.296.520
PT. ika farma
Laporan Harga Pokok Produksi Dept II
Bulan Desember 2002
Daftar kuantitas fisik :
Persediaan PDP awal (BB 100%,BK 20%) 102.000 unit Unit masuk proses 595.000 unit
Unit tambahan 85.000 unit 782.000 unit Produk jadi ditransfer ke Gudang 748.000 unit
Persed PDP akhir (BB 100%,BK 30%) 34.000 unit
782.000 unit
Pembebanan biaya
PDP awal Sekarang jumlah UPE biaya/UPE HP dr I 680.000 4.403.000 5.083.000 748.000+34.000(100%)=782.000 6,5
BB 204.000 1.360.000 1.564.000 748.000+34.000(100%)=782.000 2,0
BTK 174.760 1.190.000 1.364.760 748.000+34.000(30%) = 758.200 1,8
BOP 78.200 680.000 758.200 748.000+34.000(30%) = 758.200 1,0
(16)
Harga pokok produksi
HP Produk ditransfer ke Departemen II
748.000 unit X 11,3 ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 8.452.400 HP persediaan PDP akhir
HP dr Dept I 34.000 x 6,5 x 100% = 221.000 BB 34.000 x 2,0 x 100% = 68.000 BTK 34.000 x 1,8 x 13% = 18.360 BOP 34.000 x 1,0 x 30% = 10.200 +
317.560 +
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept II 8.769.960
2. Jurnal yang diperlukan Jurnal Dept.I
a. Mencatat Biaya pada Bulan Des 2002
BDP - BBB Dept.I 2.380.000 BDP - BTK Dept.I 850.000 BDP - BOP Dept.I 1.530.000
Persediaan bahan baku 2.380.000 Gaji dan upah 850.000 Berbagai jenis biaya 1.530.000 b. Mencatat Transfer Produk ke Dept.II
BDP - BBB Dept.II 4.403.000
BDP - BBB Dept.II 2.082.500 1]
BDP - BTK Dept.II 833.000 2]
BDP - BOP Dept.II 1.487.500 3]
c. Mencatat Persediaan produk dalam Proses Akhir
Persediaan PDP Dept.I 893.520
BDP - BBB Dept.I 535.500 BDP - BTK Dept.I 128.520 BDP - BOP Dept.I 229.500
Keterangan :
1] 595.000 x 3,5=2.082.500 2] 595.000 x 1,4= 833.000 3] 595.000 x 2,5=1.487.500
Jurnal Dept.II
a. Mencatat Biaya pada Bulan Des 2002
BDP - BBB Dept.II 1.360.000 BDP - BTK Dept.II 1.190.000
(17)
BDP - BOP Dept.II 680.000
Persediaan bahan baku 1.360.000 Gaji dan upah 1.190.000 Berbagai jenis biaya 680.000 b. Mencatat Trasfer Produk Jadi ke Gudang
Persediaan produk jadi 8.452.400
BDP - BBB Dept.II 6.358.000 1]
BDP - BTK Dept.II 1.346.400 2]
BDP - BOP Dept.II 748.000 3]
c. Mencatat Persediaan Produk dalam Proses Akhir
Persediaan PDP Dept.II 317.560 HP dr Dept.I 221.000 BDP - BBB Dept.II 68.000 BDP - BTK Dept.II 18.360 BDP - BOP Dept.II 10.200
Keterangan :
1] 748.000 x 8,5=6.358.000 2] 748.000 x 1,8=1.346.400 3] 748.000 x 1,0= 748.000
Contoh 2 :
PT. KRISMON mengolah produk melalui 2 departemen, produk yang berasal dari Dept. A
dipindahkan ke Dept. B untuk diproses menjadi produk jadi yang siap digunakan. Pada Dept. A terjadi produk hilang awal proses dan di Dept. B terdapat produk yang rusak bersifat normal dan tidak laku dijual. Data produksi dan biaya dalam bulan Desember 1996 adalah sebagai berikut :
Departemen A Departemen B
Produk dalam proses per 01/12/1996
(BB 100 %, Konversi 75%) . . . 400 — Produk masuk proses . . . 3.100 —
Produk selesai ditransfer ke Dept. B . . . 2.500 — Produk dalam proses per 31/12/1996
(BB 100 %, Konversi 50%) . . . 500 — Produk dalam proses per 01/12/1995
(Konversi 50%) . . . — 300 Produk selesai diterima dari Dept. A . . . . — 2.500 Produk selesai ditransfer ke gudang . . . — 2.100 Produk dalam proses per 31/12/1995
(Konversi 80%) . . . — 600 Produk hilang awal proses . . . 500 — Produk rusak bersifat normal (tidak laku dijual) — 100 Harga pokok produk dalam proses 01/12/1996 :
(18)
Biaya Bahan Baku . . . Rp. 90.000 — Biaya Tenaga Kerja . . . Rp. 65.000 Rp. 150.000 Biaya Overhead Pabrik . . . Rp. 85.000 Rp. 125.000
Biaya Ditambahkan :
Biaya Bahan Baku . . . Rp. 637.000 — Biaya Tenaga Kerja . . . Rp. 931.000 Rp. 910.800 Biaya Overhead Pabrik . . . Rp. 392.000 Rp. 1.113.200
Diminta :
1. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi per departemen produksi dengan menggunakan metode FIFO.
2. Buatlah jurnal yang diperlukan.
JAWABAN
PT. KRISMON
Laporan Harga Pokok Produksi Dept. A Bulan Desember 2007
Laporan produksi : Unit Produk dalam proses per 01/12/96
(BBB 100%, Konversi 75 %) . . . 400
Produk masuk proses . . . 3.100 3.500
Produk selesai ditransfer ke Dept. B . . . 2.500 Produk dalam proses per 31/12/96
(BBB 100%, Konversi 50%) . . . 500 Produk hilang awal proses . . . 500
3.500 Biaya dibebankan di Dept A :
Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP / unit HP Produk dalam proses awal Rp. 240.000
Biaya ditambahkan di Dept. A :
Biaya Bahan Baku Rp. 637.000 2.600 1] Rp. 245
Biaya Tenaga Kerja Rp. 931.000 2.450 2] Rp. 380
Biaya Overhead Pabrik Rp. 392.000 2.450 2] Rp. 160
Rp. 1.960.000 Rp. 785
Biaya Kumulatif Dept. A Rp. 2.200.000
Perhitungan Harga Pokok :
Perhitungan HP Produk dalam proses awal :
HP Produk dalam proses periode lalu . . . Rp. 240.000 Biaya untuk menyelesaikan produk dalam proses awal :
Biaya Bahan Baku : 400 x 0 % x Rp. 245 = Rp. — Biaya Tenaga Kerja : 400 x 25 % x Rp. 380 = Rp. 38.000
(19)
Rp. 294.000 Perhitungan HP Produk selesai ditransfer ke Dept. B :
HP Produk selesai [ ( 2.500 – 400 ) x Rp. 785 ] . . . Rp. 1.648.500
HP Produk selesai ditransfer ke Dept. B ( 2.500 x Rp. 777 )3 . . . Rp.
1.942.500
Perhitungan HP Produk dalam proses akhir :
Biaya Bahan Baku : 500 x 100 % x Rp. 245 = Rp. 122.500 Biaya Tenaga Kerja : 500 x 50 % x Rp. 380 = Rp. 95.000
Biaya Overhead Pabrik : 500 x 50 % x Rp. 160 = Rp. 40.000
Rp. 257.500
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept. A Rp. 2.200.000
1] ( 2.500 – 400 ) + ( 400 x 0 % ) + ( 500 x 100 % ) = Rp. 2.600 2] ( 2.500 – 400 ) + ( 400 x 25 % ) + ( 500 x 50 % ) = Rp. 2.450 3] Rp. 1.942.500 / 2.500 = Rp. 777
PT. KRISMON
Laporan Harga Pokok Produksi Dept. B Bulan Desember 2007
Laporan produksi : Unit Produk dalam proses per 01/12/96 (Konversi 50 %) . . . 300
Produk selesai diterima dari Dept. A . . . 2.500 2.800
Produk selesai ditransfer ke gudang . . . 2.100 Produk dalam proses per 31/12/96 (Konversi 80%) . . . 600 Produk rusak bersifat normal . . . 100
2.800 Biaya dibebankan di Dept B :
Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP / unit HP Produk dalam proses awal Rp. 750.000
HP dibebankan dalam Dept. B :
HP Produk dari Dept. A . . . . Rp. 1.942.500 Rp. 777 Biaya ditambahkan di Dept. B :
Biaya Tenaga Kerja Rp. 910.800 2.530 1] Rp. 360
Biaya Overhead Pabrik Rp. 1.113.200 2.530 1] Rp. 440
Rp. 2.024.000 Rp. 800
Biaya Kumulatif Dept. B Rp. 4.716.500 Rp. 1.577
Perhitungan Harga Pokok :
Perhitungan HP Produk dalam proses awal :
HP Produk dalam proses periode lalu . . . Rp. 750.000 Biaya untuk menyelesaikan produk dalam proses awal :
Biaya Tenaga Kerja : 300 x 50 % x Rp. 360 = Rp. 54.000
Biaya Overhead Pabrik : 300 x 50 % x Rp. 440 = Rp. 66.000
Rp. 870.000 Perhitungan HP Produk selesai ditransfer ke gudang :
(20)
HP Produk selesai [ ( 2.100 – 300) x Rp. 1.577 ] . . . Rp. 2.838.600
HP Produk rusak ( 100 x Rp. 1.577 ) . . . Rp. 157.700
HP Produk selesai ditransfer ke gudang ( 2.100 x Rp. 1.841,09 )2 . . . Rp.
3.866.300
Perhitungan HP Produk dalam proses akhir :
Dari Dept. A : 600 x Rp. 777 = Rp. 466.200 Biaya Tenaga Kerja : 600 x 80 % x Rp. 360 = Rp. 172.800
Biaya Overhead Pabrik : 600 x 80 % x Rp. 440 = Rp. 211.200
Rp. 850.200
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept. B Rp. 4.716.500
1] ( 2.100 – 300 ) + ( 300 x 50 % ) + ( 600 x 80 % ) + 100 = 2.530 2] Rp. 3.866.300 / 2.100 = 1.841,09
Jurnal yang diperlukan : Jurnal Dept. A
a) Mencatat biaya pada bulan Des 2007
BDP - BBB Dept. A Rp. 637.000 — BDP - BTK Dept. A Rp. 931.000 — BDP - BOP Dept. A Rp. 392.000 —
Persediaan bahan baku — Rp. 637.000 Gaji dan upah — Rp. 931.000 Berbagai jenis biaya — Rp. 392.000 b) Mencatat transfer produk ke Dept. B
BDP - BBB Dept. B Rp. 1.942.500 —
Persediaan produk dalam proses awal Rp. 240.000
BDP - BBB Dept. A — Rp. 514.500 1]
BDP - BTK Dept. A — Rp. 836.000 2]
BDP - BOP Dept. A — Rp. 352.000 3]
c) Mencatat persediaan produk dalam proses akhir
Persediaan PDP Dept. A Rp. 257.500 — BDP - BBB Dept. A — Rp. 122.500 BDP - BTK Dept. A — Rp. 92.000 BDP - BOP Dept. A — Rp. 40.000
1] [ ( 2.500 - 400 ) + ( 400 x 0 % ) x Rp. 245 2] [ ( 2.500 - 400 ) + ( 400 X 25 % ) x Rp. 380 3] [ ( 2.500 - 400 ) + ( 400 X 25 % ) x Rp. 160
Jurnal Dept. B
(21)
BDP - BTK Dept. B Rp. 910.800 — BDP - BOP Dept. B Rp. 1.113.200 — Gaji dan upah — Rp. 910.800 Berbagai jenis biaya — Rp. 10113.200 b) Mencatat transfer produk jadi ke gudang
Persediaan Produk Jadi Rp. 3.866.300 — Persediaan produk dalam proses awal — Rp. 750.000
BDP - BBB Dept. B — Rp. 1.476.300 1]
BDP - BTK Dept. B — Rp. 738.000 2]
BDP - BOP Dept. B — Rp. 902.000 3]
c) Mencatat persediaan produk dalam proses akhir
Persediaan PDP Dept. B Rp. 850.200 — BDP - BBB Dept. B — Rp. 466.200 BDP - BTK Dept. B — Rp. 172.800 BDP - BOP Dept. B — Rp. 211.200
1] [ ( 2.100 - 300 ) + 100] x 777
2] [ ( 2.100 - 300 ) + ( 300 x 50% ) + 100] x 360 3] [ ( 2.100 - 300 ) + ( 300 x 50% ) + 100] x 440
(1)
Harga pokok produksi
HP Produk ditransfer ke Departemen II
748.000 unit X 11,3 ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 8.452.400 HP persediaan PDP akhir
HP dr Dept I 34.000 x 6,5 x 100% = 221.000 BB 34.000 x 2,0 x 100% = 68.000 BTK 34.000 x 1,8 x 13% = 18.360 BOP 34.000 x 1,0 x 30% = 10.200 +
317.560 + Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept II 8.769.960
2. Jurnal yang diperlukan Jurnal Dept.I
a. Mencatat Biaya pada Bulan Des 2002
BDP - BBB Dept.I 2.380.000 BDP - BTK Dept.I 850.000 BDP - BOP Dept.I 1.530.000
Persediaan bahan baku 2.380.000 Gaji dan upah 850.000 Berbagai jenis biaya 1.530.000 b. Mencatat Transfer Produk ke Dept.II
BDP - BBB Dept.II 4.403.000
BDP - BBB Dept.II 2.082.500 1]
BDP - BTK Dept.II 833.000 2]
BDP - BOP Dept.II 1.487.500 3]
c. Mencatat Persediaan produk dalam Proses Akhir
Persediaan PDP Dept.I 893.520
BDP - BBB Dept.I 535.500 BDP - BTK Dept.I 128.520 BDP - BOP Dept.I 229.500 Keterangan :
1] 595.000 x 3,5=2.082.500 2] 595.000 x 1,4= 833.000 3] 595.000 x 2,5=1.487.500
Jurnal Dept.II
a. Mencatat Biaya pada Bulan Des 2002
BDP - BBB Dept.II 1.360.000 BDP - BTK Dept.II 1.190.000
(2)
BDP - BOP Dept.II 680.000
Persediaan bahan baku 1.360.000 Gaji dan upah 1.190.000 Berbagai jenis biaya 680.000 b. Mencatat Trasfer Produk Jadi ke Gudang
Persediaan produk jadi 8.452.400
BDP - BBB Dept.II 6.358.000 1]
BDP - BTK Dept.II 1.346.400 2]
BDP - BOP Dept.II 748.000 3]
c. Mencatat Persediaan Produk dalam Proses Akhir
Persediaan PDP Dept.II 317.560 HP dr Dept.I 221.000 BDP - BBB Dept.II 68.000 BDP - BTK Dept.II 18.360 BDP - BOP Dept.II 10.200 Keterangan :
1] 748.000 x 8,5=6.358.000 2] 748.000 x 1,8=1.346.400 3] 748.000 x 1,0= 748.000
Contoh 2 :
PT. KRISMON mengolah produk melalui 2 departemen, produk yang berasal dari Dept. A dipindahkan ke Dept. B untuk diproses menjadi produk jadi yang siap digunakan. Pada Dept. A terjadi produk hilang awal proses dan di Dept. B terdapat produk yang rusak bersifat normal dan tidak laku dijual. Data produksi dan biaya dalam bulan Desember 1996 adalah sebagai berikut : Departemen A Departemen B
Produk dalam proses per 01/12/1996
(BB 100 %, Konversi 75%) . . . 400 — Produk masuk proses . . . 3.100 —
Produk selesai ditransfer ke Dept. B . . . 2.500 — Produk dalam proses per 31/12/1996
(BB 100 %, Konversi 50%) . . . 500 — Produk dalam proses per 01/12/1995
(Konversi 50%) . . . — 300 Produk selesai diterima dari Dept. A . . . . — 2.500 Produk selesai ditransfer ke gudang . . . — 2.100 Produk dalam proses per 31/12/1995
(Konversi 80%) . . . — 600 Produk hilang awal proses . . . 500 — Produk rusak bersifat normal (tidak laku dijual) — 100 Harga pokok produk dalam proses 01/12/1996 :
(3)
Biaya Bahan Baku . . . Rp. 90.000 — Biaya Tenaga Kerja . . . Rp. 65.000 Rp. 150.000 Biaya Overhead Pabrik . . . Rp. 85.000 Rp. 125.000 Biaya Ditambahkan :
Biaya Bahan Baku . . . Rp. 637.000 — Biaya Tenaga Kerja . . . Rp. 931.000 Rp. 910.800 Biaya Overhead Pabrik . . . Rp. 392.000 Rp. 1.113.200 Diminta :
1. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi per departemen produksi dengan menggunakan metode FIFO.
2. Buatlah jurnal yang diperlukan.
JAWABAN
PT. KRISMON
Laporan Harga Pokok Produksi Dept. A Bulan Desember 2007
Laporan produksi : Unit Produk dalam proses per 01/12/96
(BBB 100%, Konversi 75 %) . . . 400
Produk masuk proses . . . 3.100 3.500
Produk selesai ditransfer ke Dept. B . . . 2.500 Produk dalam proses per 31/12/96
(BBB 100%, Konversi 50%) . . . 500 Produk hilang awal proses . . . 500
3.500 Biaya dibebankan di Dept A :
Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP / unit HP Produk dalam proses awal Rp. 240.000
Biaya ditambahkan di Dept. A :
Biaya Bahan Baku Rp. 637.000 2.600 1] Rp. 245
Biaya Tenaga Kerja Rp. 931.000 2.450 2] Rp. 380
Biaya Overhead Pabrik Rp. 392.000 2.450 2] Rp. 160
Rp. 1.960.000 Rp. 785 Biaya Kumulatif Dept. A Rp. 2.200.000
Perhitungan Harga Pokok :
Perhitungan HP Produk dalam proses awal :
HP Produk dalam proses periode lalu . . . Rp. 240.000 Biaya untuk menyelesaikan produk dalam proses awal :
Biaya Bahan Baku : 400 x 0 % x Rp. 245 = Rp. — Biaya Tenaga Kerja : 400 x 25 % x Rp. 380 = Rp. 38.000 Biaya Overhead Pabrik : 400 x 25 % x Rp. 160 = Rp. 16.000
(4)
Rp. 294.000 Perhitungan HP Produk selesai ditransfer ke Dept. B : HP Produk selesai [ ( 2.500 – 400 ) x Rp. 785 ] . . . Rp. 1.648.500 HP Produk selesai ditransfer ke Dept. B ( 2.500 x Rp. 777 )3 . . . Rp.
1.942.500
Perhitungan HP Produk dalam proses akhir :
Biaya Bahan Baku : 500 x 100 % x Rp. 245 = Rp. 122.500 Biaya Tenaga Kerja : 500 x 50 % x Rp. 380 = Rp. 95.000 Biaya Overhead Pabrik : 500 x 50 % x Rp. 160 = Rp. 40.000
Rp. 257.500 Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept. A Rp. 2.200.000
1] ( 2.500 – 400 ) + ( 400 x 0 % ) + ( 500 x 100 % ) = Rp. 2.600 2] ( 2.500 – 400 ) + ( 400 x 25 % ) + ( 500 x 50 % ) = Rp. 2.450 3] Rp. 1.942.500 / 2.500 = Rp. 777
PT. KRISMON
Laporan Harga Pokok Produksi Dept. B Bulan Desember 2007
Laporan produksi : Unit Produk dalam proses per 01/12/96 (Konversi 50 %) . . . 300
Produk selesai diterima dari Dept. A . . . 2.500 2.800
Produk selesai ditransfer ke gudang . . . 2.100 Produk dalam proses per 31/12/96 (Konversi 80%) . . . 600 Produk rusak bersifat normal . . . 100
2.800 Biaya dibebankan di Dept B :
Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP / unit HP Produk dalam proses awal Rp. 750.000
HP dibebankan dalam Dept. B :
HP Produk dari Dept. A . . . . Rp. 1.942.500 Rp. 777 Biaya ditambahkan di Dept. B :
Biaya Tenaga Kerja Rp. 910.800 2.530 1] Rp. 360
Biaya Overhead Pabrik Rp. 1.113.200 2.530 1] Rp. 440
Rp. 2.024.000 Rp. 800
Biaya Kumulatif Dept. B Rp. 4.716.500 Rp. 1.577 Perhitungan Harga Pokok :
Perhitungan HP Produk dalam proses awal :
HP Produk dalam proses periode lalu . . . Rp. 750.000 Biaya untuk menyelesaikan produk dalam proses awal :
Biaya Tenaga Kerja : 300 x 50 % x Rp. 360 = Rp. 54.000 Biaya Overhead Pabrik : 300 x 50 % x Rp. 440 = Rp. 66.000
Rp. 870.000 Perhitungan HP Produk selesai ditransfer ke gudang :
(5)
HP Produk selesai [ ( 2.100 – 300) x Rp. 1.577 ] . . . Rp. 2.838.600 HP Produk rusak ( 100 x Rp. 1.577 ) . . . Rp. 157.700 HP Produk selesai ditransfer ke gudang ( 2.100 x Rp. 1.841,09 )2 . . . Rp.
3.866.300
Perhitungan HP Produk dalam proses akhir :
Dari Dept. A : 600 x Rp. 777 = Rp. 466.200 Biaya Tenaga Kerja : 600 x 80 % x Rp. 360 = Rp. 172.800 Biaya Overhead Pabrik : 600 x 80 % x Rp. 440 = Rp. 211.200
Rp. 850.200 Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept. B Rp. 4.716.500
1] ( 2.100 – 300 ) + ( 300 x 50 % ) + ( 600 x 80 % ) + 100 = 2.530 2] Rp. 3.866.300 / 2.100 = 1.841,09
Jurnal yang diperlukan : Jurnal Dept. A
a) Mencatat biaya pada bulan Des 2007
BDP - BBB Dept. A Rp. 637.000 — BDP - BTK Dept. A Rp. 931.000 — BDP - BOP Dept. A Rp. 392.000 —
Persediaan bahan baku — Rp. 637.000 Gaji dan upah — Rp. 931.000 Berbagai jenis biaya — Rp. 392.000 b) Mencatat transfer produk ke Dept. B
BDP - BBB Dept. B Rp. 1.942.500 —
Persediaan produk dalam proses awal Rp. 240.000 BDP - BBB Dept. A — Rp. 514.500 1]
BDP - BTK Dept. A — Rp. 836.000 2]
BDP - BOP Dept. A — Rp. 352.000 3]
c) Mencatat persediaan produk dalam proses akhir
Persediaan PDP Dept. A Rp. 257.500 — BDP - BBB Dept. A — Rp. 122.500 BDP - BTK Dept. A — Rp. 92.000 BDP - BOP Dept. A — Rp. 40.000
1] [ ( 2.500 - 400 ) + ( 400 x 0 % ) x Rp. 245
2] [ ( 2.500 - 400 ) + ( 400 X 25 % ) x Rp. 380
3] [ ( 2.500 - 400 ) + ( 400 X 25 % ) x Rp. 160
Jurnal Dept. B
(6)
BDP - BTK Dept. B Rp. 910.800 — BDP - BOP Dept. B Rp. 1.113.200 — Gaji dan upah — Rp. 910.800 Berbagai jenis biaya — Rp. 10113.200 b) Mencatat transfer produk jadi ke gudang
Persediaan Produk Jadi Rp. 3.866.300 — Persediaan produk dalam proses awal — Rp. 750.000 BDP - BBB Dept. B — Rp. 1.476.300 1]
BDP - BTK Dept. B — Rp. 738.000 2]
BDP - BOP Dept. B — Rp. 902.000 3]
c) Mencatat persediaan produk dalam proses akhir
Persediaan PDP Dept. B Rp. 850.200 — BDP - BBB Dept. B — Rp. 466.200 BDP - BTK Dept. B — Rp. 172.800 BDP - BOP Dept. B — Rp. 211.200
1] [ ( 2.100 - 300 ) + 100] x 777
2] [ ( 2.100 - 300 ) + ( 300 x 50% ) + 100] x 360