PERANAN PETUGAS KLINIK HEMAT ENERGI DALAM MEMBERIKAN INFORMASI 'HEMAT LISTRIK' KEPADA PELANGGAN PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN JARINGAN BANDUNG UTARA

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan Umum Listrik Negara atau lebih dikenal dengan nama Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Wilayah Republik Indonesia bergerak dalam bidang bisnis pelayanan jasa yaitu mendistribusikan pasokan listrik bagi masyarakat yang membutuhkannya sehingga pelanggan harus mendapatkan pelayanan yang baik dan bermutu, karena pelayanan yang baik dan bermutu akan menimbulkan kesan yang baik dan dengan sendirinya citra perusahaan akan baik pula. PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara merupakan unit pelayanan dari kantor Distribusi Jawa Barat dan Banten (DJBB) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dari PLN. Pelayanan yang diberikan PT. PLN (Persero) UPJ Bandung Utara berupa Pelayanan Pelanggan, Pembacaan Meter, Pengelolaan Rekening, Pembukuan Pelanggan, Penagihan, Pengawasan Kredit dan P2TL, serta tersedianya Klinik Konsultasi Hemat Energi sebagai media informasi PLN dengan pelanggannya.

Listrik merupakan energi yang tidak mudah untuk didapat karena bukan energi yang bebas. Pengelolaan listrik tergantung dari sumber daya alam yang tidak tersedia untuk selamanya. Dewasa ini, suplai listrik ke rumah-rumah penduduk semakin berkurang, diakibatkan oleh makin menipisnya sumber energi yang dipakai untuk memproduksi listrik, yaitu energi kinetik air, minyak bumi


(2)

dan sumber lainnya seperti batubara dan panas bumi. Hal ini mengakibatkan harga listrik juga semakin mahal dan menipis. Namun, seperti diketahui keberadaan listrik sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, dengan listrik dapat memudahkan masyarakat beraktivitas akan tetapi apabila tidak digunakan dengan bijak akan dapat menimbulkan suatu kerugian.

Menghemat listrik adalah suatu kegiatan yang dapat membuat konsumsi energi listrik berkurang. Hemat energi, bukan sekedar menghemat isi kocek, tetapi lebih jauh lagi membantu menyelamatkan bumi dari kerusakan akibat pemanasan global (Global warming) lantaran pemakaian energi fosil (BBM-bahan bakar minyak) yang berlebihan.

Pemborosan listrik yang dilakukan oleh pelanggan biasanya disebabkan karena pelanggan tidak memahami betapa pentingnya berhemat listrik demi kelangsungan hidup, seperti membiarkan listrik yang tidak digunakan tetap menyala. Akibat dari pemborosan tersebut sering terjadinya pemadaman listrik sementara untuk suatu wilayah yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten (DJBB). Akan tetapi, selama ini masyarakat tidak pernah memahami akibat pemadaman listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) DJBB yang disebabkan oleh permintaan listrik yang terus meningkat di masyarakat sementara kapasitas pembangkit listrik yang ada pun terbatas. Terjadinya pemadaman secara bergiliran di sejumlah wilayah di wilayah Jabar dan Banten karena adanya kelebihan beban listrik di wilayah tersebut. Untuk mengurangi beban, PLN mengajak masyarakat untuk melakukan penghematan listrik.


(3)

Penghematan listrik yang dilakukan, misalnya dengan cara mengurangi konsumsi listrik terutama pada waktu beban puncak (17.00 – 22.00 WIB) menjadi kunci utama menghindari pemadaman. Apabila 50% pelanggan PLN DJBB melakukan penghematan dengan mengurangi pemakaian energi listrik 50-100 watt setiap harinya atau setara dengan memadamkan dua titik lampu di rumah dengan kapasitas masing-masing 25 watt, maka akan terjadi pengurangan beban sekitar 200 MW yang setara dengan kekurangan daya yang terjadi DJBB. Sementara itu, apabila seluruh pelanggan DJBB melakukan penghematan secara berjamaah maka akan didapat penghematan sebesar 400 mw atau setara dengan kapasitas satu pembangkit dan pemadaman bergilir tidak akan terjadi.

Efisiensi yang di butuhkan saat ini bukan hanya mematikan alat yang tidak sedang terpakai. PLN membutuhkan sebuah perubahan perilaku yang mendasar dalam kehidupan, atau yang biasa disebut sebagai budaya hemat listrik. Artinya masyarakat harus mulai jeli pada peralatan listrik yang di pakai sehari-hari. Misalnya dengan menggunakan peralatan hemat energi (watt kecil). Selama ini masyarakat memiliki salah persepsi. Imbauan hemat energi bukan berarti masyarakat tidak mampu membayar. Masyarakat mampu, akan tetapi bila menghemat energi yang tidak perlu akan lebih efektif. Dananya pun bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Melalui Program hemat listrik masyarakat diharapkan lebih siap dan mengerti jika kelak terjadi masalah pada pembangkit listrik. Lebih jauh dari itu, masyarakat akan memiliki antisipasi dengan energi alternatif.


(4)

Untuk membantu masyarakat agar lebih mengetahui cara menghemat energi khususnya energi listrik, PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (DJBB) telah membuat suatu terobosan yang efektif dan efisien dalam memberikan edukasi kelistrikan kepada pelanggan yaitu dengan cara menyediakan Klinik Konsultasi Hemat Listrik. Kegiatan edukasi publik tentang pentingnya penggunaan listrik secara efisien terus dilakukan dengan sasaran berbagai kelompok, termasuk kelompok anak-anak dan anak muda.

Klinik hemat energi merupakan ruang atau media pameran sebagai visualisasi peralatan rumah tangga sehari-hari yang mengkonsumsi listrik. Klinik ini disediakan secara cuma-cuma oleh PLN dibentuk sebagai upaya untuk meningkatkan komunikasi antara PLN dengan pelanggannya, sehingga pelayanan PLN bisa lebih optimal.

Untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, membutuhkan seseorang atau petugas yang memiliki peranan penting dalam memberikan informasi hemat listrik kepada pelanggan. Membahas mengenai peranan Onong Uchjana Effendy mendefinisikan sebagai berikut :

“Sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan secara menonjol dalam suatu peristiwa”. (Effendy, 1986: 315)

Berdasarkan kondisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peranan merupakan suatu bagian, pemegang pimpinan atau pihak yang berwenang yang pada suatu kondisi terlihat secara menonjol atau aktif dalam melaksanakan tugas.


(5)

Dalam melaksanakan perannya, petugas klinik tidak terlepas dari komunikasi yang merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, tanpa komunikasi tidak adanya proses komunikasi. Karena dengan berkomunikasi manusia dapat memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, serta dapat membina hubungan yang baik dengan orang-orang disekitar individu tersebut.

Komunikasi menurut Everett M. Rogers yang dikutip oleh Deddy Mulyana, yaitu:

“Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.

(Mulyana, 2003: 62)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu kegiatan yang bisa mempengaruhi pemikiran orang lain dan akhirnya tingkah laku individu tersebut dapat berubah sesuai dengan yang diharapkan komunikator.

Petugas klinik berupaya langsung memberikan informasi dan pengarahan-pengarahan kepada pelanggan mengenai informasi kelistrikan dalam upaya hemat listrik. Seperti halnya klinik kesehatan, dalam klinik hemat energi ini, petugas akan mengobservasi apakah pelanggan PLN memiliki penyakit "boros listrik" atau tidak. Diagnosa penyakit ini didasarkan pada tagihan rekening listrik, apakah melewati atau di bawah batas hemat yang telah ditetapkan. Setelah itu, petugas akan memberikan resep untuk menyembuhkan penyakit boros tersebut, berupa trik-trik menghemat listrik. Hal yang paling penting perlu ditekankan kepada pelanggan yang berkonsultasi bahwa pemahaman penghematan energi tidak harus


(6)

mengurangi kenyamanan. keamanan, mutu produk dan jasa serta produktivitas kerja. Penghematan dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi alternatif, membuka jendela untuk sumber pencahayaan, serta memilih dan menggunakan peralatan listrik sesuai kebutuhan.

PLN telah memulai program ini dengan mengadakan pelatihan untuk karyawan bertajuk “Penghematan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik” (P3TL). Dalam pelatihan tersebut, para karyawan dibekali ilmu tentang cara-cara efektif menghemat listrik, serta ide-ide untuk mengembangkan listrik alternatif. Alumni pelatihan ini nantinya akan menjadi petugas klinik konsultasi hemat energi listrik. Petugas dari klinik hemat energi akan memberikan asistensi bagi pelanggan PLN tentang cara menggunakan energi listrik dirumah atau kantor, tanpa mengurangi kenyamanan. Caranya lewat asistensi berupa tips dan trik menghemat listrik. Asistensi ini akan bersifat aktif dan pasif. Aktif dalam arti petugas klinik akan berkeliling ke daerah kampanye dan penyuluhan hemat energi. Pada antisipasi aktif P3TL, petugas hemat listrik PLN lebih pro aktif mendatangi rumah pelanggan untuk memberikan konsultasi ihwal cara menghemat listrik ditambah melaksanakan kegiatan operasi menurunkan tunggakan dan menekan susut. Biasa disebut, P3TL adalah klinik hemat listrik berjalan plus P2TL (Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik). Kemudian Pasif dalam artian PLN akan menyediakan klinik khusus konsultasi hemat listrik di setiap unit pelayanan termasuk Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara.

Demi kelancaran kegiatan klinik diperlukan petugas yang mempunyai kemampuan khusus, maka para petugas PLN dibekali pengetahuan tambahan


(7)

dalam bentuk diklat (pendidikan dan pelatihan) untuk meningkatkan, kemampuan, keterampilan, serta sikap pegawai agar dapat menjamin pelaksanaan tugas (kinerja) perusahaan dalam memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat secara berdaya guna dan berhasil guna.

Diklat ini menggunakan metode in house training di masing-masing APJ. Keistimewaan diklat ini karena pesertanya melibatkan pegawai PLN dari bagian teknik dan non teknik yang berjenis kelamin pria maupun wanita. Materi pelatihan meliputi Aspek Disiplin Pegawai, Etika Pelayanan, Aspek Hukum, Aspek Teknis, Pengantar P2TL, simulasi P2TL, Praktik Lapangan, Evaluasi Praktik Lapangan, dan Manajemen Qolbu. Diakhir pelatihan, semua petugas diturunkan kelapangan guna memberikan asistensi Audit Energi yang secara aktif memberikan konsultasi hemat energi dan konsultasi teknis cara menghemat pemakaian listrik untuk para pelanggan eksternal dan internal PLN. Disamping itu, dengan mengedepankan pendekatan persuasif kepada pelanggan, para petugas menyampaikan pemberitahuan bahwa PLN akan melaksanakan P2TL dan pemutusan sebelum berlangsungnya kegiatan tersebut. Berikut dapat dilihat suasana P3TL dan P2TL pada gambar dibawah ini :


(8)

Gambar 1.1

Suasana Pelatihan & Pendidikan Petugas Klinik Hemat Listrik

Sumber : Arsip PT. PLN (Persero)

Proses kerja yang dilakukan oleh petugas klinik atau yang biasa disebut konselor di klinik hemat energi adalah memberikan pemahaman kepada pelanggan bahwa penghematan pemakaian listrik sangat berdampak menurunkan pengeluaran rutin rumah tangga. Rumah tangga kecil misalnya, cukup dengan daya 450 watt atau 900 watt, rumah tangga sedang cukup dengan daya 900 watt hingga 1300 watt. Petugas nantinya akan menunjukkan batas pemakaian listrik hemat sesuai standar nasional, memberikan simulasi hemat listrik, dan menampilkan denah rumah hemat listrik dimana sinar matahari mudah masuk ke dalam rumah agar pada siang hari tidak perlu menyalakan lampu. Peralatan yang disediakan berupa alat peraga, spanduk, dan brosur-brosur. Alat peraga itu divisualisasikan demi memudahkan pemahaman pelanggan serta mempermudah dalam menjelaskan tips dan trik cara berhemat listrik.

Berkomunikasi dengan publik atau sesuatu badan memerlukan media yang efektif dan komunikator yang capable. Bagaimana usaha menghubungi dan


(9)

mempengaruhi publik tergantung pula pada kecakapan komunikator. (Abdurrachman, 2001 : 99)

Penggunaan media komunikasi sangat penting dilakukan oleh suatu perusahaan. Penyampaian dan penyebarluasan informasi produk perusahaan sebagai realisasi kegiatan komunikasi eksternal, pada pelaksanaannya merupakan upaya mengarahkan para pelanggannya untuk bersikap dan berperilaku sesuai yang diinginkan perusahaan.

Dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Peranan Petugas Klinik Hemat Energi Dalam Memberikan Informasi “Hemat Listrik” Kepada Pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara?”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kegiatan yang dilakukan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara?

2. Bagaimanakah pesan yang disampaikan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara?

3. Bagaimanakah media yang digunakan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara?


(10)

4. Bagaimanakah peranan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan fenomena yang terjadi dengan menggunakan metode-metode dan teknik yang tepat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan maksud untuk mendeskripsikan tentang peranan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal maka terlebih dahulu perlu tujuan yang terarah dari penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara.

2. Untuk mengetahui pesan yang disampaikan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara.


(11)

3. Untuk mengetahui media yang digunakan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara.

4. Untuk mengetahui peranan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai bidang kajian hubungan masyarakat. Penelitian ini juga lebih membuka wawasan dan pengetahuan baru bagi penulis terhadap penerapan teori-teori komunikasi dalam memecahkan masalah yang ada pada objek penelitian yang berhubungan dengan dunia ilmu komunikasi dan hubungan masyarakat sehingga dapat menunjang kemajuan dalam dunia kerja.

1.4.2 Kegunaan Praktis a. Kegunaan bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, khususnya dalam mengetahui peranan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan.


(12)

b. Kegunaan Bagi Universitas

Bagi universitas, khususnya program studi ilmu komunikasi konsentrasi humas, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmu untuk pengembangan disiplin ilmu bersangkutan. c. Kegunaan Bagi Perusahaan

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan pengetahuan kepada PT. PLN (Persero) untuk mengetahui sejauhmana peranan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Sebagai landasan untuk memecahkan masalah yang telah dikemukakan peneliti memerlukan kerangka pemikiran yang berupa definisi serta teori yang tidak diragukan lagi kebenarannya, yaitu pendapat para ahli mengenai hal yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Pengertian peranan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: “Tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki kedudukan atau status.”

Suparto dalam buku Antropologi dan Sosiologi mendefinisikan Peranan atau role adalah “sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat”.(1987:75)


(13)

Definisi diatas mengemukakan bahwa peranan merupakan perilaku atau sikap individu dalam suatu struktur sosial yang berlaku pada masyarakat dan dianggap penting dalam komponen masyarakat sehingga prilaku individu masyarakat tersebut dapat menghasilkan proses struktur sosial masyarakat yang baik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Petugas diartikan sebagai, “orang yang bertugas melakukan sesuatu”. Dalam penelitian ini petugas klinik hemat energi PT. PLN (Persero) UPJ Bandung Utara memiliki tugas untuk memberikan informasi kepada pelanggan seputar informasi kelistrikan.

Klinik hemat energi adalah suatu wadah atau tempat yang dapat digunakan pelanggan PT. PLN (Persero) untuk memperoleh informasi bagaimana cara menghemat listrik yang baik dan benar.

Informasi adalah “Suatu kegiatan menyebarluaskan pesan disertai penjelasan, baik secara langsung maupun melalui media komunikasi, kepada khalayak yang baginya merupakan hal atau peristiwa yang baru.” (Effendy, 1989 : 178).

Hemat listrik adalah penggunaan energi secara efisien dengan mematikan energi yang tidak diperlukan. Penghematan dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi alternatif, membuka jendela untuk sumber pencahayaan, serta memilih dan menggunakan peralatan listrik sesuai kebutuhan.

Pelanggan adalah pemakai barang atau jasa hasil produksi, pelanggan disini adalah para pengguna jasa listrik. Menurut Schnaars (Tjiptono, 2005 :


(14)

24), pada dasarnya tujuan suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan yang merasa puas, terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasarnya yang baik bagi pembeli ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan sehingga mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit dengan alasan tersebut diatas maka konsumen / pelanggan dapat diklasifikasikan dalam :

a. Top Customer

Disini dapat dikatakan bahwa konsumen atau pengguna jasa berada dalam perekonomian yang tinggi, dalam hal ini konsumen / pelanggan cenderung ingin mencapai suatu kebutuhan yang mutlak dengan kemampuan daya beli yang dimiliki.

b. Midle Customer

Pada midle customer, menunjukkan keberadaan atau kemampuan daya beli dari konsumen / pelanggan berada pada tingkat menengah. c. Low Customer

Pada low customer, menunjukkan keberadaan atau kemampuan daya beli dari konsumen / pelanggan berada pada tingkat bawah. (Tjiptono, 2005 : 24)

Komunikasi memiliki beberapa tatanan komunikasi yaitu : komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Penelitian ini dikategorikan ke dalam komunikasi antar pribadi (Interpersonal

communication).

Kontak antarpesona merupakan kegiatan dari komunikasi persona, mencakup komunikasi tatap muka dan komunikasi persona bermedia yang terdiri dari telepon, memorandum, sebagaimana dinyatakan oleh Effendy, dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menyatakan :


(15)

“Komunikasi pesona terjadi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan dua cara, yaitu komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia. Komunikasi persona tatap muka berlangsung secara dialogis sambil menatap sehngga terjadi kontak pribadi (Personal contact). Komunikasi bermedia menggunakan alat, umpamanya telepon, memorandum, karena melalui alat maka diantara kedua orang tersebut tidak terdapat kontak pribadi”. (Effendy, 1998 : 125)

Kegiatan ialah acara/ susunan acara, yaitu perincian waktu atau timing

secara teratur dan menurut urutan tertentu tentang pelaksanaan langkah-langkah dengan apa yang sudah diterapkan pada planning. Sedangkan Kegiatan Komunikasi merupakan suatu proses komunikasi yang dilakukan agar rencana komunikasi yang diterapkan dapat berjalan sesuai dengan apa yang dihapakan.

Proses komunikasi yang dilakukan petugas klinik hemat energi dengan pelanggan ini dilakukan secara tatap muka yang dapat juga dikatakan sebagai komunikasi langsung (direct communication).

Menurut Enjang AS, dalam bukunya komunikasi konseling, komunikasi tatap muka adalah :

“Ketika berlangsung komunikasi antara komunikator dan komunikan saling berhadapan dan saling melihat, sehingga komunikator dapat memperhatikan respon (feedback) komunikasi saat itu juga. Komunikasi ini sering disebut sebagai komunikasi arus balik atau umpan balik, yaitu feedback-nya terjadi secara langsung.” (Enjang 2009: 23)

Dari definisi diatas, disimpulkan bahwa komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada komunikan untuk bertanya.


(16)

Dengan kondisi yang semacam itu, komunikasi langsung di dunia nyata jelas menggambarkan kondisi si pembicara. Misalnya pada saat melakukan percakapan, akan terlihat bagaimana reaksi sewajarnya dari seseorang bila diberikan topik tertentu. Jika diberikan informasi yang mengejutkan, maka kemungkinan orang itu akan merespon dengan „reaksi terkejut’ sebagaimana yang biasa ditunjukkan olehnya. Bila orangnya memang heboh, maka dia akan terkejut dengan heboh pula. Bila orangnya kaku, bisa jadi dia hanya manggut-manggut saja. Jadi intinya reaksi dari aksi yang diberikan akan terjadi secara alamiah dalam sebuah komunikasi langsung.

Agar komunikasi efektif proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Menurut Wilbur Schramm yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy bahwa :

“Pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (Field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang disampaikan.” (Effendy, 1991 : 19)

Kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.


(17)

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. (Effendy, 1981 : 37)

Dalam penyampaian isi pesan secara tepat dan jelas menurut Siahaan, harus diperhatikan beberapa hal berikut ini :

1. Pesan itu harus jelas (clear), bahasa yang mudah dipahami, tidak terikat, tanpa denotasi yang menyimpang dan tuntas.

2. Pesan itu menarik dan meyakinkan (convicing) menarik karena berkaitan dengan dirinya sendiri sesuai dengan rasio.

(Siahaan, 1991 : 73)

Penyebarluasan pesan dapat saja dengan menggunakan lebih dari satu media untuk pesan yang sejenis. Sumber harus dapat menentukan cara-cara untuk menyalurkan pesan-pesannya itu sehingga penerima dapat menafsirkan dan mengamati dengan cara melihat, mendengar, merasa atau menciumnya.

Media adalah merupakan saluran atau sarana komunikasi yang sering digunakan oleh pihak perusahaan untuk menyampaikan berbagai pesan berupa informasi mengenai produk perusahaan untuk keperluan publikasi yang ditujukan pada kalangan terbatas, dimana kalangan tersebut yaitu public eksternal terutama konsumen atau pelanggan agar dapat menciptakan opini positif kepada perusahaan.

Media memiliki kemampuan yang banyak seperti pembawa pesan, penyimpan informasi, dapat digunakan sebagai visualisasi idea tau gagasan dari sumber. Disamping itu dapat juga dijadikan alat untuk merangsang sasaran agar termotivasi terhadap hal-hal yang sedang dibicarakan. Kalau media tersebut digunakan pada kegiatan intruksional (pembelajaran) sangat berperan, karena dapat mempertinggi daya serap pihak sasaran dan


(18)

selanjutnya dapat menghindari verbalisme yang berlebihan. (Bulaeng A. R, 2002 : 121).

1.5.2 Kerangka konseptual

Berdasarkan pada teori yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti mengaplikasikan teori kedalam masalah penelitian yaitu peranan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara.

Komunikasi dalam kehidupan menjadi jembatan untuk mengantar manusia pada berbagai kebutuhan, karena itu komunikasi merupakan bagian dari kehidupan. Dalam keseharian, manusia lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkomunikasi daripada aktivitas lainnya, dan dapat dipastikan bahwa manusia berkomunikasi hampir disemua aspek kehidupan. Bahkan bagi yang menggeluti satu profesi, keterampilan berkomunikasi

(communication skill) sangat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu profesi

yang dijalankan. Dengan demikian, komunikasi merupakan hal yang penting untuk mencapai keberhasilan dalam kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun profesi.

Terdapatnya unsur komunikasi antar pribadi dalam klinik hemat energi ini karena terjadi diantara dua orang dan berlangsung dengan cara tatap muka secara dialogis sambil menatap sehingga munculnya kontak pribadi antara petugas klnik hemat energi dengan pelanggan PT. PLN (Persero) unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara.


(19)

Komunikasi antar pribadi atau yang lebih dikenal dengan komunikasi antar persona / interpersonal communication adalah komunikasi antar dua orang dan dapat berlangsung dengan cara tatap muka dan melalui media.

Jenis komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. Sifat dialogis itu ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung.

Kegiatan yang dilakukan pada klinik hemat energi ini merupakan kegiatan komunikasi secara tatap muka diantara dua orang yaitunya antara petugas klinik dengan pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara. Melalui komunikasi lisan petugas klinik hemat energi dapat mengetahui langsung umpan balik yang diberikan pelangganya, apakah informasi yang disampaikan diterima atau ditolak. Sifatnya yang dialogis memberikan kesempatan bertanya bagi pelanggan apabila tidak memahami pesan yang disampaikan oleh petugas. Seorang petugas harus mampu menjadi seorang komunikator yang baik bagi komunikannya, dengan cara menyampaikan informasi hemat listrik secara jelas, menarik dan meyakinkan pelanggan. Oleh karena itu, komunikasi antar pribadi yang dilakukan petugas klinik hemat energi diharapkan dapat merubah sikap, pendapat atau perilaku pelanggan PLN dari yang boros listrik menjadi hemat listrik.

Pesan yang disampaikan pada klinik hemat energi ini bersifat informatif. Karena pesan yang disampaikan oleh petugas berisikan informasi-informasi seputar masalah kelistrikkan. Informasi yang disampaikan oleh


(20)

petugas klinik hemat energi akan menimbulkan perubahan sikap, serta penilaian pelanggan terhadap sesuatu mengenai perusahaan, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, sehingga akan membentuk situasi saling memahami antara satu individu dengan individu lainnya atau mempererat hubungan antara PLN dengan pelanggannya. Dengan lengkapnya informasi yang disampaikan petugas klinik hemat energi, maka para pelanggan PT. PLN (Persero) UPJ Bandung Utara tidak terpengaruh oleh berita-berita yang disampaikan oleh media-media lain.

Selain komunikasi dengan lisan maka dalam proses komunikasi yang dialakukan oleh petugas klinik hemat energi kepada pelanggannya juga menggunakan media yang diharapkan dapat membantu proses penyampaian pesan agar lebih efektif dan praktis. Media yang digunakan berupa alat peraga, spanduk, stiker, tabloid, banner, pamflet, leaflet, dan brosur-brosur seputar tips dan trik hemat listrik.

Media tersebut digunakan untuk memberikan informasi yang bersifat terbuka dalam arti pelanggan menjadi tahu mengenai informasi hemat listrik dengan harapan mendapat tempat dihati masyarakat. Orang tidak akan kehilangan banyak waktu untuk melihat dan membaca brosur walaupun orang itu sangat sibuk. Untuk menarik perhatian brosur dirancang dan ditampilkan semenarik mungkin. Agar orang yang melihat sepintas akan lebih penasaran dan cenderung ingin membaca informasi yang terkandung dalam brosur tersebut. Segala informasi yang sifatnya sepintas orang yang melihat dan


(21)

membaca paling tidak dapat mengikuti dan sekaligus mengamati segala macam informasi yang baru.

Petugas klinik memiliki peranan penting dalam memberikan informasi hemat listrik ini. Informasi yang diberikan petugas berguna untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku pelanggannya. Melalui informasi yang diberikan oleh petugas, pelanggan dapat meningkatkan pengetahuannya dan memahami bahwa pentingnya membudayakan hemat listrik dalam kehidupan sehari-hari.

1.6Pertanyaan Penelitian

1. Kegiatan yang dilakukan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan

a. Apa saja yang sering dilakukan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan?

b. Berapa kali dalam seminggu petugas melakukan percakapan secara tatap muka dengan pelanggan?

c. Berapa lama frekuensi waktu yang dipergunakan dalam melakukan setiap percakapan secara tatap muka dengan pelanggan?

d. Selain kegiatan di dalam klinik, apakah ada kegiatan hemat listrik yang dilakukan diluar?

e. Apakah kegiatan memberikan informasi hemat listrik ini telah berjalan dengan baik?


(22)

2. Pesan yang disampaikan oleh petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara

a. Apakah sifat dari pesan tersebut? Informative, persuasif, atau instruktif? b. Hal-hal apa saja yang menarik perhatian pelanggan dalam menerima

informasi hemat listrik?

c. Bagaimana respon pelanggan tentang informasi yang disampaikan Petugas klinik hemat energi PT. PLN (Persero) UPJ Bandung Utara selama ini?

d. Adakah hambatan dalam penyampaian pesan kegiatan hemat listrik ini? e. Apakah langkah yang ditempuh petugas dalam menangani hambatan

tersebut?

3. Media yang digunakan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) UPJ Bandung Utara

a. Apa media yang digunakan dalam memberikan Informasi hemat listrik? (cetak/elektronik)

b. Jika menggunakan media cetak, apa media cetak yang digunakan? c. Apakah alasan menggunakan media cetak tersebut?

d. Jika menggunakan media elektronik, media elektronik manakah yang digunakan?


(23)

f. Apakah media yang dipilih sudah dianggap efektif dalam memberikan informasi “hemat listrik” ? mengapa?

g. Adakah media lain yang dianggap lebih efektif dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan? mengapa?

4. Peranan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara

a. Apakah ada pembagian tugas didalam klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan?

b. Apakah kegiatan memberikan informasi “hemat listrik” ini melibatkan seluruh petugas klinik hemat energi?

c. Apakah setiap pegawai mempunyai tanggung jawab yang sama untuk memberikan informasi hemat listrik kepada pelanggan PT. PLN (Persero) UPJ Bandung Utara?

d. Apakah peranan Petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi hemat listrik kepada pelanggan PT. PLN (Persero) UPJ Bandung Utara berjalan sesuai dengan yang diinginkan?

1.7 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.7.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Berdasarkan pada metode penulis yang diuraikan oleh Deddy Mulyana yang di kutip dari bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif”


(24)

“Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif” (Mulyana, 2003 : 150)

Sedangkan yang dimaksud dengan metode deskriptif dalam penelitian kualitatif adalah

“Metode Deskriptif yaitu suatu metode dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu mengambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. “ (Rakhmat, 2002: 22)

Sesuai dengan hal diatas, maka metode penelitian deskriptif bertujuan untuk mengetahui sejauhmana peranan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti berupa: 1. Wawancara

Untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber langsung sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara. Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan Tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atas masalah yang diteliti.


(25)

Koentjaraningrat (1996) mengatakan bahwa:

“wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan, kemudian terus-menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung.

2. Studi Literatur

Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan terbuka dimana dengan mengumpulkan data atau keterangan melalui bahan bacaan mengenai masalah yang diteliti. Dengan teknik kepustakaan ini diharapkan mendapat dukungan teori dalam pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip pendapat-pendapat para ahli, hal ini diharapkan akan memeperjelas dan memperkuat pembahasan yang akan diuraikan. 3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

4. Penelusuran Data Online


(26)

“Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis”. (Bungin, 2008: 148) Dari pendapat Burhan Bungin yang dikutip diatas, peneliti menggunakan sumber yang online sebagai data pendukung untuk kebutuhan informasi penelitian ini, baik dengan menggunakan jasa

search engine” seperti: google, yahoo, maupun dari situs resmi PT.

PLN (Persero) itu sendiri, dengan situs www.pln-jabar.co.id karena didalam situs ini banyak informasi-informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian ini. Jadi, sudah selayaknya untuk mendapatkan informasi yang berkaitan, yang bisa didapat dari jaringan online untuk umum.

1.8 Subjek Penelitian dan Informan 1.8.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian.

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 2 (dua) orang, yaitunya petugas klinik hemat energi dan Supervisor Pelayanan Pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara.


(27)

1.8.2 Informan

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam penelitian ini yaitu berasal dari wawancara langsung yang disebut sebagai narasumber. Adapun definisi narasumber menurut Bagong Suyatna adalah:

“Peranan informan dalam mengambil data yang akan digali dari orang-orang tertentu yang dinilai menguasai persoalan yang hendak diteliti, mempunyai keahlian dan berwawasan cukup” (Suyatna, 2005 : 72)

Informan dalam penelitian ini berjumlah 2 orang. Pengambilan informan menggunakan teknik sampling sensus atau disebut juga total sampling, yaitu menggunakan seluruh unsur subjek sebagai sumber data (informan) yang memungkinkan peneliti untuk memperoleh gambaran dan hasil yang tepat tentang objek yang ditelitinya. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Informan Penelitian

No. Nama Jabatan

1. Cristilly Mulyatin Supervisor Pelayanan Pelanggan 2. Endah Alwati Petugas klinik hemat energi Sumber: Data Peneliti, Maret - Juni 2010

Alasan pememilihan informan diatas karena informan dipilih sesuai dengan waktu dan masa jabatan kerja beserta pengalaman yang dimiliki oleh


(28)

informan. Sehingga informan dapat memberikan informasi lebih banyak bagi peneliti tentang kasus yang sedang diteliti oleh peneliti yaitu peranan petugas klinik hemat energi dalam memberikan informasi “hemat listrik” kepada pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara. Oleh sebab itu, dapat mempermudah peneliti untuk memperoleh data yang akurat.

1.9Teknik Analisis Data

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan. Menurut Bodgan & Biklen bahwa:

“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memmutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”(Bodgan dan Biklen dalam Moleong,

2005:248)

Ada tiga unsur utama dalam proses analisis data pada penelitian kualitatif yaitu :

1. Reduksi data sebagai proses pemilihan, penyederhanaan, klasifikasi data kasar dari hasil penggunaan teknik dan alat pengumpul data dilapangan. Reduksi data sudah dilakukan semenjak pengumpulan data reduksi dilakukan secra bertahap dengan cara membuat ringkasan dan menelusuri tema yang tersebar. Setiap data dipilih disilang melalui komentar


(29)

informasi yang berbeda untuk menggali informasi dalam wawancara dan observasi.

2. Penyajian data merupakan suatu upaya penyusunan sekumpulan informasi menjadi pernyataan. Data kulaitatif dijadikan dalam bentuk teks yang pada mulanya terpencar dan terpisah menurut sumber informasi dan pada saat diperolehnya informasi tersebut. Kemudian data diklasifikasikan menurut pokok-pokok permasalahan yang antara lain terkait dengan teknik komunikasi antarpersona.

3. Menarik kesimpulan berdasarkan reduksi, interprestasi dan penyajian data yang telah dilakukan pada tahap sebelumya selaras dengan mekanisme logika pemikiran induktif, maka penarikan kesimpulan akan bertolak belakang dengan hal-hal yang khusus sampai pada rumusan kesimpulan yang sifatnya umum.

1.10 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.10.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Klinik Hemat Energi Listrik PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara di Jl. Ir. H. Juanda No. 183 Bandung 40185. Telepon (022) 2510907, (022) 2504915. Faximili (022) 2508351.

1.10.2 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini kurang lebih selama 6 bulan yaitu dari bulan Februari 2010 sampai Juli 2010.


(30)

Tabel 1.2

Waktu dan Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan

Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan Pengajuan judul Acc judul Pengajuan persetujuan pembimbing Bimbingan 2. Pelaksanaan

Bimbingan BAB I Seminar UP Bimbingan BAB II Bimbingan BAB III

3.

Penelitian Lapangan

Proses wawancara Pengolahan data Bimbingan BAB Iv Bimbingan BAB V

4.

Penyelesaian Laporan Penyusunan seluruh draft skripsi

5.

Sidang kelulusan


(31)

1.11 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran tentang penulisan dari skripsi ini, maka ringkasan secara sistematis dijelaskan pada beberapa bab yang akan dibuat sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian (kegunaan teoritis dan kegunaan praktis), kerangka pemikiran, pertanyaan penelitian, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, subjek dan informan, teknik analisis data, sistematika penulisan, lokasi dan waktu penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori-teori yang mendukung penelitian serta kaitannya dengan permasalahan yang diangkat. Dalam hal ini tinjauan tentang peranan, penjelasan tentang proses komunikasi dan tujuannya serta teori penunjang dalam memecahkan masalah pada penelitian ini.

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan secara singkat mengenai gambaran umum perusahaan tempat sumber data primer informasi penelitian, seperti sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, logo perusahaan, struktur organisasi, sarana dan prasarana perusahaan PT. PLN (Persero).


(32)

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang uraian dari hasil penelitian berdasarkan wawancara data yang terkumpul, yang meliputi analisis deskriptif, identitas respon dan analisis deskriptif hasil penelitian dan rangkuman.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada identifikasi masalah dan juga saran-saran pada perusahaan dan peneliti berikutnya.


(33)

33 2.1 Tinjauan Ilmu Komunikasi

2.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Istilah komunikasi secara bebas dipergunakan oleh setiap orang dalam masyarakat. “Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.” (Effendy 1998:9)

Thoha menyatakan bahwa “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan informasi dari seseorang kepada orang lain.” (Thoha, 1996: 145)

Dalam penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, bukanlah hal yang mudah, sebab apabila mudah tidak akan mungkin terjadinya komunikasi yang meleset. Pada saat dua orang berkomunikasi, ibarat dua dunia yang berbeda bertemu sebab masing-masing individu memiliki pengalaman yang berbeda atau latar belakang yang berbeda. Dalam proses penyampaian hendaklah berusaha menimbulkan kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan makna dapat terlihat dari mengerti bahasa yang digunakan dan mengerti makna dari hal yang dipercakapkan. Dengan adanya kesamaan tersebut akan memudahkan penerimaan informasi dari orang yang kita ajak berkomunikasi.


(34)

2.1.2 Tujuan Komunikasi

Kegiatan komunikasi yang manusia lakukan sehari-hari tentu memiliki suatu tujuan tertentu yang berbeda-beda yang nantinya diharapkan dapat tercipta saling pengertian. Berikut tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy:

1. Perubahan sikap (Attitude change) 2. Perubahan pendapat (Opinion change) 3. Perubahan prilaku (Behavior change)

4. Perubahan sosial (Social change) (Effendy, 2003 : 8)

Dari empat poin yang dikemukakan oleh Onong Uchjana effendy, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, dan pada perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang utama, mendidik, menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap dan bertindak.

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Komunikasi dalam pelaksanaannya memiliki berbagai macam fungsi dalam kehidupan manusia, seperti berikut ini ;

1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain)


(35)

Dari poin tersebut diatas, biasanya selalu ada dan terkandung pada setiap pesan yang disampaikan, baik melalui media cetak atau elektronik ataupun pada lisan dan tulisan. Penyampaian informasi ini merupakan hal umum dan biasa dalam kehidupan sehari-hari, mendidik (to educate) biasanya fungsi ini dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai pengajar (guru, dosen), hiburan merupakan salah satu fungsi komunikasi yang cukup diminati karena adanya factor kesenangan, mempengaruhi (to influence) biasanya bersatu dengan penyampaian informasi.

2.1.4 Proses Komunikasi

Komunikasi tidak bisa terlepas dari proses. Oleh karena itu apakah suatu komunikasi dapat berlangsung dengan baik atau tidak tergantung dari proses yang berlangsung tersebut. Menurut Rusady Ruslan proses komunikasi adalah :

“Diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) atau antar kedua belah pihak.” (Ruslan 1999 : 69).

Sementara itu menurut onong Uchjana Effendy proses komunikasi terbagi dua tahap, berikut uraiannya :

1. Proses komunikasi secara primer

Proses pencapaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung dapat


(36)

menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa.

2. Proses komunikasi secara sekunder

Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Media kedua yang sering digunakan diantaranya adalah surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan lain lain. (Effendy, 1984 : 11-17).

Pentingnya peranan media yakni media sekunder dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya, bukan satu jutaan, melainkan puluhan juta, bahkan ratusan juta, seperti misalnya pidato kepala negara yang disiarkan melalui radio atau televisi.

2.1.5 Komunikasi Bermedia

Komunikasi bermedia (mediated communication) adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya, dan atau banyak jumlahnya. Dalam komunikasi bermedia, seorang komunikator harus memperhitungkan berbagai factor dan harus mengetahui sifat-sifat komunikan yang akan dituju dan memahami sifat-sifat media yang akan digunakan.


(37)

Komunikan yang dituju dengan menggunakan media bisa hanya seorang saja, sekelompok kecil orang, dan bisa juga sejumlah orang yang amat banyak. Berdasarkan banyaknya komunikan yang dijadikan sasaran komunikasi, maka Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul dinamika komunikasi, mengklasifikasikan komunikasi bermedia menjadi dua, yakni komunikasi bermedia massa dan komunikasi bermedia nirmassa.

a. Komunikasi Bermedia Massa

Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop. Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa ialah bahwa media massa menimbulkan keserempakkan (simultaneity), artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif amat banyak, ratusan ribu, jutaan, bahkan ratus jutaan pada saat yang bersamaan.

b. Komunikasi Bermedia Nirmassa

Media nirmassa umumnya digunakan dalam komunikasi untuk orang-orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Surat, telepon, telegram, telex, poster, papan pengumuman, spanduk, pamphlet, brosur, folder, radio CB atau radio amatir, CCTV, film dokumenter, kaset video, kaset audio, adalah termasuk ke dalam media nirmassa, karena tidak memiliki daya keserempakkan dan


(38)

komunikannya tidak bersifat massal. Meskipun intensitas media nirmassa kurang bila dibandingkan dengan media massa, namun untuk kepentingan tertentu media nirmassa tetap efektif karena itu banyak digunakan.

2.1.6 Unsur-Unsur Dalam Proses Komunikasi

Dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :

- Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi, atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.

- Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.


(39)

- Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar pribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi.

- Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.

- Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada


(40)

pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

- Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

- Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Factor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya.

Lingkungan sosial menunjukkan factor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa terjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya


(41)

kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial. Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini bisa disebut dimensi internal.

Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai. Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnya. Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi.“ (Cangara, 2005 : 23).

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi antar Persona

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Persona

Pengertian komunikasi antar persona (interpersonal communication) menurut Onong Uchjana Effendy yang dikutip dari Joseph A. Devito sebagai berikut :


(42)

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa elemen dan beberapa umpan balik seketika.” (Effendy, 2003 : 60)

Berdasarkan definisi Devito itu, komunikasi antar persona dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan seperti dua orang yang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya antara petugas klinik hemat energi dengan pelanggannya.

Barlun (1986) mengemukakan Komunikasi antar persona biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang atau lebih yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur.

Rogers (1998) mengemukakan pula bahwa Komunikasi antar pribadi merupakan Komunikasi dari mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.

Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya Komunikasi antar persona. Cassagrade (Liliweri, 1994) menyebutkan beberapa hal penyebab terjadinya Komunikasi antar persona terjadi karena :

1. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan

2. Ingin terlibat dalam proses perubahan yang relatif tetap.

3. Ingin berinteraksi hari ini, dapat memahami pengalaman masa lalu dan mangantisipasi masa depan

4. Ingin menciptakan hubungan baru.

Rogers (Depari : 1988) mengungkapkan ada enam ciri Komunikasi antar pribadi yaitu :

1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks Komunikasi tatap muka 3. Tingkat umpan balik yang tinggi


(43)

4. Kemampuan mengatasi selektivitas

5. Kecepatan mengungkap sasaran yang besar sangat lamban 6. Efek tampak pada perubahan sikap.

Menurut Pace (Cengara,1989) bahwa Komunikasi di adik dapat dilakukan dalam tiga bentuk yakni percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang lebih intim, lebih dalam dan lebih persona sedangkan wawancara sifatnya serius yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainya pada posisi menjawab.

Proses antar persona mempunyai keunikan selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologi, dan proses psikologi selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Devito (Liliweri, 1994) mengemukakan bahwa komunikasi antar persona merupaakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek umpan balik yang berlangsung. Hal ini senada dengan pendapat Veredber (Liliweri, 1994) yang mengemukakan bahwa komunikasi antar persona merupakan proses interaksi dan pemberian makna yang terkandung dalam dalam gagasan maupun perasaan. Komunikator (sebagai pribadi) menyampaikan pesan tersebut agar dapat diterima dan diolah oleh komunikan (sebagai pribadi yang lain) agar menjadi milik pribadinya dan milik bersama. Kedua orang yang berdialog tersebut berada dalam derajat yang setara artinya baik komunikator dan komunikan sehingga komunikasi dapat efektif. Dikatakan efektif bila komunikator dan komunikan tidak sederajat atau tidak merupakan pasangan yang selaras (Siahaan, 1991).

Soemiati (Pratikto, 1987), mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah the sending messeges by one person and the receiving of


(44)

messegesby another person, or small group of person of persons with some

effect and some immediate feedback. Dari definisi ini tampak bahwa

komunikasi antar pribadi terjadi diantara dua orang (diadik) atau dalam suatu kelompok kecil, dalam interaksi tersebut efek dan umpan balik terjadi seketika saat interaksi berlangsung (immediate).

Soemiati (Pratikto, 1987) mengemukakan bahwa konteks komunikasi antar pribadi paling penting sedikit memiliki empat dimensi. Pertama, dimensi fisik yaitu lingkungan fisik yang merupakan tempat berlangsungnya komunikasi, seperti ruangan, jalan, kebun, dan sebagainya. Kedua dimensi sosial yang merujuk pada bentuk hubungan status antara peserta yang terlibat dalam komunikasi, khususnya peran apa yang dimainkan seseorang saat ia berkomunikasi dengan orang lain. Konteks ini berkaitan pula dengan norma serta latar belakang budaya dimana komunikasi itu sedang berlangsung. Ketiga dimensi psikologis yang meliputi aspek-aspek seperti suasana formal atau nonformal, serius atau santai saat komunikasi berlangsung. Keempat, dimensii waktu yang berkaitan dengan saat dimana Komunikasi tepat untuk dilakukan, misalnya mempertimbangkan kapan saat yang tepat untuk mulai berbicara atau memotong pembicaraan orang lain.

Bertolak dari uraian tersebut petugas klinik hemat energi memberikan pelayanan kepada pelanggannya dengan cara berkomunikasi, sehingga seorang petugas harus mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dengan baik dengan pelanggannya. Komunikasi yang terjadi antara petugas klinik dengan pelanggannya adalah komunikasi antar persona. Hal ini jelas karena


(45)

komunikasi antara petugas dengan pelanggan berlangsung dalam situasi yang dialogis, melibatkan dua orang, tidak memandang status sosial, dapat berbagi pendapat, perasaan dan timbul rasa saling percaya.

2.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi Antar Persona

Beberapa unsur yang harus dimiliki oleh setiap bentuk komunikasi termasuk komunikasi antar persona antara lain :

1. Konteks

Konteks adalah suatu keadaan, suasana yang bersifat fisik, historis, psikologis tempat terjadinya komunikasi. Suatu konteks dalam komunikasi antar persona ternyata berpengaruh terhadap harapan, maupun tingkat pastisipasipeserta komunikasi, derajat partisipasi itu menentukan juga pemaknaan terhadap suatu pesan yang diterima yang akhirnya mempengaruhi perilaku.

2. Komunikator-Komunikan

Dalam komunikasi antar persona sudah jelas bahwa yang melakukan komunikasi adalah manusia, manusia yang terlibat dalam transaksi komunikasi berperan tertentu yaitu sebagai pengirim (komunikator) maupun penerima (komunikan) yang umumnya dilakukan secara simultan. Sebagai seorang pengirim maka ia menyusun suatu pesan dan mulai mengkomunikasikan nya kepada orang lain dengan harapan akan mendapat tanggapan sebagai manusia. Pesan-pesan itu dapat berbentuk tanpa isyarat serta symbol-simbol secara verbal maupun non verbal.


(46)

3. Pesan

komunikasi antar persona melalui proses umum yaitu pengiriman dan penerimaan pesan / pesan-pesan dalam komunikasi dapat dipahami melalui tiga unsure utama : 1) makna yang terbentuk oleh setiap orang, 2) symbol-simbol yang dipergunakan untuk menyampaikan makna, 3) bentuk organisasi pesan-pesan itu. 4. Saluran

Dalam membagi pesan dari seorang pengirim (setelah proses encoding) maka pesan harus melewati suatu tempat, atau alur lewatnya pesan-pesan itu, saluran itu sebenarnya mirip sarana transportasi yang menyangkut barang atau manusia dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam komunikasi suatu kata berisi pesan dibawa oleh seseorang kepada orang lain melalui gelombang suara, pernyataan raut wajah, gerakan tubuh, gerakan cahaya mata.

Secara umum semakin banyak saluran yang dipergunakan untuk mendistribusikan pesan akan menghasilkan komunikasi yang semakin sukses.

5. Gangguan

Gangguan merupakan setiap rangsangan yang menghambat pembagian pesan dari pengirim kepada penerima maupun sebaliknya. Sebagian besar sukses komunikasi manusia sangat bergantung pada cara mengatasi gangguan yang berbentuk eksternal maupun semantic. Gangguan eksternal (external noise)


(47)

adalah gangguan dari luar yang mengganggu penglihatan, suara ataupun stimulus lain dari lingkungan yang menarik seorang untuk memperhatikannya sehingga pemaknaan terhadap pesan semakin jauh.

Gangguan semantik (semantic noise) yang terjadi karena tidak sering terjadi pada bahasa kata-kata, ungkapan, dialek yang berbeda dengan maksud pengirimnya.

6. Umpan Balik

Umpan balik adalah pemberian tanggapan terhadap pesan yang dikirimkan dengan suatu makna tertentu. Umpan balik menunjukkan bahwa suatu pesan didengar dan dilihat dimengerti apalagi sama maknanya. Jadi berhasil jika secara verbal maupun nonverbal reaksi penerima dapat menceritakan kepada pengirim bahwa pesan itu diterima ataupun ditolak atau juga dikoreksi, dengan jalan ini maka penerima akan memahami pesannya belum atau bahkan tidak mencapai sasaran sama sekali.

7. Model proses

Model komunikasi sebenarnya mempunyai beberapa fungsiyang menurut Devito yaitu : 1) model menyajikan pengorganisasian dari berbagai unsure dalam suatu proses komunikasi; 2) model merupakan alat bantu yang berfungsi heuristic; 3) model memnugkinkan kita melakukan suatu prediksi terhadap komunikasi (apa yang terjadi pada suatu kondisi tertentu); 4) model membantu


(48)

kita mengadakan pengukuran terhadap unsure-unsur dan proses komunikasi dalam suatu keadaan tertentu. (Liliweri, 1994 : 11-17)

2.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Antar Persona

Ciri-ciri komuniasi antar persona menurut Alo Liliweri yang merupakan rumusan dari berbagai cirri-ciri komunikasi antar persona menurut para ahli diantaranya sebagai berikut :

1. Spontanitas, yaitu terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka.

2. Tidak mempunyai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu

3. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas.

4. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja 5. Kerapkali berbalas-balasan

6. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan

7. Harus membuahkan hasil

8. Menggunakan lambang-lambang yang bermakna (Liliweri, 1997 : 13)

2.2.4 Jenis-Jenis Komunikasi Antar Persona

Secara teoritis komunikasi antar pribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya :


(49)

1. Komunikasi diadik (dyadic communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antar pribadi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan, oleh karena itu perilaku komunikasi dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannya kepada diri komunikan seorang itu. Situasi komunikan seperti itu akan Nampak dalam komunikasi triadik atau kelompok, baik kelompok dalam bentuk keluarga maupun dalam bentuk kelas atau seminar.

2. Komunikasi Triadik (triadic communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi antar pribadi (antar persona) yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.

Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of

reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang

berlangsung, kedua factor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya komunikasi.

Walaupun demikian dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi kelompok dan komunikasi massa, komunikasi triadik karena merupakan


(50)

komunikasi antar pribadi lebih efektif tidaknya proses komunikasi (Effendy, 2003 : 62-63)

2.2.5 Fungsi-Fungsi Komunikasi Antar Persona

Fungsi komunikasi antar persona terdiri dari fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan

1. Fungsi sosial

Komunikasi antar persona secara otomatis mempunyai fungsi sosial, ini disebakan dalam proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang-orangya berinteraksi satu sama lain. “dalam kondisi demikian, maka fungsi komunikasi antar persona mengandung aspek-aspek menurut Liliweri (1994 : 27-30), adalah sebagai berikut :

a. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan kebutuhan biologis dan psikologis, karena seperti kita ketahui bahwa setiap manusia secara alamiah merupakan makhluk sosial, tanpa mengadakan interaksi sosial maka seseorang gagal dalam kehidupannya.

b. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial, karena setiap orang terikat dalam suasanan system dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Norma dan nilai tersebut mengatur kewajiban-kewajiban tertentu secara sosial dalam berkomunikasi sebagai suatu keharusan yang tidak dapat dielakkan.

c. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik, dalam setiap perkenalan pertama dengan orang lain, setiap orang berusaha menutup diri. Barangkali pada saat pertama bentuk tindakan sosial yang terjadi hanya berinteraksi “biasa”, sebagai akibat dari basa-basi dalam pergaulan, kemudian meningkat menjadi suatu relasi sosial, ekonomi diantara mereka. Dari suatu relasi yang kurang mementingkan pihak lain, kini meningkat menjadi pertukaran kepentingan dua pihak sebagai wujud dari rasa saling memerlukan.


(51)

d. Manusia berkomunikasi untuk menigkatkan dan merawat kualitas mutu diri sendiri. Ternyata bahwa hanya melalui komunikasi antar persona setiap orang akan mendapatkan penilaian dari orang lain. Dengan demikian kita mampu menilai, melihat mutu komunikasi orang lain dan kemudian mengubah diri sendiri, menigkatkannya lalu berdampak pada usaha merawat kesehatan jiwa. Seseorang yang secara terus menerus secara lugas, segar, terbuka, saling bertukar pikiran dan perasaan sampai pada tahap psikologis, maka dirinya akan mengubah keadaan kesehatan jiwa orang lain yang berkomunikasi dengannya.

e. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik, pertentangan antar manusia, terutama antar pribadi merupakan kenyataan hidup yang tidak dapat dihindari. Konflik ini tidak dapat terelakkan karena ia datang tidak direncanakan. Melalui komunikasi antar personal konflik dpat dihindari karena telah terjadi pertukaran pesan dan persamaan makna tentang sesuatu hal tertentu.” (Liliweri, 1994 : 27-30)

2. Fungsi Pengambilan Keputusan

Selain sebagai mmakhluk sosial, mausia juga dikaruniai otak, akal sebagai sarana berfikir yang tidak dimiliki oleh hewan, maka manusia mempunyai kemampuan untuk mengambil suatu keputusan. Banyak keputusan diambil manusia, dilakukan dengan berkomunikasi karena mendengar saran, pendapat, pengalaman, gagasan, pikiran maupun perasaan orang lain.

“ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi, yaitu :

a. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi. Informasi merupakan kunci utama bagi seseorang dalam pengambilan keputusan yang efektif. Beberapa informasi yang diperoleh melalui kegiatan pngamatan, melalui bacaan, melalui obrolan, melalui acara televisi, melalui pesan radio hanya lebih banyak diperoleh komunikasi antar persona.


(52)

b. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain, karena informasi sangat menentukan keberhasilandalam pengambilan keputusan, maka komunikasi pada awalnya bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dan kerjasama dengan orang lain. Tujuan pengambilan keputusan antara lain mempengaruhi orang lain terutama sikap perilakunya.” (Liliweri, 1994 : 30-32)

2.2.6 Tujuan Komunikasi Antar Persona

Menurut Prof. Drs.H.A.W. Widjaja dalam bukunya “Ilmu Komunikasi” tujuan dari komunikasi antar persona adalah :

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain 2. Mengetahui dunia luar

3. Menciptakan dan memelihara hubungan 4. Mengubah sikap dan perilaku

5. Bermain dan mencari hiburan 6. Membantu orang lain

(Widjaja, 2000 : 122)

2.2.7 Hambatan-Hambatan Dalam Komunikasi Antar Persona

Komunikasi antar persona merupakan komunikasi antara seorang individu dengan individu lain. Menurut Sri Haryani dalam bukunya, “Komunikasi Bisnis” beberapa hal yang menyebabkan komunikasi antar individu tidak efektif adalah :

1. Perbedaan persepsi

2. Kesalahan penyerapan pesan / informasi 3. Perbedaan bahasa


(53)

5. Perbedaan kondisi emosional

6. Perbedaan latar belakang pendidikan (Haryani, 2001 : 51)

2.3 Tinjauan Tentang Peranan

Peranan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah : “Tindakan yang dilakukan oleh seseorang disuatu peristiwa.” (Depdikbud, 1996: 751). Sedangkan menurut kamus komunikasi yang disusun oleh Onong Uchjana Effendy menyatakan bahwa: “Peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan secara menonjol dalam suatu peristiwa.” (Effendy, 1989: 315).

Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi (Suatu Pengantar) mengemukakan definisi peranan sebagai berikut :

“Peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah bahwa seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. (Soekanto, 1987 : 221)

Lebih lanjut Soerjono Soekamto mengemukakan aspek-aspek peranan sebagai berikut:

1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.


(54)

2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial massyarakat. (Soekanto, 1987 : 53)

Berdasarkan definisi tersebut peranan merupakan perilaku individu yang diharapkan karena status yang diembannya, peranan juga merupakan suatu konsep perihal apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai suatu organisasi. Bahwa peranan adalah berfungsinya sesuatu atau seseorang dalam suatu peristiwa secara menonjol diantara yang lainnya sehingga memberikan dampak yang berarti terhadap peristiwa tersebut. Dari pengertian tersebut dijelaskan bahwa seseorang atau sesuatu dapat dikatakan berperan dengan baik jika tindakan atau keterlibatan orang atau sesuatu itu dominan atau menonjol diantara lainnya sehingga memberikan dampak yang besar terhadap sesuatu peristiwa, dalam penelitian ini berarti Petugas Klinik Hemat Energi PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara memiliki peranan penting dalam memberikan informasi hemat listrik kepada pelanggannya.

2.4 Tinjauan Mengenai Informasi 2.4.1 Pengertian Informasi

Informasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat dewasa ini, dengan informasi masukan-masukan yang dianggap penting dapat membantu masyarakat dalam menentukan sikap yang harus dilakukan, informasi sudah menjadi kebutuhan manusia, sehingga peranan informasi sangat dominan dalam kehidupan manusia, karena tanpa informasi manusia tidak akan berkembang, menurut Onong Uchjana informasi atau keterangan adalah :


(55)

1. Suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang yang baginya merupakan hal yang baru diketahui

2. Data yang telah diolah yang disampaikan oleh seseorang, atau sejumlah orang yang baginya merupakan yang baru diketahui 3. Kegiatan menyebarluaskan pesan disertai penjelasan, baik secara

langsung maupun melalui media komunikasi khalayak yang baginya merupakan suatu hal atau peristiwa yang baru. (1989 : 177-178)

Informasi harus mempunyai arti pada komunikan dan nilai nyata dalam kehidupan masyarakat, maka keragu-raguan akan hilang dan akan timbul kepercayaan terhadap komunikator, Gordon B Davis mengatakan bahwa :

“Informasi adalah data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau yang akan datang.” (Effendy, 1989 : 177-178)

Kaitannya dengan penelitian ini bahwa klinik hemat energi merupakan suatu alat atau media dimana para pelanggan mendapatkan informasi mengenai berbagai macam tentang informasi hemat listrik, informasi yang disampaikan oleh petugas klinik hemat energi akan menimbulkan perubahan sikap, serta penilaian pelanggan terhadap sesuatu mengenai perusahaan, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, sehingga akan membentuk situasi saling memahami antara satu individu dengan individu lainnya atau mempererat hubungan antara PLN dengan pelanggannya. Dengan lengkapnya informasi yang disampaikan petugas klinik hemat energi, maka para pelanggan PT. PLN (Persero) UPJ Bandung Utara tidak terpengaruh oleh berita-berita yang disampaikan oleh media-media lain.


(56)

2.4.2 Fungsi Informasi

Dalam sebuah informasi proses komunikasi atau pesan merupakan elemen dasar yang tidak dilepaskan dari tujuan komunikasi itu sendiri. Informasi inilah yang menimbulkan perubahan sikap, motivasi, penilaian seseorang, dan yang terpenting informasilah yang menimbulkan pemahaman atau situasi saling memahami antara satu individu dengan individu yang lainnya dan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Hal ini ditegaskan oleh Aubrey B. Fisher yang menyatakan bahwa : “Informasi merupakan komponen dasar komunikasi baik formal maupun informal yang berfungsi untuk memperkuat dan menjalin hubungan sosial maka informasi merupakan energi, hubungan-hubungan struktural dan fungsional diantara komponen-komponen menyatakan adanya informasi-informasi, apabila komunikasi terjadi dalam sistem sosial, maka individu terlibat dalam pengolahan informasi.” (Fisher, 1986 : 284)

Dari apa yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi harus dimulai dengan pencintaan informasi dan informasi yang disimpulkan tersebut dilakukan proses-proses selanjutnya yakni memperdalam perhatian yang artinya adalah melakukan penyelidikan terhadap kebenaran informasi, kemudian adalah proses menafsirkan informasi atau proses dimana komunikan memberikan makna terhadap informasi yang diterima, selanjutnya adalah terciptanya saling pemahaman antara yang member informasi dengan yang menerima informasi.

Dalam arti sempit, informasi dapat dianggap sebagai suatu pengetahuan baru, yaitu sesuatu yang belum diketahui sebelumnya. Dalam arti luas,


(57)

informasi merupakan rangsangan stimuli yang berasal dari lingkungan fisik dan sosial yang memberi kesadaran tentang sesuatu yang ada.

Menurut Sahnnon dan Weaver (1986 :11) menyebutkan bahwa informasi sebagai objek materi ilmu komunikasi mempunyai makna,

Patterned matter energy that the probabilities of alternative available to an

individual making decision” (“Informasi adalah hal atau energi yang mempengaruhi dan memungkinkan seseorang membuat keputusan dari beberapa kemungkinan alternative yang ada”)

Informasi yang diperoleh individu itu benar dan dapat dibagi lalu diterima karena kesamaan makna, maka akan menguntungkan dalam pengambilan keputusan, artinya informasi menentukan sukses tidaknya pengambilan keputusan.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi informasi adalah :

1. Esensi dari fungsi informasi untuk mengubah sikap, motivasi yang menciptakan saling pemahaman antar individu yang terlibat dalam proses komunikasi.

2. Informasi merupakan sumber pengetahuan bagi individu untuk mengetahui hal-hal yang terjadi disekitarnya.

3. Informasi merupakan sumber penting dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan.


(58)

2.4.3 Jenis Informasi

Jenis informasi, dapat dibedakan menjadi tiga bagian yang berdasarkan atas :

A. Berdasarkan Prasyarat

1. Informasi yang tepat waktu, adalah informasi yang pada hakekatnya harus segera ada ditangan pengambil keputusan. 2. Informasi yang relevan, dikatakan yang relevan apabila

komunikasi tersebut ada kaitannya dengan kepentingan penerima.

3. Informasi yang bernilai, informasi yang menentukan sekali dalam pengambil keputusan.

4. Informasi yang dapat dipercaya, informasi yang disebarkan dari orang atau badan organisasi yang dapat dipercaya.

B. Berdasarkan Dimensi waktu

1. Informasi masa lalu, informasi yang menggambarkan masa lampau (historical event, past event) sekalipun jarang digunakan, data dalam informasi ini disusun secara teratur supaya dapat digunakan sewaktu-waktu.

2. Informasi masa kini, informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang (current event) dan dapat langsung diperhatikan serta digunakan.


(59)

C. Berdasarkan sasaran

1. Informasi individual, informasi ini ditujukan kepada seseorang yang berfungsi sebagai pengambil kebijaksanaan (policy maker) dan pengambil keputusan (decision maker) atau kepada seseorang yang diharapkan tanggapannya atau informasi yang diperolehnya.

2. Informasi komunitas, informasi ini ditujukan kepada khalayak diluar organisasi atau suatu kelompok dalam masyarakat. (Siahaan, 1991 ; 36)

2.5 Tinjauan Tentang Pelanggan

Pelanggan merupakan orang yang menerima hasil kerja seseorang atau suatu organisasi yang dapat menentukan kualitasnya seperti apa, dan hanya mereka yang dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka.

Pelanggan adalah pemakai barang atau jasa hasil produksi, pelanggan dsisini adalah para pengguna jasa listrik. Pelanggan memiliki hak dan kewajiban yang harus ditaati, dari setiap jasa yang digunakan pelanggan perlu mengetahui hak-hak tersebut antara lain :

a. Hak atas kesamaan, keselamatan, dan pelayanan. Dari setiap pelanggan mengharapkan adanya suatu keputusan melalui keamanan dari gangguan orang jahat, keselamatan jiwa dan pelayanan yang baik. b. Mendapatkan informasi. Setiap konsumen memerlukan atau


(1)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Peranan Petugas Klinik Hemat Energi Dalam Memberikan Informasi “Hemat Listrik” Kepada Pelanggan PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bandung Utara

Nama : Yulia Tri Astuti

NIM : 41806103

Program Studi : Ilmu Komunikasi Kosentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disahkan :

Bandung, Agustus 2010 Menyetujui,

Pembimbing

Rismawaty, S.Sos., M.Si NIP. 4127 35 30 002

Mengetahui,

Dekan FISIP UNIKOM

Prof. Dr. J.M. Papasi NIP. 4127 70 00 011

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Rismawaty, S.Sos., M.Si NIP. 4127 35 30 002


(2)

173 I. IDENTITAS DIRI

Nama : Yulia Tri Astuti TTL : Padang, 18 Juli 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ciheulang II No 19 C Kelurahan Sekeloa - Bandung Nama Ayah : H. Edinal, SH

Nama Ibu : Hj. Yulita Dahlia E-mail : julliegirlz@yahoo.com


(3)

174

II. PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2006-2010 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM Bandung) Fakultas Ilmu Sosial Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Berijazah

2. 2003-2006 SMA Negeri 2 Padang Berijazah 3. 2000-2003 SLTP Negeri 8 Padang Berijazah 4. 1994-2000 SD Kartika 1-10 Padang Berijazah 5. 1993-1994 TK Baiturrahmah Padang Berijazah

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2001-2005 LB-LIA Bersertifikat

IV. PENGALAMAN KERJA

No. Tahun Uraian

1. 2009 Praktek Kerja Lapangan di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten


(4)

V. PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tanggal Uraian Keterangan

1. 11-13 September 2006

Orientasi Lingkungan

Mahasiswa Kampus

(OLIMPUS 2006)

Bersertifikat

2. 11 Januari 2007

Pelatihan Table Manner di Hotel Jayakarta Bandung

Bersertifikat

3. Maret 2007 Ceramah Umum Peningkatan Kualitas Mahasiswa di Kampus UNIKOM

Bersertifikat

4. Desember-Mei 2007

Mentoring Agama Islam di Auditorium UNIKOM

Bersertifikat

5. 22 Maret 2008 Pendidikan Jurnalistik Dasar IV Unit Kegiatan Pers

Mahasiswa BIRAMA

UNIKOM

Bersertifikat

6. 27 Mei 2008 Pelatihan Personal Development & Brain Management Serta Pelatihan Master of Ceremony di Auditorium Unikom

Bersertifikat

7. 3 Mei 2008 Open House Sanggar Kreasi Seni Islam (SKSI) LDK


(5)

176

UMMI UNIKOM

8. 9 April 2008 Seminar dan Talk Show

“Woman’s Day 2008”

UNPAD

Bersertifikat

9. 18-19 Juni 2008

Kunjungan ke Media Massa “Aneka Yess” dan Media Televisi “Trans TV” di Jakarta

Bersertifikat

10. 31 Maret 2009 Pelatihan melejitkan Potensi dan Pengembangan Diri di Kampus UNIKOM

Bersertifikat

11. 24 November 2009

Kuliah Umum “ Kebudayaan Film & Sensor Film” (Ilustrasi Tentang Perfilman) di Auditorium Unikom.

Bersertifikat

12. 23 Maret 2010 Islamic Wedding Fair “Inspiring Moment For My Wedding”

Bersertifikat

12. 20 Mei 2010 Workshop Penyuluhan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Lingkungan Mahasiswa


(6)

12. 29 Mei 2010 Smart & Fun With Microsoft Bersertifikat 13. 3 Juni 2010 Pelatihan Public Speaking Bersertifikat