Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP, M.Si

58 Pembahasan RUU Pilkada 2014 dan UU Nomor 1 Tahun 2015; 5. Bukti P-5 : Fotokopi Berita Media Online Investorindonesia.com dengan judul “ DPR Nilai Jawaban Kemendagri Soal Pasal Siluman UU Pilkada Ngawur” , bertanggal 28 April 2015; 6. Bukti P-6 : Fotokopi Berita Media Online harianterbit.com dengan judul Tuduhan Pasal Siluman” UU Pilkada, Kemendagri Sebut Anggota DPR Tak Paham Mekanisme, bertanggal 26 April 2015; 7. Bukti P-7 : Fotokopi Kumpulan berita media online terkait dugaan adanya “Pasal Siluman” di UU Pilkada; 8. Bukti P-8 : Fotokopi Kumpulan berita media online terkait Pernyataan Komisioner Bawaslu RI mengenai “Tidak Adanya Sanksi Politik Uang” di UU Pilkada; Menimbang bahwa untuk membuktikan dalilnya, Pemohon mengajukan 2 dua orang ahli ad informandum yakni Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP, M.Si, dan Wirdyaningsih, S.H., MH., yang menyampaikan keterangan tertulis masing- masing bertanggal 23 Mei 2015 dan tanggal 25 Mei 2015 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah tanggal 28 Mei 2015 yang mengemukakan hal sebagai berikut:

1. Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP, M.Si

Bahwa Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum mengamanatkan tugas dan wewenang Pengawas Pemilu yang salah satunya adalah menerima dan menindaklanjuti laporan dan temuan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang- undangan mengenai pemilu, dalam pelaksanaan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2015, serta peraturan pelaksana lainnya, dikenal 3 tiga klasifikasi jenis pelanggaran yaitu, Pelanggaran Administrasi, Pelanggaran Kode Etik, dan Pelanggaran Pidana Pemilihan; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id 59 dan Walikota Menjadi Undang-Undang, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang, mengatur tentang sanksi pelanggaran Pidana Pemilihan, melalui Pasal 177 – Pasal 198, yang proses menindaklanjutinya diatur dalam: Pasal 134 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015: 1 Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwas KabupatenKota, Panwas Kecamatan, PPL, dan Pengawas TPS menerima laporan pelanggaran Pemilihan pada setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan. 2 Laporan pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat disampaikan oleh: a. Warga Negara Indonesia yang memiliki hak pilih pada Pemilihan setempat; b. pemantau Pemilihan; atau c. peserta Pemilihan. 3 Laporan pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan secara tertulis yang memuat paling sedikit: a. nama dan alamat pelapor; b. pihak terlapor; c. waktu dan tempat kejadian perkara; dan d. uraian kejadian. 4 Laporan pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan paling lama 7 tujuh hari sejak diketahui danatau ditemukannya pelanggaran Pemilihan. 5 Dalam hal laporan pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 telah dikaji dan terbukti kebenarannya, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwas KabupatenKota, Panwas Kecamatan, PPL, dan Pengawas TPS wajib menindaklanjuti laporan paling lama 3 tiga hari setelah laporan diterima. 6 Dalam hal diperlukan, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwas KabupatenKota, Panwas Kecamatan, PPL, dan Pengawas TPS dapat meminta keterangan tambahan dari pelapor dalam waktu paling lama 2 dua hari. Pasal 135 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015: 1 Laporan pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 ayat 1 yang merupakan: a. pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilihan diteruskan oleh Bawaslu kepada DKPP; b. pelanggaran administrasi Pemilihan diteruskan kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU KabupatenKota; c. sengketa Pemilihan diselesaikan oleh Bawaslu; dan d. tindak pidana Pemilihan ditindaklanjuti oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2 Laporan tindak pidana Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d diteruskan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia paling Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id 60 lama 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam sejak diputuskan oleh Bawaslu Provinsi, Panwas KabupatenKota, danatau Panwas Kecamatan. 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan laporan pelanggaran Pemilihan diatur dengan Peraturan Bawaslu.

A. Tidak Sanksi Politik Uang