SMP TERBUKA

SMP TERBUKA
Posted by: admin Posted date: February 06, 2013 In: ARTIKEL PENDIDIKAN, BERITA
KEGIATAN, INFO PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU Sisdiknas RI No 20
tahun 2003). Dari pengertian ini dapat kita lihat bahwa begitu pentingnya pendidikan ini bagi
masyarakat yang merupakan bagian dari Negara dan sebaliknya. Sekolah merupakan lembaga
yang disediakan Negara untuk mewujudkan upaya tersebut, agar tujuan untuk mencerdaskan
anak bangsa bisa tercapai.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, misalnya melalui pembangunan gedung sekolah
baru, peningkatan daya tampung pada sekolah-sekolah yang telah ada, penambahan fasilitas
belajar, pengadaan dan pengangkatan tenaga guru, pemberian beasiswa, dan lain-lain. Namun
upaya itu ternyata belum dapat mengatasi masalah pemerataan pendidikan secara tuntas. Masih
banyak warga masyarakat yang belum dapat terjangkau oleh layanan pendidikan, terutama
sebagian masyarakat yang memiliki berbagai macam kendala tertentu. Pembangunan gedung
sekolah baru yang dilakukan setiap tahun misalnya, belum dapat menjangkau kelompok
masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di daerah-daerah terpencil. Bagi masyarakat yang
memiliki kendala ekonomi, waktu dan geografis masih sulit untuk memperoleh layanan

pendidikan melalui jalur pendidikan reguler/konvensional. Padahal sebagai sesama anak bangsa,
mereka memiliki hak yang sama dengan anak-anak lain yang lebih beruntung memperoleh
pendidikan, sebagaimana dijamin oleh pasal 31 Undang-undang Dasar 1945. Dalam wilayah
negara Indonesia yang luas dengan karakteristik geografis dan demografis yang begitu beragam,
sangat sulit memberikan layanan pendidikan yang dapat menjangkau seluruh masyarakat
terutama anak-anak yang memiliki berbagai kendala ekonomi, geografis dan waktu. Bahkan
sekalipun di lokasi-lokasi seperti itu dibangun sekolah reguler, belum tentu kelompok anak yang
memiliki kendala tersebut sempat mengikuti pendidikan karena kesibukannya bekerja membantu
orang tua mencari nafkah. Bagi kelompok anak seperti ini, pergi ke sekolah setiap hari dengan
segala konsekwensinya , merupakan kegiatan yang dianggap terlalu mahal. Anak-anak tersebut
berada di luar jangkauan pendidikan konvensional. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif
program pendidikan non-konvensional untuk dapat menjangkau mereka.
Sistem pendidikan terbuka dan sistem pendidikan jarak jauh dapat dijadikan alternatif untuk
memberikan layanan pendidikan bagi kelompok anak yang memiliki kendala semacam itu.
Untuk pendidikan tingkat SMP, salah satu bentuk pendidikan terbuka yang telah dilaksanakan
saat ini adalah Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP Terbuka). Miarso (2006:242)
menyatakan bahwa SMP terbuka ditinjau dari struktural kelembagaan sekolah merupakan
pendidikan kompensatorik, yaitu pengganti yang statusnya paralel dengan lembaga yang ada,
bukan pelengkap (komplementer) ataupun penembah (suplementer).


SMP Terbuka sebagai suatu sub-sistem yang direncanakan pada 1976 adalah salah satu bentuk
pendidikan terbuka, yang merupakan aplikasi teknologi pendidikan. Sistem itu dirancang untuk
dapat mengatasi masalah belajar khususnya bagi mereka yang karena berbagai macam kendala
tidak memperoleh kesempatan untuk belajar yang lazim, sementara mereka mempunyai potensi
untuk belajar, dan masih ada sumber belajar lain yang belum dimanfaatkan (Miarso, 2006:239).
Berbagai macam bentuk pendidikan terbuka antara lain Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan
Mandiri, Pendidikan Bermedia, Pendidikan Terkemas, Pendidikan Arah-diri (self directed
education), Pendidikan Bebas, Pendidikan Laju-diri (self paced education), Pendidikan
Korespondensi, dan berbagai istilah lain lagi.
Teknologi Pendidikan dan Pemeratan Pendidikan
Januszewski (2008:1) menyatakan bahwa: Educational technology is the study and ethical
practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing
appropriate technological processes and resources. (Teknologi pendidikan adalah studi dan etika
praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan,
penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi). Sementara itu, Miarso
(2006:240) menyatakan “Teknologi Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses kompleks
dan terpadu yang melibatkan orang, gagasan, prosedur, peralatan dan organisasi untuk mengatasi
masalah belajar manusia. Bersdasarkan pendapat diatas dapat kita simpulkan Teknologi
Pendidikan adalah studi dan etika prektek yang melibatkan orang, gagasan, prosedur, peralatan
dan organisasi untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan,

penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi dalam rangka untuk
memecahkan masalah belajar manusia.
Salah satu masalah belajar yang dimiliki manusia khususnya rakyat Indonesia adalah tidak
seluruh anak bangsa ini dapat mengenyam pendidikan sebagaimana yang telah dicanagkan
pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun. Pemerataan pendidikan menjadi tugas yang besar bagai
dunia pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan tujuan bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Miarso (2006:241) mendefinisikan Pemerataan pendidikan sebagai:
a. Kesempatan untuk bersekolah yang merata, atau lazim disebut dengan istilah pendidikan
semesta (universal education)
b. Pemerataan mutu pendidikan, atau berarti menghilangkan kesen-jangan mutu karena faktor
sosial-ekonomis dan geografis
c. Pemerataan kemungkinan memperoleh pendidikan dengan memberikan perlakuan yang
berbeda termasuk subsidi atau beasiswa kepada mereka yang tidak mampu, meliputi pula untuk
mereka yang menyandang kelainan
d. Pemerataan hasil perolehan pendidikan, yang berarti para lulus-annya mempunyai kesempatan
yang sama untuk memperoleh penghasilan yang setaraf.
Dari pengertian pemerataan pendidikan diatas dapat kita ketahui bahwa pemerataan pendidikan
tidak hanya terbatas hanya pada memberikan hak pendidikan seluruh warga Negara, namun

pemerataan pendidikan juga terkait dengan mutu pendidikan, perlakuan yang berbeda karena

perbedaan latar belakang, dan pemerataan hasil perolehan pendidikan sehingga memiliki
kesempatan bersaing yang sama tanpa tebang pilih. Untuk mengembangkan gagasan pemerataan
tersebut dibutuhkan strategi/cara dengan berpegangan pada prinsip teknologi pendidikan, yaitu :
a. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi, manajemen,
rekayasa, dan lain-lain.
b. Memecahkan masalah secara menyeluruh dan bersistem. Menyeluruh berarti tidak bersifat
tambal sulam, dan mem-perhatikan semua aspek. Bersistem berarti dilakukannya analisis terlebih
dahulu, kemudian dirancang, diproduksi, disajikan, digunakan, dinilai, diperbaiki, dan
disebarkan.
c. Mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di antaranya, dan menggunakan teknologi sebagai
proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah.
d. Mengusahakan adanya nilai tambah/daya lipat atau efek sinergi, dimana penggabungan
pendekatan dan/atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan. Demikian
pula dengan pemecahan masalah secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih
daripada memecahkan masalah secara terpisah. (Miarso, 2006:242)
Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa Teknologi Pendidikan memiliki peran untuk
memecahkan masalah pendidikan dalam Pemerataan Pendidikan.
Pengertian, Tujuan dan Ciri-ciri Sekolah Menengah Pertama (SMP) Terbuka
SMP Terbuka adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang dirancang khusus untuk melayani
para siswa pada usia 12-17 tahun yang tidak dapat mengikuti pelajaran seperti biasa pada SMP

reguler, karena alasan ekonomi, transportasi, kondisi geografis, atau kendala waktu untuk
membantu orang tua bekerja, jenis pekerjaan dalam membantu orang tua yang mereka lakukan
pada umumnya sesuai dengan kadar kemampuan menurut perkembangan mereka masing-masing
di antaranya adalah membantu orang tua berkebun, bekerja di sawah, ladang, warung,
menjajakan koran, menyemir sepatu, yang hasilnya mereka gunakan untuk menambah keuangan
keluarga atau ditabung sendiri. Berbagai ragam kendala tersebut merupakan fenomena dan
gambaran secara nyata dari kebanyakan siswa di SMP Terbuka yang sebenarnya tetap
berkeinginan untuk belajar hingga meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Tujuan dari sistem SMP Terbuka adalah sebagai salah satu upaya atau subsistem pendidikan pada
jenjang SLTP untuk membantu lulusan SD dan MI yang karena faktor social, ekonomis,
geografis, waktu dan lain-lain tidak dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang SLTP. Tujuan
Institional SMP Terbuka adalah:
• Memberikan bekal kamampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di SD yang bermanfaat bagi siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga Negara sesuai
dengan tingkat perkembangannya.

• Mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat dan atau mengikuti pendidikan penengah
(Kepmen Dikbud no. 054/U/1993 tentang SLTP)
Sekalolah Menegah Pertama terbuka yang merupakan sub-sistems sekolah memiliki cirriciri/karakter antara lain:

• siswanya lebih banyak belajar mandiri;
• gurunya berbagi peran dengan orang (narasumber) lain, baik yangada di sekitar lingkungan
siswa, maupun yang terpisah jauh;
• sumber belajarnya bervariasi, dengan bentuk utama bahan yang dikemas untuk belajar
mandiri ;
• mempertimbangkan kondisi dan karakteristik siswa dalam penyelenggaraan
belajarpembelajaran
• kegiatan belajar-pembelajar-an tidak terjadwal pada tempat dan waktu yang ketat, dan
• meman-faatkan lingkungan tempat tinggal anak-didik sebagai sumber belajar.
Landasan Hukum SMP Terbuka
Penyelenggaraan SMP Terbuka yang mulai dirintis pada tahun ajaran 1979/1980 merupakan
perwujudan dari salah satu amanat Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa salah satu
tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal tersebut dipertegas lagi dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan; ayat (2) pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang selanjutnya Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada Bab II Pasal 3 menyebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan diberlakukannya Wajar 9 tahun
oleh pemerintah, tujuan pendidikan SMP pun diharapkan dapat dicapai secara utuh sebagaimana
mestinya, yaitu: memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah
• Landasan Filsafat SMP Terbuka
Jika membahas tentang landasan filsafat suatu objek paling sedikit perlu dipertanyakan beberapa
hal, yaitu: apa hakikat gejala/objek itu (landasan ontologi), bagaiamana (asal, cara, struktur dan
sebagainya) penggarapan gejala/objek tersebut (landasan epistimologi), dan apa manfaat
gejala/objek tersebut (landasan Aksiologi).

Pertimbangan ontologi, Gejala pendidikan yang perlu digarap secara khusus yang merupakan
landasan ontologi SMP Terbuka adalah Adanya anak-anak lulusan SD usia 12-17 tahun yang
belum memperoleh perhatian yang cukup tentang kebutuhannya dan kondisinya DAN Adanya
anak-anak yang belum memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan pada jenjang sekolah
menengah pertama, Belum tersedianya dan termanfaatkannya sumber-sumber belajar baru
berupa: orang (misalnya penulis buku ajar, dan pembuat media pembelajaran), isi pesan (yang
tertulis dalam buku/tersaji dalam media dan sebagainya), bahan (misalnya buku dan perangkat
lunak televisi), alat (pesawat radio, televisi dan sebagainya), cara-cara tertentu dalam

memanfaatkan orang, pesan, bahan dan alat, serta lingkungan tempat proses belajar itu
berlangsung, Belum dilakukannya kegiatan yang bersistem dalam mengembangkan
sumbersumber belajar itu yang bertolak dari landasan teori-teori belajar dan pembelajaran serta
hasil penelitian serta Masih adanya kemungkinan dibentuknya lembaga dan pola pengelolaan
kegiatan belajar-pembelajaran baru tanpa mengubah/mengintervensi lembaga yang sudah ada.
(Miarso, 2006:240)
Pertimbangan epistimologi
Secara legal keberadaan SMPT berasal dari kebijakan pemerintah untuk memperluas kesempatan
belajar. Pada tahun 1976 diidentifikasikan empat alternatif untuk perluasan kesempatan itu,
yaitu : l) pembangunan gedung sekolah baru; 2) penambahan daya tampung sekolah yang sudah
ada (memperbesar rasio murid guru); 3) mendirikan sekolah terbuka; dan 4) menyelenggarakan
pendidikan ketrampilan. Setelah diuji kelayakannya berdasarkan kriteria waktu, tenaga, biaya
dan organisasi akhirnya dipilih alternatif sekolah terbuka. Secara konseptual adanya SMPT
adalah untuk membuktikan bahwa konsep belajar mandiri dengan bimbingan yang minimal dari
guru dilaksanakan dengan dikembangkannya sumber belajar yang sengaja dirancang untuk
keperluan itu. Ditinjau dari struktur kelembagaan sekolah, SMPT bukan merupakan pendidikan
komplementer atau suplementer, melainkan merupakan pendidikan kompensatorik. Pendidikan
komplementer adalah yang melengkapi pendidikan sekolah yang ada, seperti misalnya kursus
komputer/kursus mengetik, dll, yang merupakan program ko dan ekstra kurikuler. Pendidikan
suplementer adalah penambahan atas lembaga yang ada misalnya dengan mengadakan kelas

jauh/bimbingan belajar, dsb. Sedangkan pendidikan kompensatorik adalah pengganti yang
statusnya paralel dengan lembaga yang ada.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa cara untuk menerapkan SMPT
adalah:
a. Berawal dari kebijakan pemerintah yaitu, memperluas kesempatan belajar.
b. Menggunakan konsep belajar mandiri, dengan bimbingan yang minimal membuktikan bahwa
konsep belajar mandiri dengan bimbingan yang minimal dari guru dilaksanakan dengan
dikembangkannya sumber belajar yang sengaja dirancang untuk keperluan itu.
c. Dalam penerapannya SMP Terbuka berinduk kepada SMP regular yang ada, dengan rapor dari
sekolah induk, dan ijazahnya pun sama, dengan perlakuan yang berbeda. Ini dikarenakan SMP
Terbuka secara struktur kelembagaan sekolah bukan sebagai pelengkap (komplementer) ataupun

penambahan (suplemen), akan tetapi sebagai kompensatorik, yaitupengganti yang statusnya
paralel dengan lembaga yang ada
Pertimbangan Aksiologi
Manfaat bagi siswa: memungkinkan bagi peserta didik untuk melanjutkan ke pendidikan lanjut
sesuai dengan kondisi mereka. Siswa dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari untuk membantu
perekonomian keluarga dan juga dapat belajar di sela-sela kesibukan mereka dengan bantuan
media ajar (modul, kaset pembelajaran dan lain sebagainya).
Manfaat bagi oran tua dan masyarakat: kegiatan social ekonomi tidak terganggu, biaya dapat

ditekan serendah mungkin, dihargainya anggota masyarakat yang mampu bertindak sebagai
narasumber, meningkatnya taraf pendidikan dasar yang diperlukan dalam menghadapi
pembangunan dan perkembangan zaman, dikembangkannya sumber belajar baru yang berarti
membuka kesempatan dimanfaatkannya sarana yang belum belum terpakai dan kemungkinan
penambahan lapangan kerja baru.
Manfaat bagi pemerintah: Dapat mewujudkan program wajib belajar 9 tahun, tidak diperlukan
biaya yang besar untuk pembangunan sekolah dan pengangkatan guru baru, meningkatnya
partisipasi dan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan sehingga lebih memperingan
tanggung jawab pemerintah.
• Landasan Teori dan Konsepsi
SMPT juga didasarkan pada sejumlah teori dan konsepsi tertentu. Dalam tulisan ini hanya
dikemukakan landasan satu kerangka teori serta konsepsi pola pembelajaran menurut Miarso
(2006:243).
Kerangka Teori. Kerangka teori. Yang menjadi landasan sistem SMPT adalah teori pembelajaran
yang bersifat preskriptif, artinya teori yang memberi “resep” untuk mengatasi masalah. Kerangka
teori ini mengandung tiga variabel yaitu : kondisi, perlakuan, dan hasil.
Kerangka teori tersebut dapat dijelaskan: Karakteristik siswa meliputi pola kehidupan seharihari, keadaan social ekonomi, kemampuan membaca, dsb. Karakteristik pelajaran meliputi tujuan
apa yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut, dan apa hambatan untuk pencapaian itu.
Misalnya saja pelajaran bahasa Inggris yang meliputi kemampuan mengucapkan dengan benar,
tidak mungkin dapat diajarkan hanya dengan media cetak saja. Pengorganisasi bahan pelajaran

(yang menjadi tujuan utama pertemuan ini), meliputi antara lain bagaimana merancang bahan
untuk keperluan belajar mandiri. Strategi penyampaian meliputi pertimbangan penggunaan
media apa untuk menyajikan apa/bagaimana cara menyajikannya, siapa dan/atau apa yang akan
menyajikan, dsb. Sedang pengelolaan kegiatan meliputi keputusan untuk mengembangkan dan
mengelola serta kapan dan bagaimana digunakannya bahan pelajaran dan strategi penyajiannya.
Berdasarkan pemetaan kerangka teori dapat dikatakan bahwa bila kepada sejumlah anak yang
kondisinya sama dan diberikan perlakuan sama, maka hasilnya cenderung sama. Bilamana
perlakuan-nya berbeda maka hasilnya cenderung berbeda. Sedangkan apabila kondisi anak-anak

itu berbeda dan diberikan perlakuan yang sama hasilnya akan berbeda. Namun bila kepada
mereka itu diberikan per-lakuan yang berbeda, maka hasilnya mungkin sama. Pilihan alternatif
terakhir ini yang merupakan dasar diselenggarakannya SMPT, yaitu kepada anak yang berbeda
(menyandang hambatan) diberikan perla-kuan berbeda (belajar terbuka dan mandiri), agar dapat
diperoleh hasil belajar yang sama/sepadan dengan teman-temannya yang kondisinya lebih baik
di sekolah regular.
Dalam pembuatan bahan pelajaran SMP Terbuka, perlu memperhatikan beberapa teori
pembelajaran untuk menjadi landasan teorinya. Seperti teori Pristiwa Pembelajaran (Gagne).
Gagne (dalam miarso, 2006:245) berpendapat bahwa belajar itu merupakan seperangkat proses
yang bersifat internal bagi setiap pribadi (hasil) yang merupakan hasil transformasi rangsangan
yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan pribadi yang bersangkutan (kondisi). Agar
kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa
pembelajaran (metode/ perlakuan). Peristiwa pembelajaran (instructional events) adalah
peristiwa dengan urutan sebagai berikut :
a. menarik perhatian agar siap menerima pelajaran
b. memberitahukan tujuan pelajaran agar anak-didik tahu apa yang diharapkan dalam belajar itu
c. merangsang timbulnya ingatan atas ajaran sebelumnya
d. presentasi bahan ajaran
e. memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar
f. membangkitkan timbulnya unjuk kerja (merespon)
g. memberikan umpan balik atas unjuk kerja
h. menilai unjuk kerja
i. memperkuat retensi dan transfer pelajaran.
Pola pembelajaran pada SMPT dapat dibe-dakan dengan pola instruksioanl sekolah regular, Pola
pengelolaan pembelajaran yang merupakan adaptasi dari Heinich (1970 : 146). Dalam sekolah
regular, pembelajaran yang terjadi terutama pola # 1 dan # 2, Sedangkan pada SMPT
menggunakan pola # 3, # 4, dan # 5, yaitu masing-masing : media yang sengaja dirancang (by
design) digunakan oleh guru; berbagi peranan dengan media, dan media yang digunakan oleh
siswa.
Berdasarkan penjelasan landasan SMP Terbuka diatas, maka landasan hukum, landasan filsafat
dan landasan teori dan konsep merupakan landasan utama dari SMP Terbuka. Landasan hukum
berupa kebijakan-kebijakan pemerintah, dalam hal ini adalah wajib belajar 9 tahun. Landasan
filsaat berupa landasan ontologi, epistimologi dan aksiologi. Landasan teori dan konsep berupa

landasan yang mendasari pengelola SMP Terbuka untuk menerapkan metode pembelajaran dan
pengembangan bahan ajar untuk peserta SMP Terbuka (proses pembelajarn)
Peran SMP terbuka dalam pemerataan pendidikan
Pemerataan pendidikan tidak hanya terbatas pada memberikan hak pendidikan seluruh warga
Negara, namun pemerataan pendidikan juga terkait dengan mutu pendidikan, perlakuan yang
berbeda karena perbedaan latar belakang, dan pemerataan hasil perolehan pendidikan sehingga
memiliki kesempatan bersaing yang sama tanpa tebang pilih.
SMP Terbuka telah membuka celah terhadap hal-hal tersebut. Disamping SMP terbuka telah
memberikan kesempatan yang banyak bagi anak bangsa ini yang memiliki masalah dalam belajar
(faktor ekonomi, geografis, umur dan lain sebagainya) dengan jumlah siswa pada tahun ajaran
2002/2003 sebanyak 232.395 orang (http://pelangi.dit-plp.go.id).
Dari segi mutu, SMP terbuka telah memberikan kontribusi terhadap pemerataan pendidikan. Ini
dibuktikan pada UAN tahun siswa SMP Terbuka 30, Jakarta Utara mencapai rata-rata 16,65
untuk 3 mata pelajaran (bahasa indonesia, bahasa inggris, dan matematika), dimana posisi ini ada
diatas atau lebih tinggi di bandingkan dengan SMP Negeri 140 (16,19), SMP Negeri 261 (16,19),
SMP Negeri 282 (15,64), SMP Negeri 112 (15,58), SMP Negeri 113 (15,31), SMP Negeri 23
(15,31), SMP Negeri 270 (15,11), dan SMP Negeri 120 (14,79), dan bila dibandingkan dengan
SMP Swasta. Dari 66 siswa SMP Terbuka yang mengikuti UAN hanya ada 2 orang (3%) yang
nilai UAN tak memenuhi syarat minimal kelulusan. Nilai tertinggi pada siswa SMP Terbuka 30
dicapai oleh siswa bernama Listiawaty dengan nilai UAN, Bahasa Indonesia, 8,00 Bahasa
Inggris 9,17 dan Matematika 8,00 (http://pelangi.dit-plp.go.id).
Dengan Perlakuan yang berbeda dari SMP Reguler (berupa konsep belajar mandiri dan
pemberian ketrampilan), SMP Terbuka telah memberikan keterampilan-keterampilan baru pada
para peserta didik. Sebagai contoh (http://pelangi.dit-plp.go.id) SMP Terbuka jalan Cagak
Subang, yang memilih keterampilan otomotif dan tahap awal menghasilkan onderdil motor yang
menghasilkan nilai jual tinggi dan diakui kualitasnya, SMP Terbuka Metro menghasilkan
berbagai kerajinan dari rotan termasuk sangkar burung yang sempat mempesona Bapak Presiden
pada pameran yang diadakan dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional di Lebak Bulus
Jakarta baru-baru ini. Begitu pula anyaman akar wangi dan enceng gondok karya siswa SMP
Terbuka Buaran Pekalongan mampu menembus pasaran di hotel-hotel berbintang. Pembuatan
sapu dari tangkai bunga tebu karya siswa SMP Terbuka Kandangserang Pekalongan, waktu
pameran di Plaza Depdiknas langsung diserbu konsumen dan langsung ludes habis. Nasib serupa
dialami pembuatan sandal jepit berlogo karya siswa SMP Terbuka Kapetakan, Kab. Cirebon,
laris menerima pesanan pengunjung untuk keluarganya.
Dengan keterampilan tersebut telah memberikan bekal kapada alumnus SMP Terbuka untuk
mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara.
http://disdikbud.sultengprov.go.id/berita-kegiatan/kebudayaan/smp-terbuka