TINJAUAN HUKUM PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIS MELALUI AJUDIKASI BERDASARKAN PP NO. 24 TAHUN 1997
ANIKA SELAKA MURFINID 101 10 452 ABSTRAK
Kebutuhan tanah terus meningkat sehingga sering menimbulkan masalah yang amat kompleks. Untuk menangani masalah pertanahan tersebut, pemerintah
menerbitkan Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang kemudian dikenal dengan UUPA, lahirnya UUPA merupakan tonggak
baru bangsa ini dalam hukum pertanahan. Sejalan dengan itu pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan pemerintah No 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah
yang kembali menegaskan pentingnya masyarakat mendaftarkan tanahnya, pendaftaran tanah berfungsi untuk mengetahui status bidang tanah, siapa pemiliknya,
apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan. Pentingnya diadakannya pendaftaran tanah secara sistematis, baik dan benar melalui ajudikasi bertujuan untuk
mengurangi masalah yang timbul berkaitan dengan tanah.
Metode Penelitian yang digunakan penulis metode pendekatan yang bersifat yuridis empiris dengan maksud membuktikan atau menguji untuk memastikan
kebenaran dan merasionalkannya melalui hasil penelitian dan pengalaman yang telah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian yang ditemukan bahwa
masyarakat lebih banyak mendaftarkan tanahnya dengan cara sporadic, karena masyarakat menganggap pendaftaran tanah secara sistematis belum tentu ada setiap
tahunnya, meskipun mahal masyarakat tetap mendaftarkan tanahnya demi mendapatkan hak atas tanah yang dimilikinya.
Kata kunci : PP No. 24 Tahun 1997, Pendaftaran tanah, Ajudikasi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendaftaran tanah berasal dari kata Cadastre bahasa Belanda Kadaster
suatu istilah teknis untuk suatu rekord rekaman, menunjukan kepada luas,
nilai dan kepemilikan atau lain-lain alas hak terhadap suatu bidang tanah.
Kata ini berasal dari bahasa latin “capitastrum” yang berarti suatu
register atau capita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah romawi
Capotatio Torrens. Dalam artian yang tegas cadastre adalah rekord rekaman
daripada lahan-lahan,
nilai-nilai daripada tanah dan pemegang haknya
dan untuk kepentingan perpajakan.
1
Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan, yang di lakukan
oleh negarapemerintah secara terus menerus
dan teratur,
berupa pengumpulan keterangan atau data
1
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1999 hlm 18.
tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di wilayah-wilayah tertentu,
pengolahan, penyimpanan
dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat,
dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan,
termaksud penerbitan tanda-buktinya dalam pemeliharaanya.
Kata- kata “ suatu rangkaian kegiatan “
menunjuk kepada adanya berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan
pendaftaran tanah, yang berkaitan satu dengan yang lain, berurutan menjadi
satu kesatuan rangkaian yang bermuara pada tersedianya data yang di perlukan
dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan
bagi rakyat. Kata “terus menerus” menunjuk
kepada pelaksanaan kegiatan, yang sekali dimulai tidak akan ada akhirnya.
Data yang sudah terkumpul dan tersedia harus selalu dipelihara, dalam
arti disesuaikan dengan perubahan perubahan yang terjadi kemudian,
hingga tetap sesuai dengan keadaan terakhir.
Kata “teratur” menunjukan, bahwa
semua kegiatan
harus berlandaskan peraturan perundang-
undangan yang sesuai, karena hasilnya akan merupakan data bukti menurut
hukum, biarpun
daya kekuatan
pembuktiannya tidak selalu sama dalam hukum negara-negara yang
menyelenggarakan pendaftaran tanah. Salah satu aturan yang mengatur
tentang pendaftaran tanah adalah Undang-Undang
Pokok Agraria
UUPA, UUPA merupakan peraturan dasar yang mengatur penguasaan,
pemilikan, peruntukan, penggunaan, dan pengendalian pemanfaatan tanah
yang bertujuan
terselenggaranya pengelolaan dan pemanfaatan tanah
untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Salah satu
aspek yang
dibutuhkan untuk tujuan tersebut adalah mengenai kepastian hak atas
tanah yang menjadi dasar utama dalam rangka kepastian hukum kepemilikan
tanah.
2
Diberlakukannya UUPA
merupakan awal sejarah perkembangan Hukum
Agraria di
Indonesia, khususnya mengenai Hukum di bidang
pertanahan dan menghapus dualisme
2
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan pelaksanaanya, Jakarta:Djambatan, 2005, hlm, 72-73.
hukum pertanahan. Untuk menjamin kepastian hukum tersebut, UUPA
menegaskan dalam Pasal 19 Ayat 1 yang berbunyi:
“Untuk menjamin kepastian hukum olehpemerintah
diadakannya Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah
Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah
”. Berpatokan pada perkembangan
yang begitu pesat dan banyaknya persoalan pendaftaran tanah yang
muncul ke permukaan dan tidak mampu diselesaikan oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, maka setelah berlaku selama kurang
lebih 38 tahun, untuk selanjutnya pemerintah
telah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
3
. Pendaftaran tanah yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah
dilaksanakan berdasarkan
azas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir
dan terbuka.
4
3
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, cetakan ke Dua jakarta 2008, hlm. 152-153
4
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Ctk. Pertama, Jakarta, 2007, hlm. 164
Kegiatan Pendaftaran
tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah
untuk pertama kali dan kegiatan pemeliharaan
data yang
tersedia. Pendaftaran tanah untuk pertama kali
“initial registrasion” meliputi tiga bidang kegiatan, yaitu: bidang fisik
atau “teknis kadastral”, bidang yuridis dan penerbitan dokumen tanda-bukti
hak. Kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali “initial registration”
dapat di lakukan melalui dua cara, yaitu secara sistematis dan secara
sporadik. Pendaftaran tanah secara sistematis adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali yang dilakukan
secara serentak
yang meliputi semua objek pendaftaran
tanah yang belum di daftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatau
desa atau
kelurahan, umumnya
prakarsa datang dari pemerintah yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara
AgrariaKepala BPN No. 3 Tahun 1995
tentang penyelenggaraan
Pendaftaran Tanah Secara Sistematik. Pendaftaran tanah secara sporadik
adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau
beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah
satu desa atau kelurahan secara individual atau massal, yang dilakukan
atas permintaan
pemegang atau
penerima hak
atas tanah
yang bersangkutan.
Pendaftaran tanah secara sistematik lebih diutamakan karena melalui cara
ini akan dipercepat perolehan data mengenai bidang-bidang tanah yang
akan didaftarkan daripada melalui pendaftaran tanah melalui sporadik,
tetapi diperlukan
waktu untuk
memenuhi dana, tenaga dan peralatan. Sedangkan
pelaksanaannya harus
didasarkan pada
suatu rencana
pelaksanaan tahunan
yang berkelanjutan, melalui uji kelayakan
agar berjalan lancar. Pendaftaran tanah secara sporadik juga akan ditingkatkan
pelaksanaannya karena
dalam kenyataannya akan bertambah banyak
permintaan untuk mendaftar secara individual dan massal yang diperlukan
dalam pelaksanaan pembangunan yang akan semakin meningkat kegiatannya.
5
5
Boedi Harsono, Seminar Nasional, PP Nomor 24 Tahun 1997 Isi dan penjelasannya, 1997,
hlm. 5.
Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, BPN dibantu oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah PPAT dan Pejabat yang lainnya yang ditugaskan
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut PP No. 24 Tahun
1997 ini dan peraturan perundang- undangan
yang bersangkutan.
Misalnya dalam pendaftaran sistematik oleh Panitia Ajudikasi.
Panitia Ajudikasi tersebut dibentuk oleh menteri Negara Agraria selaku
Kepala BPN atau Pejabat
yang ditunjuk.
Pembentukan Panitia
Ajudikasi dimaksudkan agar tidak mengganggu
tugas rutin
Kantor Pertanahan pada umumnya, sehingga
pendaftaran tanah sistematik dapat diselenggarakan secara lebih cepat dan
massal. Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Ajudikasi dibantu oleh satuan
tugas pengukuran
dan pemetaan,
satuan tugas pengumpul data yuridis dan satuan tugas administrasi yang
tugas, susunan dan kegiatannya diatur oleh Menteri, kemudian tugas dan
wewenang Ketua dan anggota Panitia Ajudikasi diatur oleh Menteri yang
sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku.
6
Sesuai dengan Peraturan Menteri 31997 Pasal 1 angka 8, Ajudikasi
adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah
untuk pertama
kali, meliputi
pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai
satu atau beberapa objek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya.
Hasil akhir dari proses pendaftaran tanah adalah penerbitan sertifikat oleh
BPN yang didalamnya berisi data fisik dan data yuridis mengenai tanah. Data
yuridis maksudnya ada keterangan mengenai status hukum bidang tanah
yang didaftar, pemegang hak dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang
membebaninya. Bila
dinyatakan sebagai status hukum bidang tanah
yang terdaftar, berarti terdapat bukti yang menunjukkan adanya hubungan
hukum antara orang dengan tanahnya. Adanya
bukti hubungan
hukum tersebut kemudian diformalkan bukan
dilegalisasi melalui
kegiatan pendaftaran tanah.
6
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Pasal 8 Ayat 1 sampai dengan
Ayat 5,Tentang Pendaftaran Tanah.
Dengan kata lain dalam kegiatan pendaftaran tanah terdapat tugas-tugas
piñata-usahaan, seperti dalam hal penetapan
hak atas
tanah dan
pendaftaran peralihan
hak tanah.
Bahkan dapat
dikatakan bahwa
kegiatan yang menyangkut aspek yuridis atau pengumpulan data yuridis
sampai kepada penerbitan buku tanah, sertipikat dan daftar umum lainnya
serta pencatatan
perubahan di
kemudian hari hampir seluruhnya menyangkut tugas-tugas administrasi.
Dalam proses peng-administrasi-an kegiatan pendaftaran tanah tersebut,
secara konkrit ditandai dengan adanya daftar-daftar isian yang diberikan
kode-kode tertentu untuk mencatat setiap kegiatan dari pendaftaran tanah
tersebut. B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah peran Ajudikasi
dalam pendaftaran tanah?
2. Kendala-kendala yang di temukan
dalam pendaftaran tanah dan cara
penyelesaiaannya ?
II. PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian