Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis juga merupakan
faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini mempermudah timbulnya apendisitis akut Sjamsuhidayat, 2004.
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lender 1-2 ml perhari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen
dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender dimuara apendiks tampaknya berperan dalam pathogenesis apendiks. Wim de jong et al. 2005.
Menurut klasifikasi : 1. Apendiksitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan factor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia jaringan limf, fikalit tinjabatu,tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat
menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasite E. histolytica.
2. Apendiks rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan
apendiksitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendiksitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Apendiksitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopis fibrosis
menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik,
dan keluhan menghilang setelah pendiktomi.
D. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin
lama mukus tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
5
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan pada apendiks tersebut dapat menjadi
abses atau menghilang. Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, maka dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut
ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang sehingga memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah Mansjoer, 2000.
E. Manifestasi Klinik
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendiksitis adalah nyeri samar nyeri tumpul di daerah epigastrium disekitar umbilicus atau
periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa
jam, nyeri akan beralih ke kuadran kana bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatic
setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
Tindakan ini di anggap berbahaya karenabisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga di sertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5
sampai 38,5 derajat celcius.
6
Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan dengan menggunakan skor Alvarado :
The Modified Alvarado Score score
Gejala Perpindahan nyeri dari uluhati ke perut
kanan bawah Mual muntah
Anoreksia 1
1 1
Tanda Nyeri di perut kanan bawah
Nyeri lepas Demam di atas 37,5 derajat celsius
2 1
1
Pemeriksaan lab Leukositosis
Hitung jenis leukositosis shift to the left 2
1 Total
10 Interprestasi dari Modified Alvarado Score :
1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis 5-7 : sangat mungkin apendisitis akut
8-10: pasti apendisitis akut
System skor di buat untuk meningkatkan cara mendiagnosis apendisitis. Selain gejala klasik,ada beberapa gejala lain tergantung pada letakapendiks ketika
meradang apendisitis. Timbulnya gejala ini tergantung pada letak apendiks ketika meradang.
Berikut gejala yang timbul tersebut. 1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum
terlindung oleh sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kea rah perut kanan
bawah atau nyeri timbul saat melakukan gerakan seperti berjalan ,bernafas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.
psoas mayor yang menegang dari dorsal. 2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis.
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rectum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rectum, sehingga peristaltic meningkat,
pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang diare. 3. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya. Hubungan patofisiologi dan manifestasi klinis apendisitis : wim de jong
Kelainan patologi Keluhan dan tanda
Peradangan awal Kurang enak uluhatidaerah pusat,
mungkin kolik.
7
Apendisitis mukosa Nyeri tekan kanan bawah rangsangan
autonomic Radang di seluruhketebalan
inding Nyeri sentral pindah ke kanan bawah,
mual dan muntah. Apendisitis komplit radang
peritoneum parietale apendiks Rangsangan peritoneum local somatic,
nyeri pda gerak aktif dan pasif, defans muskuler local
Radang alatjaringan yang menempel pada apendiks
Genitalia interna, urter, m. psoas mayor, kantung kemih, rectum.
Apendisitis gangrenosa Demam sedang, takikardi, mulai toksik,
leukositosis Perforasi
nyeri dan defan muskuler seluruh seluruh perut
Pembungkusan 1. tidak berhasil
s.d.a + demam tinggi, dehidrasi, syok, toksik
2. berhasil Masa perut kanan bawah, keadaan
umum berangsur membaik 3. Abses
Demam remiten, keadaan umum toksik, keluhan dan tanda setempat.
Menurut Arief Mansjoer 2002, keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan
muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia,
malaise dan demam yang tak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin
progresif dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat
membantu menentukan lokasi nyeri.
8
Menurut Suzanne C Smeltzer dan Brenda G Bare 2002, apendisitis akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh radang mendadak umbai
cacing yang memberikan tanda setempat. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik Mc.Burney yang berada antara umbilikus dan spinalis
iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks.
Bila apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri tekan terasa di daerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya pada
pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks
dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan
palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi
menyebar. Distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk. Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat
bervariasi. Tanda-tanda tersebut dapat sangat meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau proses penyakit lainnya. Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai
ia mengalami ruptur apendiks. Insidens perforasi pada apendiks lebih tinggi pada lansia karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan perawatan kesehatan
tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda. Menurut Diane C. Baughman dan JiAnn C. Hackley 2000, manifestasi
klinis apendisitis adalah sebagai berikut: 1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam derajat
rendah, mual, dan seringkali muntah 2. Pada titik Mc Burney terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit
kaku dari bagian bawah otot rektus kanan 3. Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan sejumlah nueri
tekan, spasme otot, dan konstipasi serta diare kambuhan
9
4. Tanda Rovsing dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah , yang menyebabkan nyeri kuadran kiri bawah
5. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar; terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium